LAPORAN KASUS
TONSILITIS KRONIK
Pembimbing :
KRH. dr. H. Djoko Sindhusakti Widyodiningrat,
Sp.THT - KL (K), MBA., MARS., M.Si, Audiologist
Dr. dr. H. Iwan Setiawan Adji, Sp. THT – KL
dr. Dimas Adi Nugroho, Sp. THT-KL
Disusun Oleh :
Dian Hasliani S.Ked
Identitas pasien
Nama : Nn. Enita
Usia : 20th
Agama : Islam
Pekerjaan : karyawati
Suku : Jawa
Alamat : Kenongo 4/5 Gantiwarno
Tanggal pemeriksaan : 30-01-2018
Keluhan utama
Nn. Enita
Tenggorokan terasa
mengganjal
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke poli klinik THT RSUD
Karanganyar dengan keluhan tenggorokan
terasa mengganjal sejak 1 tahun yang lalu.
Satu bulan terakhir keluhan dirasa makin
memberat, pasien mengeluh tenggorokannya
semakin tidak nyaman, tenggorokan terasa
kering dan pernafasan berbau
Keluhan nyeri pada telinga, telinga terasa
mendengung dan rasa penuh di telinga
disangkal oleh pasien. Keluhan jantung
berdebar serta nyeri persendian tidak ada.
Keluhan sakit gigi dan gigi berlobang juga
disangkal. Keluhan demam dan gejala ISPA
disangkal
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mempunyai riwayat
radang tenggorokan berulang.
Dalam setahun terakhir
keluhan tersebut sudah
dirasakan lebih dari 5 kali.
Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit serupa (-)
ISPA (-)
Alergi (-)
Riwayat Pengobatan dan
Kebiasaan Sosial
Pasien sudah pernah
berobat ke
puskesmas
sebelumnya..
Pasien suka minum
es, makan gorengan,
dan jajan
sembarangan
PEMERIKSAAN FISIK
KU : baik, CM
TD : 100/60 N : 80x/mnt RR: 20x /mnt S : 36.4 C
Status THT
Telinga luar: normotia(+/+), tragus pain (-/-), NT mastoid(-/-),
discharge (-/-)
Telinga dalam: MT intak (+/+), discharge(-/-), serumen (-/-), granulasi
(-/-)
Hidung luar : bengkak (-), nyeri tekan (-)
Hidung dalam : konka hipertrofi (-/-), mukosa hiperemis (-/-), sekret (-
/-)
Tenggorokan: tonsil (T2-T2), mukosa hiperemis (-), uvula di tengah
Leher : pembesaran KGB (-)
Status Lokalis
Rongga mulut dan tenggorokan
Bibir & mulut Mukosa mulut basah, berwarna merah muda
Geligi Karies (-)
Lidah Pseudomembrane (-)
Uvula Berada ditengah, hiperemi (-), edema (-),
pseudomembran (-)
Mukosa Mukosa hiperemi (-), lendir mengalir ditenggorokan
Tonsila palatina Kanan: T2, Hiperemi (-), detritus (-), kripte melebar (+)
Kiri: T2, Hiperemi (-), detritus (-), kripte melebar (+)
Laring (laringoskopi indirek)
Epiglotis : dbn
Aritenoid : dbn
Plika vokalis : dbn
Gerak plika vokalis : dbn
Subglotis : dbn
Tumor : -
LAPORAN KASUS tonsiltis.pptx
Hidung
a.Pemeriksaan
Hidung
Hidung Kanan Hidung Kiri
Hidung luar Bentuk normal, hiperemi (-),
deformitas (-), nyeri tekan (-),
krepitasi (-)
Bentuk normal, hiperemi (-),
deformitas (-), nyeri tekan (-),
krepitasi (-)
b. Rinoskopi Anterior
Vestibulum nasi Normal, uklus (-) Normal, ulkus (-)
Cavum nasi Bentuk (normal), hiperemia (-) Bentuk(normal), hiperemia (-)
Meatus nasi media Mukosa hiperemis (-), sekret (-),
massa (-).
Mukosa hiperemis (-), sekret (-),
massa (-).
Konka nasi inferior Edema (-), mukosa hiperemi (-),
sekret (-)
Hipertrofi (-), mukosa hiperemi (-),
sekret mukopurulen (-)
Septum nasi Deviasi (-), perdarahan (-), ulkus (-
)
Deviasi (-), perdarahan (-), ulkus (-)
rhinoskopi posterior Muara tuba eustachii tampak tidak
ada oklusi
Tidak tampak pemebesaran
kelenjar adenoid
No. Area Telinga Kanan Telinga Kiri
1. Tragus Nyeri tekan (-), edema (-) Nyeri tekan (-), edema (-)
2. Pre dan Retro
auricula
Fistula (-), hiperemis (-), edema (-),
nyeri tekan (-)
Fistula (-), hiperemis (-), edema (-),
nyeri tekan (-)
3. Daun telinga Bentuk dan ukuran dalam batas
normal, hematoma (-), edema (-),
hiperemis (-), sekret (-)
Bentuk dan ukuran dalam batas
normal, hematoma (-),edema (-),
hiperemis (-), sekret (-)
4. Liang telinga Serumen (-), hiperemis (-), furunkel
(-), edema (-), sekret (-) Serumen (-), hiperemis (-), furunkel
(-), edema (-), sekret(-)
5.
