MODUL


                 COST CONTAINTMENT
         (Pengendalian Biaya di Rumah Sakit)




               Dr. Hanna Permana Subanegara, MARS.




DRHAPS-Cost containment-2010                         1
Pendahuluan

Assalamu’alaikum W.W.

            Berkembangnya teknologi kedokteran di dunia saat ini,
merupakan kemajuan yang menggembirakan, namun demikian sangat
berdampak terhadap melonjaknya pembiayaan akibat kemajuan teknologik
tersebut. Keadaan ini merupakan konsekuensi logis yang sekaligus
merupakan tekanan yang berat bagi manajemen rumah sakit maupun
masyarakat pengguna pelayanan kesehatan individu di rumah sakit.

        Ada hal yang menarik dalam industri rumah sakit di Indonesia, bahwa
secara tehnis pelayanan kesehatan merupakan produk jasa yang harus
diberikan sesuai dengan standar teknologi kedokteran yang dianut oleh
hampir seluruh rumah sakit. Jika dilihat objek pelayanan ini adalah
kepentingan dasar kehidupan manusia, maka tampak dengan jelas bahwa
bisnis rumah sakit adalah bisnis yang bersifat sosial. Namun jika melihat
terjadinya transaksi yang beragam dan kompleks disuatu rumah sakit, maka
tidak dapat dihindari bahwa bisnis rumah sakit setara dengan bisnis bisnis
lainnya. Jika dilihat esensinya bisnis rumah sakit merupakan bisnis
kepercayaan (Trusty business), dan didalamnya terdiri dari tiga hal penting
yaitu Product, service dan mindset (value, attitude). Pada proses pelayanan,
yang sangat menonjol adalah mindset/Attitude, sebab sebaik apapun seorang
dokter memberikan pelayanan namun jika attitude kurang mendukung maka
sulit bagi sebuah rumah sakit untuk menegakkan Hospital Branding. Padahal
branding inilah yang akan menentukan diminati atau tidaknya sebuah rumah
sakit oleh masyarakat.

       Sudah menjadi bahan percakapan sehari-hari dikalangan publik bahwa
berobat ke rumah sakit pasti biayanya mahal. Padahal mahal atau tidaknya
sangat bergantung kepada para pelaku bisnisnya dan bahkan berdasarkan
survey di beberapa negara eropa, faktor Moral Hazzard menjadi salah satu
penyebab tingginya biaya pelayanan kesehatan yang dikenal dengan High
cost economic. Pemborosan di rumah sakit terkadang tidak disadari bahkan
pemborosan sudah sedemikian melekat dan menjadi hal yang terkesan tidak
diindahkan oleh seluruh karyawan rumah sakit. Upaya yang cukup signifikan
adalah dengan menerapkan Cost containment yang memiliki arti penekanan
atau pengendalian pembiayaan terhadap berbagai sisi bisnis rumah sakit dari
mulai kepegawaian, infrastruktur, peralatan, obat obatan, bahan habis pakai,
dan seluruh aspek bisnis lainnya di rumah sakit. Berbagai negara di Eropa,
melakukan pengendalian pembiayaan dengan mengubah sistem
pembiayaan, men-setting ulang pembiayaan dan controlling pembiayaan.

                                    Dr Hanna Permana Subanegara, MARS.



DRHAPS-Cost containment-2010                                              2
Daftar Isi


                                                    Halaman

 1.     Pemahaman cost containment                   3 – 13

 2.     Cost Containment SDM                        14 – 23

 3      Cost Containment Bangunan RS                24 – 30

 4.     Cost Containment Peralatan Medis            31 – 41

 5.     Cost Containment Peralatan Non Medis        42 – 44

 6.     Cost Containment Obat Obatan dan BHP        45 – 51

 7.     Cost Containment Strategy                   52 – 58

 8.     Format Cost Containment                     59 – 88




PERHATIAN
Dimohon tidak Memperbanyak atau meng-copy modul Cost Containment ini
tanpa izin penyusun.

Terimakasih.




DRHAPS-Cost containment-2010                                       3
COST CONTAINMENT
                            Dr Hanna Permana Subanegara, MARS.


Pokok Bahasan I

PEMAHAMAN COST CONTAINTMENT


    Proses Cost Containment        Tujuan :

    Pemahaman Cost Containment     Fahamnya para peserta pelatihan dalam
                                   menyusun strategi pengendalian biaya (Cost
                                   containment) di rumah sakit.
       Cost Containment SDM

                                     1. Prinsip-prinsip dari cost containment dan
     Cost Containment Bangunan          mengapa suatu organisasi atau perusahaan
                                        termasuk suatu organisasi rumah sakit
         Cost Containment
                                        memerlukan suatu strategi pengendalian
          Peralatan Medis               atau penekanan biaya di rumah sakit.
                                     2. Pengertian kegunaan cost containment bagi
         Cost Containment               rumah sakit
        Peralatan Non Medis          3. Pemahaman tentang perlunya strategi
                                        pengendalian biaya pada era asuransi dan
         Cost Containment
                                        antisipasi    terhadap   perubahan    pola
       Obatan Obatan dan BHP
                                        keuangan rumah sakit menjadi Badan
         Cost Containment               Layanan Umum (BLU), BUMN, BUMD,
             Strategi                   Perum, dan PT.
                                     4. Pentingnya budaya sadar biaya di rumah
         Cost Containment               sakit dengan memahami seluk beluk biaya.
              Format
                                   Metode Pendekatan
                                    Pemaparan
                                    Diskusi
                                    Audiensi
                                    Latihan


Produk dan Sasaran

                              Tersusunnya Dokumen pengendalian biaya
      Rumah Sakit yang akan dijadikan dasar dalam penekanan pembiayaan
      rumah sakit.
                              Terwujudnya budaya sadar biaya pada seluruh
      karyawan rumah sakit
                              Terwujudnya pola pikir strategis dari seluruh
      karyawan rumah sakit dalam hal pembiayaan.
                              Tergambarnya titik-titik rawan pemborosan
      pembiayaan dan cara penghematannya


DRHAPS-Cost containment-2010                                                    4
                          Tersedianya        dokumen    pengendalian    dan
    penekanan pembiayaan rumah sakit

Masukan/Referensi

                                Data-data pembiayaan program pelayanan di
    rumah sakit
                             Peraturan dan perundang-undangan yang
    berkaitan dengan pengelolaan rumah sakit.
                             Kepustakaan dari berbagai buku yang telah
    diterbitkan baik dalam maupun luar negeri.

Jangka Waktu Pelatihan Tahap Ini

2 Dua sesi atau 3 Jam efektif.


PEMAHAMAN COST CONTAINMENT

        Cost containment merupakan cara atau upaya mengendalikan
pembiayaan atau penekanan biaya sampai ketitik Cost effectiveness, bukan
ketitik efficiency. Artinya berapa besaran biaya yang secara rasional
dibutuhkan untuk pelayanan tertentu dan berapa besar pembiayaan untuk
perawatan atau pemeliharaan peralatan secara rasional.

        Menurut Peter Drucker dalam The Effective Executive bahwa jika
terlalu memusatkan perhatian penuh pada efisiensi dan bukan pada efektifitas
akan cukup berbahaya, karena pemusatan pikiran pada efisiensi akan
menghilangkan kesempatan kepada efektifitas. Sedangkan pada dasarnya
hanya efektifitaslah yang memiliki peluang untuk mendapatkan hasil
keuntungan yang lebih besar, dengan menciptakan pasar dan mengubah
karakteristik ekonomi produk produk dan pasar yang ada. Dan menurut Bill
Reddin dalam bukunya yang berjudul Managerial Effectiveness bahwa
manajer yang berkonsentrasi kepada efisiensi dan bukan pada efektifitas
cenderung untuk:
        a. Melakukan hal hal dengan cara tepat dan bukan hal hal yang tepat.
        b. Memecahkan masalah masalah dan bukan menghasilkan alternatif
           alternatif yang kreatif.
        c. Menjaga sumber daya dan bukan mengoptimalkan pemanfaatan
           sumber daya.
        d. Menurunkan biaya akan tetapi tidak meningkatkan laba.

       Bahaya jika penekanan yang terlalu besar pada efisiensi, adalah tujuan
tindakan tersebut seringkali dikaburkan dengan mesin birokrasi yang telah
ditetapkan untuk dapat mencapainya. Seharusnya diarahkan bagaimana
pembiayaan dapat dikreasi untuk mencapai hasil yang nyata dan memang


DRHAPS-Cost containment-2010                                                5
untuk mencapai hasil tersebut kita harus menerapkan efisiensi, akan tetapi
jangan lupa hasil apa yang seharusnya akan kita capai. Dengan perkataan
lain bahwa hanya menggeluti efisiensi akan menghilangkan pencapaian
tujuan yang sebenarnya. Memang kita efisien akan tetapi tujuan utama tidak
bisa diraih.

       Banyak orang dalam bisnis lain yang melakukan penghematan dengan
cara mengurangi bahan atau material, bahkan mengurangi pembiayaan
tertentu sehingga barang atau jasa yang dihasilkan akan semakin berkurang
kualitasnya, akibatnya akan terjadi cedera branding.

       Pada beberapa rumah sakit, pemilik mengurangi atau tidak membiayai
pembelian barang-barang tertentu padahal barang tersebut sangat
dibutuhkan oleh pelayanan, maka akibatnya pelayanan menjadi terhambat.
Maksudnya mungkin untuk mengurangi pembiayaan tetapi terjadi kekeliruan
pemahaman yang mengakibatkan pelayanan menjadi tidak berkualitas,
akibatnya terjadi ketidak-tepatan pelayanan dan berakibat pula kepada
akurasi pelayanan yang menjadi menurun. Pasien menjadi korban, karena
seluruh akibat pelayanan secara otomatis akan dibebankan pembiayaannya
terhadap pasien. Kesembuhan menjadi tertunda akibat penghematan yang
berlebihan. Dan tertundanya kesembuhan berarti pembiayaan semakin
membengkak.

       Beberapa hasil penelitian di beberapa negara lain, menyebutkan
bahwa dengan bertambahnya dokter atau tenaga kesehatan lainnya,
sesungguhnya akan menyebabkan pembiayaan yang semakin tinggi. Setiap
penambahan dokter baru sudah pasti akan memerlukan biaya pendamping
didalam proses produk pelayanan. Misalnya seorang dokter bedah akan
secara otomatis membutuhkan asisten bedah, anaestesi, peralatan bedah,
ruang bedah, pembiayaan operasional bedah dan lain sebagainya. Jika hal ini
tidak diperhitungkan maka yang terjadi adalah pembengkakan pembiayaan
tanpa terkendali. Memang pada akhirnya manajamen rumah sakit atau
pemilik rumah sakit harus memperhitungkan dengan sangat cermat seberapa
banyak tenaga dokter yang dibutuhkan oleh rumah sakitnya.

       Sebagai ilustrasi seorang manajer dan pemilik sebuah rumah sakit
melihat bahwa kunjungan pada poliklinik Penyakit Dalam sekitar 50 pasien
perhari yang dilayani oleh seorang Spesialis Penyakit Dalam, kemudian
manajer dan pemilik memutuskan untuk menambah dokter Spesialis Penyakit
Dalam yang baru, dengan harapan adanya dua dokter maka akan dihasilkan
100 pasien sehari dan hal ini menguntungkan. Namun setelah dilakukan
rekruitmen dokter baru, ternyata berdasarkan analisa data selama satu tahun,
peningkatan pasien dari 50 orang pasien perhari, hanya menjadi rata rata 65
pasien perhari. Disini dapat digambarkan bahwa dengan dua dokter belum


DRHAPS-Cost containment-2010                                               6
tentu menghasilkan dua kali lipat pelayanan semula. Malah yang terjadi
adalah pembiayaan yang semakin tinggi. Dan sudah pasti pembiayaan yang
tinggi akan berdampak terhadap unit cost, dan pada akhirnya dibebankan
kepada pasien yang diaplikasikan dalam bentuk tarif sesuai dengan
pergerakan unit cost.

       Cost containment sangat erat hubungannya dengan unit cost, semakin
tinggi pemborosan maka semakin tinggi unit cost. Sebab pembiayaan yang
boros secara langsung akan menyebabkan peningkatan variable cost dan kita
ketahui bersama bahwa unit cost atau harga satuan sangat ditentukan oleh
variable cost dan fixed cost.

        Banyak manajemen rumah sakit yang belum menyadari bahwa telah
terjadi kesempatan yang hilang akibat pemborosan didalam proses pelayanan
maupun pemborosan dalam pengadaan barang dan bahan serta pemborosan
akibat budaya karyawan rumah sakit yang tidak mendukung. Celakanya
terjadi pemborosan akibat human error dan anehnya biaya akibat kesalahan
pelayanan seluruhnya dibebankan kepada pasien. Dan inilah penyebab
pemborosan yang tidak bisa ditolerir secara moral dan sosial.

       Akan tetapi pasien pasien kita di Indonesia pada umumnya sangat
awam terhadap pelayanan di rumah sakit. Mereka mengira bahwa pelayanan
di rumah sakit adalah pasti baik dan berdasarkan standar yang mereka
sendiri tidak mengetahuinya (uncertainty). 40% pasien beranggapan bahwa
rumah sakit berkualitas jika bangunannya mewah, bersih dan tertata baik,
peralatannya lengkap serta karyawan rumah sakitnya ramah. Sesungguhnya
biaya tidak menjadi masalah bagi pasien yang penting adalah mereka bisa
sembuh. Bagaimana proses kesembuhan sama sekali merupakan sesuatu
yang uncertainty bagi pasien. Yang mereka sadari adalah dokter telah
merawatnya dengan baik, perawat sudah merawatnya dengan baik dan
ramah, bangunan atau gedung atau kamar perawatan sangat nyaman dan
lain sebagainya. Namun dibalik proses tersebut pasien tidak mengetahui
dengan pasti, jika telah terjadi pemberian obat obatan yang berlebihan akibat
moral hazzard, adanya error, adanya pemberian fasilitas yang berlebihan dan
apapun namanya, service yang berlebihan dan peningkatan citra rumah sakit
dengan berbagai emblim berkualitas Nasional maupun Internasional atau
dengan peningkatan citra rumah sakit asing, sesungguhnya akan berdampak
kepada pembiayaan yang ujung ujungnya harus dibayar oleh pasien yang
bersangkutan.

      Sesungguhnya inti dari cost containment adalah bagaimana seluruh
karyawan menjadi sadar biaya. Mereka para manajemen rumah sakit
mengetahui dengan persis, bahwa biaya yang dibebankan kepada pasien
adalah akibat dari pekerjaannya. Dan mereka sebenarnya menyadari bahwa


DRHAPS-Cost containment-2010                                               7
sedikit atau banyak kesalahan yang mereka lakukan dan perliku boros para
karyawan akan berakibat kepada meningkatnya biaya yang harus ditanggung
oleh pasien, dan lagi lagi akhir dari munculnya konsekuensi pembiayaan
seluruhnya akan menjadi beban pasien.

       Karenanya bagaimana upaya rumah sakit membentuk budaya sadar
biaya dari seluruh karyawannya. Agar pemborosan bisa dicegah dan
pembiayaan bisa ditekan sampai ketitik cost effectiveness. Dan kita
mengetahui bahwa merubah budaya dari karyawan rumah sakit yang terdiri
dari kalangan tenaga medis dan tenaga non medis yang memiliki latar
belakang serta budaya yang berbeda, akan mendapat tantangan yang sangat
berat dan menyita energi yang cukup besar. Namun dengan era SJSN pada
masa yang akan datang maka mau tidak mau, suka tidak atau suka, kita
harus berupaya agar penekanan biaya dengan strategi cost containment kita
lakukan sebelum terlambat.

        Pemborosan sesungguhnya bersifat universal di rumah sakit dan
terjadi bukan hanya pada moment of truth tertentu akan tetapi menyeluruh
pada semua lini rumah sakit, menyeluruh dari sistem perencanaan sampai ke
sistem aplikasi rumah sakit, menyeluruh dari mulai penerimaan pegawai
sampai pegawai itu berhenti bekerja, menyeluruh dari penerapan prosedur
standar sampai ke prosedur substandar, menyeluruh dari input, process,
output, outcome, benefit dan impact pada pendekatan Donabedian. Oleh
karena itu dalam strategi penerapan cost containment diperlukan perubahan
paradigma sadar biaya bagi seluruh karyawan rumah sakit.

       Cost cotainment harus selalu ada pada setiap moment of truth, harus
selalu ikut serta dalam strategic management system, didalam penyusunan
mental creation process sampai kepada physical creation process harus
dikawal dengan cost containment.

       Kesalahan pada perencanaan awal, akan berakibat pembentukan
budaya tertentu yang sangat sulit untuk dirubah pada masa yang akan
datang. Sebab siapapun dan apapun latar belakang karyawan serta apapun
pendidikannya akan selalu dimulai pada hal hal yang pertama dilakukannya
dan hal ini merupakan hal yang strategis bagi dirinya. Dia akan belajar dan
akan berupaya menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya, untuk bekerja
sesuai dengan yang diharapkan oleh manajemen atau oleh pemilik rumah
sakit. Namun sayangnya tidak semua manajemen dan pemilik rumah sakit
mempersiapkan track yang baik dan pasti bagi karyawan yang baru bekerja.
Bahkan kebanyakan manajemen rumah sakit maupun pemilik rumah sakit
mempercayakan pekerjaan kepada karyawan baru tersebut dengan panduan
yang sangat minimal. Dan keadaan ini akan berakibat terhadap pemborosan
yang berkaitan dengan pencarian kenyamanan bekerja. Selama proses


DRHAPS-Cost containment-2010                                              8
pencarian makna kenyamanan akan terjadi trial and error, dan keadaan ini
akan menjadi bahya pemborosan awal bagi suatu rumah sakit.
       Langkah kedua setelah karyawan mencoba hal hal baru yang
menurutnya strategis, maka akan masuk ke daerah rutinitas. Kebiasaan
bekerja dengan kenyamanan tertentu pada karyawan, secara lambat laun
akan dimasukkan kedalam mindset rutinitas, dan akibatnya terbentuk budaya
tertentu yang akan sangat melekat pada diri karyawan yang bersangkutan.
Dan kita ketahui bahwa menurut pakar manajemen Peter Drucker, rutinitas
akan membunuh kreatifitas. Jadi kalau dalam pencarian makna kenyamanan
bekerja dan didapatkannya dari pengalamannya dalam bekerja yang tanpa
dilengkapi dengan panduan kerja, standar dan SPO yang memadai, maka
sudah pasti akan diikuti oleh pemborosan, dan yang akan mereka dapat
adalah pengalaman yang salah dan mereka menganggap hal itu benar.
Akibatnya pengalaman salah akan menjadi rutinitas kesalahan secara
permanen dan melekat pada karyawan yang bersangkutan.

       Tahap selanjutnya setelah rutinitas dilakukan oleh karyawan sekian
lama bahkan bertahun tahun, maka pada akhirnya akan masuk ke area
otomatisasi. Mereka bekerja tidak lagi dengan pola strategisnya, akan tetapi
secara otomatis bekerja akibat pelajaran rutinitas mereka. Jika secara
strategis benar, maka rutinitasnya akan benar dan otomatisasinya akan benar
pula, tentu saja njika hal ini terjadi kaan sangat menguntungkan organisasi.
Akan tetapi sebaliknya jika strategisnya dimulai dengan ketidak lengkapan
panduan dan standar maka rutinitas akan menjadi tidak benar dan pada
akhirnya otomatisasi akan menjadi tidak benar pula. Keadaan inilah penyebab
mengapa pemborosan sering terjadi dan budaya boros seakan melekat pada
diri karyawan secara tidak disadarinya, yang berakibat kepada kerugian
organisasi dan pada akhirnya kerugian bagi masyarakat pengguna jasa
pelayanan rumah sakit.

       Banyak kalangan manajemen yang mengambil jalan pintas, jika terjadi
kerugian atau diperkirakan akan rugi maka dengan serta merta merubah tarif
rumah sakitnya dan otomatis akan menjadi beban masyarakat pengguna.
Cara cara seperti ini sesungguhnya akan menurunkan daya saing rumah sakit
itu sendiri. Seperti kita ketahui bahwa salah satu strategi persaingan adalah
dengan menerapkan cost leadership strategy. Seringkali hitungan unit cost
pada suatu jenis pelayanan amatlah tinggi, dengan menghitung data fixed
cost dan variable cost pada tahun berjalan. Secara tidak sadar terjadi
pemborosan penggunaan bahan, obat obatan, listrik, telepon, air, makanan,
cucian linen, dan jumlah karyawan yang berlebihan. Akibatnya unit cost
menjadi sangat tinggi. Dengan biaya satuan yang tinggi tersebut dan hal
tersebut dijadikan landasan penentuan tarif (pricing policy), maka sudah bisa
diterka bahwa tarif akan melambung tinggi dan tidak sedikit manajemen serta
pemilik rumah sakit yang bingung menghadapi kenyataan bahwa harga


DRHAPS-Cost containment-2010                                               9
satuan atau unit cost yang tinggi tersebut. Mereka kebingungan dalam
menentukan tarif, karena tarif akan tinggi dan sudah barang tentu menjadi
tidak memiliki daya saing. Akibatnya mereka melakukan berbagai cara
dengan Pricing policy. Namun apapun yang dilakukan oleh manajemen
rumah sakit tetap saja besaran tarif akan dibebankan kepada masyarakat
pengguna.

