Do Leaders Feel? Understanding the Invisible Weight of Emotional Leadership

Do Leaders Feel? Understanding the Invisible Weight of Emotional Leadership

Apakah Seorang Leader Juga Punya Perasaan? Memahami Beban Emosional yang Tak Terlihat


Ketika seseorang baru naik jadi manager, biasanya pertanyaan pertama yang muncul adalah soal tanggung jawab.

  • Bagaimana cara memberi arahan?
  • Bagaimana membagi tugas dan ambil keputusan cepat?
  • Bagaimana menjawab ekspektasi atasan?

Tapi ada satu pertanyaan yang lebih jarang ditanyakan, padahal justru jadi beban tersembunyi yang jarang dirasakan:

“Kalau harus ambil keputusan berat, gue boleh sedih nggak?”
“Kalau gue takut orang kecewa, apakah gue berarti belum siap jadi leader?”

Karena dari luar, seorang leader sering terlihat kuat. Tenang. Rasional. Tapi di balik itu semua, ada sisi emosional yang nggak banyak orang lihat dan sering kali nggak ada ruang atau waktu untuk dibicarakan.


Leadership Tidak Pernah 100% Rasional

Menjadi leader bukan soal jadi robot untuk setiap pengambilan keputusan. Kita bukan hanya menghadapi data dan target, kita berurusan dengan manusia. Dan manusia berarti perasaan. Harapan. Kecemasan. Trust.

Ketika kita ambil keputusan, bukan hanya argumen logis yang bermain, tapi juga perasaan di dalam diri:

  • Takut melukai
  • Takut dianggap gagal
  • Takut kehilangan hubungan baik dengan team

Dan rasa ini valid. Karena di tengah semua struktur dan sistem, leadership tetap dibangun lewat relasi manusia.


Apa yang Tidak Terlihat dari Seorang Leader

Banyak orang membayangkan seorang manager bisa menyampaikan keputusan sulit, lalu lanjut ke meeting berikutnya seperti biasa.

Tapi kenyataannya?

  • Kita membawa perasaan bersalah ke rumah (cek sering gak?)
  • Kita mempertanyakan ulang keputusan yang sudah disetujui
  • Kita tidur lebih malam karena kepikiran bagaimana caranya menyampaikan kabar buruk dengan bermartabat dan tidak drama.

Leadership bukan soal membuat keputusan cepat. Tapi soal memikul tanggung jawab dari efek keputusan itu—dan tetap hadir keesokan harinya.


Sebagai Manager, Kita Hidup di Dua Dunia Sekaligus

Leadership yang baik selalu berada di persimpangan:

  • Di satu sisi, kita harus menjaga arah dan kecepatan organisasi
  • Di sisi lain, kita bertanggung jawab terhadap keselamatan psikologis dan kepercayaan team

Dan dua hal itu sering tidak berjalan mulus bersama. Kadang kita harus menyampaikan keputusan yang kita sendiri nggak suka, Kadang kita harus jadi wajah dari kebijakan yang datang dari atas. Kadang kita harus tegas, bahkan saat kita tahu itu akan menyakitkan.

Dan di situlah muncul beban emosional yang real & tidak banyak dibahas.


Apakah Rasa Peduli Itu Kelemahan?

Tidak.

Justru sebaliknya. Manager yang benar-benar peduli akan lebih hati-hati dalam membuat keputusan. Mereka akan berusaha menjaga fairness. Mereka akan memikirkan bagaimana menyampaikan sesuatu tanpa menjatuhkan. Dan mereka tetap datang ke kantor keesokan harinya bukan karena mereka tidak merasa, tapi karena mereka tahu perannya.

Leadership bukan tentang mematikan emosi, tapi belajar menempatkan emosi di tempat yang tidak menghalangi arah, tapi tetap menjaga rasa kemanusiaan.


Buat First-Time Manager: Ini yang Perlu Diingat

  • Kalau lo merasa berat setelah memberikan feedback negatif: itu normal.
  • Kalau lo merasa gelisah sebelum menyampaikan keputusan sulit: itu wajar.
  • Kalau lo merasa belum terbiasa memisahkan perasaan pribadi dan peran kerja: itu bagian dari proses belajar.

Justru yang berbahaya adalah ketika kita berhenti merasa (atau merasakan). Ketika semuanya jadi angka. Ketika kita mulai berkata, “It’s not personal, it’s just business.”

Padahal di dalamnya, ada dampak personal yang sangat besar untuk orang lain.


Rasa Peduli Bukan Tanda Lemah, Tapi Tanda Lo Hadir Sepenuhnya untuk Kepentingan Team

Leadership adalah posisi yang sunyi sepi di atas. Banyak keputusan besar dibuat tanpa banyak yang tahu prosesnya. Dan banyak perasaan dibawa pulang tanpa pernah disuarakan.

Tapi itu bukan berarti lo salah. Bukan berarti lo nggak kuat.

Justru ketika lo merasa dan tetap hadir, tetap mendengar, tetap tegas; itu tanda bahwa lo leader yang lengkap. Yang nggak hanya punya arah, tapi juga punya hati.

Rudy Adrian

I Help FIRST TIME MANAGER Transform to LEADER | Essential Leadership Training | Transformative Commercial Leader | ex Astro, Reckitt, Danone, Citibank

2 bln

Jadi leader itu banyak tekanannya, yakin sudah siap?

Suka
Balas

Untuk melihat atau menambahkan komentar, silakan login