Membran
timpani
Retraksi (-), bulging (-), hiperemi (-),
edema (-), perforasi (-), kolesteatom
(-), cone of light (+) MT intak Cone
of light (+)
Retraksi (-), bulging (-), hiperemi (-),
edema (-), perforasi (-), kolesteatom
(-), cone of light (+
) MT intak Cone of light (+)
Test Garpu
Tala
Test Rinne : positif
Test Weber: tidak
ada laterisasi ke
kanan/ ke kiri
Test Swabach :
sama dengan
pemeriksa
Kesimpulan :
Normal
Test Rinne : positif
Test Weber: tidak
ada laterisasi ke
kanan/ ke kiri
Test Swabach :
sama dengan
pemeriksa
Kesimpulan :
Normal
Kepala dan Leher
 Kepala: konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-
), nafas cuping hidung (-)
 Leher: retraksi (-), deviasi trachea (-),
pembesaran kelenjar limfe (-)
05-02-2018 Harga normal
HB 11.8 12-16
Hematokrit 38.0 35-47
Leukosit 13.99 4.4-11.3
Trombosit 294 170-394
Eritrosit 4.33 4.1-5.1
MCV 91.7 82.0-92.0
MCH 27.7 28-33
MCHC 32 32.0-37.0
Limfosit 13.2 25.0-40.0
Neutrofil 81.7 5.0-7.0
Eosinofil 0.5 0.5-5.0
Basofil 0.4 0.0-1.0
CT 04.30 2-8
BT 01.30 1-3
GDS 113 70-150
DIAGNOSA
 Diagnosis banding :
Tonsilitis kronik
Tonsilofaringitis
Difteri
 Diagnosis kerja :
Tonsilitis kronik
PENATALAKSANAAN
 Initial planning : usulan pemeriksaan darah lengkap
 Non medikamentosa - istirahat (bedrest) - pengaturan pola makan
dan jenis asupan makan
 Medikamentosa
Amoxicillin Tab 3x1
Paracetamol Tab 3x1
Dexamethasone 0,5 mg 3 x 1 tablet
 Konseling, informasi dan edukasi
- Edukasi untuk minum obat secara teratur dan penggunaan antibiotik
sesuai yang dianjurkan walaupun gejala sudah membaik.
- Penjelasan kepada keluarga pasien tentang tonsillitis dan edukasi
- Edukasi tanda-tanda kegawatan dan kapan di bawa kerumah sakit
- Edukasi pola makan dan jajanan sehat untuk anak
 Monitoring
Pasien rutin memeriksakan dirinya ke pelayanan kesehatan terutama
jika tidak ada perbaikan gejala klinis.
Pembedahan Tonsilektomi
Tonsilektomi
Konsistensi padat dan fibrotik
PROGNOSIS
 Quo ad Vitam : dubia ad bonam
 Quo ad Sanactionam : dubia ad
bonam
 Quo ad Functionam : dubia ad bonam
ANALISA KASUS
 Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik
tersebut, kemungkinan diagnosa pada pasien ini
adalah tonsillitis kronik. Dimana sesuai dengan
teori bahwa pasien dengan tonsillitis kronik
ditandai dengan tenggorokan terasa mengganjal
dan tidak nyaman, tenggorokan terasa kering dan
pernafasan berbau. Adanya infeksi berulang.
Pada kasus ini pasien memiliki kebiasaan minum
es, memakan gorengan dan jajan sembarangan.
Hal tersebut merupakan salah satu faktor
pencetus terjadinya tonsillitis.
 Pemeriksaan fisik pasien, didapatkan
pembesaran tonsil T2-T2 dan kripta melebar.
 pemeriksaan penunjang juga dapat dilakukan untuk lebih
memastikan diagnosa tonsillitis. Pemeriksaan penunjang ini
biasanya dilakukan setelah tonsil diangkat atau setelah
dilakukannya tonsilektomi pada pasien. Pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan
mikrobiologi. Pemeriksaan ini merupakan Gold standart
pemeriksaan tonsil, yaitu kultur dari dalam tonsil. Kuman
terbanyak yang ditemukan adalah Streptococcus beta
Hemolitikus diikuti dengan Staphilococcus Aureus
 Pada kasus ini, pasien mendapatkan terapi
amoxicillin sebagai antibiotik, paracetamol untuk
mengurangi nyeri dan menurunkan demam , dan
dexamethason sebagai anti inflamasi. Pilihan
pengobatan ditentukan dengan gejala klinis yang
ada pada pasien. Tindakan operasi dapat
dilakukan bila pembengkatan tonsil menyebabkan
obstruksi saluran nafas, gangguan tidur, dan
kompikasi kardiopulmoner, abses peritonsil yang
tidak membaik dengan pengobatan medis dan
drainase, serta tonsillitis kronis yang berulang
pada karier Streptococcus yang tidk membaik
dengan pemberian antibiotik
 Selain pemberian terapi, pasien juga harus
diberikan edukasi seperti :
 Menjaga daya tahan tubuh anak dengan pola
makan yang baik. Dianjurkan untuk
mengkonsumsi sayur-sayuran dab buah-
buahan.
 Tidak membeli jajanan yang banyak
mengandung penyedap dan pewarna buatan.
 Meminum obat secara teratur, pemberian
antibiotic harus dihabiskan walaupun gejala
sudah membaik.
Kesimpulan
 Tonsilitis merupakan radang yang terjadi pada tonsil. Kondisi
ini sebagian besar dialami oleh anak-anak. Penyakit ini dapat
dicetus oleh beberapa hal, salah satunya ada kebiasaan
anak yang sering mengkonsumsi makanan atau minuman
yang tidak sehat dan kurang terjaganya kebersihan mulut.
Penyakit ini memiliki prognosa yang baik apabila didiagnosa
dan diterapi secata cepat dan cepat. Yang terpenting adalah
pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga agar
penyakit ini dapat dicegah dan tidak terulang kembali.
 Prinsip pelayanan dokter keluarga pada pasien ini adalah
menatalaksana masalah kesehatan dengan memandang
pasien sebagai individu yang utuh terdiri dari unsure
biopsikososial, serta penerapan prinsip pencegahan penyakit
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Proses pelayanan
dokter keluarga dapat lebih berkualitas bila didasarkan pada
hasil penelitian ilmu kedokteran terkini (evidence based
medicine)
TINJAUAN
PUSTAKA
ANATOMI
 Tonsil palatina dan tonsil faringeal merupakan
bagian terpenting dari sistem cincin Waldeyer,
dimana keduanya merupakan bagian terbesar
dari sistem tersebut dan menjadii salah satu
dari sistem pertahanan mukosa karena
terletak didepan pintu masuk dari saluran
pernafasan dan saluran pencernaan. Tonsil
terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh
epitel respiratori.