       Ada dua falsafah dasar mengenai cost containment, pertama adalah
bagaimana manajemen rumah sakit berusaha menekan dan mengendalikan
biaya agar rumah sakitnya bisa meraih profit. Dan yang kedua adalah
bagaimana manajemen menekan dan mengendalikan biaya agar masyarakat
pengguna tidak terbebani pembiayaan yang tinggi. Kedua falsafah ini
sesungguhnya sah sah saja untuk dilakukan, yang penting adalah bagaimana
cost effectiveness bisa ditegakkan. Kalau memang biayanya tinggi untuk
pelayanan tertentu apa boleh buat, untuk tetap diterapkan dan manajemen
dapat menagihkan pembiayaan secara fair. Akan tetapi jika pembiayaan yang
ditagihkan tidak memperhatikan penekanan dan pengendalian biaya yang
terencana, maka rasa rasanya tagihan biaya kepada pasien menjadi tidak fair
dan kadaan tersebut seungguhnya merugikan konsumen.

       Tidak bisa dipungkiri bahwa kebanyakan para manajemen rumah sakit
seringkali mengabaikan perhatiannya terhadap biaya pemeliharaan peralatan,
bangunan, pemberian obat-obatan, makanan pasien, administrasi dan
sejenisnya. Artinya seringkali pemborosan terjadi diberbagai lini pelayanan
pada revenue center maupun pada sisi administratif atau cost center.
Pemborosan yang seringkali diakibatkan karena perilaku para karyawannya
yang tidak memahami tentang biaya atau singkatnya tidak memiliki budaya
sadar biaya. Padahal jika seluruh karyawan rumah sakit, sadar akan
pentingnya biaya maka pemborosan sudah sangat mungkin untuk dikurangi.

Budaya Sadar Biaya

       Sadar biaya adalah memahami tentang pentingnya arti, seluk beluk
pembiayaan dalam menjalankan suatu bisnis termasuk bisnis rumah sakit.
Agar memahami biaya secara baik tentunya harus mampu mengerti tentang
biaya itu sendiri.

      Menurut salah satu definisi yang ada, biaya adalah suatu pengorbanan
yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi atau menghasilkan suatu komoditas
atau produk tertentu. Produk terdiri dari produk barang atau produk jasa.
Pengorbanan itu sendiri bisa dalam bentuk uang, barang, tenaga, pikiran,
kenyamanan, kesempatan dan lain sebagainya yang diukur dengan nilai
moneter. Berbagai klasifikasi biaya perlu diketahui oleh seluruh karyawan
rumah sakit, agar karyawan memahami dan menyadari bahwa biaya besar


DRHAPS-Cost containment-2010                                            10
kaitannya dengan apa yang mereka kerjakan dan besar kaitannya dengan
eksistensi perusahaan ditempat mereka bekerja.
Klasifikasi Biaya - 1

Merupakan biaya biaya yang berhubungan dengan volume produksi atau
output yang terdiri dari :

a. Biaya tetap (fixed cost)
   Biaya ini merupakan biaya biaya yang dikeluarkan dan tidak dipengaruhi
   oleh besar kecilnya jumlah volume produksi atau kalau di rumah sakit
   tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya volume pelayanan.
   Biaya ini terdiri dari gaji, biaya pembangunan gedung rumah sakit, biaya
   pembelian peralatan medis dan non medis dan sebagainya.

b. Biaya tidak tetap (variable cost)
   Jenis biaya ini adalah biaya biaya yang dikeluarkan dan dipengaruhi oleh
   besar kecilnya volume produksi atau volume pelayanan. Sehinga disebut
   biaya tidak tetap. Biaya ini adalah biaya administrasi, pembelian obat
   obatan, laundry, gizi, listrik, air, telephone dan sejenisnya.

c. Biaya semi tetap (semi fixed cost)
   Biaya ini disebut semi tetap karena sifatnya yang semi tetap, artinya tetap
   harus dikeluarkan namun besar kecilnya sangat bergantung kepada
   volume pelayanan, misalnya biaya insentif karyawan rumah sakit.

d. Biaya total (total cost)
   Merupakan penjumlahan dari biaya tetap dengan biaya tidak tetap,
   rumusnya adalah :


   Total Cost = Fixed Cost + Variable cost

e. Biaya Tetap Tahunan (Annual fixed cost)
   Merupakan biaya tetap yang disetahunkan dengan rumus sebagai berikut

            IIC(1+i)t
   AFC = ------------ . (1 +r)
              L
   Keterangan
   AFC = Annual Fixed Cost
   IIC = Initial Investment Cost (harga beli awal)
   i    = inflasi
   L    = Life time, umur pakai
   r    = bunga bank


DRHAPS-Cost containment-2010                                               11
Klasifikasi Biaya – 2

Biaya yang berdasar kepada penggunaan atau fungsi biaya dalam proses
produksi yaitu :

   a. Biaya Investasi
      Yaitu biaya biaya yang dikeluarkan dalam rangka investasi, misalnya
      Biaya pembangunan gedung rumah sakit, pembelian peralatan medis
      dan non medis, biaya SDM dan sejenisnya.

   b. Biaya Operasional

       Merupakan biaya yang digunakan untuk mengoperasionalkan barang
       modal dalam proses produksi. Biasanya habis dipakai dalam waktu
       satu tahun. Misalnya biaya obat obatan, bahan habis pakai, bahan
       makanan dan sejenisnya.

   c. Biaya Pemeliharaan
      Merupakan biaya untuk mempertahankan kapasitas barang modal
      agar tetap mampu berproduksi, misalnya pemeliharaan gedung,
      peralatan medis dan non medis, pelatihan SDM dan sejenisnya.

Klasifikasi Biaya – 3

Biaya yang dilihat dari lokasi penggunaan biaya tersebut yang terdiri dari :

   a. Biaya langsung (direct cost)
      Biaya yang secara langsung terkait dgn pelayanan pasien di unit
      produksi. Secara jelas dpt ditelusuri penggunaannya dalam suatu unit
      kegiatan produksi tertentu, seperti unit Ranap, rajal, operasi,radiologi,
      lab, dll.
      Mencakup komponen biaya gedung, biaya gaji pegawai, biaya alat
      medik & non medik, biaya bahan habis pakai, biaya obat-obatan, dll

   b. Biaya tidak langsung (indirect cost)
      Biaya yang tidak terkait secara langsung dengan pelayanan pasien di
      unit produksi. Tidak dapat ditelusuri secara jelas penggunaannya
      dalam suatu unit kegiatan produksi tertentu, seperti unit direksi/
      administrasi, laundry, dapur, security, keuangan, dll




DRHAPS-Cost containment-2010                                                   12
Klasifikasi Biaya – 4

Merupakan biaya yang dilihat berdasarkan masa atau frekuensi pengeluaran,
terdiri dari :

   a. Biaya modal (capital cost)
      Biaya ini dikeluarkan hanya sekali pada saat permulaan menjalankan
      usaha, untuk pengadaan barang-barang investasi yang dapat
      digunakan lebih dari satu tahun Misalnya: Gedung, kendaraan, dll

   b. Biaya berulang (Recurrent cost)
      Biaya ini dikeluarkan secara berulang-ulang setiap tahun untuk
      menjalankan usaha Misalnya: biaya gaji karyawan, bahan habis pakai,
      pemeliharaan peralatan, dll
      Karena dikeluarkan secara berulang-ulang dan berkesinambungan
      maka sering disebut biaya rutin

Selain klasifikasi biaya berdasarkan empat klasifikasi tersebut masih ada lagi
istilah biaya biaya antara lain :

   a. Biaya Penggantian (Replacement cost)
      Biaya yang harus dikeluarkan sehubungan dengan penggantian suatu
      alat atau sarana fisik yang dihitung dengan biaya pada saat ini
      Misalnya: biaya yang diperlukan pada saat ini untuk mengganti alat
      radiologi yang dibeli tahun 1990 yang lalu

   b. Biaya depresiasi (Depressiation cost)
      Biaya akibat menyusutnya nilai barang modal/ aktiva (untuk
      perhitungan pajak), misalnya: sebuah kendaraan memiliki masa pakai
      5 tahun, maka biaya depresiasi per tahun adalah 20% (depresiasi garis
      lurus/linier)

   c. Biaya Kesempatan (Opportunity cost)
      Biaya yang hilang akibat dari dipilihnya suatu alternatif, misalnya: Dana
      100 Milyar diinvestasikan membangun RS, maka dengan memilih
      membangun RS berarti kehilangan kesempatan mendapatkan bunga
      deposito. Jadi disini nilai bunga deposito dipandang sebagai
      opportunity cost

Dengan penjelasan ini, maka berbagai jenis biaya telah bisa difahami, dan
yang penting adalah bagaimana kita mampu menekan pembiayaan tersebut
se-efektif mungkin, agar pada akhirnya Cost Benefit Ratio menjadi positif.



DRHAPS-Cost containment-2010                                                13
Pokok Bahasan II

COST CONTAINMENT SDM


    Proses Cost Containment      Tujuan :

    Pemahaman Cost Containment   Tergambarnya prinsip prinsip pengelolaan SDM
                                 yang mampu menekan pembiayaan di rumah sakit
       Cost Containment SDM
                                     1. SDM     merupakan    kunci  utama    pada
                                        pengendalian atau penekanan biaya di suatu
     Cost Containment Bangunan          organisasi.

         Cost Containment            2. Moment of truth pada SDM didalam suatu
          Peralatan Medis               organisasi dan pengendalian biaya pada
                                        moment of truth SDM
         Cost Containment
        Peralatan Non Medis          3. Service blueprint dan   Cost   containment
                                        strategy pada SDM.
         Cost Containment
       Obatan Obatan dan BHP

         Cost Containment        Metode Pendekatan
             Strategi
                                     Pemaparan
         Cost Containment
              Format                 Diskusi
                                     Audiensi
                                     Latihan




Produk dan Sasaran

                              Tersusunnya strategi pengendalian biaya yang
      berkaitan dengan pengelolaan SDM.
                              Terselenggaranya rekruitmen SDM yang
      berorientasi kepada penekanan atau pengendalian pembiayaan dalam
      suatu organisasi
                              Terciptanya     pengendalian biaya pada
      pengelolaan SDM

Jangka Waktu Pelatihan Tahap Ini

2 Dua sesi atau 3 Jam efektif.




DRHAPS-Cost containment-2010                                                    14
SDM KUNCI UTAMA DALAM PENERAPAN COST CONTAINMENT

       Banyak orang yang mendirikan suatu organisasi, perusahaan atau
bahkan rumah sakit, seringkali tidak didahului dengan perencanaan yang
baik. Mereka tidak menyusun business plan terlebih dahulu, akan tetapi
mereka langsung meng-hire konsultan untuk melakukan studi kelayakan dan
master plan. Padahal sebaiknya sebelum mengundang konsultan feseability
study dan master plan, mereka sebaiknya telah memiliki business plan.
Sehingga tergambar didalamnya visi, misi, value, tujuan sasaran target dan
strategi bisnisnya. Dan didalamnya tergambar pula berapa jumlah tenaga dan
bagaimana jenis tenaga yang akan menjalankan strategi bisnis rumah
sakitnya. Akan tetapi pada umumnya dalam mendirikan rumah sakit, jarang
yang memikirkan bagaimana ketenagaan rumah sakitnya nanti, bagaimana
mencari tenaga medis, perawat dan tenaga administratif.

      Dilihat dari perencanaan ketenagaan rumah sakit, maka sesungguhnya
para pemilik kurang memperhatikan rekruitmen atau penerimaan pegawai
dengan baik. Mereka hanya berkonsentrasi terhadap bangunan dan peralatan
medis serta non medis rumah sakit saja, akan tetapi hampir hampir mereka
tidak memikirkan bagaimana ketenagaan rumah sakitnya. Mereka bahkan
hanya mengira-ngira saja, bahwa jika rumah sakit sudah berdiri pasti banyak
tenaga yang melamar. Hal itu memang terjadi, akan tetapi masalahnya
adalah, si pelamar pada umumnya bukan yang sesungguhnya dibutuhkan.
Berbagai cara dalam penerimaan pegawai, ada yang memiliki pola tertentu
dan banyak juga yang tidak memiliki pola yang baik.

        Pada dasarnya suatu organisasi ketika menerima pegawai adalah
dalam rangka menjalankan strategi yang sudah tersusun didalam rencana
bisnis atau business plan perusahaan tersebut. Falsafahnya adalah dalam
strategi pencapaian target perusahaan, diperlukan tenaga yang sesuai
dengan standar kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan job description
yang telah disusun berdasarkan jenis kompetensi tertentu untuk
mengoperasikan pekerjaan tertentu. Karenanya orientasi penerimaan
pegawai pada mulanya harus ditujukan kepada jenis kompetensi yang sesuai
dengan job description agar mampu menjalankan atau mengoperasikan misi
unit atau bahkan organisasi tersebut.

       Namun penerimaan pegawai seringkali terkendala oleh human
resource yang tersedia. Harus kita akui bahwa untuk mencari pegawai yang
benar benar sesuai dengan kompetensi yang kita inginkan amatlah sulit
dilaksanakan. Misalnya saja kita membutuhkan tenaga yang berkompetensi
untuk mengoperasikan genset dan kelistrikan di rumah sakit, kita akan
mendapat kesulitan untuk mencari pegawai yang memiliki kompetensi seperti
yang kita harapkan. Akhirnya kita hanya menerima pegawai lulusan STM
yang masih perlu meningkatkan kompetensi lebih lanjut agar menguasai
seluk beluk genset rumah sakit yang pada umumnya berdaya minimal 500


DRHAPS-Cost containment-2010                                            15
KVA. Jika kita lakukan penerimaan pegawai yang tidak sesuai atau yang
kurang sesuai dengan kompetensi yang sesuai dengan jenis pekerjaannya,
maka sesungguhnya kita sedang mangambil resiko besar menghadapi
kemungkinan terjadinya error selama tenaga tersebut menjalankan tugasnya,
sampai tenaga yang bersangkutan secara lambat laun menguasai seluk beluk
genset tersebut.

       Selama waktu pembelajaran tenaga tersebut, seringkali kitapun tidak
memiliki kompetensi untuk menyusun SOP dan arahan yang jelas tentang
pengelolaan genset, akibatnya tenaga yang baru bekerja tersebut melakukan
trial and error. Dan disinilah moment of truth SDM diuji, sebab selama
melakukan trial and error sudah bisa dipastikan akan mengalami kesalahan
kesalahan dan kita tahu bahwa error is cost. Oleh karena itu sering kita lihat
diberbagai media masa mengenai penerimaan pegawai, hampir selalu
mensyaratkan yang sudah memiliki pengalaman bekerja. Inilah yang minimal
bisa kita lakukan didalam upaya penerimaan pegawai yang berorientasi
terhadap cost containment dengan menekan kemungkinan error dan secara
otomatis bisa menekan pembiayaan secara terencana.

       Ada hal yang menarik untuk kita simak bersama, bahwa banyak
pemilik rumah sakit yang berusaha keras untuk memberikan kompensasi atau
remunerasi pada pegawainya dengan imbalan yang rendah. Mereka mengira
dengan memberikan gaji yang kecil, akan mampu menghemat dalam
pembiayaan fixed cost. Jika hanya melihat pada satu sisi seperti itu memang
masuk diakal, bahwa dengan penggajian karyawan yang rendah maka sudah
pasti efisien. Akan tetapi biasanya karyawan yang bersedia dibayar rendah,
adalah karyawan karyawan baru yang belum berpengalaman atau karyawan
yang memiliki track record kurang baik. Menurut rumor yang berkembang
dalam dunia bisnis, jika gaji kecil maka karayawan biasanya akan bekerja
seadanya dan hasilnya pasti tidak optimal. Sebab kita ketahui bahwa
remunerasi yang memadai akan meningkatkan komitmen dan motivasi
karyawan sekitar 40%.

Cost Contaiment Pada SDM

       Penekanan biaya harus dimulai dari perencanaan dan salah satunya
adalah perencanaan penerimaan pegawai. Manajemen harus memiliki
panduan yang memadai dalam melakaksanakan penerimaan pegawai. Untuk
itu secara kasar dapat digambarkan sebagai berikut :

  1.                                   Mengumumkan kepada masyarakat
       atau mengiklankan penerimaan pegawai sebaiknya mencantumkan
       beberapa persyaratan sbb :
       a. Jenis pekerjaan yang ditawarkan secara jelas
       b. Jenis kompetensi yang diinginkan
       c. Umur
       d. Jenis kelamin
       e. Tinggi dan berat badan ideal
       f. Pengalaman bekerja sesuai dengan jenis pekerjaan yang
          ditawarkan


DRHAPS-Cost containment-2010                                               16
g. Sertifikat kesehatan pegawai
       h. Ijazah atau sertifikat formal dari institusi pendidikan

              Mencari pekerja seperti ini lazim dilakukan oleh berbagai
       perusahaan termasuk rumah sakit. Hal yang perlu kita fahami adalah,
       apa yang kita harapkan seringkali menemui kenyataan yang berbeda
       dari yang kita inginkan. Yang datang pada umumnya tidak memenuhi
       persyaratan secara lengkap seperti yang kita inginkan, selalu saja ada
       kurangnya. Akan tetapi jika bersikukuh ingin mendapatkan jenis tenaga
       yang seperti persyaratan diatas, maka resikonya kita akan menunggu
       lama bahkan mungkin tidak akan ada pelamar yang seluruhnya sesuai
       dengan yang kita persyaratkan.

             Solusinya adalah, kita mencoba menganalisa pada saat
       wawancara untuk menggali dan mengetahui tentang tenaga pelamar
       tersebut seminimal mungkin kekurangan yang dimilikinya dari
       persyaratan yang kita harapkan sebelumnya.

  2.                                       Analisa lamaran

              Setelah berkas atau dokumen lamaran dari para pelamar
       tenaga kerja masuk ke PSDM atau yang berwenang melaksanakan
       rekruitmen rumah sakit, maka langkah selanjutya adalah menganalisa
       secara teliti dokumen para pelamar tersebut dengan prinsip pisahkan
       antara dokumen yang lengkap sesuai persyaratan dan dokumen yang
       kurang lengkap atau yang tidak lengkap.

              Khusus bagi pelamar dengan dokumen yang lengkap, dapat
       ditindak lanjuti dengan langkah selanjutnya berupa penggilan yang
       bersangkutan untuk dilakukan wawancara. Sedangkan yang tidak
       memenuhi persyaratan administrasi, segera buatkan surat penolakan
       dengan alasan bahwa lamarannya tidak bisa ditindak lanjuti karena
       kurang lengkapnya dokumen administrasi persyaratan yang telah di
       persyaratkan sebelumnya.


  3.                                       Wawancara Calon pegawai

              Wawancara merupakan suatu wahana atau kesempatan untuk
       menggali skill, knowledge dan attitude calon pegawai. Sebelumnya kita
       sudah meiliki list tentang skill yang diharapkan atau yang sesuai
       standar rumah sakit kita, demikian pula knowledge dan atitude. Setelah
       kita wawancara maka kita akan mengetahui berapa persen kompetensi
       calon tersebut jika dibanding standar yang kita inginkan.

              Tentu saja kita mulai dari dokumen lamaran calon pegawai yang
       telah kita miliki sebelumnya, langkah berikutnya adalah memperdalam
       dan mempertajam tentang skill misalnya dengan mengajukan
       pertanyaan seberapa jauh keterampilan yang dimilikinya telah di klaim



DRHAPS-Cost containment-2010                                              17
oleh pemilik RS maupun pelanggan. Demkian pula dengan knowledge
       dan attitude.

             Menggali pengalaman bekerja tentunya perlu dipertajam, di
       rumah sakit mana selama ini calon pegawai bekerja, seberapa besar
       gaji yang ia dapat, dan mengapa memilih pindah bekerja. Jika
       memungkinkan kita melakukan credentialing seperti ketika kita
       merekrut dokter. Sebaiknya sisihkan waktu untuk menelusuri
       kompetensi yang bersangkutan dengan menanyakan kepada tempat
       asal mereka bekerja.

