#DEKALB1JutaPetani
#DEKALB1JutaPetani : Konsumsi pangan di Indonesi terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk yang telahmencapai 254 juta jiwa (Susenas BPS, 2015). Namun sayangnya kondisi ini tidak selaras jumlah petani sebagaiprodusen pangan yang terus berkurang dengan laju sebesar 500 ribu petani pertahun.
Kondisi ini tentu mengkhawatirkan, terlebih pemerintah telah mencanangkan swasembada pangan. Tak ayalMenteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, secara tegas mengatakan penggunaan teknologi modern mutlakdiperlukan dalam mendukung produksi pertanian.
“Penggunaan teknologi modern perlu dilakukan agar terjadi lompatan produktivitas pertanian, diantaranya adalahpenggunaan benih unggul serta pemakaian alat pertanian” Ungkap Mentan
Produktivitas petani harus ditingkatkan karena kebutuhan bahan pangan dalam negeri terutama jagung sangattinggi. Bahkan Mentan berjanji tahun2017 tidak akan mengimpor Jagung.
“Tahun 2016 tidak ada impor beras dan bawang merah ,kita juga sudah sepakat tidak impor jagung tahun depan” tegas Amran saat menyampaikan sambutan peringatan Hari Pangan sedunia.
Pernyataan Mentan agar petani Indonesia menggunakan teknologi modern dalam pertanian sangat beralasankarena Indonesia masih mengimpor 2,4 juta ton jagunguntuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Rata-rata produktivitas petani jagung Indonesia hanya 4,8 ton perhektar. Demikian pula luas areal tanam jagung semakinmenyempit hanya berkisar 4 juta hektar dengan rata-rata kepemilikan lahan hanya 0,3 hektar per petani.
Meski demikian sejumlah perusahaan berkomitmen meningkatkan produktivitas petani jagung dengan berbagai program demi mencapaiswasembadapajale. Salah satu perusahaan teknologi benih yang berupayamensukseskan cita-cita pemerintah adalah Monsanto Indonesia yang bertekad mencetak jutaan petani jagungmelalui program DEKALB satu juta petani.
CEO Monsanto Indonesia Ganesh Pamugar Satyagraha menegaskan visi perusahaannya untukmensejahterakan petani Indonesia, maka dibuat program satu juta petani DEKALB yang terkenal dengan hastag #DEKALB 1 Juta petani disertai membangun Sanggar Belajar DEKALB(DEKALB Learning Center – DKLC) disejumlah tempat, agar cita-cita pemerintah dalam swasembada pangan segera tercapai.
“Kita mendukung penuh upaya pemerintah mencapai swasembada pangan khususnya jagung sesuai dengan Visi kami agar produktivitas petani jagung di Indonesia meningkat dan hidup sejahtera serta memperoleh hasilpertanian yang berkualitas tinggi” tukas Ganesh.
Seiring hal tersebut, sanggar belajar DEKAL Bahan mengajarkan petani teknik budidaya yang tepat, dan caramengendalikan hama penyakit termutakhir.
“Di Sanggar belajarDEKALB, petani akan dilatih oleh instruktur-instruktur terbaik kami yang menerapkan best agronomic practice terkait penggunaan beni hunggul, pola tanam, pemupukan, pengendalian hama dan penyakithingga penanganan pasca panen,”kata Technology Development Lead Monsanto Indonesia Ibnu Ridwan Amin.
Salah satu upaya untuk mendorong adopsi teknologi adalah dengan diadakannya kegiatan DEKALB CAMP (Kemah DEKALB) pada saat menjelang panen
di lokasi DKLC (DEKALB Learning Center) dengan mengundang beberapa pihak seperti Petani, Mahasiswa danDosen, PPL, Peneliti, Praktisi Pertanian serta Jurnalis dan beberapa stakeholder terkait untuk berdiskusi tentangcara bercocok tanam jagung yang baik dan bagaimana meningkatkan pendapatan petani jagung denganmemaksimalkan hasil panen, mengurangi biaya produksi dan juga akses pasar dan pemasaran yang kuat.
Penggunaan benih unggul terbukti mampu meningkatkan produktivitas petani jagung hingga 30 persen. Banyakpetani mengakui penambahan hasil semenjak menggunakan benih jagung DEKALB produksi jagungnyamengalami peningkatan tajam.
Penggunaan teknologi modern pertanian seperti benih unggul hibrida dan benih bioteknologi sudah tidak bisa lagiditunda. Karena benih ini akan mampu meningkatkan keunggulan kompetitif petani jagung terutama dalammendukung swasembada pangan.
Beberapa Negara sudah menggunakan benih unggul hibrida dan benih bioteknologi, seperti Argentina, Brasilserta AmerikaSerikat. Sementara di Asia Tenggara Negara seperti Filipina dan Vietnam sudah lebih dahulumemanfaatkannya karena mereka memahami produksi pertanian tidak mungkin dipacu jika tidak melibatkanteknologi perbenihan yang modern. Sementara Indonesia masih belum mengadopsi penggunaan benihbioteknologi.
Padahal kebutuhan pangan dunia khususnya Indonesia terus meningkat. Tidak hanya itu harga komoditas seraliadiprediksikan mengalami peningkatan hingga 7,8 persen pada tahun 2017 (USDA, 2016 ). Jika Petani Indonesia menggunakan benih bioteknologi dengan tingkat produksi hasil yang tinggi, tentunya ini bisa menjadi peluangbesar bagi Negara kita dengan menjadi pemain dan pemasok utama pangan dunia.
Chief Technology Officer | 25+ years experience in IT Management role in multinational company. Strong in Software engineering, Project management, and in-depth IT business processes in Financial Services Industry (FSI)
8 thnsekarang sdh berapa ribu petani?