 Berdasarkan lokasinya, tonsil
dibagi menjadi :9
1. Tonsilla lingualis, terletak
pada radix linguae.
2. Tonsilla palatina (tonsil),
terletak pada isthmus
faucium antara arcus
glossopalatinus dsan arcus
glossopharingicus.
3. Tonsilla pharingica
(adenoid), terletak pada
dinding dorsal dari
nasofaring.
4. Tonsilla tubaria, terletak
pada bagian lateral
nasofaring di sekitar ostium
tuba auditiva.
LAPORAN KASUS tonsiltis.pptx
DEFINISI
Tonsilitis merupakan peradangan
tonsil palatina yang merupakan
bagian dari cincin Waldeyer.
Tonsilitis kronik merupakan
peradangan kronik pada tonsil yang
biasanya merupakan kelanjutan
dari infeksi akut berulang atau
infeksi subklinis dari tonsil.
ETIOLOGI
Bakteri penyebab tonsilitis
kronik sama halnya dengan
tonsilitis akut yaitu
kuman Streptokokus beta
hemolitikus grup A,
Pneumokokus, Streptokokus
viridian dan Streptokokus
piogenes, Stafilokokus,
Hemophilus influenza, namun
terkadang ditemukan bakteri
golongan gram negatif
FAKTOR RISIKO
Rangsangan kronik (rokok, makanan)
Higiene mulut yang buruk
Pengaruh cuaca (udara dingin, lembab, suhu yang berubah-ubah)
Alergi (iritasi kronik dari alergen)
Keadaan umum (kurang gizi, kelelahan fisik)
Pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat
PATOGENESIS
Proses peradangan dimulai pada satu atau lebih kripti
tonsil. Karena proses radang berulang maka epitel
mukosa dan jaringan limfoid terkikis, sehingga pada
proses penyembuhan jaringan limfoid diganti dengan
jaringan parut. Jaringan ini akan mengerut sehingga
kripti akan melebar, ruang antara kelompok melebar
yang akan diisi oleh detritus (akumulasi epitel yang
mati, sel leukosit yang mati dan bakteri yang menutupi
kripte berupa eksudat berwarna kekuning-kuningan).
Proses ini meluas hingga menembus kapsul dan
akhirnya timbul perlekatan dengan jaringan sekitar fosa
tonsilaris. Pada anak-anak proses ini disertai dengan
pembesaran kelenjar submandibula.
MANIFESTASI KLINIS
 Pada umumnya penderita sering mengeluh oleh karena
serangan tonsilitis akut yang berulang-ulang, adanya rasa
sakit (nyeri) yang terus-menerus pada tenggorokan
(odinofagi), nyeri waktu menelan atau ada sesuatu yang
mengganjal di kerongkongan bila menelan, terasa kering dan
pernafasan berbau
 Pada pemeriksaan, terdapat dua macam gambaran tonsil
dari Tonsilitis Kronik yang mungkin tampak, yakni :
 Tampak pembesaran tonsil oleh karena hipertrofi dan
perlengketan ke jaringan sekitar, kripte yang melebar, tonsil
ditutupi oleh eksudat yang purulen atau seperti keju.
 Mungkin juga dijumpai tonsil tetap kecil, mengeriput, kadang-
kadang seperti terpendam di dalam tonsil bed dengan tepi
yang hiperemis, kripte yang melebar dan ditutupi eksudat
yang purulen.
Ukuran tonsil dibagi menjadi :
• T0 : Post tonsilektomi
• T1 : Tonsil masih terbatas dalam
fossa tonsilaris
• T2 : Sudah melewati pilar anterior, tapi
belum melewati garis paramedian (pilar
posterior)
• T3 : Sudah melewati garis
paramedian, belum melewati garis median
• T4 : Sudah melewati garis median
TATALAKSANA
Penatalaksanaan medis termasuk
pemberian antibiotika penisilin yang lama,
irigasi tenggorokan sehari-hari dan usaha
untuk membersihkan kripta tonsilaris
dengan alat irigasi gigi (oral). Ukuran
jaringan tonsil tidak mempunyai hubungan
dengan infeksi kronik atau berulang-ulang.
Pembedahan : tonsilektomi
INDIKASI TONSILEKTOMI
Indikasi tonsilektomi menurut The American
Academy of Otolaryngology, Head and Neck
Surgery :
• Indikasi Absolut
• Pembesaran tonsil yang menyebabkan sumbatan jalan
nafas atas, disfagia menetap, gangguan tidur atau
komplokasi kardiopulmunar
• Abses peritonsil yang tidak respon terhadap pengobatan
medis
• Tonsilitis yang menimbulkan febris dan konvulsi
• Biopsi untuk menentukan jaringan yang patologis
(dicurigai keganasan)
Indikasi Relatif
Penderita dengan infeksi tonsil yang kambuh 3 kali atau lebih
dalam setahun meskipun dengan terapi yang adekuat
Bau mulut atau bau nafas yang menetap yang menandakan
tonsilitis kronik tidak responsif terhadap terapi media
Tonsilitis kronik atau rekuren yang disebabkan kuman
streptococus yang resisten terhadap antibiotik betalaktamase
Pembesaran tonsil unilateral yang diperkirakan neoplasma
KONTRAINDIKASI
TONSILEKTOMI
Gangguan perdarahan
Infeksi akut yang berat
Anemia
Resiko anestesi yang besar atau penyakit
berat
KOMPLIKASI
Komplikasi sekitar tonsil :
• Peritonsilitis: Peradangan tonsil dan daerah sekitarnya yang berat
tanpa adanya trismus dan abses.