              Tahap yang cukup penting adalah berkaitan dengan
       pembiayaan, perlu ditanyakan seberapa besar gaji yang diinginkan dan
       bandingkan dengan gaji pada tempat asal mereka bekerja. Jika calon
       pegawai tersebut memenuhi standar kompetensi seperti yang telah
       tentukan didalam list kompetensi, maka jangan ragu ragu untuk
       menentukan besaran gaji sesuai dengan standar penggajian dalam
       sistem remunerasi di rumah sakit kita. Demikian seterusnya sesuai
       dengan berapa persen kesesuaian antara hasil pendalaman dalam
       wawancara dibanding dengan standar kompetensi yang kita harapkan.

               Yang sering terjadi adalah, kita tidak berhasil menemukan calon
       pegawai yang sesuai dengan apa yang kita harapkan. Jika demikian
       maka kita harus memperhitungkan resiko apa yang akan kita hadapi,
       kaitannya dengan kemungkinan pemborosan atau membengkaknya
       biaya pelatihan dan pembimbingan pegawai tersebut setelah mereka
       kita terima sebagai pagawai. Dan inilah salah satu kunci penyebab
       terjadinya pemborosan di rumah sakit.

  4.                                    Formalitas Penerimaan Pegawai dan
       Penempatan

             Setelah kita memiliki kepastian untuk menerima calon pegawai,
       maka selanjutnya mempersiapkan formalitas penerimaan pegawai.
       Dengan kelengkapan:
       a. Surat keputusan direktur RS tentang penerimaan pegawai.
       b. Contractual agreement antara RS dengan calon pegawai yang
          bersangkutan.
       c. Dokumen sistem remunerasi, dan berapa pegawai tersebut akan
          diberikan gaji pertamanya.
       d. Job description tentang jenis pekerjaan yang akan mereka jabat.
       e. Tugas pokok dan fungsi bagi pegawai yang bersangkutan
       f. SPO dalam melaksanakan tugas pada tugas barunya.

             Pada saat ini pula, sebaiknya disampaikan tentang isi dokumen
       kontrak kerjasama atau contractual agreement, yang isinya adalah :

        Pernyataan bahwa yang bersangkutan bersedia bekerja sesuai
         dengan standar yang telah ditentukan oleh rumah sakit, dan sesuai
         dengan tugas pokok dan fungsinya


DRHAPS-Cost containment-2010                                               18
 Bekerja sesuai dengan jadwal waktu atau jam kerja yang telah
         ditentukan oleh pihak perusahaan
        Bersedia mengikuti peraturan peraturan internal yang telah
         digariskan oleh rumah sakit
        Berhak menerima imbalan gaji/insentif sesuai dengan ketentuan
         didalam sistem remunerasi rumah sakit.
        Berhak menerima kesejahteraan dalam hal kesehatan dan lain
         lainnya sesuai dengan ketentuan di rumah sakit.
        Berhak mengambil cuti sesuai ketentuan yang berlaku umum
        Memahami dan bersedia bekerja dengan memperhatikan cost
         containment strategy, menjadi Change agent atau agen perubahan
         dalam penekanan biaya dengan konsep cost effectiveness, yang
         telah diatur oleh pihak rumah sakit
        Berkewajiban menjaga reputasi rumah sakit dan meningkatkan citra
         rumah sakit.
        Berkewajiban meningkatkan kinerja
        Sanksi apabila melanggar contractual agreement yang telah
         ditandatangani kedua belah pihak.
        Pemutusan hubungan kerja.

              Jika calon pegawai tersebut bersedia menandatangani
       contractual agreement tersebut, maka surat keputusan calon pegawai
       tersebut diterima boleh ditandatangani oleh direktur rumah sakit, dan
       didalamnya harus dicantumkan bahwa pegawai tersebut diterima
       bekerja sebagai karyawan RS pada bagian X.

              Dengan demikian, dari sejak pegawai itu diterima bekerja,
       sudah ditekankan bahwa cost containment sangat penting bagi rumah
       sakit dan akan berdampak kepada profitablitas rumah sakit dikemudian
       hari.

             Selanjutnya pegawai baru tersebut diberikan kesempatan untuk
       mengenal jabatannya dan jenis pekerjaannya. Dan masa orientasi
       minimal selama 3 bulan.

  5.                                   Pendidikan,       Pelatihan      dan
       Bimbingan

               Tahap selanjutnya adalah perlu disusun suatu perencanaan
       pendidikan dan pelatihan serta pengembangan SDM bagi karyawan
       rumah sakit. Pendidikan dan pelatihan dikemas sedemikian rupa
       sesuai dengan jenis pekerjaan masing masing dari karyawan rumah
       sakit. Pelatihan sebaiknya berkala dengan evaluasi kinerja secara
       berkala pula. Berdasarkan pendekatan the Balance scorecard,
       pengembangan SDM atau learning and growth merupakan the real
       trigger untuk meningkatkan pendapatan secara bermakna.

             Falsafah pendidikan dan latihan bagi para pegawai rumah sakit
       adalah dengan meningkatkatnya keterampilan dan pengetahuan


DRHAPS-Cost containment-2010                                             19
tentang cara bekerja, dan memahami jenis pekerjaan yang mereka
       geluti dengan baik, tentunya akan meningkatkan kinerja dan
       meminimalkan kesalahan kesalahan didalam bekerja. Inilah konsep
       dasar dari cost containment, karena kita semua mengetahui bahwa
       error is cost.

             Selain pendidikan pelatihan, perlu diperhatikan dan dijaga
       kesehatan jasmani dan rohani para pegawai secara terencana.
       Misalnya dengan memasyarakatkan olah raga dikalangan pegawai dan
       memberikan kesempatan yang cukup untuk mereka berolah raga.
       Sebab dengan pencegahan kesehatan seperti ini akan lebih bisa
       menghemat dibanding besaran biaya pengobatan bagi pagawai yang
       bersangkutan.

              Jika melihat ada karyawan yang terganggu kesehatannya, maka
       HRD harus tanggap untuk segera menganjurkan yang bersangkutan
       untuk segera berobat, sebelum penyakitnya semakin parah, hal inipun
       merupakan langkah cost contaiment yang cukup efektif bagi rumah
       sakit.

  6.                                    Kenaikan Pangkat Pegawai

             Kenaikan pangkat secara otomatis akan berkaitan dengan
       kenaikan gaji karyawan, dan bisa paralel dengan kenaikan gaji berkala
       karyawan. Ada beberapa pemilik rumah sakit yang seringkali tidak
       memperhatikan hal ini. Muncul kalimat kalimat dari pemilik yang tidak
       seharusnya didengar oleh karyawan “saya merasa rugi kalau karyawan
       X dinaikkan pangkatnya dan dinaikkan gajinya, karena kerjanya
       menurut saya belum optimal, jadi sebaiknya tingkatkan dulu kinerja
       saudara”. Kalimat ini adalah pembunuh nomor satu yang dapat
       menyebabkan demotivasi karyawan.

              Karyawan akan sangat kecewa, dan motivasi kerja menjadi
       merosot, akibatnya karyawan yang bersangkutan menjadi malas
       bekerja, komitmennya terhadap rumah sakit menjadi menurun. Jika ini
       terjadi maka sudah bisa dipastikan bahwa produktivitas pegawai
       menurun, kemunggkinan terjadinya error menjadi tinggi dan
       dampaknya adalah pemborosan biaya operasional dan otomatis
       mengganggu dan menurunkan profit rumah sakit. Sebab profit =
       pendapatan – pembiayaan.

              Ada hal yang menarik, bahwa tidak sedikit pemilik rumah sakit
       yang selalu membayangkan keuntungan yang besar dan cepat.
       Mereka akan sangat khawatir bahwa asetnya akan menurun akibat
       ulah karyawan, karenanya mereka selalu intervensi dan mencampuri
       hal hal kecil yang terjadi di rumah sakit. Kelihatannya hal ini sah sah
       saja, akan tetapi tanpa disadarinya bahwa tindakan tersebut justru
       akan menghancurkan rumah sakit itu sendiri, dan akan mengganggu
       sistem yang telah dibangun di rumah sakit yang bersangkutan. Akibat
       yang akan didapat adalah, seringnya terjadi pemborosan, karena


DRHAPS-Cost containment-2010                                               20
instruksi instruksinya menjadi simpang siur dengan kebijakan sistem
       yang telah dibangun, karyawan menjadi bingung harus bekerja seperti
       apa, salah sedikit diberi hukuman dan terkadang sanksinya lebih berat
       jika dibanding keslahan yang mereka lakukan. Motivasi menurun dan
       komitmenpun menurun.



  7.                                    Mutasi atau Rotasi

              Mutasi atau rotasi sebaiknya dilakukan secara terencana pula,
       jangan melakukan mutasi atau rotasi berdasarkan kesalahan karyawan
       yang tidak ada kaitannya dengan jenis pekerjaannya. Jika terjadi
       kesalahan sebaiknya cepat dilakukan pembinaan yang intensif sesuai
       dengan jenis kesalahannya. Jika pagawai tersebut sudah berkali kali
       melakukan kesalahan yang sama maka terpaksa melakukan
       pemindahan atau mutasi, akan tetapi tempat yang baru harus sesuai
       dengan kompetensi pegawai yang bersangkutan. Kesalahan sering
       dilakukan oleh manajemen rumah sakit, misalnya memutasi perawat
       ke bagian administrasi, keadaan ini justru akan lebih menyulitkan
       dikemudian hari, dimana pemborosan akan beralih ke administrasi
       tersebut. Mutasilah ke jenis pekerjaan yang sesuai dengan
       kompetensinya.

               Yang sering terjadi lagi adalah, jika ada pegawai yang bekerja
       sangat baik, dengan attitude yang baik, sering dinaikkan
       kedudukannya dan dimutasi ke admnistrasi, padahal sesungguhnya
       cara seperti ini sangat berisiko untuk terjadinya pemborosan dan
       menurunkan kinerja pekerjaan sebelumnya. Ada suatu pepatah “tidak
       perlu gunung terlalu tinggi yang penting ada Dewa, tidak perlu laut
       terlalu dalam yang penting ada Naga”. Maknanya adalah, pada tempat
       tempat tertentu terutama di unit pelayanan rumah sakit, orang yang
       berprestasi pada unit tersebut sudah menjadi Naga, jangan sekali kali
       kita tergoda untuk memindahkan Naga tersebut ke unit lain, sebab
       akan menyebabkan menurunnya kinerja unit tersebut, dan Naga pada
       pekerjaan yang baru menjadi bukan Naga lagi. Jika memang kinerja
       seorang karyawan sangat baik, maka berikanlah reward dengan
       meningkatkan gajinya atau insentifnya secara proporsional.

  8.                                    Pemutusan Hubungan Kerja dan
       Pensiun

             Pemutusan hubungan kerja beragam latar balakangnya, dalam
       suatu perusahaan, pemutusan hubungan kerja sudah diatur sejak awal
       karyawan bekerja. Pada umumnya pemutusan hubungan kerja adalah
       berdasar kepada kinerja yang buruk, pelanggaran terhadap peraturan
       perusahaan dan perilaku yang mengakibatkan merosotnya citra
       perusahaan.




DRHAPS-Cost containment-2010                                              21
Namun seringkali pemutusan hubungan kerja yang dilakukan
       oleh pemilik rumah sakit, lebih bersifat subjektif dan sepihak, karena
       pemilik merasa perusahaan tersebut adalah miliknya, dengan demikian
       apapun yang dilakukan oleh pemilik adalah sah. Pemahaman seperti
       ini, sangat tidak fair dan akan menurunkan motivasi kerja karyawan
       lainnya, timbul keresahan diantara karyawan dan berdampak
       terjadinya demotivasi. Jika demikian maka pemborosan akan terjadi
       karena karyawan menjadi tidak peduli dengan perusahaan dimana
       mereka bekerja.

              Pemutusan hubungan kerja harus dilakukan bukan berdasar
       like and dislike, akan tetapi harus sesuai dengan contractual
       agreement yang dipegang oleh kedua belah pihak yaitu pemilik dan
       pegawai. Sebab pemutusan hubungan kerja dilindungi dengan Undang
       Undang, jadi ada peraturan yang diberlakukan oleh Dinas Tenaga
       Kerja setempat.

              Pensiun sudah seharusnya dilakukan oleh perusahaan
       manapun, sesuai dengan ketentuan yang diberlakukan di perusahaan
       yang bersangkutan. Namun perlu dipertimbangkan jika karyawan yang
       kinerjanya tinggi dan memiliki atitude baik, kemudian sudah memasuki
       masa pensiun, maka perlu perhitungan matang, apakah karyawan ang
       bersangkutan akan tetap dipertahankan sebab kita akan kehilangan
       Naga yang selama ini memberikan kontribusi yang tinggi bagi
       perusahaan. Resiko yang akan kita hadapi jika yang bersangkutan kita
       pensiunkan adalah, pertama kita akan kehilangan orang yang bisa
       memberikan value added yang nyata, dan yang kedua adalah
       pengantinya ada kemungkinan melakukan error sebelum ia mampu fit
       dengan pekerjaannya.

        Jadi awalnya cost containment pada SDM sangat lekat dengan
rekruitment. Jika salah melakukan rekruitmen maka resikonya adalah akan
terjadi pemborosan dikemudian hari yang dilakukan oleh karyawan yang tidak
berpengalaman, karyawan yang tidak memiliki kompetensi yang memadai
dan karyawan yang tidak sesuai dengan standar kompetensi yang
diamanatkan oleh fungsi-fungsi organisasi yang harus dijalankan oleh
perusahaan.

Cost Containment Strategy SDM

       Untuk memastikan bahwa SDM tidak melakukan error tanpa terkontrol,
maka dibutuhkan kesiapan dari PPSDM, HRD atau Bidang Kepegawaian
rumah sakit. Untuk pemantauan secara berkala. Pada umumnya tugas
PPSDM hanya sekedar mengurus rekruitmen, diklat pegawai, kenaikan
pangkat pegawai dan pemecahan masalah masalah kepegawaian. Dengan
cost containment diharapkan PPSDM mampu mengamati dan mempetakan
kondisi pegawai di rumah sakit antara lain dengan strategi sebagai berikut:

   1. Apakah cara bekerja sesuai dengan SPO atau tidak.



DRHAPS-Cost containment-2010                                              22
2. Memprogramkan dan melaksanakan Diklat sesuai jadwal secara
       berkesinambungan
    3. Supervisi ke setiap unit secara berkala untuk memantau cara kerja
       karyawan
    4. Pemantauan kesehatan karyawan, jika perlu dengan general check up
       secara berkala
    5. Melaksanakan pencegahan dengan program olah raga yang
       berkesinambungan
    6. Mempertimbangkan usulan mutasi atau rotasi secara matang dengan
       pertimbangan yang berorientasi kepada penekanan dan pengendalian
       biaya.
Secara umum, bagian kepegawaian atau PPSDM atau HRD perlu melakukan
tindakan tepat agar mempu mengenali karyawan rumah sakit secara
menyeluruh antara lain :

   1. Post-screening Employment

       Perlu dilakukan screening karyawan yang telah bekerja di perusahaan
       kita, apakah karyawan tersebut sesuai dengan pekerjaannya dan
       apakah mereka siap secara mental dan fisik mengerjakan tugas pokok
       mereka dalam bekerja. Hasil dari screening tersebut dapat digunakan
       sebagai dasar rotasi atau bahkan mutasi karyawan. Dan juga sebagai
       bahan untuk menata rencana peningkatan kapabilitas dan kapasitas
       karyawan dalam melaksanakan tugasnya.

   2. Formal Attendans Program

       Disusun suatu program tentang bagaimana karyawan memahami
       bahwa kehadiran sesuai dengan waktu yang telah disepakati akan
       meningkatkan kinerja dan dapat menekan pembiayaan

   3. Monitoring Short-term Disabilities

       Melakukan suatu telaahan berdasarkan pemantauan tentang adanya
       ketidak mampuan karyawan dalam proses bekerja, atau ketidak
       mampuan untuk berproduksi secara baik. Kegunaanya adalah agar
       mapping karyawan bisa berjalan dengan baik. Manajemen akan
       mengetahui secara pasti pelatihan apa yang akan diberikan pada
       karyawan tersebut. Dengan demikian bisa mengurangi ketidak
       mampuan karyawan dalam proses berproduksi.

Karenanya perlu disusun suatu prosedur atau aturan main dan dicantumkan
reward dan Punishment yang berkaitan dengan pelanggaran prosedur
tersebut diantaranya :

      Sanksi bagi yang menggunakan obat patent, yang seharusna generik
      Sanksi bagi yang tidak mengikuti atau tidak melaksanakan program
       cost containment




DRHAPS-Cost containment-2010                                           23
     Reward bagi yang berhasil melaksanakan system penekanan biaya
            atau yang berhasil menekan biaya operasional akibat pelaksanaan
            tugasnya.




Pokok Bahasan III

COST CONTAINMENT BANGUNAN


    Proses Cost Containment      Tujuan :

    Pemahaman Cost Containment   Perencanaan dan Pengendalian Bangunan yang
                                 berorientasi kepada penekanan pembiayaan di
                                 rumah sakit
       Cost Containment SDM

                                 1. Fahamnya para peserta workshop dalam
     Cost Containment Bangunan      perencanaan pembangunan fisik rumah sakit
                                    yang    berorientasi kepada   pencegahan
                                    terhadap pemborosan akibat bangunan yang
           Cost Containment
            Peralatan Medis
                                    tidak sesuai dengan fungsi fungsi dalam
                                    manajemen dan operasional rumah sakit.
           Cost Containment
          Peralatan Non Medis    2. Tersusunnya suatu strategi pengendalian
                                    pembiayaan dalam pemeliharaan bangunan
           Cost Containment         rumah sakit.
            Obatan Obatan

           Cost Contaiment       3. Service blueprint dan     Cost   containment
               Strategi             strategy pada Bangunan.

           Cost Containment
                Format           Metode Pendekatan
                                  Pemaparan
                                  Diskusi
                                  Latihan


Produk dan Sasaran

                              Tersusunnya strategi pengendalian biaya yang
      berkaitan dengan pengelolaan Bangunan



DRHAPS-Cost containment-2010                                                  24
                            Terselenggaranya pemeliharaan Bangunan
    yang berorientasi kepada penekanan atau pengendalian pembiayaan di
    rumah sakit
                            Terciptanya     pengendalian biaya pada
    pemeliharaan bangunan

Jangka Waktu Pelatihan Tahap Ini

2 Dua sesi atau 3 Jam efektif.




Merencanakan Pembangunan Fisik Rumah Sakit

        Pertumbuhan rumah sakit di Indonesia mengalami eskalasi yang
signifikan dewasa ini. Banyak investor, baik lokal maupun internasional mulai
melirik bisnis industri rumah sakit. Pada umumnya para investor bahkan
share holder tidak mengetahui dengan pasti bagaimana bangunan rumah
sakit yang seharusnya. Mereka sepenuhnya menyerahkan konsep bangunan
rumah sakit yang akan dibangun kepada konsultan perencana. Pemilik atau
investor semata-mata hanya menyampaikan bahwa mereka menginginkan
rumah sakit seperti A atau seperti B, tanpa mengetahui bagaimana
seharusnya bangunan rumah sakit yang memadai.

       Sebetulnya jika seseorang ingin membangun rumah sakit, sebaiknya
menyusun business plan terlebih dahulu, yang didalamnya tercantum visi,
misi, tujuan sasaran dan strategi, dengan perhitungan keuangan sesuai
asumsi dari suatu perencanaan bisnis. Setelah memiliki business plan,
kemudian investor meng-hire konsultan untuk melakukan studi kelayakan dan
master plan rumah sakit yang diinginkannya. Konsultan tentunya akan
membaca serta memahami rencana bisnis dari investor sebelum melakukan
pekerjaannya. Disinilah terjadi diskusi yang hasilnya akan melahirkan suatu
telaahan yang baik dan dapat mengakomodasi visi investor.

        Menurut Prof. Ito seorang konsultan senior perencana bangunan fisik
rumah sakit kelas dunia di Tokyo Jepang, bahwa banyak orang dalam proses
mendirikan bangunan berusaha sehemat mungkin dan mengabaikan
kemungkinan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Rumah sakit
sebaiknya dibangun dengan konsep memperhatikan penekanan resiko biaya
pemeliharaan yang besar setelah bangunan berdiri. Konsep yang sekarang
diterapkan adalah bagaimana membangun rumah sakit sakit dengan biaya
yang agak lebih mahal akan tetapi akan hemat pemeliharaan dimasa
mendatang.

      Terkadang pemilik rumah sakit, mengintervensi konsultan konstruksi
rumah sakit pada saat pembangunan dimulai, akibatnya design bangunan


DRHAPS-Cost containment-2010                                              25
dan ruangan seringkali melenceng dari master plan. Keadaan ini akan
berakibat tidak sesuainya ruangan yang sudah dibuat dengan fungsi medis.
Banyak pemilik yang mengorbankan fungsi hanya karena ingin sehemat
mungkin dan banyak pula yang mengorbankan fungsi hanya karena ingin
bangunan kelihatan menarik.

      Konsep dasar adalah “structur follow the function” bangunan atau
ruang di rumah sakit sebaiknya bertumpu kepada ruangan yang dibuat harus
sesuai dengan fungsi apa yang akan dilakukan pada ruangan tersebut.
BanguBanyak rumah sakit yang didirikan secara bertahap sesuai dengan
kemampuan awal investor, akibatnya pengembangan bangunan hanya
berdasarkan naluri pemiliknya saja tanpa berpegang kepada master plan.
Keadaan ini akan berdampak terhadap biaya pemeliharaan yang lebih besar
dimasa yang akan datang dibanding pembangunan yang terencana.


     Bangunan rumah sakit yang baik, memadai dan berorientasi kepada
penghematan biaya atau cost containment sebaiknya :

1.                                       Bangunan tidak bertingkat lebih
    hemat pemeliharaan dibanding bangunan bertingkat.
2.                                       Seandainya bertingkat yang lebih
    hemat adalah bangunan dengan maksimal 3 tingkat.
3.                                       Pencahayaan sebaiknya disetting
    sejak awal, banyak menggunakan kaca atau jendela akan lebih baik
    dibanding bangunan tertutup, dengan demikian pada siang hari bisa
    menghemat daya listrik, dan hal ini merupakan konsep green hospital.
4.                                       Bangunan perawatan khususnya
    ruang perawatan kelas III dan kelas II, memanfaatkan sistem jendela dan
    lubang angin yang lebih banyak, agar udara segar bisa masuk kedalam
    ruangan, sehingga bisa menghemat penggunaan listrik untuk kipas angin.
5.                                       Penggunaan AC central jauh lebih
    efektif dibanding AC window khususnya bagi rumah sakit yang besar atau
    diatas 250 tempat tidur.
6.                                       Penggunaan bahan kaca dan
    keramik untuk exterior akan menghemat biaya pemeliharaan, sebab jika
    dengan tembok diperlukan pengecatan secara berkala dan biayanya
    cukup besar.
7.                                       Sistem kelistrikan harus terencana
    dengan baik sejak awal sesuai dengan fungsi ruangan tersebut dan
    disetiap unit harus dipasang KWH meter.
8.                                       Penggunaan central gas medik akan
    lebih hemat dibanding tidak central.
9.                                       Penggunaan genset sebaiknya dua
    buah, misalnya 2 x 500 Kva, dan pengaturannya bergiliran jika terjadi
    listrik PLN padam.
10.                                      Kualitas bahan bangunan yang
    memadai dan baik




DRHAPS-Cost containment-2010                                            26
11.                                     Lift diperuntukkan bagi pasien dan
      bahan bahan kotor serta pengunjung dan manajemen. Jika tidak
      dipergunakan atau pada jam jam tertentu lift dimatikan

       Yang digambarkan diatas adalah hanya sebagian saja dari prinsip-
prinsip membangun rumah sakit, yang pada saat ini sering disebut sebagai
konsep green hospital. Masih banyak lagi yang harus dicermati ketika
seseorang membangun rumah sakit, agar pada saat rumah sakit
dioperasionalkan biaya pemeliharaan menjadi tidak terlalu besar.

       Banyak rumah sakit di Indonesia yang pola atau design bangunannya
menyebabkan biaya pemeliharaan tinggi, dari bentuk bangunan yang tambal
sulam, karena tidak terencana dengan baik, kebocoran terjadi dimana mana,
ketika pemasangan alat medis harus dilakukan pembongkaran dan renovasi
khusus, seringkali sumber listrik tidak sesuai dengan spesifikasi peralatan
medik, akibatnya dilakukan pemasangan ulang, semua ini secara tidak
disadari akan menimbulkan pemborosan biaya.

Pemeliharaan Bangunan

        Pemeliharaan suatu rumah sakit, merupakan pemboros nomor dua
setelah SDM. Pemeliharaan pada umumnya hanya bersifat insidentil jika
terjadi kerusakan, kebocoran, atau terjadi retak retak pada bangunan dan lain
sebagainya, tetapi yang jarang dilakukan adalah melaksanakan
pemeliharaan, artinya dilakukan inspeksi berkala dengan memeriksa setiap
bangunan rumah sakit secara periodik. Jangan menunggu laporan adanya
kerusakan pada bagian dari bangunan tertentu saja, akan tetapi lakukan
inspeksi, dan petugas IPSRS seharusnya memiliki mapping bangunan dan
direncanakan inspeksi secara pasti setiap hari dan bergiliran yang pada
akhirnya seluruh bangunan bisa dipetakan, mana yang kemungkinan bocor,
saluran tersumbat, toilet yang tidak berfungsi dan sebagainya, sehingga akan
diketahui manakala ada kemungkinan terjadi kerusakan, jadi konsepnya
adalah mencegah terjadinya kerusakan yang lebih parah dan bahkan bisa
berakibat kepada kerusakan peralatan lainnya yang ada didalam gedung
tersebut.

      Menunggu laporan kerusakan, kemudian baru memperbaiknya setelah
mendengar laporan akan memakan biaya yang lebih tinggi dibanding
sebelum rusak parah langsung ditemukan oleh petugas IPSRS dan langsung
diperbaiki.

       Bangunan bukan hanya bangunan fisik semata, akan tetapi berkaitan
dengan infrastruktur, termasuk, listrik, air dan limbah, lift dan sebaginya.
Karenanya dalam memelihara bangunan bukan hanya memperbaiki
kerusakan saja akan tetapi bagaimana menjaga agar tidak terjadi kerusakan.
Perhatian yang pertama ditujukan kepada pegawai IPSRS dan yang kedua
adalah kepada seluruh karyawan. Untuk itu diperlukan form CCS atau cost
containment strategy, sebagai alat bantu bagi pegawai IPSRS dan seluruh
karyawan rumah sakit dalam hal pengendalian gedung rumah sakit.



DRHAPS-Cost containment-2010                                              27
Contoh
Dokumen Cost Containment Strategy
IPSRS  Bangunan


                                                                Penanggung Jawab
             IPSRS              COST CONTAINMENT

          Diterbitkan                                             Takada Khotora
        Tgl 6 April 2010                    1

Lokasi                         IGD
Keterangan                     Bangunan
Mekanisme                      Kontroling, pemeliharaan, perbaikan
Service Blue Print             a. Atap Bangunan tidak ada yang bocor
                               b. Dinding bangunan selalu bersih, cat tidak terkelupas
                                  dan tidak buram, serta tidak berdebu
                               c. Lantai tidak rusak, tidak licin dan selalu kering
                               d. Pintu dan jendela berfungsi normal, tidak berbunyi jika
                                  dibuka
                               e. Kelistrikan siap pakai, daya memadai sesuai dengan
                                  kebutuhan IGD, stop kontak dan saklar siap pakai
                               f. Air selalu tersedia dan lancar, bersih, tidak berwarna
                                  tidak berbau. Saluran tidak bocor
Kekuatan                       a. Profesonalisme petugas IPSRS
                               b. SOP lengkap
Kelemahan                      a. Jumlah tenaga khusus bangunan kurang memadai
                               b. Bekerja kurang berpegang teguh kepada SOP
                               c. Belum sadar biaya
Cost Containment Strategy      UMUM



DRHAPS-Cost containment-2010                                                          28
a. Susun jadwal pemeriksaan bangunan secara berkala
                               b. Laksanakan pemeriksaan bangunan sesuai jadwal
                               c. Periksa atap dinding lantai, pintu, jendela, kelistrikan
                                  dan instalasi air secara akurat

                               KHUSUS
                               a. Bersihkan atap dari kotoran
                               b. Bersihkan saluran saluran air pada atap
                               c. Bersihkan dinding dari debu, sarang laba laba dan
                                  kotoran terutama jika ada noda darah di dinding
                               d. Bersihkan lantai dari kotoran, debu dan noda akibat
                                  pelayanan
                               e. Bersihkan pintu dan jendela dari kotoran, dan
                                  pelumasan engsel secara berkala
                               f. Instalasi lisrik yang mengalami gangguan segera
                                  perbaiki, ganti bohlam yang tidak berfungsi, periksa
                                  kabel, stop kontak dan steker
                               g. Instalasi air diperiksa berkala, kran dan saluran air
                                  terutama dari kebocoran
Penanggung jawab Unit             1. Purwantoko AMD
                                  2. Purwanti AMK
                                  3. Purnomo Nurse




                                                                 Penanggung Jawab
             IPSRS               COST CONTAINMENT

          Diterbitkan                                              Takada Khotora
        Tgl 6 April 2010                    2

Lokasi                         Rawat Inap
Keterangan                     Bangunan
Mekanisme                      Kontroling, pemeliharaan, perbaikan
Service Blue Print             a. Atap Bangunan tidak ada yang bocor
                               b. Dinding bangunan selalu bersih, cat tidak terkelupas
                                  dan tidak buram, serta tidak berdebu
                               c. Lantai tidak rusak, tidak licin dan selalu kering
                               d. Pintu dan jendela berfungsi normal, tidak berbunyi jika
                                  dibuka
                               e. Kelistrikan siap pakai, daya memadai sesuai dengan
                                  kebutuhan Rawat Inap, stop kontak dan saklar siap
                                  pakai
                               f. Air selalu tersedia dan lancar, bersih, tidak berwarna
                                  tidak berbau. Saluran tidak bocor
Kekuatan                       a. Profesonalisme petugas IPSRS
                               b. SOP lengkap
Kelemahan                      a. Jumlah tenaga khusus bangunan kurang memadai
                               b. Bekerja kurang berpegang teguh kepada SOP
                               c. Belum sadar biaya
Cost Containment Strategy      UMUM
                               a. Susun jadwal pemeriksaan bangunan secara berkala
                               b. Laksanakan pemeriksaan bangunan sesuai jadwal
                               c. Periksa atap dinding lantai, pintu, jendela, kelistrikan
                                  dan instalasi air secara akurat


DRHAPS-Cost containment-2010                                                           29
KHUSUS
                                       a. Bersihkan atap dari kotoran
                                       b. Bersihkan saluran saluran air pada atap
                                       c. Bersihkan dinding dari debu, sarang laba laba dan
                                          kotoran terutama jika ada noda darah di dinding
                                       d. Bersihkan lantai dari kotoran, debu dan noda akibat
                                          pelayanan
                                       e. Bersihkan pintu dan jendela dari kotoran, dan
                                          pelumasan engsel secara berkala
                                       f. Instalasi lisrik yang mengalami gangguan segera
                                          perbaiki, ganti bohlam yang tidak berfungsi, periksa
                                          kabel, stop kontak dan steker
                                       g. Instalasi air diperiksa berkala, kran dan saluran air
                                          terutama dari kebocoran
Penanggung jawab Unit                     1. Pujianti AMD
                                          2. Pujiastuti AMK
                                          3. Pujimori Nurse
                                          4. Pujiyanto
                                          5. Puji Raharja




Keterangan
   • Setiap bangunan memiliki dokumen CCS
   • Tiap bangunan berisi CCS yang bisa berbeda bergantung keadaan
      bangunannya, hanya saja SBP akan sama dan bisa pula berbeda
Contoh
Cost Containment Strategy
Rawat Inap

No   Lokasi    Mekanis      Keterang       SBP           Kekuatan       kelemaha       CCS     PenJw
                  me           an                                           n                    b
1    Ruang     Pengen      Peneran      Pencahay  Komit            Kesibu        Matikan
     Rawat     dalian      gan           aan           men            kan            lampu,
               Kelistrik   seluruh       memadai       tinggi         bekerja        AC dan
               an          ruang
                                        Jka tidak    Jumlah        Tidak          kipas
                           rawat
                           inap          ada           karya          berorie        angin
                                         pasien,       wan            nta            jika
                                         lampu, AC     mema           si             kamar
                                         dan kipas     dai            kepada         kosong
                                         angin tidak                  penghe
                                         aktif                        matan

               Alat                                                             
               Medis
               Alat non                                                         
               medis
               Ac,
               Kulkas,
               Kipas
               angin
               Linen                                                            
               Air                                                              
2    Nurse     Listrik                                                          
     station
               Air                                                              
               Telp                                                             



DRHAPS-Cost containment-2010                                                                    30
ATK                                         
               Komput                                      
               er
               Dll                                         




Pokok Bahasan IV

COST CONTAINMENT PERALATAN MEDIS


 Proses Cost Containment       Tujuan :

 Pemahaman Cost Containment    Tergambarnya aspek aspek peralatan medis yang
                               berkaitan dengan orientasi terhadap penekanan
                               biaya di rumah sakit
    Cost Containment SDM

                               1. Fahamnya para peserta workshop dalam
  Cost Containment Bangunan       perencanaan pengadaan peralatan medis di
                                  rumah sakit yang berorientasi kepada
      Cost Containment
                                  penekanan biaya di rumah sakit
       Peralatan Medis
                               2. Tergambarnya pemahaman peserta workshop
      Cost Containment            akan pemeliharaan peralatan medis di rumah
     Peralatan Non Medis          sakit
      Cost Containment
                               3. Fahamnya     peserta   workshop   tentang
       Obatan Obatan
                                  penggunaan atau pemanfaatan peralatan
      Cost Containment            medis yang berorientasi kepada penekanan
          Strategy                biaya rumah sakit
      Cost Containment
           Format


DRHAPS-Cost containment-2010                                              31
4. Service blueprint dan Cost       containment
                                  strategy pada peralatan medis.

                               Metode Pendekatan
                                  Pemaparan
                                  Diskusi, tanya jawab
                                  latihan


Produk dan Sasaran

                             Tersusunnya strategi pengendalian biaya yang
    berkaitan dengan pengelolaan peralatan medis
                             Terselenggaranya pemeliharaan peralatan
    medis yang berorientasi kepada penekanan atau pengendalian
    pembiayaan di rumah sakit
                             Terciptanya     pengendalian biaya pada
    pemeliharaan peralatan medis.

Jangka Waktu Pelatihan Tahap Ini

2 Dua sesi atau 3 Jam efektif.




Pengadaan Alat Alat Medis

      Peralatan medis merupakan syarat utama yang harus dipenuhi bagi
operasional rumah sakit. Namun seringkali pengadaan peralatan medis
menjadi berlebihan atau bahkan sebaliknya peralatan medis tidak sesuai
dengan fungsi pelayanan yang dilaksanakan, atau peralatan medis tidak
sesuai dengan fungsi pelayanan.

       Dibeberapa negara Eropa, setiap tahun selalu ada update mengenai
standar peralatan medis. Misalnya di German selalu ada CD yang isinya
adalah berbagai alat medis dengan berbagai merek dan spesifikasinya dan
tingkat advantage serta kelemahannya sekaligus dengan harga alat tersebut.
Informasi resmi seperti ini sangat membantu para pebisnis rumah sakit untuk
merancang pengadaan peralatan medis secara baik sesuai dengan
kebutuhan rumah sakit yang didirikannya.

       Di Indonesia pengadaan peralatan medis, ibarat memasuki hutan
belantara, informasi sangat sulit didapatkan, terutama yang berkaitan dengan
komparasi peralatan medis sejenis dengan berbagai merek dari mulai
spesifikasinya, advantage, kelemahan dan harganya. Dari harga saja
seringkali kita sulit mendapatkan informasi yang akurat, harga seringkali tidak
memiliki standar yang jelas, sangat bergantung kepada distributor. Jadi



DRHAPS-Cost containment-2010                                                32
sangat informasi tentang peralatan medis di Indonesia sangat berbeda
dengan informasi di luar negeri.

       Akibat dari kelemahan informasi ini, pemilik atau investor seringkali
membeli peralatan medis yang lebih mahal dan bahkan ada beberapa pemilik
rumah sakit yang membeli peralatan medis hanya berdasarkan masukan dari
para pedagang alat medis saja, akibatnya sering salah beli dan pada akhirnya
peralatan medis tersebut menjadi idle tidak bisa dimanfaatkan dengan
optimal.

       Ada suatu hal yang menarik, pengadaan peralatan medis karena
desakan dari para dokter dan terkadang tidak memperhatikan kemungkinan
breakeven point. Tentunya hal ini merupakan dilema bagi pemilik rumah sakit.
Disatu sisi menerapkan cost containment dan pada sisi lain didesak oleh para
dokternya. Keadaan ini dikenal dengan input driven. Karena tidak sedikit
dokter yang didesak oleh perkembangan teknologi kedokteran dan didesak
oleh para distributor peralatan medis. Karenanya perlu profesionalisme dari
manajemen rumah sakit agar situasi seperti ini bisa dikendalikan dengan baik.

       Yang lebih sulit lagi adalah rumah sakit pemerintah, pengadaan barang
terutama peralatan medis, diharuskan menggunakan tender berdasarkan
Keppres no 80. Banyak manajemen rumah sakit pemerintah terjerembab
dalam persoalan ini, karena adanya tekanan politik, kepentingan dan lain
sebagainya. Disamping itu berdasarkan perhitungan pembiayaan, dengan
mengunakan tender harga peralatan medis lebih tinggi ketimbang tidak
tender. Perhitungannya pada umumnya adalah harga pada umumnya dibagi
0,7 sama dengan harga tender.

       Tender sebenarnya merupakan upaya agar bisa mendapatlkan harga
barang yang lebih baik, karena prinsipnya adalah persaingan terbuka antar
pedagang dan untuk mencegah terjadinya penyimpangan didalam pengadaan
barang dan jasa, akan tetapi seringkali malah dengan tender akan sangat erat
kaitannya dengan penyimpangan dan mendapat harga yang lebih tinggi jika
dibanding pemilik rumah sakit swasta membeli barang yang sama tanpa
tender.

      Dalam konsep cost containment, pengadaan barang yang baik
merupakan salah satu cara dalam menekan pembiayaan peralatan medis.
Karena dengan pemilihan barang yang benar akan menghasilkan
produktifitas pelayanan yang maksimal. Dalam pengadaan peralatan medis
sebaiknya menggunakan beberapa prinsip sebagai berikut :

   a. Memilih peralatan medis dengan prinsip fungsi yang sesuai dengan
      kebutuhan, sebaiknya pilihlah pabrik pembuat peralatan medis yang
      sudah memiliki track record yang baik.

   b. Jika memungkinkan belilah peralatan medis dengan merek yang sama
      untuk memudahkan pemeliharaan peralatan dimasa yang akan datang.
      Sebagai ilustrasi, korporasi rumah sakit Tokushukai di Jepang,
      menggunakan peralatan medik dengan merek yang sama untuk lebih


DRHAPS-Cost containment-2010                                              33
dari 250 rumah sakit yang tersebar di Jepang, mereka menggunakan
       peralatan medik buatan General Electric. Prinsipnya adalah, jika
       membeli peralatan medik pada satu produsen dan dalam partai besar,
       akan menurunkan harga secara signifikans.

   c. Khusus untuk peralatan medis bedah pada umumnya banyak
      menggunakan merek terkenal, karena daya tahan peralatan tersebut
      bisa diandalkan, dibanding dengan merek merek yang tidak terkenal,
      misalnya pembelian pisau bedah sebaiknya merek terkenal, sebab
      daya tahannya hampir tiga kali lipat dibanding merek terkenal.

   d. Komparasi informasi harga alat berdasarkan spesifikasi yang memadai
      dengan fungsi.

   e. Tidak harus selalu mengikuti kemauan dokter anda dalam pengadaan
      alat kedokteran, namun perlu mendengarkan saran dari komite medik
      secara formal.

   f. Hitung dulu BEP alat tersebut dengan cermat, dan bandingkan dengan
      peluang utilisasi alat kedokteran tersebut. Berapa rerata pasien yang
      akan dilayani dengan alat medis tersebut.

   g. Perhatikan peralatan medis yang berharga murah, namun seringkali
      boros menggunakan tenaga listrik dan mudah panas, serta tidak
      compact, mudah rusak.

  h. Jangan ragu menanyakan kepada rumah sakit lain atau dokter yang
     sudah berpengalaman tentang peralatan medis yang akan dibeli.
Penggunaan Peralatan Medis

       Penggunaan peralatan medis kerap kali tidak sesuai dengan prosedur,
dan hal seperti ini akan mengakibatkan terjadinya kerusakan atau kerusakan
alat akan lebih cepat dibanding umur alat tersebut. Jika ini terjadi maka
pemborosan sudah pasti terjadi.