• Abses Peritonsilar (Quinsy): Kumpulan nanah yang terbentuk di dalam
ruang peritonsil. Sumber infeksi berasal dari penjalaran tonsilitis akut
yang mengalami supurasi, menembus kapsul tonsil dan penjalaran
dari infeksi gigi.
• Abses Parafaringeal: Infeksi dalam ruang parafaring dapat terjadi
melalui aliran getah bening/pembuluh darah. Infeksi berasal dari
daerah tonsil, faring, sinus paranasal, adenoid, kelenjar limfe faringeal,
mastoid dan os petrosus.
• Abses retrofaring: Merupakan pengumpulan pus dalam ruang
retrofaring. Biasanya terjadi pada anak usia 3 bulan sampai 5 tahun
karena ruang retrofaring masih berisi kelenjar limfe.
• Krista Tonsil: Sisa makanan terkumpul dalam kripta mungkin tertutup
oleh jaringan fibrosa dan ini menimbulkan krista berupa tonjolan pada
tonsil berwarna putih/berupa cekungan, biasanya kecil dan multipel.
• Tonsilolith (kalkulus dari tonsil): Terjadinya deposit kalsium fosfat dan
kalsium karbonat dalam jaringan tonsil membentuk bahan keras
seperti kapur
Komplikasi ke organ jauh :
Komplikasi jauh secara
hematogen atau limfogen dan
dapat timbul endokarditis,
artritis, miositis,nefritis, uveitis,
iridosiklitis, dermatitis, oruritus,
urtikaria, dan furunkulosis.
LAPORAN KASUS tonsiltis.pptx

More Related Content

PPT
TB Paru
PPTX
Otitis media akut
PPTX
Appendicitis)
PPTX
CASE REPORT TUBERKULOSIS PARU
DOC
Referat pneumothorax
PPT
PPTX
Presentasi kasus diare akut dehidrasi ringansedang : Sub SMF/Divisi Tropik In...
DOC
Giovanni status bedah
TB Paru
Otitis media akut
Appendicitis)
CASE REPORT TUBERKULOSIS PARU
Referat pneumothorax
Presentasi kasus diare akut dehidrasi ringansedang : Sub SMF/Divisi Tropik In...
Giovanni status bedah

What's hot (20)

PDF
Pneumonia
DOCX
Case OMSK
PPTX
Case Report BPPV
PDF
Laporan Kasus Bell's palsy
DOC
239776755 dr-bowo-lapkas-scabies
PPT
Bronko pneumonia
PPTX
Case hernia putri
DOC
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
PPTX
Ppt peritonitis ec app
PPTX
Otitis media akut
PPTX
Laporan kasus ii
PPTX
Laporan Kasus BPH
PPTX
Aspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu Hati
PDF
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
PDF
Refrat THT EPISTAKSIS
PPTX
Veruka vulgaris
PDF
Juknis HIV: Pedoman IMS 2011
PPTX
CBD otitis eksterna
PPTX
Rhinosinusitis kronis
DOC
Mekanisme muntah proyektil
Pneumonia
Case OMSK
Case Report BPPV
Laporan Kasus Bell's palsy
239776755 dr-bowo-lapkas-scabies
Bronko pneumonia
Case hernia putri
225881539 appendisitis-akut-laporan-kasus
Ppt peritonitis ec app
Otitis media akut
Laporan kasus ii
Laporan Kasus BPH
Aspek Anamnesis Pasien Nyeri Ulu Hati
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Refrat THT EPISTAKSIS
Veruka vulgaris
Juknis HIV: Pedoman IMS 2011
CBD otitis eksterna
Rhinosinusitis kronis
Mekanisme muntah proyektil
Ad

Similar to LAPORAN KASUS tonsiltis.pptx (20)

PPTX
Case based discussion otitis media akut case
PPTX
Lxfqmifjifjxipjf,oizjmwqfniu,nfziq,fimoifa
PPTX
Case Tubair Catarrh
PPTX
pemeriksaan dan kegawatan pada penyakit tenggorokan
PPTX
Aquatic and Physical Therapy Center XL by Slidesgo.pptx
PPTX
Lapsus risyay SINUSITIS -2.pptx nnnnnnnnn
PPTX
PPT LAPKAS OTOMYCOSIS KELOMPOK 1 telinga
PPTX
Laporan Kasus Otitis Media Akut - dr. Angelica Sisko.pptx
DOCX
177722298 case-omsk-thtotitis-media
PPTX
PPT contoh tugas laporan kasus internship
PPTX
Klp cerdas
PPTX
jioikkjiopjpi,ojiojiojiojiojipoo,hjhjhkhkhkkjkljkljlkjljljl
PPTX
Laporan Kasus esofagitis korosifttt.pptx
PPTX
Klinis Moc Solik-L-24th-238701-Phlegmon.pptx
PPTX
PPT LAPKAS DEVIASI SEPTUM deviasi powerpoint
PPTX
bibuibnnioniomkmkmiomioniobubiubyuvubjninijnjniojiohiohiohioh
PPT
cupdf.com_slide-lapkas-spondilitis-tb.ppt
PPT
Abses paru by dr.Yanuarman
PPTX
limfadenitis tuberculosis power pooint.pptx
PPTX
IQBAL_LAPORAN KASUS IKM_OMA.pptxKASUS IKM_OMA.pptx
Case based discussion otitis media akut case
Lxfqmifjifjxipjf,oizjmwqfniu,nfziq,fimoifa
Case Tubair Catarrh
pemeriksaan dan kegawatan pada penyakit tenggorokan
Aquatic and Physical Therapy Center XL by Slidesgo.pptx
Lapsus risyay SINUSITIS -2.pptx nnnnnnnnn
PPT LAPKAS OTOMYCOSIS KELOMPOK 1 telinga
Laporan Kasus Otitis Media Akut - dr. Angelica Sisko.pptx
177722298 case-omsk-thtotitis-media
PPT contoh tugas laporan kasus internship
Klp cerdas
jioikkjiopjpi,ojiojiojiojiojipoo,hjhjhkhkhkkjkljkljlkjljljl
Laporan Kasus esofagitis korosifttt.pptx
Klinis Moc Solik-L-24th-238701-Phlegmon.pptx
PPT LAPKAS DEVIASI SEPTUM deviasi powerpoint
bibuibnnioniomkmkmiomioniobubiubyuvubjninijnjniojiohiohiohioh
cupdf.com_slide-lapkas-spondilitis-tb.ppt
Abses paru by dr.Yanuarman
limfadenitis tuberculosis power pooint.pptx
IQBAL_LAPORAN KASUS IKM_OMA.pptxKASUS IKM_OMA.pptx
Ad

Recently uploaded (20)

PPTX
D8agnosis dan tatakaksana dari empiema.pptx
PDF
NOVEL MOMENTUM KESEHATAN ABAD INI ADALAH VISI INDONESIA EMAS 2045. KARYA Fer...