       Seseorang apakah tenaga medis atau tenaga non medis yang bukan
ahlinya, sebaiknya tidak diperkenankan menggunakan peralatan medis
tertentu. Sebab akan terjadi kerusakan yang fatal. Jangan menggunakan
peralatan medis sekaligus untuk memberikan pelayanan dan sekaligus juga
untuk latihan, trial end error.

        Penggunaan alat medis sebenarnya sama dengan memperlakukan
manusia, harus penuh dengan sentuhan emosi yang memadai. Perlakukan
alat medis sebagai alat yang diyakini sangat bermanfaat bagi kita dan bagi
pelanggan. Karenanya penggunaan peralatan apapun harus penuh perhatian
dan perlu touching yang tepat. Sebaiknya memberikan pesan pesan moral
dan pesan teknis kepada pengguna peralatan oleh yang berwenang di rumah
sakit, pada saat pertama kali seseorang akan menggunakan peralatan medik
tertentu. Dan kita harus meyakini bahwa yang akan menggunakan alat
tersebut memang memiliki capability yang memadai.


DRHAPS-Cost containment-2010                                            34
Seperti yang lazim dilakukan oleh manajemen rumah sakit, bahwa
setiap alat medis baru harus ada pelatihan dari pemasok alat tersebut sampai
tenaga medis atau yang akan menggunakan alat tersebut menjadi faham
seluk beluk dan sifat sifat alat medis tersebut.

     Misalnya penggunaan peralatan medis yang menggunakan daya listrik,
cara menghidupkan alat medis jika tidak sesuai prosedur akan
mangakibatkan kerusakan, demikian pula cara mematikan alat tersebut.

      Ada beberapa hal yang perlu disimak dalam penggunaan atau
operasionalisasi alat medis yaitu :

   a. Peralatan medis yang menggunakan daya listrik

          Alat medis golongan ini, harus memiliki ruang yang memadai,
           misalnya alat tersebut berada di lantai 1, maka harus dicermati
           betul bahwa lantai 2 diatasnya bukanlah toilet atau ruangan yang
           kemungkinan ada air dan mungkin saja terjadi kebocoran [ada
           suatu saat nanti. Atau jika hanya satu lantai maka harus yakin betul
           bahwa atapnya aman dari kebocoran.

          Ruangan tidak lembab

          Sumber listrik harus didekatkan ke alat tersebut, tidak
           direkomendasikan menggunakan kabel kabel tambahan, untuk
           menekan resiko korsleting.

          Alat medis tersebut tidak berdekatan dengan barang barang yang
           berisi air

          Menghidupkan dan mematikan alat tersebut harus sesuai dengan
           SOP alat tersebut.

          Kabel listrik setelah pemakaian harus di lepas dan tidak menarik
           kabelnya ketika melepas arus listrik.

          Cara menggunakan peralatan medis tidak kasar dan hanya boleh
           digunakan oleh ahlinya.

          Pengguna alat medis ini, tidak dianjurkan sambil minum, atau ada
           gelas minuman didekat alat tersebut.

          Menjaga alat medis ini untuk tidak jatuh


   b. Alat medis yang tidak menggunakan listrik




DRHAPS-Cost containment-2010                                                35
   Hampir sama dengan peralatan medis yang menggunakan daya
           listrik.

          Yang perlu dicermati adalah SPO tentang penggunaan alat,
           sebaiknya setiap set alat yang akan dipakai ada dokumennya,
           misalnya seperangkat alat untuk operasi, terutama alat alat yang
           kecil kecil yang sudah disteril, dilampiri dokumen tentang jenis dan
           jumlah alat, sebelum melakukan operasi. Sebab sering terjadi
           kehilangan alat medis yang kecil kecil, misalnya klem dan lain
           sebagainya.

          Sebab pernah terjadi di beberapa rumah sakit, alat infusion set
           hilang, lantas siapa yang harus bertanggung jawab. Jika tidak
           memiliki dokumen maka manajemen sudah pasti akan kebingungan
           meminta pertanggung jawaban dari siapa.

          Setiap peralatan medis maupun non medis sebaiknya memiliki
           dokumen yang jelas dari mulai jenis alat, jumlahnya, kapan dibeli,
           berapa harga belinya, bagaimana kondisinya, kapan ditera, dan
           siapa penanggung jawabnya.

          Jadi disetiap ruangan harus memiliki dokumen inventarisasi alat
           sesuai dengan poin diatas dan setiap ada tambahan baru atau
           setiap ada alat yang rusak dan dhapuskan, maka harus segera di
           update.




     Kaitannya dengan alat alat atau barang medis maupun barang barang
non medis, maka logistik memegang peranan penting dalam hal :

   a. Menyusun standarisasi alat medis dan non medis
   b. Pemeriksaan dan kontrol keadaan barang medis dan non medis
      secara berkala, sesuai dengan jadwal yang telah disusun
   c. Membuat laporan berkala tentang keadaan barang medis dan non
      medis
   d. Jika ditemukan barang medis atau non medis yang tidak berfungsi atau
      mengalami kerusakan segera berkordinasi dengan penaggung jawab
      unit/ruangan dimana ala tersebut digunkan dan kordinasi dengan
      IPSRS

   Dengan adanya standarisasi alat maka, setiap pembelian alat medis
   maupun non medis harus mengacu kepada standar tersebut. Prinsipnya
   adalah alat sebaiknya diupayakan satu merek, misalnya TV, AC, ATK,
   komputer, Printer, bahkan alat alat medis, sebaiknya hanya dari satu
   fabrikan saja.

Contoh


DRHAPS-Cost containment-2010                                                36
Inventaris Barang medis dan Non Medis di Poli OBSGYN
RS DHABEDA

 No   Nama Alat      Satuan     Tgl Beli    Kondisi    Peneraan       Harga     Pen.Jwb
                                                                     (ribuan)
  1   USG 4 D        1 unit   12 Jan 2009   Baik      Tiap 12 Jan    400.000    Zr Hetty
  2   USG 2 D        1 Unit   4 Ags 2007    Baik      Tiap 4 ags     200.000    Zr Henny
  3   Tensimeter     1 unit   7 Jul 2008    baik      -              300        Zr Hera




Contoh
Dokumen Cost Containment Strategy
LOGISTIK/INSTALASI FARMASI  Alat Medis dan Non Medis


                                                                    Penanggung Jawab
           LOGISTIK                 COST CONTAINMENT

          Diterbitkan                                                Takada Khotora
        Tgl 6 April 2010                      1

Lokasi                            IGD
Keterangan                        PERALATAN MEDIS
Mekanisme                         Kontroling, dokumentasi
Service Blue Print                a. Alat medis selalu siap pakai
                                  b. Penempatan ala medis sesuai dengan sensitifitas alat
                                     tersebut
                                  c. Ruangan penyimpanan alat tidak lembab
                                  d. Kelengkapan SOP operasionalisasi alat tersedia pada
                                     alat tersebut
                                  e. Kelistrikan alat, seperti kabel dan stop kontak dalam
                                     keadaan utuh
                                  f. Alat dalam keadaan bersih


DRHAPS-Cost containment-2010                                                           37
Kekuatan                       c. Inventarisasi alat lengkap
                               d. SOP lengkap
Kelemahan                      d. Jumlah tenaga kurang memadai
                               e. Bekerja belum sesuai jadwal
                               f. Belum sadar biaya
Cost Containment Strategy      UMUM
                               d. Susun jadwal pemeriksaan alat secara berkala
                               e. Laksanakan pemeriksaan alat sesuai jadwal
                               f. Lakukan diskusi dengan petugas yang menggunakan
                                  alat tersebut, catat apa keluhan keluhannya.

                               KHUSUS
                               a. Lakukan pencatatan keadaan alat
                               b. Catat alat yang hilang, rusak dan tidak berfungsi,
                                  koordinasi dengan penanggung jawab unit dan IPSRS
Penangung jawab Unit              4. Gemilang AMD
                                  5. Gantini AMK
                                  6. Gemma AMK




       Pengendalian alat medis seperti ini cukup efektif, dan para
penanggung jawab harus selalu melakukan check and re-check dengan
melihat dokumen secara berkala dan melihat apakah alat tersebut masih ada,
atau bagaimana kondisinya dan kapan harus ditera. Pada prinsipnya seluruh
karyawan rumah sakit harus memiliki budaya sadar biaya, dan aplikasinya
adalah menjaga alat tersebut bisa selalu siap pakai dan tidak rusak atau tidak
bisa dipakai sebelum life time. Seringkali karyawan terjebak dalam rutinitas,
mereka terkadang lupa dengan kewajiban moral untuk menjada aset rumah
sakit. Sebab jika aset tersebut terganggu, misalnya rusak, tidak berfungsi,
atau bahkan hilang, maka sesungguhnya beban biaya akan meningkat.

Pemeliharaan Alat Medis

      Pemeliharaan merupakan salah satu hal penting didalam strategi
penekanan biaya, karena pemeliharaan alat di rumah sakit seringkali bukan
memelihara, akan tetapi menunggu bila ada laporan kerusakan dan kemudian
memperbaikinya.

       Konsep pemeliharaan adalah memelihara alat agar tetap berfungsi
sesuai dengan fungsinya, selalu siap pakai, tidak berkurang item itemnya,
banyak yang tidak care dalam menjaga keutuhan alat medis, misalnya tidak
sedikit manajemen rumah sakit yang membiarkan saja kabel arus listrik
terkelupas, dan hanya dibungkus dengan plester. Stop-kontak yang keluar
dari sarangnya, tombol on off oblak dan longgar. Sesungguhnya keadaan ini
menunjukkan tidak berjalannya fungsi pemeliharaan.

      Keadaan ini akan mengakibatkan fungsi alat menjadi tidak optimal,
buang waktu, dan bahkan membahayakan pemakainya. Atau mungkin pemilik
bahkan manajemen menganggap bahwa hal hal kecil seperti itu masih wajar
dan masih bisa diakalin agar tetap berfungsi. Pemahaman seperti ini
sesungguhnya keliru, karena justru akan menimbulkan kerusakan yang lebih
parah dan berakibat terhadap perbaikan dengan biaya yang tinggi. Apa yang


DRHAPS-Cost containment-2010                                                     38
terjadi setelah itu, sudah bisa kita prediksi bahwa pemborosan akan terjadi
karena kita meremehkan hal hal kecil.

       Sebaiknya IPSRS memiliki mapping alat medis disetiap unit rumah
sakit. Kemudian melakukan jadwal pemeriksaan alat medis kesetiap unit
secara terencana, artinya tidak menunggu laporan kerusakan dari pengguna
alat medis tersebut. Memang harus diakui bahwa jumlah tenaga ahli teknologi
medik atau Atem di rumah sakit pada umumnya tidak memadai, sehingga
pekerjaannya menjadi overload. Jangankan untuk memeriksa alat medis
secara berkala, menyelesaikan laporan kerusakan saja keteteran. Inilah
dilema yang harus dipecahkan oleh manajemen rumah sakit dimasa
mendatang.

       Selain masalah konsep pemeliharaan yang telah digambarkan diatas,
perlu kita sikapi selanjutnaya adalah perilaku karyawan yang menggunakan
alat medis tersebut. Bagaimana sikapnya sebelum menggunakan alat medis,
bagaimana pada saat menggunakan alat medis dan bagaimana setelah
menggunakan alat medis.

      Sebelum menggunakan alat medis sebaiknya jangan lupa terhadap
SPO penggunaan alat medis tersebut, diperiksa dengan teliti kelengkapan
alat medis, bahan habis pakai sudah tersedia dengan lengkap, dan hidupkan
alat medis sesaat sebelum digunakan, jangan menghidupkan alat jauh
sebelum dokter datang, kecuali SPO alat mengisyaratkan demikian. Hal ini
untuk menghemat penggunaan listrik.

       Pada saat menggunakan alat medis, terkadang atau bahkan seringkali,
pengguna alat medis kurang profesional, sehingga penggunaan alat medis
menjadi lebih lama dari rata rata waktu yang seharusnya. Hal ini merupakan
hal yang perlu dicermati karena waktu adalah biaya. Karenanya tenaga medis
perlu meningkatkan dan perlu mempertahankan kapabilitasnya dalam
menggunakan alat medis tertentu, jangan sampai terjadi kesalahan dalam
menggunakan alat medis, untuk menghindari pemborosan bahan habis pakai.

       Pada unit radiologi pemborosan bahan habis pakai seperti film dan
bahan pencucian film sering menjadi masalah karena petugas kurang
profesional, misal setelah hasil rontgent dicetak atau dicuci, ternyata hasilnya
tidak optimal, dan pada umumnya dilakukan foto ulang. Akibatnya rumah sakit
dirugikan dan bahkan terkadang beban kesalahan ditagihkan kepada pasien.

        Kekeliruan yang sama sering terjadi pula pada unit laboratorium,
kesalahan baca, atau kesalahan lain sering terjadi yang bisa mengakibatkan
terjadinya pemborosan di rumah sakit.

     Kesalahan kesalahan ini sesungguhnya tidak semata mata akibat
human error namun ada tiga hal yang perlu kita cermati yaitu :

   a. Kesalahan akibat human error




DRHAPS-Cost containment-2010                                                 39
Kesalahan petugas dalam menggunakan alat medis umumnya
       karena kurang pengalaman, kurang perhatian, tidak sadar biaya,
       komitmen rendah, emosi tidak stabil, adanya ketidaknyamanan tempat
       bekerja dan lain sebagainya. Karenanya tugas HRD untuk tetap
       membina karyawan rumah sakit secara berkala dengan pendekatan
       yang persuasif.

              Banyak kesalahan yang dilakukan HRD dalam menangani
       kasus kasus human error hanya berdasarkan aturan main yang
       dibuatnya. Manakala terjadi kesalahan pada seorang karyawan,
       punishment langsung diterapkan. Karyawan diancam, diintimidasi,
       dimarahi, dan dihukum tanpa diberi kesempatan membela diri. Inilah
       penyebab kinerja karyawan yang bersangkutan menjadi merosot,
       hatinya gundah dan kenyamanan bekerja menjadi berkurang, secara
       sosial mereka merasa dihakimi. Karenanya pendekatan yang lebih
       manusiawi sebenarnya akan meningkatkan kinerja karyawan. Intinya
       kenyamanan lingkungan kerja merupakan salah satu cara untuk
       menekan pembiayaan secara tidak langsung.

               Jadi aspek pendekatan penekanan biaya sebenarnya bisa
       menggunakan prespektif the Balance scorecard. Bagaimana cara
       manajemen rumah sakit menciptakan lingkungan kerja yang kondusif,
       pengembangan kompetensi secara berkesinambngan, penanganan
       konflik secara gentle, penerapan reward dan punishment yang adil dan
       transparan. Sebab kita mengetahui bahwa dengan pembelajaran dan
       pengembangan SDM akan membentuk human capital, yang pada
       akhirnya akan membentuk budaya yang kondusif dan inilah salah satu
       the real trigger untuk menghasilkan keuntungan yang berlipat ganda.
       Bukan sebaliknya karyawan diancam, diintimidasi dan diperlakukan
       seperti keledai, sebab jika kita memperlakukan karyawan sperti keledai
       dan sudah pasti pemilik rumah sakit akan mendapat kinerja keledai.

   b. Kesalahan disebabkan oleh alat medis

               Alat medis seringkali terganggu dengan hal-hal kecil, misalnya
       ada beberapa rumah sakit yang enggan mengganti kerusakan pada
       alat cuci foto rontgent, walaupun sudah diajukan untuk perbaikan, akan
       tetapi pemilik selalu berkilah dan malah menyudutkan bagaimana
       kronologis terjadinya kerusakan dan berusaha mencari siapa
       penyebab kerusakan, sementara itu penggantian atau perbaikan alat
       tersebut menjadi terbengkalai dan selama itu pula secara tidak disadari
       terjadi pemborosan akibat alat yang tidak berfungsi, artinya pelayanan
       menjadi terganggu.

             Prinsipnya adalah segera selesaikan kerusakan alat tersebut
       atau kalau perlu ganti yang baru, agar pelayanan yang notabene
       merupakan mesin uang akan tetap berjalan. Setelah itu silahkan
       mencari penyebab kerusakan alat tersebut dan menyelesaikannya
       dengan cara yang baik.



DRHAPS-Cost containment-2010                                               40
c. Kesalahan akibat bahan habis pakai

               Bahan habis pakai seringkali menyebabkan proses penggunaan
       alat tidak optimal, kesalahan menggunakan bahan habis pakai perlu
       dihindari dengan check kembali bahan yang akan digunakan.
       Terkadang ketika alat medis akan dioperasionalkan, bahan habis pakai
       tidak tersedia, akibatnya perlu waktu untuk mendapatkan bahan habis
       pakai. Atau sebaliknya bahan habis pakai stoknya berlebihan sehingga
       terjadi pengendapan uang yang lama dan hal inipun sebenarnya
       merupakan pemborosan. Karenanya instalasi Farmasi atau logistik
       perlu menyusun perencanaan yang akurat agar ketersediaan bahan
       habis pakai tidak kekurangan atau sebaliknya tidak berlebihan.

   d. Kesalahan akibat lain

              Penyebab utama adalah putusnya aliran listrik. Banyak rumah
       sakit yang masih menggunakan cara manual jika aliran listrik PLN mati.
       Sehingga ada jeda waktu yang cukup lama dan hal ini bisa
       membahayakan. Selain terjadi kesalahan bisa mengakibatkan cedera
       pada pasien rumah sakit. Karenanya diperlukan suatu kebijakan
       pemerintah yang manyatakan bahwa genset yang terpasang di rumah
       sakit harus dilengkapi dengan sistem otomatis.
              Aliran listrik yang kerap hidup mati, misalnya di daerah
       Kalimantan. Akan sangat rawan terjadinya kerusakan alat medis yang
       sangat sensitif. Dan jika terjadi kerusakan maka sudah pasti biaya
       meningkat.


       Memperlakukan alat medis tidak sesuai SPO akan menyebabkan
meningkatnya biaya operasional, demimikan pula ketidak peduliannya
terhadap alat medis setelah pemakaian. Pada unit-unit tertentu setelah alat
medis digunakan tidak langsung dibersihkan, akibatnya alat menjadi cepat
rusak dan terkesan kumuh tidak terawat. Dan inipun akan menyebabkan
pemborosan yang nyata dari suatu rumah sakit. Tentu saja budaya yang
seperti ini akibat dari lemahnya budaya sadar biaya dari para karyawan
rumah sakit itu sendiri. Sebaiknya ada SPO dan pemantauan atau supervisi
tentang kebersihan alat medis setelah digunakan di suatu rumah sakit.

       Suatu hal yang perlu kita ingat kembali, bahwa apapun peralatan yang
kita miliki, hindarkan dari air, basah atau lembab. Sebab inilah penyebab
utama rusaknya peralatan yang kita miliki. Dan sesungguhnya penggunaan
AC pada ruangan tertentu dimana alat canggih berada, merupakan
keharusan dan jangan ambil resiko untuk mematikan AC, sebab AC bia
mengurangi kelembaban udara dan menjaga alat medis elektronik tidak cepat
rusak.




DRHAPS-Cost containment-2010                                              41
Pokok Bahasan V

COST CONTAINMENT ALAT ALAT NON MEDIS


 Proses Cost Containment       Tujuan :

 Pemahaman Cost Containment    Tergambarnya aspek aspek penekanan biaya
                               yang berkaitan dengan peralatan non medis di
                               rumah sakit
    Cost Containment SDM

                               1.   Fahamnya para peserta workshop dalam
  Cost Containment Bangunan         perencanaan pengadaan peralatan non medis
                                    di rumah sakit yang berorientasi kepada
      Cost Containment
                                    penekanan biaya di rumah sakit
       Peralatan Medis
                               2.   Tergambarnya pemahaman peserta workshop
      Cost Containment              akan pemeliharaan peralatan non medis di
     Peralatan Non Medis            rumah sakit
      Cost Containment
                               3.   Fahamnya    peserta  workshop      tentang
       Obatan Obatan
                                    penggunaan atau pemanfaatan peralatan non
      Cost Containment
          Strategy
DRHAPS-Cost containment-2010                                               42
medis yang berorientasi kepada penekanan
                                    biaya di rumah sakit

      Cost Containment         4.   Service blueprint dan Cost containment
         format                     strategy pada peralatan non medis.

                               Metode Pendekatan
                                  Pemaparan
                                  Diskusi, tanya jawab
                                  latihan


Produk dan Sasaran

                             Tersusunnya strategi pengendalian biaya yang
    berkaitan dengan pengelolaan peralatan non medis,
                             Terselenggaranya pemeliharaan peralatan non
    medis yang berorientasi kepada penekanan atau pengendalian
    pembiayaan di rumah sakit
                             Terciptanya     pengendalian biaya pada
    pemeliharaan peralatan non medis.

Jangka Waktu Pelatihan Tahap Ini

2 Dua sesi atau 3 Jam efektif.




Peralatan Non Medis

       Peralatan non medis adalah penunjang untuk berjalannya
operasionalisasi suatu rumah sakit. Jangan menganggap remeh dengan
peralatan non medis ini. Sebab manfaat dan peranannya sama pentingnya
dengan peralatan medis itu sendiri.

       Peralatan medis dibagi menjadi beberapa jenis sesuai dengan
fungsinya. Sebab apapun peralatan yang tida berfungsai sebagai fungsi
medis maka disebut peralatan non medis.

    1. Mebeulair

       Mebeulair seringkali disebut sebagai alat untuk perkantoran, misalnya
       meja, kursi, lemari dan sejenisnya. Bahannyapun berbeda beda, ada
       yang terbuat dari kayu, plastik dan sejensinya atau bahkan steel.

       Tentunya berdasarkan jenis bahan alat non medis tersebut, sesuai
       dengan kebutuhan dan sifat serta fungsi yang disandangnya.



DRHAPS-Cost containment-2010                                              43
Hal yang penting dalam mebeulair terutama kursi dan sejenisnya yang
       digunakan oleh karyawan dalam bekerja, seharusnya berpegang teguh
       pada konsep ergonomis alat tersebut. Banyak peralatan non medis
       yang tidak ergonomis, dan dibeli karena modelnya bagus, dan
       ketahanannya baik. Keadaan ini bisa menimbulkan kelelahan kepada
       para penggunanya. Bahkan lama kelamaan akan terjadi pengaruh
       yang negative terhadap kesehatannya. Karyawan mudah lelah dan
       mudah sakit, akibat kursi yang tidak ergonomis atau bahkan meja yang
       tidak ergonomis.

       Orang indonesia pada umumnya memiliki tinggi badan berkisar antara
       160 cm s/d 180 cm, sebaiknya kursi dan meja disesuaikan dengan
       keadaan fisik karyawan kita, jangan memaksakan membeli mebeulair
       yang tidak ergonomis dengan karyawan rumah sakit. Sebab resiko
       utamanya adalah pemborosan akibat sakit, bahkan kinerja menurun.


   2. Peralatan elektronik

       Alat alat elektronik yang paling besar biayanya di rumah sakit adalah
       perangkat computer. Perangkat ini peningkatan teknologinya tergolong
       sangat cepat, akibatnya setiap tahun RS selalu kesulitan untuk
       menyesuaikan dengan peningkatan teknologi canggih ini.

       Upayakan menggunakan computer yang patent tidak computer
       jangkrik, sebab tingkat kerusakan computer jenis jangkrik sangat tinggi.
       Dan yang paling penting adalah bagaimana installing alat alat tersebut
       agar aman dan siap pakai. Banyak rumah sakit yang menggunakan
       berbagai merk komputer untuk kebutuhan IT systemnya, dan keadaan
       ini akan sangat riskan untuk terjadinya pemborosan dikemudian hari.
       Upayakan membeli komputer dengan satu merk dan satu fabrikans
       agar bisa menghemat pembiayaan dan menghemat pemeliharaan.

       Berbeda dengan meubelair, alat komputer harus ditata dengan apik
       dan penempatannya tidak sembarangan. Ruangan server seharusnya
       aman dari kebocoran, korsleting listrik, dan bahaya kebakaran. Dan
       untuk operasional komputer para operator, sebaiknya hindari dari
       bahan hahan cairan, sebab banyak karyawan yang bekerja sambil
       minum dan menyimpan sisa minuman didekat barang barang
       elektronik yang sensitif terhadap air.. Tersiramnya komputer dengan air
       minum, amat sering terjadi, akan tetapi seringkali keadaan ini dianggap
       sebagai hal yang biasa. Inilah kelemahan kita dalam menyadari
       pentingnya biaya di rumah sakit.


   3. Peralatan Alat Tulis Kantor (ATK)

       Alat tulis kantor juga sebaiknya mendapat sentuhan yang tepat.
       Gunakan satu merek untuk setiap jenis alat. Misalnya kalkulator
       seluruhnya merek “A” dan alat tulis seperti ballpoint merek “B”: dan


DRHAPS-Cost containment-2010                                                44
seterusnya. Jangan membeli berbagai merek alat tulis kantor sebab
       akan meningkatkan terjadinya pemborosan. Dan yang paling penting
       adalah seluruh alat apapun alat tersebut, harus tercatat dan dibuat
       standarnya. Misal standar jenis alat dan merk yang digunakan di RS X

   4. Peralatan lainnya

       Peralatan lainnya hampir sama dengan peralatan yang sudah dibahas,
       kecuali ada hal hal khusus




Pokok Bahasan VI

COST CONTAINMENT OBAT OBATAN DAN BAHAN HABIS PAKAI


 Proses Cost Containment       Tujuan :

 Pemahaman Cost Containment    Tergambarnya aspek aspek penekanan biaya
                               yang berkaitan dengan pengelolaan obat obatan
                               dan bahan habis pakai di rumah sakit
    Cost Containment SDM

                               5.   Fahamnya para peserta workshop dalam
  Cost Containment Bangunan         perencanaan pengadaan obat obatan dan
                                    bahan habis pakai di rumah sakit yang
      Cost Containment
                                    berorientasi kepada penekanan biaya di
       Peralatan Medis              rumah sakit

      Cost Containment         6.   Tergambarnya pemahaman peserta workshop
     Peralatan Non Medis            dalam pengelolaan obat obatan dan bahan
     Cost Containment
   Obatan Obatan dan BHP
DRHAPS-Cost containment-2010                                              45
     Cost Containment
          Strategy
habis pakai di rumah sakit dalam hal
                                    pengadaan, penyimpanan, pendistribusian
                                    dan penjualan.

                               7.   Fahamnya      peserta  workshop    tentang
                                    pengawasan dan pengendalian pemanfaatan
      Cost Containment              obat obatan dan bahan habis pakai yang
           Format
                                    berorientasi kepada penekanan biaya rumah
                                    sakit

                               Metode Pendekatan
                                  Pemaparan
                                  Diskusi, tanya jawab
                                  latihan


Produk dan Sasaran

                            Tersusunnya strategi pengendalian biaya yang
    berkaitan dengan pengelolaan obat obatan dan bahan habis pakai,
                            Terselenggaranya pengawasan penggunaan
    obat obatan dana ahan habis pakai yang berorientasi kepada penekanan
    atau pengendalian pembiayaan di rumah sakit

Jangka Waktu Pelatihan Tahap Ini

2 Dua sesi atau 3 Jam efektif.




Perencanaan Obat Obatan dan Bahan Habis Pakai

      Diberbagai rumah sakit, banyak kebijakan pengadaan obat obatan dan
bahan habis pakai tidak berdasarkan perencanaan, akan tetapi semata mata
berdasarkan kebutuhan dan keinginan saja.

      Terkadang kebutuhan obat obatan dan bahan habis pakai sangat
bergantung kepada user. Obat obatan dan bahan habis pakai disediakan
semata mata karena permintaan user. Keadaan ini akan berakibat
membengkaknya item obat obatan dan bahan habis pakai di rumah sakit,
seab pada umumnya user memiliki keinginan masing masing sehingga bila
semuanya dipenuhi, maka yang akan terjadi adalah besarnya buffer stock
dan sangat bermacam macam merek.

       Untuk itu diperlukan perencanaan pengadaan obat obatan dan bahan
habis pakai yang disesuaikan dengan kebutuhan, dan sesuai dengan standar
obat dan therapi yang disusun oleh Komite Medis dan komitmen antara user
dengan manajemen tentang obat obatan dan bahan habis pakai yang
diberlakukan di rumah sakit.


DRHAPS-Cost containment-2010                                               46
Jenis generik atau nama kimia obat obatan dan protokol obat yang
digunakan untuk penyakit tertentu adalah kewenangan komite medis,
sedangkan merek dagang dan keragamannya serta pengadaannya
ditentukan oleh manajemen, artinya yang menentukan merek obat obatan
apakah paten dan generik yang menentukan adalah manajemen. Dengan
demikian jumlah item item obat obatan dan bahan habis pakai di rumah sakit
bisa ditekan, demikian pula dengan jumlahnya sesuai dengan kebutuhan
yang ditentukan oleh manajemen.

       Sebaiknya manajemen menentukan item obat obatan dan bahan habis
pakai secara efektif, dan tidak mengadakan satu jenis obat atau BHP dengan
bermacam macam merek dagang khususnya obat paten.

        Akibat hal pengadaan berdasarkan input driven dari user akan
menyebabkan biaya tinggi bagi pelangan rumah sakit dalam hal ini pasien
pasien rumah sakit. Dan inilah penyebab dari high cost economic dibidang
perumah sakitan. Karenanya upaya perencanaan obat obatan dan BHP harus
efektif meliputi berbagai hal diantaranya :
   a.                                  Kepala       instalasi  farmasi harus
        menyusun strategic action plan (SAP) yang didalamnya terdapat visi,
        misi dan value instalasi farmasi, tujuan, sasaran dan srategi.
   b.                                  Menyusun implementation plan selama
        lima tahun
   c.                                  Menyusun annual plan yang didalamnya
        memiliki program dan kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan
        obat obatan dan BHP rumah sakit
   d.                                  Menyusun accountability system untuk
        mengukur kinerja dari instalasi farmasi


Perencanaan ini harus didukung dengan kebijakan direktur rumah sakit yang
berkaitan dengan pengadaan obat obatan dan BHP diantaranya :

   a. Kebijakan tentang standarisasi obat obatan dan BHP yang akan
      disediakan oleh rumah sakit, berdasarkan masukan dan standar obat
      dan therapi di rumah sakit yang bersangkutan. Intinya adalah bahwa
      didalamnya menyatakan pengadaan obat obatan dan BHP merupakan
      kewenangan direktur rumah sakit, dan item itemnya ditekan sekecil
      mungkin sesuai dengan kebutuhan dari rumah sakit yang
      bersangkutan.
      Misalnya untuk obat jenis ampicilllin maka rumah sakit hanya
      mengadakan dua jenis saja pertama obat generik dari ampicillin dari
      satu fabrikan dan obat patent dari satu fabrikan

   b. Kebijakan tentang kewenangan instalasi farmasi untuk mengganti obat
      yang diresepkan oleh dokter yang isinya atau nama kimianya sama.
      Hal ini agar tidak terjadi stagnasi obat obatan dan BHP di rumah sakit
      sehingga kelancaran pengeluaran dan pengadaan akan menjadi
      terkendali.


DRHAPS-Cost containment-2010                                             47
c. Kebijakan tentang pengadaan obat obatan yang kompetitif dan
      komprehensif, dengan harga yang murah, terjangkau dan berkualitas
      baik. Dan diharapkan dalam pengadaan obat obatan dan BHP panitia
      pengadaan barang bekerjasama dengan Instalasi Farmasi dan Komite
      Medis.

   d. Kebijakan tentang buffer stock obat obatan dan BHP di ruangan
      ruangan, agar buffer menjadi terkendali.

   e. Kebijakan tentang penyimpanan dan distribusi obat obatan dan BHP
      sesuai dengan konsep first in first out. Jika memungkinkan dilakukan
      on time deliveri agar tidak terjadi kerusakan dan kadaluwarsa obat
      obatan dan BHP akibat distribusi yang tidak terkendali, dengan
      demikian maka diharapkan pemborosan obat obatan dan BHP akibat
      kerusakan bisa dihindari.

Pengelolaan Obat obatan dan BHP

      Dalam instalasi farmasi sebaiknya yang bertanggung jawab terhadap
gudang farmasi dipisahkan dari penanggung jawab apotik dan penanggung
jawab buffer stock ruangan. Hubungan mereka harus diikat dengan bukti
pengeluaran dan pemakaian secara jelas.

        Demikian pula dengan alur proses pengadaan penyimpanan sampai
distribusi dan penjualan harus jelas dan tercatat sebagai bukti akuntabilitas.




Skema pengelolaan obat obatan dan BHP

                                    Direktur




   Pemasok             Panitia     Jenis Obat dan   Ka. Ins Farmasi               User
                     Pengadaan          BHP



                      Panitia                       Gudang Farmasi
                     Pemeriksa

                                                                      Pemanfaatan Obat
                                                                         dan BHP

                     Pen.Jwb
                    Buffer Stock                        Apotik

                          Obat & BHP
                          Di Ruangan

DRHAPS-Cost containment-2010                                                             48
Resep


                         Instalasi
                          Instalasi
                           Instalasi
                            Instalasi
                             Instalasi




       Pengadaan obat obatan dan BHP dilaksanakan oleh panitia
pembelian. Panitia pembelian berdasar atas order dari instalasi farmasi dalam
hal jenis dan merek obat obatan serta BHP. Jenis dan merek atas dasar hasil
koordinasi dengan user dan dilaporkan kepada direktur rumah sakit.

       Setiap tahun direktur rumah sakit melakukan negosiasi dengan
pemasok obat obatan dan BHP didampingi oleh Kepala Instalasi Farmasi,
Komite Medis dan Panita Pembelian serta Panita Pemeriksa Barang untuk
menentukan jenis, merek apa saja yanag akan dibeli dan pemasok yang
mana yang bisa bekerjasama dengan rumah sakit dalam pemasokan obat
obatan dan BHP. Dari hasil negosiasi tersebut dapat ditetapkan dalam
keputusan direktur rumah sakit, para pemasok yang bekerjasama dan apa
jenis serta merek obat obatan dan BHP.

       Tahap berikutnya kepala Instalasi Farmasi melakukan order jenis dan
merek BHP kepada panitia pembelian atau panitia pengadaan barang.
Selanjutnya panitia pengadaan barang melakukan pesanan kepada pemasok
sesuai dengan order tersebut. Setelah obat obatan dan BHP dikirim ke rumah
sakit, maka diterima oleh panitia pembelian bersama sama dengan panitia
pemeriksa barang untuk dilakukan verifikasi kebenaran, ketepatan jumlah dan
kualitas barang yang dikirim oleh pemasok. Tahap berikutnya panitia
pemeriksa barang menyerahkan obat obatan dan BHP kepada gudang
farmasi, sesuai dengan dokumen barang tersebut.

Tahap selanjutnya, gudang farmasi mengatur penyimpanan dengan konsep
first in first out. Dan mendistribusikan obat obatan dan BHP sesuai dengan
permintaan dari penanggung jawab Apotik dan penanggung jawab buffer
stock ruangan.

        User mamanfaatkan obat obatan dan BHP sesuai dengan standar obat
dan therapi dan profesionalisme sebagai tenaga medis. Pemanfaatan di
ruangan ruangan khususnya obat dan BHP yang tidak dibayar cash oleh
pasien menjadi tanggung jawab ruangan dalam hal pencatatan dan
pelaporannya. Sedangkan khusus apotik malakukan penjualan melalui
transaksi cash atau transaksi non cash sesuai dengan permintaan resep yang
ditulis oleh para tenaga medis rumah sakit. Namun dalam hal penjualan
penanggung jawab apotik berpegang teguh kepada kebijakan direktur untuk
menggunakan kewenangan dalam menentukan merek obat tertentu atau
generik tertentu dan mengganti obat dengan standar obat yang telah
disepakati sejak awal dan diberlakukan di rumah sakit.




DRHAPS-Cost containment-2010                                              49
Yang harus ditekankan didalam pengendalian yang berkaitan dengan
pengendalian biaya adalah :
   a. Rumah sakit hanya menggunakan obat obatan dan BHP sesuai
      dengan standar yang telah ditentukan.
   b. Pencatatan secara akurat setiap pengeluaran obat obatan dan BHP
      dari mulai distribusi oleh gudang farmasi sampai dengan penjualan di
      apotik dan pemanfaatan di ruangan ruangan
   c. Penanggung jawab buffer stock harus melakukan kontrol berkala
      kesetiap ruangan dan mencatat secara akurat setiap kekurangan atau
      kelebihan stock di ruangan ruangan.
   d. Petugas panitia pemeriksa barang harus tegas menyesuaikan antara
      order dengan barang yang dikirim.
   e. Para tenaga medis memberikan obat obatan dan BHP sesuai dengan
      standar obat dan therapi yang diberlakukan di rumah sakit.

       Yang sering terjadi adalah pencatatan tidak lengkap, pembelian dan
pemeriksaan tidak sesuai dengan order, adanya intervensi dari para pemasok
obat obatan dan BHP, jumlah obat obatan yang keluar tidak sesuai dengan
jumlah uang yang diterima, banyaknya obat obatan dan BHP yang hilang,
kerusakan dan expire akibat sistem inventori tidak berjalan dengan baik, para
tenaga medis menulis resep tidak sesuai dengan standar obat dan therapi,
adanya tekanan dari tenaga medis untuk mengadakan obat obatan dan BHP
sesuai dengan keinginan masing masing akibatnya stock membengkak.
Semua ini akan berakibat terhadap terjadinya pemborosan yang sulit
dikendalikan, tenaga medis dan perawat yang kurang profesional dalam
memberikan pelayanan yang mengakibatkan kegagalan penggunaan BHP.
Karenanya siapapun yang berkaitan dengan obat obatan dan BHP harus
berpegang teguh kepada kebijakan yang telah ditentukan oleh direktur rumah
sakit.




Pemanfaatan Obat obatan dan BHP

       Pemafaatan obat obatan dan bahan habis pakai akan sangat
bergantung kepada profesionalisme para tenaga medis atau perawat sebagai
pengguna obat obatan dan BHP di rumah sakit. Dibeberapa negara banyak
upaya cost containment yang ditujukan secara khusus terhadap pemanfaatan
obat obatan dan BHP yang dilakukan oleh tenaga medis. Hal ini dilakukan
karena berdasarkan data yang mereka miliki, pembiayaan obat obatan terus
meningkat dari tahun ketahun dan setelah diteliti banyak pemanfaatan obat
obatan yang tidak sesuai dengan standar obat dan therapi yang telah
ditetapkan dan diberlakukan di rumah sakit. Dan mereka melakukan
perbaikan dan upaya cost contaiment dengan menata kembali pemanfaatan
obat secara standar dan saat ini sudah diberlakukan pemanfaatan obat dan
BHP berdasarkan ICD X dan sebenarnya diharapkan diterapkannya clinical
pathway yang bisa menghemat penggunaan obat obatan dan BHP secara
bermakna.



DRHAPS-Cost containment-2010                                              50
Saat ini sudah ada Peraturan Menteri Kesehatan tentang keharusan
bagi rumah sakit pemerintah untuk menggunakan obat obatan generik 100%
di rumah sakit. Sebenarnya hal ini adalah upaya pemerintah dalam menekan
pembiayaan pelayanan kesehatan sehingga high cost economic bisa ditekan
dan tentu saja hal ini akan menguntungkan semua pihak baik rumah sakit
maupun para pengguna jasa rumah sakit. Memang bagi rumah sakit for profit,
dengan menggunakan obat generik akan berdampak menurunnya
keuntungan dari sektor obat dan BHP.

       Hal yang amat penting didalam penghematan adalah dengan
diterapkannya program patient safety, sebab salah satu indikator pasien
safety adalah financial risk, dimana dengan pengelolaan pasien secara benar
dan menggunakan langkah langkah pada program keselamatan pasien akan
bisa mengurangi resiko financial secara bermakna.

       Suatu hal yang menarik adalah dengan diterapkannya tarif INA-Drg
pada pelayanan keluarga miskin melalui program Jamkesmas saat ini. Para
dokter dituntut untuk melakukan pengelolaan pasiennya sesuai standar ICD
X, jika tidak dilakukan dengan baik, maka kemungkinan besar jumlah biaya
yang muncul akan tidak sesuai dengan apa yang seharusnya.

      Kita ketahui bersama bahwa dalam klaim Jamkesmas, harus dipenuhi
coding sesuai dengan protokol pemeriksaan atau tindakan yang benar yang
akan masuk kedalam grouping dan pada akhirnya akan diterjemahkan dalam
bentuk costing.

       Yang perlu kita simak dalam pemahaman pengendalian biaya adalah,
bagaimana para dokter dan perawat mampu bekerja secara sadar biaya dan
berorientasi kepada penghematan secara efektif. Dari mulai penentuan
diagnosa, keputusan pemberian obat obatan dan BHP, serta keputusan
dalam tindakan medis. Pada prinsipnya manakala melakukan pengobatan
dan tindakan, perlu upaya penghematan penggunaan obat obatan, yang
utama adalah ketepatan pemberian jenis obat obatan dan upayakan
pemberian obat obatan generik sesuai dengan peraturan yang berlaku. Perlu
diperhatikan bahwa pemberian obat obatan haruslah rasional dan jika bisa
menggunakan generik kenapa harus menggunakan obat obatan paten.