PDF
NOVEL TRILOGI PUSKESMAS. KARYA FERIZAL BAPAK SASTRA KESEHATAN INDONESIA
PDF
20 Bukti dari Kementerian Hukum Republik Indonesia Bahwa Ferizal adalah Bapak...
PDF
Novel Puskesmas Adalah Cinta. Karya Ferizal Bapak Sastra Kesehatan Indonesia
PDF
Novel Puskesmas Adalah Cinta. Karya Ferizal Bapak Sastra Kesehatan Indonesia
PPTX
05. MPI 5 - SURVEILANS CAMPAK RUBELLA.pptx
PDF
PROPOSAL KEGIATAN PERTAMA ANARA penyuluhan.pdf
PDF
NOVEL SEJARAH PERJUANGAN KEMERDEKAAN : PRESIDEN SUKARNO DAN TIGA SERANGKAI . ...
PPTX
Health Impact Assessment Module 1- Bahasa -HBK.pptx
PDF
NOVEL MELINDUNGI DOKTER SEDUNIA DARI DISRUPSI AI : Karya Ferizal The Father o...
PPTX
Klaster 2a Yankes Bumil Bersalin Bufas.pptx
PDF
NOVEL PERADABAN AI TERINSPIRASI MAJAPAHIT, MUHAMMAD YAMIN DAN FERIZAL ...
PDF
NOVEL ALAN TURING, SALAH SATU BAPAK KECERDASAN BUATAN ( AI ) : Karya Ferizal ...
PPTX
Pemeriksaan Kesehatan Gratis Sekolah Tingkat SD.pptx
PDF
NOVEL MELINDUNGI DOKTER SEDUNIA DARI DISRUPSI AI : Karya Ferizal The Father o...
PDF
Novel Legenda Trisula Cahaya : Hippocrates, Pierre Fauchard, dan Ferizal . K...
PDF
NOVEL PERADABAN AI TERINSPIRASI MAJAPAHIT, MUHAMMAD YAMIN DAN FERIZAL ...
PDF
20 Bukti dari Kementerian Hukum Republik Indonesia Bahwa Ferizal adalah Bapak...
PDF
NOVEL MELINDUNGI DOKTER SEDUNIA DARI DISRUPSI AI : Karya Ferizal The Father o...
D8agnosis dan tatakaksana dari empiema.pptx
NOVEL MOMENTUM KESEHATAN ABAD INI ADALAH VISI INDONESIA EMAS 2045. KARYA Fer...
NOVEL TRILOGI PUSKESMAS. KARYA FERIZAL BAPAK SASTRA KESEHATAN INDONESIA
20 Bukti dari Kementerian Hukum Republik Indonesia Bahwa Ferizal adalah Bapak...
Novel Puskesmas Adalah Cinta. Karya Ferizal Bapak Sastra Kesehatan Indonesia
Novel Puskesmas Adalah Cinta. Karya Ferizal Bapak Sastra Kesehatan Indonesia
05. MPI 5 - SURVEILANS CAMPAK RUBELLA.pptx
PROPOSAL KEGIATAN PERTAMA ANARA penyuluhan.pdf
NOVEL SEJARAH PERJUANGAN KEMERDEKAAN : PRESIDEN SUKARNO DAN TIGA SERANGKAI . ...
Health Impact Assessment Module 1- Bahasa -HBK.pptx
NOVEL MELINDUNGI DOKTER SEDUNIA DARI DISRUPSI AI : Karya Ferizal The Father o...
Klaster 2a Yankes Bumil Bersalin Bufas.pptx
NOVEL PERADABAN AI TERINSPIRASI MAJAPAHIT, MUHAMMAD YAMIN DAN FERIZAL ...
NOVEL ALAN TURING, SALAH SATU BAPAK KECERDASAN BUATAN ( AI ) : Karya Ferizal ...
Pemeriksaan Kesehatan Gratis Sekolah Tingkat SD.pptx
NOVEL MELINDUNGI DOKTER SEDUNIA DARI DISRUPSI AI : Karya Ferizal The Father o...
Novel Legenda Trisula Cahaya : Hippocrates, Pierre Fauchard, dan Ferizal . K...
NOVEL PERADABAN AI TERINSPIRASI MAJAPAHIT, MUHAMMAD YAMIN DAN FERIZAL ...
20 Bukti dari Kementerian Hukum Republik Indonesia Bahwa Ferizal adalah Bapak...
NOVEL MELINDUNGI DOKTER SEDUNIA DARI DISRUPSI AI : Karya Ferizal The Father o...

LAPORAN KASUS tonsiltis.pptx

  • 1. LAPORAN KASUS TONSILITIS KRONIK Pembimbing : KRH. dr. H. Djoko Sindhusakti Widyodiningrat, Sp.THT - KL (K), MBA., MARS., M.Si, Audiologist Dr. dr. H. Iwan Setiawan Adji, Sp. THT – KL dr. Dimas Adi Nugroho, Sp. THT-KL Disusun Oleh : Dian Hasliani S.Ked
  • 2. Identitas pasien Nama : Nn. Enita Usia : 20th Agama : Islam Pekerjaan : karyawati Suku : Jawa Alamat : Kenongo 4/5 Gantiwarno Tanggal pemeriksaan : 30-01-2018
  • 4. Riwayat penyakit sekarang Pasien datang ke poli klinik THT RSUD Karanganyar dengan keluhan tenggorokan terasa mengganjal sejak 1 tahun yang lalu. Satu bulan terakhir keluhan dirasa makin memberat, pasien mengeluh tenggorokannya semakin tidak nyaman, tenggorokan terasa kering dan pernafasan berbau Keluhan nyeri pada telinga, telinga terasa mendengung dan rasa penuh di telinga disangkal oleh pasien. Keluhan jantung berdebar serta nyeri persendian tidak ada. Keluhan sakit gigi dan gigi berlobang juga disangkal. Keluhan demam dan gejala ISPA disangkal
  • 5. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien mempunyai riwayat radang tenggorokan berulang. Dalam setahun terakhir keluhan tersebut sudah dirasakan lebih dari 5 kali.
  • 6. Riwayat Penyakit Keluarga Penyakit serupa (-) ISPA (-) Alergi (-)
  • 7. Riwayat Pengobatan dan Kebiasaan Sosial Pasien sudah pernah berobat ke puskesmas sebelumnya.. Pasien suka minum es, makan gorengan, dan jajan sembarangan
  • 9. KU : baik, CM TD : 100/60 N : 80x/mnt RR: 20x /mnt S : 36.4 C Status THT Telinga luar: normotia(+/+), tragus pain (-/-), NT mastoid(-/-), discharge (-/-) Telinga dalam: MT intak (+/+), discharge(-/-), serumen (-/-), granulasi (-/-) Hidung luar : bengkak (-), nyeri tekan (-) Hidung dalam : konka hipertrofi (-/-), mukosa hiperemis (-/-), sekret (- /-) Tenggorokan: tonsil (T2-T2), mukosa hiperemis (-), uvula di tengah Leher : pembesaran KGB (-)
  • 10. Status Lokalis Rongga mulut dan tenggorokan Bibir & mulut Mukosa mulut basah, berwarna merah muda Geligi Karies (-) Lidah Pseudomembrane (-) Uvula Berada ditengah, hiperemi (-), edema (-), pseudomembran (-) Mukosa Mukosa hiperemi (-), lendir mengalir ditenggorokan Tonsila palatina Kanan: T2, Hiperemi (-), detritus (-), kripte melebar (+) Kiri: T2, Hiperemi (-), detritus (-), kripte melebar (+)
  • 11. Laring (laringoskopi indirek) Epiglotis : dbn Aritenoid : dbn Plika vokalis : dbn Gerak plika vokalis : dbn Subglotis : dbn Tumor : -
  • 13. Hidung a.Pemeriksaan Hidung Hidung Kanan Hidung Kiri Hidung luar Bentuk normal, hiperemi (-), deformitas (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-) Bentuk normal, hiperemi (-), deformitas (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-) b. Rinoskopi Anterior Vestibulum nasi Normal, uklus (-) Normal, ulkus (-) Cavum nasi Bentuk (normal), hiperemia (-) Bentuk(normal), hiperemia (-) Meatus nasi media Mukosa hiperemis (-), sekret (-), massa (-). Mukosa hiperemis (-), sekret (-), massa (-). Konka nasi inferior Edema (-), mukosa hiperemi (-), sekret (-) Hipertrofi (-), mukosa hiperemi (-), sekret mukopurulen (-) Septum nasi Deviasi (-), perdarahan (-), ulkus (- ) Deviasi (-), perdarahan (-), ulkus (-) rhinoskopi posterior Muara tuba eustachii tampak tidak ada oklusi Tidak tampak pemebesaran kelenjar adenoid
  • 14. No. Area Telinga Kanan Telinga Kiri 1. Tragus Nyeri tekan (-), edema (-) Nyeri tekan (-), edema (-) 2. Pre dan Retro auricula Fistula (-), hiperemis (-), edema (-), nyeri tekan (-) Fistula (-), hiperemis (-), edema (-), nyeri tekan (-) 3. Daun telinga Bentuk dan ukuran dalam batas normal, hematoma (-), edema (-), hiperemis (-), sekret (-) Bentuk dan ukuran dalam batas normal, hematoma (-),edema (-), hiperemis (-), sekret (-) 4. Liang telinga Serumen (-), hiperemis (-), furunkel (-), edema (-), sekret (-) Serumen (-), hiperemis (-), furunkel (-), edema (-), sekret(-) 5. Membran timpani Retraksi (-), bulging (-), hiperemi (-), edema (-), perforasi (-), kolesteatom (-), cone of light (+) MT intak Cone of light (+) Retraksi (-), bulging (-), hiperemi (-), edema (-), perforasi (-), kolesteatom (-), cone of light (+ ) MT intak Cone of light (+)
  • 15. Test Garpu Tala Test Rinne : positif Test Weber: tidak ada laterisasi ke kanan/ ke kiri Test Swabach : sama dengan pemeriksa Kesimpulan : Normal Test Rinne : positif Test Weber: tidak ada laterisasi ke kanan/ ke kiri Test Swabach : sama dengan pemeriksa Kesimpulan : Normal
  • 16. Kepala dan Leher  Kepala: konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (- ), nafas cuping hidung (-)  Leher: retraksi (-), deviasi trachea (-), pembesaran kelenjar limfe (-)
  • 17. 05-02-2018 Harga normal HB 11.8 12-16 Hematokrit 38.0 35-47 Leukosit 13.99 4.4-11.3 Trombosit 294 170-394 Eritrosit 4.33 4.1-5.1 MCV 91.7 82.0-92.0 MCH 27.7 28-33 MCHC 32 32.0-37.0 Limfosit 13.2 25.0-40.0 Neutrofil 81.7 5.0-7.0 Eosinofil 0.5 0.5-5.0 Basofil 0.4 0.0-1.0 CT 04.30 2-8 BT 01.30 1-3 GDS 113 70-150