       INA-DRg adalah paket pelayanan yang sudah ditentukan besarannya
oleh Kementrian Kesehatan. Sehingga perlu pemahaman yang dalam agar
penggunaan obat obatan serta BHP harus secara rasional agar biaya variable
bisa ditekan. Didalam Jamkemas ditentukan bahwa jasa pelayanan maksimal
sebesar 44%, sedangkan biaya operasional sebesar 56%. Ketentuan ini
berarti dari biaya paket pelayanan yang diterima pembiayaan obat obatan,
BHP serta biaya tetap maksimal sebesar 56% dari biaya paket layanan.
Sedangkan biaya jasa pelayanan sudah pasti akan dibayarkan kepada para
pemberi pelayanan. Artinya jika proses pelayanan tidak memperhatikan
prinsip pengendalian biaya, maka yang akan dirugikan adalah rumah sakit.
Artinya akan terjadi kerugian akibat biaya operasional lebih tinggi dari unit
cost untuk pelayanan tersebut.



DRHAPS-Cost containment-2010                                              51
Oleh karenanya sudah saatnya rumah sakit mampu menghitung biaya
satuan, baik untuk kamar perawatan, tindakan medis, tindakan keperawatan,
dan unit cost perkasus, agar kita bisa memantau dan mengendalikan biaya
operasionalnya dengan baik dan hal ini untuk mencegah membengkaknya
biaya pelayanan. Harus diakui bahwa pengendalian ini sangat bergantung
kepada para tenaga medis dan perawat yang langsung sebagai pelaku
pemberi pelayanan di lapangan.




Pokok Bahasan VIII

COST CONTAINMENT STRATEGY


 Proses Cost Containment       Tujuan :

 Pemahaman Cost Containment    Tergambarnya strategi strategi penekanan biaya di
                               rumah sakit, sebagai bahan acuan bagi seluruh nit
                               pelayanan      didalam     melaksanakan      dan
    Cost Containment SDM
                               menerapkan penekanan biaya.

  Cost Containment Bangunan    1. Fahamnya para peserta workshop mengenai
                                  strategi strategi penekanan biaya di semua lini
      Cost Containment            rumah sakit dan mengetahui bagaimana
       Peralatan Medis            penerapan di unit masing masing sesuai
                                  dengan keadaan pada unit ang bersangkutan.
      Cost Containment
     Peralatan Non Medis


DRHAPS-Cost containment-2010                                                  52
2. Tergambarnya pemahaman peserta workshop
                                  dalam penyusunan dokumen penekanan biaya
      Cost Containment
    Obatan Obatan dan BHP         pada masing masing unit pelayanan yang akan
                                  diaplikasikan secara bersama sama disemua
      Cost Containment            lini elayanan rumah sakit.
          Strategy
                               3. Fahamnya     peserta  workshop      tentang
      Cost Containment            pengawasan dan pengendalian biaya di rumah
           Format
                                  sakit, melalui dokumen cost contaiment
                                  strategy

                               Metode Pendekatan
                                  Pemaparan
                                  Diskusi, tanya jawab
                                  latihan


Produk dan Sasaran

                             Tersusunnya strategi strategi pengendalian
    biaya pada masing masing unit pelayanan
                             Teraplikasinya cost contaiment strategy
    dimasing masing unit pelayanan

Jangka Waktu Pelatihan Tahap Ini

2 Dua sesi atau 3 Jam efektif.




Langkah Langkah Strategis Penekanan Biaya

        Diperlukan langkah langkah strategis yang memadai dalam merancang
penekanan biaya di rumah sakit, agar seluruh karyawan memahami adanya
kebijakan berkaitan dengan penekanan biaya yang mengarah kepada cost
effectiveness. Sebagai landasan utama adalah dibangunnya suatu komitmen
dan membentuk budaya sadar biaya pada semua lini.

    1. Perencanaan

              Seperti layaknya suatu organisasi bisnis, maka rumah sakit
       diwajibkan memiliki perencanaan antara lain Business plan sebagai
       dokumen perencanaan suatu rumah sakit, atau beberapa tahun yang
       lalu cukup hanya rencana strategis. Kemudian setiap unit memiliki
       Strategic Action Plan, implementation plan dan annual plan serta
       accountability system. Namun perencanaan dalam suatu rumah sakit
       adalah sejak rumah sakit itu akan didirikan sehingga streamline


DRHAPS-Cost containment-2010                                              53
perencanaan yang berwawasan penekanan biaya akan menjadi jelas
       sampai pada perencanaan proses pelayanan.

       a. Perencanaan Dalam Mendirikan Rumah Sakit

             Sebelum rumah sakit didirikan, sebaiknya investor memiliki
          business plan yang jelas, yang kemudian akan diuji dengan studi
          kelayakan dan jika layak maka disusun suatu master plan. Disinilah
          sebenarnya awal penekanan biaya bisa bisa dipikirkan. Untuk itu
          dibutuhkan pemahaman tentang bangunan rumah sakit.

             Bangunan rumah sakit memiliki dua aspek utama yaitu fungsi
          dan estetika bangunan. Keduanya harus dipikirkan dengan baik
          jangan sampai terjadi bangunan hanya mengutamakan estetika
          akan tetapi mengabaikan fungsi bangunan itu sendiri. Banyak
          kejadian bahwa bangunan tampak estetik dan menarik akan tetapi
          kurang fungsional, akibatnya banyak ruangan yang idle dan tidak
          bisa difungsikan. Hal ini akan berdampak terhadap semakin tinggi
          pembiayaan. Dan jika hal ini terjadi maka biaya tetap atau Fixed
          cost suatu rumah sakit akan sangat tinggi dan sudah pasti akan
          berpengaruh terhadap kebijakan pentarifan, terif menjadi sulit
          bersaing dan tentu saja akan merugikan investornya.

              Hal lain adalah bagaimana kita mensiasati agar rumah sakit
          menjadi rumah sakit dengan bangunan yang mampu
          mengakomodasi fungdi fungsi yang nantinya akan dilaksanakan di
          rumah sakit tersebut. Tentu saja fungsi harus diterjemahkan
          menjadai bangunan yang memadai dengan melihat luasan,
          pencahaayan, ventilasi, akses, integrasi, zoning bahkan ramah
          lingkungan, dan faktor estetika.

               Pada saat ini perencanaan bangunan rumah sakit mengarah
          kepada yang kita kenal green hospital atau khususnya green
          building. Yang dimaksud disini adalah bagaimana bangunan yang
          tidak terlalu menghamburkan biaya dan pencemaran. Misalnya one
          bed one window, jendela yang cukup memadai, sehingga setiap
          pasien bisa menikmati pencahayaan dan sirkulasi udara yang
          memadai. Berdasarkan hasil penelitian bahwa pasien yang dirawat
          pada bangunan rumah sakit yang seperti ini tingkat
          kesembuhannya lebih cepat dua setengah hari dibanding dirawat
          pada ruangan yang mengandalkan air kondition dan pencahayaan
          listrik healing power of nature.    Tentunya open space dan
          pertamanan juga merupakan dukungan yang seharusnya ada di
          rumah sakit.

              Menggunakan bahan bahan bangunan yang ramah lingkungan,
          jika rumah sakit berada pada daerah gempa sebaiknya
          menggunakan seismic isolation agar bangunan tahan gempa,
          walaupun harganya tiga kali lipat dari fondasi bangunan tersebut
          dan setiap kolom bangunan harus dipasang alat ini.


DRHAPS-Cost containment-2010                                             54
b. Perencanaan Pengadaan Peralatan Medis

              Didalam master plan akan tercantum peralatan medis yang
          akan digunakan, perlu di listing dan dikelompokkan kemudian
          lakukan standarisasi peralatan medis, yang diupayakan dengan
          merek yang sama, atau dari fabrikan yang sama dengan
          mempertimbangkan sisi harga dan maintenance peralatan medis
          tersebut.

              Ada rumah sakit yang menggunakan peralatan medis dari
          fabrikan yang sangat terkenal, pertimbangannya adalah akurasi,
          daya tahan alat dan rendah energy, akan tetapi harganya sangat
          mahal. Adapula yang menggunakan peralatan medis dari fabrikan
          yang kurang terkenal, harganya murah akan tetapi biasanya boros
          energy dan daya tahannya tidak sebaik merek terkenal. Namun hal
          ini berpulang kepada para investor itu sendiri.

       c. Perencanaan Bisnis Rumah Sakit

             Business plan sebaiknya memunculkan cost containment
          didalamnya dengan target atau standar penekanan biaya, misalnya
          didalam standar atau target strategy map, pada kolom internal
          business process the Balance scorecard, dimunculkan angkanya
          atau kebijakannya.

              Kemudian setiap pejabat struktural dan pejabat fungsional
          menyusun strategic action plan untuk menjabarkan business plan
          rumah sakit dengan mencantumkan rencana cost containment dan
          nantinya akan dijabarkan menjadi annual plan yang secara
          otomatis akan memunculkan cost containment yang harus
          dilaksanakan oleh unit unit yang memiliki Annual plan unit. Dan
          disini perencanaan cost containment akan menjadi jelas untuk
          dilaksanakan.

              Setiap unit struktural maupun fungsional harus memiliki
          dokumen tentang biaya unitnya masing masing sebagai patokan
          berapa besar fixed cost dan berapa besar variable cost serta data
          BEP serta keuntungan dan kerugian unit yang bersangkutan
          terutama unit fungsional atau revenue center. Langkah langkahnya
          adalah sebagai berikut :

              ♦ Seluruh pejabat cost center dan pejabat revenue center
                harus menghitung fixed cost, yang terdiri dari :
                - Jumlah meter persegi dan harga bangunan atau gedung
                   atau ruangan yang digunakan oleh unit tersebut.
                - Jumlah pegawai dan Jumlah remunerasi pegawai pada
                   unit tersebut.
                - Jumlah jenis jenis dan Jumlah biaya peralatan medis
                   yang berada dan digunakan pada unit yang bersangkutan


DRHAPS-Cost containment-2010                                            55
-   Jumlah unit dan biaya pembelian peralatan non medis
                      yang berada pada unit yang bersangkutan.
                  -   Jumlah jenis atau unit dan biaya pembelian ATK yang
                      digunakan pada unit yang bersangkutan.

              ♦ Seluruh pejabat cost center dan pejabat revenue center
                harus memiliki dan menghitung variable cost yang terdiri
                dari:
                - Jumlah harga obat obatan dan BHP yang digunakan
                   pada unit tersebut.
                - Jumlah Porsi makan dan biayanya yang diperuntukkan
                   bagi makan karyawan maupun pasien.
                - Jumlah daya linstrik yang dipakai untuk operasionalisasi
                   unit yang bersangkutan dan jumlah biayanya.
                - Jumlah kg cucian kering dan jumlah biaya cucian dari unit
                   yang bersangkutan
                - Jumlah biaya administrasi dan perkantoran

              ♦ Khusus untuk para pejabat revenue center mencatat Output
                layanan (Activity Driver Quantity) dan jumlah pendapatan
                setiap bulan dan kemudian jumlah pendapatan selama
                setahun.

              ♦ Langkah berikutnya hitung unit cost masing masing unit dan
                dapat menggunakan cara double distribution atau ABC.
                Rumus Unit Cost Analysis Double Distribution Methode

                               Fixed Cost          Variable Cost
                  Unit Cost = ---------------- + ---------------------
                                 Capacity                ADQ



              ♦ Untuk Harga bangunan, alat medis, alat non medis dan alat
                tulis kantor harga harus disetahunkan dengan cara:

                        IIC (i + 1)t
                  AIC = ---------------
                              L

              ♦ Dengan demikian setiap kepala unit revenue center, akan
                mengetahui berapa biaya yang dipergunakan, berapa
                pendapatan dan apakah unitnya mampu BEP atau tidak.

              ♦ Hal yang paling penting adalah apakah pembiayaan setiap
                bulan per ADQ mengalami kenaikan atau tidak. Dan disinilah
                fungsi cost containment bisa terlihat dengan jelas.




DRHAPS-Cost containment-2010                                             56
♦ Setiap bulan para penanggung jawab unit pelayanan
                menghitung breakeven point dengan rumus sebagai berikut.

                  S(BEP) = fixed Cost + {(Variable cost : Revenue)} x S

                  S               = BEP
                  Fixed cost      = Biaya tetap
                  Variable cost   = biaya tidak tetap

       d. Perencanaan Rekruitmen Pegawai

          Sama halnya dengan perencanaan pada setiap unit, pejabat yang
          bertanggung jawab pada kepegawaian atau HRD, menyusun
          Strategic Action Plan, Annual Plan, Accountability System. Yang
          harus ditekankan disini adalah :
              ♦ Pada saat penerimaan pegawai maka penerimaan pegawai
                 harus sesuai dengan persyaratan kompetensi (skill,
                 knowledge dan attitude) yang diminta oleh jabatan yang
                 akan dipangkunya, termasuk kesehatan fisik, jiwa dan
                 sosialnya.
              ♦ Sistem remunerasinya harus sesuai dengan kompetensinya
              ♦ Pada saat jabatannya akan dikukuhkan maka perlu diikat
                 dengan contractual agreement antara direktur RS dengan
                 karyawan yang bersangkutan.
              ♦ Pendidikan dan latihan harus terprogram dan dilaksanakan,
                 agar    pengetahuan,      keterampilan  dan   perilakunya
                 berkembang kearah perbaikan.
              ♦ Kontrolling keadaan karyawan dari mulai kesehatannya dan
                 kinerjanya serta kekeliruannya dalam bekerja
              ♦ Rotasi dan mutasi yang sesuai dengan perkembangan
                 kinerjanya.
              ♦ Pemutusan hubungan kerja termasuk pensiun.

       e. Perencanaan Para Pejabat Cost Center Lainnya

              ♦ Seluruhnya sama saja harus memiliki SAP, Annual Plan,
                Implementation Plan, dan Accountability System.
              ♦ Seluruhnya harus memiliki data seperti fixed cost dan
                variable cost.
              ♦ Harus memiliki data pembiayaan perbulan dan pertahun
                untuk unitnya masing masing.


   2. Kebijakan Direktur rumah sakit tentang cost containment

          ♦ Kebijakan yang ditandatangani oleh direktur rumah sakit tentang
            penekanan biaya rumah sakit
          ♦ Prinsip kebijakan tersebut adalah:



DRHAPS-Cost containment-2010                                              57
-   Seluruh karyawan harus memiliki budaya sadar biaya
              -   Seluruh pejabat cost center maupun pejabat revenue center
                  bertanggung jawab terhadap penerapan kebijakan cost
                  costainment.
              -   Seluruh pejabat cost center maupun pejabat revenue center
                  diwajibkan memiliki dokumen SAP, Annual Plan Unit,
                  Accountability System yang didalamnya tercantum standar
                  dan target penekanan biaya lengkap dengan indikator
                  keberhasilannya.
              -   Menerapkan Cost containment strategy yang telah disusun
                  oleh unit unit yang bersangkutan.
              -   Evaluasi bulanan tentang penerapan CCS.
              -   Reward and punishment.

   3. Strategi Aplikasi Penekanan Biaya Dalam Proses Pelayanan

       Kebijakan tentang Cost containment pada proses pelayanan, yang
isinya antara lain:
       a. Pelayanan harus mengacu kepada standar pelayanan yang telah
           ditetapkan oleh rumah sakit.
       b. Penggunaan peralatan medis dan non medis sesuai SPO.
       c. Pemakaian obat obatan dan BHP sesuai dengan standar obat dan
           terapi
       d. Penggunaan obat generik 100% pada jamkesmas dan kelas III
           sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan RI
       e. Melaksanakan program patient safety
       f. Setiap unit pelayanan menyusun strategic action plan,
           implementation plan, annual plan dan accountability system
       g. Setiap unit memiliki dokumen tentang unit cost, pembiayaan,
           pendapatan dan breakeven point.
       h. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan KTD secara kontinu.
       i. Melakukan Post Delivery Audit pada setiap unit pelayanan dengan
           memaparkan hasil proses pelayanan yang telah dilaksanakan
       j. Sanksi bagi yang tidak mematuhi dan tidak melaksanakan
           kebijakan cost containment.
       k. Penghargaan bagi yang berhasil menekan pembiayaan
           berdasarkan evaluasi bulanan.
       l. Saling mengingatkan antara anggota tim pemberi pelayanan
           didalam proses pelayanan, sesuai dengan budaya sadar biaya.
       m. Selalu menyadari bahwa selama proses pelayanan diperlukan
           orientasi terhadap penekanan biaya
       n. Menggunakan alat, BHP dan obat obatan secara rasional selama
           proses pelayanan
       o. Menghindari moral hazzard dalam proses pelayanan agar
           pembiayaan bisa dilaksanakan secara rasional
       p. Menumbuhkan stewardship dilingkungan para pemberi pelayanan
       q. Menhindari terjadinya error dalam proses pelayanan
       r. Pengisian status secara lengkap setiap selesai pelayanan




DRHAPS-Cost containment-2010                                            58
Dengan demikian, SPO di rumah sakit khususnya tentang proses
pelayanan harus didukung oleh kebijakan direktur yang memadai agar cost
costainment strategi bisa dilaksanakan secara baik. Dalam penggunaan obat
obatan dan BHP para profesional seringkali tidak pernah memikirkan
penekanan biaya, para pelaksana tidak terbiasa dengan budaya
penghematan atau penekanan pembiayaan. Padahal jika penghematan bisa
dilakukan akan menekan biaya operasional dan pada akhirnya rumah sakit
akan diuntungkan. Sebab jika rumah sakit bisa eksis dan dapat bertahan
hidup, hal itu berarti institusi atau lapangan pekerjaan akan menjadi kuat, atau
dengan kata lain institusi akan tetap berdiri dengan kokoh. Seperti kita ketahui
bahwa didalam organisasi ada istilah Inspiration, culture and institution.
Budaya yang tidak sadar biaya akan meneggelamkan institusi dan jika
institusi tenggelam, maka secara tidak disadari bahwa tempat dimana para
prosfesional bekerja akan menjadi cedera dan tidak mampu membiayai
perasional. Dengan demikian sebenarnya akan merugikan para profesi itu
sendiri, artinya kesinambungan organisasi menjadi uncertainty.

        Pada sisi lain inspirasi tidak akan bisa diakomodasi oleh institusi,
akibatnya banyak keluhan dikalangan para profesi bahwa organisasi tidak
mampu memberikan akomodasi yang memadai. Sesungguhnya bisa atau
tidaknya suatu organisasi mendukung pengembangan palayanan atas dasar
inspirasi para profesi, akan sangat tergantung kepada tersedianya biaya atau
tidak. Banyak keluhan seperti ini terjadi di beberapa rumah sakit sebenarnya
hal ini akibat ketidak berdayaan rumah sakit dalam pengendalian biaya yang
diakibatkan karena budaya sadar biaya sangat lemah di rumah sakit. Jadi
apakah rumah sakit mampu berada pada staying in business amat sangat
tergantung kepada kesadaran semua pihak yang terkait di rumah sakit itu
sendiri. Apakah kita semua telah memiliki kesadaran tentang pentingnya
pembiayaan yang efektif atau hanya bekerja sesuai keinginan kita tanpa
memperhatikan efektifitas biaya. Karenanya budaya sadar biaya sangat
penting untuk dibentuk secara dini, agar rumah sakit mampu berada pada
staying in business dan mampu memberikan dukungan penuh terhadap para
profesi sesuai dengan ketersediaan dana yang efektif di rumah sakit. Jika
budaya sadar biaya sudah terbentuk di rumah sakit, maka secara otomatis
institusi menjadi sehat dan inspirasi para karyawan akan berkembang serta
mampu terbiayai secara efektif.
Pokok Bahasan VIII

COST CONTAINMENT FORMAT


 Proses Cost Containment       Tujuan :

 Pemahaman Cost Containment    Seluruh peserta waorkshop mampu menyusun
                               cost containment strategy pada unit unit di rumah
                               sakit dengan menggunakan format format cost
    Cost Containment SDM
                               containment..

  Cost Containment Bangunan    1. Fahamnya para peserta workshop mengenai
                                  bentuk bentuk format cost containment dan
     Cost Containment
      Peralatan Medis
DRHAPS-Cost containment-2010                                                 59
     Cost Containment
    Peralatan Non Medis
bagaimana penerapan di unit masing masing
                                  sesuai dengan keadaan pada unit yang
                                  bersangkutan.