  • 18. DIAGNOSA  Diagnosis banding : Tonsilitis kronik Tonsilofaringitis Difteri  Diagnosis kerja : Tonsilitis kronik
  • 19. PENATALAKSANAAN  Initial planning : usulan pemeriksaan darah lengkap  Non medikamentosa - istirahat (bedrest) - pengaturan pola makan dan jenis asupan makan  Medikamentosa Amoxicillin Tab 3x1 Paracetamol Tab 3x1 Dexamethasone 0,5 mg 3 x 1 tablet  Konseling, informasi dan edukasi - Edukasi untuk minum obat secara teratur dan penggunaan antibiotik sesuai yang dianjurkan walaupun gejala sudah membaik. - Penjelasan kepada keluarga pasien tentang tonsillitis dan edukasi - Edukasi tanda-tanda kegawatan dan kapan di bawa kerumah sakit - Edukasi pola makan dan jajanan sehat untuk anak  Monitoring Pasien rutin memeriksakan dirinya ke pelayanan kesehatan terutama jika tidak ada perbaikan gejala klinis. Pembedahan Tonsilektomi
  • 21. PROGNOSIS  Quo ad Vitam : dubia ad bonam  Quo ad Sanactionam : dubia ad bonam  Quo ad Functionam : dubia ad bonam
  • 22. ANALISA KASUS  Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik tersebut, kemungkinan diagnosa pada pasien ini adalah tonsillitis kronik. Dimana sesuai dengan teori bahwa pasien dengan tonsillitis kronik ditandai dengan tenggorokan terasa mengganjal dan tidak nyaman, tenggorokan terasa kering dan pernafasan berbau. Adanya infeksi berulang. Pada kasus ini pasien memiliki kebiasaan minum es, memakan gorengan dan jajan sembarangan. Hal tersebut merupakan salah satu faktor pencetus terjadinya tonsillitis.  Pemeriksaan fisik pasien, didapatkan pembesaran tonsil T2-T2 dan kripta melebar.
  • 23.  pemeriksaan penunjang juga dapat dilakukan untuk lebih memastikan diagnosa tonsillitis. Pemeriksaan penunjang ini biasanya dilakukan setelah tonsil diangkat atau setelah dilakukannya tonsilektomi pada pasien. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan mikrobiologi. Pemeriksaan ini merupakan Gold standart pemeriksaan tonsil, yaitu kultur dari dalam tonsil. Kuman terbanyak yang ditemukan adalah Streptococcus beta Hemolitikus diikuti dengan Staphilococcus Aureus
  • 24.  Pada kasus ini, pasien mendapatkan terapi amoxicillin sebagai antibiotik, paracetamol untuk mengurangi nyeri dan menurunkan demam , dan dexamethason sebagai anti inflamasi. Pilihan pengobatan ditentukan dengan gejala klinis yang ada pada pasien. Tindakan operasi dapat dilakukan bila pembengkatan tonsil menyebabkan obstruksi saluran nafas, gangguan tidur, dan kompikasi kardiopulmoner, abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan drainase, serta tonsillitis kronis yang berulang pada karier Streptococcus yang tidk membaik dengan pemberian antibiotik
  • 25.  Selain pemberian terapi, pasien juga harus diberikan edukasi seperti :  Menjaga daya tahan tubuh anak dengan pola makan yang baik. Dianjurkan untuk mengkonsumsi sayur-sayuran dab buah- buahan.  Tidak membeli jajanan yang banyak mengandung penyedap dan pewarna buatan.  Meminum obat secara teratur, pemberian antibiotic harus dihabiskan walaupun gejala sudah membaik.
  • 26. Kesimpulan  Tonsilitis merupakan radang yang terjadi pada tonsil. Kondisi ini sebagian besar dialami oleh anak-anak. Penyakit ini dapat dicetus oleh beberapa hal, salah satunya ada kebiasaan anak yang sering mengkonsumsi makanan atau minuman yang tidak sehat dan kurang terjaganya kebersihan mulut. Penyakit ini memiliki prognosa yang baik apabila didiagnosa dan diterapi secata cepat dan cepat. Yang terpenting adalah pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga agar penyakit ini dapat dicegah dan tidak terulang kembali.  Prinsip pelayanan dokter keluarga pada pasien ini adalah menatalaksana masalah kesehatan dengan memandang pasien sebagai individu yang utuh terdiri dari unsure biopsikososial, serta penerapan prinsip pencegahan penyakit promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Proses pelayanan dokter keluarga dapat lebih berkualitas bila didasarkan pada hasil penelitian ilmu kedokteran terkini (evidence based medicine)
  • 28. ANATOMI  Tonsil palatina dan tonsil faringeal merupakan bagian terpenting dari sistem cincin Waldeyer, dimana keduanya merupakan bagian terbesar dari sistem tersebut dan menjadii salah satu dari sistem pertahanan mukosa karena terletak didepan pintu masuk dari saluran pernafasan dan saluran pencernaan. Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori.
  • 29.  Berdasarkan lokasinya, tonsil dibagi menjadi :9 1. Tonsilla lingualis, terletak pada radix linguae. 2. Tonsilla palatina (tonsil), terletak pada isthmus faucium antara arcus glossopalatinus dsan arcus glossopharingicus. 3. Tonsilla pharingica (adenoid), terletak pada dinding dorsal dari nasofaring. 4. Tonsilla tubaria, terletak pada bagian lateral nasofaring di sekitar ostium tuba auditiva.
  • 31. DEFINISI Tonsilitis merupakan peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Tonsilitis kronik merupakan peradangan kronik pada tonsil yang biasanya merupakan kelanjutan dari infeksi akut berulang atau infeksi subklinis dari tonsil.
  • 32. ETIOLOGI Bakteri penyebab tonsilitis kronik sama halnya dengan tonsilitis akut yaitu kuman Streptokokus beta hemolitikus grup A, Pneumokokus, Streptokokus viridian dan Streptokokus piogenes, Stafilokokus, Hemophilus influenza, namun terkadang ditemukan bakteri golongan gram negatif
  • 33. FAKTOR RISIKO Rangsangan kronik (rokok, makanan) Higiene mulut yang buruk Pengaruh cuaca (udara dingin, lembab, suhu yang berubah-ubah) Alergi (iritasi kronik dari alergen) Keadaan umum (kurang gizi, kelelahan fisik) Pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat
  • 34. PATOGENESIS Proses peradangan dimulai pada satu atau lebih kripti tonsil. Karena proses radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti dengan jaringan parut. Jaringan ini akan mengerut sehingga kripti akan melebar, ruang antara kelompok melebar yang akan diisi oleh detritus (akumulasi epitel yang mati, sel leukosit yang mati dan bakteri yang menutupi kripte berupa eksudat berwarna kekuning-kuningan). Proses ini meluas hingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlekatan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak-anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar submandibula.
  • 35. MANIFESTASI KLINIS  Pada umumnya penderita sering mengeluh oleh karena serangan tonsilitis akut yang berulang-ulang, adanya rasa sakit (nyeri) yang terus-menerus pada tenggorokan (odinofagi), nyeri waktu menelan atau ada sesuatu yang mengganjal di kerongkongan bila menelan, terasa kering dan pernafasan berbau  Pada pemeriksaan, terdapat dua macam gambaran tonsil dari Tonsilitis Kronik yang mungkin tampak, yakni :  Tampak pembesaran tonsil oleh karena hipertrofi dan perlengketan ke jaringan sekitar, kripte yang melebar, tonsil ditutupi oleh eksudat yang purulen atau seperti keju.  Mungkin juga dijumpai tonsil tetap kecil, mengeriput, kadang- kadang seperti terpendam di dalam tonsil bed dengan tepi yang hiperemis, kripte yang melebar dan ditutupi eksudat yang purulen.
  • 36. Ukuran tonsil dibagi menjadi : • T0 : Post tonsilektomi • T1 : Tonsil masih terbatas dalam fossa tonsilaris • T2 : Sudah melewati pilar anterior, tapi belum melewati garis paramedian (pilar posterior) • T3 : Sudah melewati garis paramedian, belum melewati garis median • T4 : Sudah melewati garis median
  • 37. TATALAKSANA Penatalaksanaan medis termasuk pemberian antibiotika penisilin yang lama, irigasi tenggorokan sehari-hari dan usaha untuk membersihkan kripta tonsilaris dengan alat irigasi gigi (oral). Ukuran jaringan tonsil tidak mempunyai hubungan dengan infeksi kronik atau berulang-ulang. Pembedahan : tonsilektomi
  • 38. INDIKASI TONSILEKTOMI Indikasi tonsilektomi menurut The American Academy of Otolaryngology, Head and Neck Surgery : • Indikasi Absolut • Pembesaran tonsil yang menyebabkan sumbatan jalan nafas atas, disfagia menetap, gangguan tidur atau komplokasi kardiopulmunar • Abses peritonsil yang tidak respon terhadap pengobatan medis • Tonsilitis yang menimbulkan febris dan konvulsi • Biopsi untuk menentukan jaringan yang patologis (dicurigai keganasan)
  • 39. Indikasi Relatif Penderita dengan infeksi tonsil yang kambuh 3 kali atau lebih dalam setahun meskipun dengan terapi yang adekuat Bau mulut atau bau nafas yang menetap yang menandakan tonsilitis kronik tidak responsif terhadap terapi media Tonsilitis kronik atau rekuren yang disebabkan kuman streptococus yang resisten terhadap antibiotik betalaktamase Pembesaran tonsil unilateral yang diperkirakan neoplasma
  • 40. KONTRAINDIKASI TONSILEKTOMI Gangguan perdarahan Infeksi akut yang berat Anemia Resiko anestesi yang besar atau penyakit berat
  • 41. KOMPLIKASI Komplikasi sekitar tonsil : • Peritonsilitis: Peradangan tonsil dan daerah sekitarnya yang berat tanpa adanya trismus dan abses. • Abses Peritonsilar (Quinsy): Kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsil. Sumber infeksi berasal dari penjalaran tonsilitis akut yang mengalami supurasi, menembus kapsul tonsil dan penjalaran dari infeksi gigi. • Abses Parafaringeal: Infeksi dalam ruang parafaring dapat terjadi melalui aliran getah bening/pembuluh darah. Infeksi berasal dari daerah tonsil, faring, sinus paranasal, adenoid, kelenjar limfe faringeal, mastoid dan os petrosus. • Abses retrofaring: Merupakan pengumpulan pus dalam ruang retrofaring. Biasanya terjadi pada anak usia 3 bulan sampai 5 tahun karena ruang retrofaring masih berisi kelenjar limfe. • Krista Tonsil: Sisa makanan terkumpul dalam kripta mungkin tertutup oleh jaringan fibrosa dan ini menimbulkan krista berupa tonjolan pada tonsil berwarna putih/berupa cekungan, biasanya kecil dan multipel. • Tonsilolith (kalkulus dari tonsil): Terjadinya deposit kalsium fosfat dan kalsium karbonat dalam jaringan tonsil membentuk bahan keras seperti kapur
  • 42. Komplikasi ke organ jauh : Komplikasi jauh secara hematogen atau limfogen dan dapat timbul endokarditis, artritis, miositis,nefritis, uveitis, iridosiklitis, dermatitis, oruritus, urtikaria, dan furunkulosis.