                               2. Tergambarnya pemahaman peserta workshop
                                  dalam penyusunan dokumen penekanan biaya
      Cost Containment
    Obatan Obatan dan BHP         pada masing masing unit pelayanan yang akan
                                  diaplikasikan secara bersama sama disemua
      Cost Containment            lini elayanan rumah sakit.
          Strategy
                               3. Fahamnya peserta workshop dalam menyusun
      Cost Containment            perencanaan dan evaluasi melalui sistem
           Format
                                  akuntabilitas dalam rangka pengawasan dan
                                  pengendalian biaya di rumah sakit, melalui
                                  dokumen cost contaiment strategy

                               Metode Pendekatan
                                  Pemaparan
                                  Diskusi, tanya jawab
                                  latihan


Produk dan Sasaran

                             terbentuknya    suatu    perencanaan       dan
    penerapan serta evaluasi perepan cost containment di rumah sakit.

Jangka Waktu Pelatihan Tahap Ini

2 Dua sesi atau 3 Jam efektif.




1. Format Strategic Action Plan




                         Strategic Action Plan

DRHAPS-Cost containment-2010                                              60
Instalasi ……………………

                 RUMAH SAKIT…………………..




PENYUSUN S.A.P



       Nama                    :

       NIP                     :

       Jabatan                     :

       Unit                    :

       Organisasi              :


DRHAPS-Cost containment-2010             61
TUGAS POKOK

1.



2.


3.



4.




I.     RINGKASAN EKSEKUTIF (Executive summary)




DRHAPS-Cost containment-2010                     62
II.    MISI (Mission)




III.   VISI (Vision)


DRHAPS-Cost containment-2010   63
IV.    NILAI-NILAI ( Values)




V.     ANALISA LINGKUNGAN (Environment analysis)

       A.     ANALISA INTERNAL (Internal analysis)

              Kekuatan (Strength)
              *
              *
              *
              *
              Kelemahan
              *
              *
              *
              *

       B.     ANALISA EKSTERNAL (External analysis)

              Peluang (Opportunity)
              *
              *
              *
              *


              Ancaman (Threats)
              *
              *
              *
              *

       C.     GRAFIK SWOT
                                      Strength



                     Defensive                   Offensive



DRHAPS-Cost containment-2010                                 64
Threats                                                       Opportunity




                                                   Reconsiliation
                    Liquidation




                                    Weakness



VI.    SKENARIO (Scenario)


       1.     Keadaan Sekarang (Current State)

              a.     Issue-issue utama (Main Issues)

                     -

                     -

                     -

              b.     Kunci Pendorong Internal (Key Force in The Local)

                     -

                     -

                    -
       2.     Tekanan Pengendali (Driving Force)

              a. Rentang Ketidak-pastian dengan Kepentingan (Rank of
                 Uncertainly and Importancy)


No                 Issues                Uncertainly     Importancy      Score

                                        1 2 3 4 5 1 2 3 4 5




DRHAPS-Cost containment-2010                                                 65
VII.   SKENARIO (Logical Scenario)


                                ……………




                  a.                          a.
                  b.                          b.
                  c.                          c.
      ………………                                       ……………..



                  a.                          a.
                  b.                          b.
                  c.                          c.




                                 ………….




VIII. ISSUE STRATEGIS (Critical success issues)




IX.    TUJUAN (Goals)

       1.


DRHAPS-Cost containment-2010                            66
2.

       3.

       4.

X.     SASARAN (Objectives)

       Dari Tujuan -1

       1.

       2.

       Dari Tujuan - 2

       1.
       2.




XI.    TARGET STRATEGIS


ESTIMASI PROGRES KINERJA SELAMA LIMA TAHUN
Tahun 2009 s/d 2013


                                                  ESTIMASI PERMINTAAN
 No         PELAYANAN          Activity           (Activity Driver Quantity))
                                          2010   2011        2012       2013    2014
                               Driver
  1
  2
  3


DRHAPS-Cost containment-2010                                                       67
4
  5
  6
  7
  8
  9
 10
 11
 12
 14
 15




XI.    STRATEGI (Strategy)


       1.

       2.

       3.

       4.

       5.




2. Form Implementation Plan




            RENCANA IMPLEMENTASI
               (Implementation Plan)

DRHAPS-Cost containment-2010           68
I.      RENCANA IMPLEMENTASI S.A.P.


 Visi     Misi       Tujuan    Sasaran   Kebijakan    Program
                                          strategis




DRHAPS-Cost containment-2010                                    69
II.       PROGRAM (Programming)

      Sasaran     Kebijakan       Program            Tahun
                                            05   0     07 0    09
                                                 6         8




DRHAPS-Cost containment-2010                                    70
III.    INDIKATOR/TARGET/STANDAR (Leading Indicators)


       SASARAN         PROGRAM    INDIKATOR     TARGET/STANDAR




DRHAPS-Cost containment-2010                                71
TARGET PEMBIAYAAN DAN PENDAPATAN TAHUN 2010

                                       PEMBIAYAAN 2010           PENDAPATAN 2010
 No       Jenis        Activity   EP      Unit     COST     EP       Tarif   Revenue
        Pelayanan       Driver            Cost   (Ribuan)                    (Ribuan)




DRHAPS-Cost containment-2010                                                       72
ESTIMASI              Total Biaya               Total Pendapatan



TARGET PEMBIAYAAN DAN PENDAPATAN TAHUN 2011

                                       PEMBIAYAAN 2010             PENDAPATAN 2010
 No       Jenis        Activity   EP      Unit     COST       EP       Tarif   Revenue
        Pelayanan       Driver            Cost   (Ribuan)                      (Ribuan)




            ESTIMASI              Total Biaya               Total Pendapatan




TARGET PEMBIAYAAN DAN PENDAPATAN TAHUN 2012

                                       PEMBIAYAAN 2010             PENDAPATAN 2010
 No       Jenis        Activity   EP      Unit     COST       EP       Tarif   Revenue
        Pelayanan       Driver            Cost   (Ribuan)                      (Ribuan)




DRHAPS-Cost containment-2010                                                         73
ESTIMASI              Total Biaya               Total Pendapatan



TARGET PEMBIAYAAN DAN PENDAPATAN TAHUN 2013
                                       PEMBIAYAAN 2010             PENDAPATAN 2010
 No       Jenis        Activity   EP      Unit     COST       EP       Tarif   Revenue
        Pelayanan       Driver            Cost   (Ribuan)                      (Ribuan)




            ESTIMASI              Total Biaya               Total Pendapatan




TARGET PEMBIAYAAN DAN PENDAPATAN TAHUN 2014

                                       PEMBIAYAAN 2010             PENDAPATAN 2010
 No       Jenis        Activity   EP      Unit     COST       EP       Tarif   Revenue
        Pelayanan       Driver            Cost   (Ribuan)                      (Ribuan)




DRHAPS-Cost containment-2010                                                         74
ESTIMASI                Total Biaya            Total Pendapatan




IV.    PEMETAAN TARGET STRATEGI ( Target strategy map)
       (The Balanced scorecard approach)

Perspectives                                      TARGET
                                                  ROI

                       New Concept                          Contributions
  Finance

                       New Market
                                                           Asset utilization




                       Basic Requirement                   Differentiations




DRHAPS-Cost containment-2010                                                   75
customer




                   Build the franchise   Increase Customer           Operation
                                               Value                 excellent

  Internal
  Business
   Process




                     Competencies        Climate for action       Accountability


 Learning
    &
  Growth




V.     KEBIJAKAN PENANGGUNG JAWAB &PEMBIAYAAN (Budgeting)


No           PROGRAM                     BIAYA                PENAGGUNG JAWAB




DRHAPS-Cost containment-2010                                                       76
IV.    PROSEDUR (Procedure)


No              PROGRAM        PROSEDUR




DRHAPS-Cost containment-2010              77
3. Form Sistem Akuntabilitas (Accountability System)




DRHAPS-Cost containment-2010                           78
ACCOUNTABILITY SYSTEM

               AKUNTABILITAS KINERJA




I.     MONITORING


       A.     Pengukuran Kinerja Kegiatan /Program/Misi

               1. Kinerja kegiatan diukur berdasarkan hasil-hasil kegiatan
                  dengan formulir bulanan, yang berisi indikator, standar dan
                  bobot.
                  Rumus Capaian Kegiatan adalah

                                         Hasil kerja bulanan
                  Capaian Kegiatan = --------------------------------
                                            Standar/Target

               2. Keberhasilan kinerja Program diukur setiap tahun
                  berdasarkan jumlah hasil kegiatan dengan rumus :

                                          Jumlah hasil kegiatan tahunan
                  Capaian Program = ---------------------------------------------------
                                      Jumlah Kegiatan dalam satu program

                  Pengukuran program bergantung kepada jumlah kegiatan
                  pada setiap program

               3. Keberhasilan Misi diukur berdasarkan jumlah hasil program.
                  Jika 1 misi terdiri dari 2 program maka pengukurannya
                  dengan rumus :

                                         Jumlah Hasil Kinerja Program



DRHAPS-Cost containment-2010                                                          79
Capaian Misi = -------------------------------------------------
                                      Jumlah Program dalam satu misi

                                         Hasil Capaian Misi
                   Capaian Misi Unit = ----------------------------
                                         Jumlah Misi


B.     Penetapan Indikator

              Indikator-indikator kinerja ditentukan berdasarkan :

              1. Indikator input
              2. Indikator proses
              3. Indikator output
              4. Indikator outcome
              5. Indikator Benefit
              6. Indikator Impact

               Indikator tidak harus selalu berdasarkan pembagian ini, namun
               lebih ditekankan kepada indikator yang paling tepat berdasarkan
               telaahan,

       C.     Penetapan Standar / Target Kinerja

              Standar / Target ditentukan berdasarkan :

              1.
              2.
              3.
              4.

       D.     Penetapan Kriteria

              Kriteria ditentukan berdasarkan kesepakatan dan ditetapkan
              kriteria penilaian sebagai berikut :

              96%     -        100%                   Luar biasa
              86%     -         95%                   Sangat baik
              71%     -         85%                   Baik
              51%     -         70%                   Sedang
              21%     -         50%                   Buruk
              0 %     -         20%                   Sangat buruk


       E.     Sumber Data Kinerja

              1.

              2.


DRHAPS-Cost containment-2010                                                          80
3.

              4.

       F.     Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan


              1.

              2.

              3.

2.     EVALUASI

       A.     waktu evaluasi

              1.     Evaluasi bulanan

              2.     Evaluasi tahunan

              3.     Evaluasi lima tahunan

       B.     Aspek aspek Evaluasi

               Berdasarkan pendekatan empat perspektif dari Balanced
               scorecard disusun berdasarkan telaahan terhadap perspektif
               dibawah ini :

           1.  Pembelajaran dan pertumbuhan
           2.  Proses bisnis internal
           3.  Pelanggan
           4.  Keuangan
C.     HAMBATAN DAN SOLUSI


      Aspek             Capaian      Target/   Kesenjangan       SOLUSI
                        Tahunan      Standar




FORM PENGUKURAN CAPAIAN KINERJA KEGIATAN BULANAN



DRHAPS-Cost containment-2010                                                81
N    Kegiat   Indikat    St    Bob                            TAHUN
o     an        or       d      ot   Ja   Fe   M    A    M     Ju J Au    Se   O    No   De
                                     n    b    rt   pr   ei     n ul g    p    kt    v    s
1             In
              P
              O
              O
              C
              B
              I
              m
                Capaian        100
              kegiatan – 1

2             In
              P
              O
              O
              C
              B
              I
              m
                Capaian        100
               kegiatan - 1

3             In
              P
              O
              O
              C
              B
              I
              m
                Capaian        100
               kegiatan - 1




FORM PENGUKURAN CAPAIAN PROGRAM


No     PROGRAM                 KEGIATAN               HASIL       BOBOT         CAPAIAN
                                                     CAPAIAN                   PROGRAM
                                                    KEGIATAN
1.                        1.
                          2.
                                CAPAIAN PROGRAM – 1                100

2.                        1.
                          2.
                                CAPAIAN PROGRAM – 1                100

3.                        1.
                          2.
                                CAPAIAN PROGRAM – 1                100


DRHAPS-Cost containment-2010                                                             82
4.                     1.
                       2.
                             CAPAIAN PROGRAM – 1                      100

5.                     1.
                       2.
                             CAPAIAN PROGRAM – 1                      100

6.                     1.
                       2.
                             CAPAIAN PROGRAM – 1                      100



FORM PENGUKURAN CAPAIAN MISI

No      MISI              PROGRAM                HASIL           BOBOT         CAPAIAN
                                                CAPAIAN                          MISI
                                               PROGRAM
1.                1.
                  2.
                            CAPAIAN PROGRAM – 1                       100

2.                1.
                  2.
                            CAPAIAN PROGRAM – 1                       100

3.                1.
                  2.
                            CAPAIAN PROGRAM – 1                       100

4.                1.
                  2.
                            CAPAIAN PROGRAM – 1                       100
                  JADWAL MONITORING DAN EVALUASI

                                    RENTANG WAKTU PEMANTAUAN
No     Kegiatan                   APLIKASI RENCANA KERJA TAHUNAN                   Pen-Jwb

                    Jan     Feb   Mar   Apr   Jun   Jul   Aug   Sep    Nov   Des




DRHAPS-Cost containment-2010                                                             83
Mengetahui

              Kepala Bidang/Sub-Bidang
              Direktur RSUD




               ……………………………..




4. Form Kebijakan Direktur Tentang Cost Containment

             PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DHABEDA
                            TENTANG
                       COST CONTAINMENT

                                 DIREKTUR

Menimbang               1.
                        2.
                        3.


Memperhatikan           a.
                        b.
                        c.



DRHAPS-Cost containment-2010                          84
Memutuskan

     Menetapkan

     1.

     2.

     3.

     4.


                                                 Ditetapkan di :……………………..

                                                        Tanggal……………………….


                                                    DIREKTUR RS DHABEDA



                                                    (--------------------------------------)




5.                         Form Standarisasi Alat Medis dan Non Medis

            Form ini menjadi dasar dari dokumen bagi penanggung jawab logistik
     untuk keperluan standarisasi alat medis dan non medis di rumah sakit. Setiap
     standar harus didukung oleh kebijakan direktur rumah sakit dalam bentuk
     surat keputusan

          a. Form Standar Peralatan Medis RS Dhabeda
             Tahun 2010

      No           Jenis              Merk     jumlah      Penangung         Keterangan
                                    fabrikan                 Jawab




     DRHAPS-Cost containment-2010                                                        85
b. Form Standar Peralatan Non Medis RS Dhabeda
              Tahun 2010

      No               Jenis               Merk         Jumlah        Penaggung        Keterangan
                                         fabrikan                       Jawab




           c. Form inventarisasi Peralatan Medis RS Dhabeda
              Form ini selain dimiliki oleh logistik juga oleh IPSRS dalam rangka data
              dasar untuk melakukan pemantauan keadaan alat medis di ruangan
              ruangan. Juga data ini harus dimiliki oleh para kepala instalasi yang
              menggunakan peralatan medis tersebut.


     Inventarisasi Peralatan Medis
     Lokasi Alat : IGD


      No       Jenis       Jumlah           Tgl      Harga                   Waktu       Pen-Jwb
                            Unit        Pengadaan     Awal       Keadaan    Peneraan
      1      DC Shock                   4,8,2009




     Inventarisasi Peralatan Non Medis
     Lokasi Alat : IGD

                                           Tgl      Harga Awal                          Pen-Jwb
      No         Jenis         Junlah    Pengad       Dalam       Keadaan     Waktu
                                Unit       aan        Ribuan                  Penera
                                                                                an
       1      Meja Tulis




6.                             Form Standarisasi Obat-Obatan dan Bahan Habis Pakai




     DRHAPS-Cost containment-2010                                                              86
Form ini diperuntukkan bagi instalasi Farmasi, yang berisikan data
     jenis obat obatan dan BHP dan vendor yang akan memasok barang barang
     tersebut, yang telah disepakati berdasarkan negosiasi antara Direktur, Kepala
     Instalasi Farmasi, Ketua Komite Medik, bersama sama dengan Panitia
     Pengadaan Barang dan Panitia Pemeriksa Barang.

           Standar ini harus didukung oleh peraturan direktur rumah sakit, yang
     menetapkan bahwa obat obatan dan BHP yang tercantum dalam standarisasi
     yang hanya akan diadakan oleh rumah sakit. Obat obatan dan BHP ini
     pemakainnya ditentukan oleh kepala instalasi Farmasi yang berhak
     mengganti apapun yang ditulis dokter dengan obat obatan dan BHP yang
     telah masuk didalam standarisasi, dengan syarat sesuai dengan jenis
     kimianya atau generiknya.

     Standar Obat Obatan dan BHP Yang Digunakan di RS Dhabeda
     Tahun       : 2010

     No      Vendor       Nama dan Jenis Obat       Nama Kimia         Keterangan
            Pemasok            dan BHP




7.                        Form CCS pada unit yang bertanggung Jawab terhadap
        Distribusi
     Khususnya alat medis dan non medis
     Form ini digunakan oleh Logistik dan IPSRS


     Form Cost Containment Strategy
     …………………  Alat Medis dan Non Medis


                                                                 Penanggung Jawab
               LOGISTIK               COST CONTAINMENT
                                          STRATEGY
              Diterbitkan                                         Rhada Shusahe
          Tgl ….. , ……, 20….                    1

     Lokasi
     Keterangan


     DRHAPS-Cost containment-2010                                                   87
Mekanisme                       1.
                                2.
                                3.
Service Blue Print              1.
                                2.
                                3,
                                4.
                                5.
                                6.
                                7.
Kekuatan                        1.
                                2.
                                3.
                                4.
Kelemahan                       1.
                                2.
                                3.
                                4.

Cost Containment Strategy       UMUM

                                1.
                                2.
                                3.
                                4.

                                KHUSUS
                                1.
                                2.
                                3.
                                4.
                                5.
                                6.
                                7.
Penanggung jawab Unit           1.
                                2.
                                3.




8.                      Form CCS di Unit Unit Cost Center maupun Revenue
     Center

Cost Containment Strategy
Rawat Inap

No    Lokasi    Mekanisme   Keterangan   SBP   Kekuatan   kelemahan       CCS   PenJwb
 1   Ruang
     Rawat
                                                                   
                                                                   
                                                                   
                                                                   
 2   Nurse                                                         
     station
                                                                   
                                                                   


DRHAPS-Cost containment-2010                                                      88
3.    Ruang                                                 
      Isolasi
                                                            
4.    Selasar                                               
                                                            
                                                            
                                                            

Keterangan

         Setiap Instalasi berbeda beda, sesuai dengan karakter masing masing
          instalasi
         Setiap instalasi harus dirinci, ruangan ruangan mana yang akan
          dikontrol berdasarkan CCS
         Mekanismenya untuk setiap ruangan secara umum adalah :
          - Mekanisme kelistrikan
          - Mekanisme pencahayaan
          - Mekanisme pendingin ruangan
          - Mekanisme Pemanfaatan air
          - Mekanisme penggunaan Telepon
          - Mekanisme kebersihan
          - Mekanismen pemeliharaan
          - Mekanisme lain lain

          Sedangkan mekanisme yang khusus adalah :
          - Mekanisme penggunaan dan pemeliharaan Peralatan Medis
          - Mekanisme penggunaan dan pemeliharaan Komputer

         Kedua mekanisme ini harus didukung dengan prosedur tetap yang
          memadai.




9.                   Form Data Dasar Bagi setiap Penanggung Jawab Unit
      Unit Cost Center dan Revenue Center


Data Dasar : Bedah Central RS Dhabeda
Tahun : 2010


     No             Data             Jumlah      Satuan            Biaya

     1.   Pegawai                                Orang



DRHAPS-Cost containment-2010                                               89
2.   Luas Bangunan/Ruangan                     Meter2
   3.   Alat Medis                                 Unit
   4.   Makanan Karayawan dan                      Porsi
        pasien
   5.   Daya Listrik                               Watt
   6.   Cucian                                  Kg kering
   7.   Unit Cost / Activity Driver                Rp
   8.   Output pelayanan                          ADQ
   9.   Pendapatan (Revenue)                       Rp
  10.   Pengeluaran (Variable)                     Rp
  11.   BEP                                     Rp/Volume

Keterangan

    Setiap saat data ni bisa berubah, dan harus selalu di update
    Setiap ada perubahan maka pihak terkait harus selalu
     memberitahukan dan mencatat jumlah perubahannya
    Dianjurkan agar setiap unit memiliki amper meter untuk mengukur
     penggunaan daya linstrik.
    Penggunaan telepon keluar rumah sakit sebaiknya melalui central
     untuk mengetahui unit mana yang menggunakan dan data akan
     tercatat.
    Setiap makanan karyawan maupun pasien dicatat melalui form bantu
    Demikian pula dengan setiap pengiriman pencucian dicatat dalam form
     bantu.
    Hitung BEP setiap bulan




               ====== =======DRHAPS=============


Kepustakaan


Anthony.Robert N, Govindarajan.Vijay, MANAGEMENT CONTROL SYSTEMS, 9Th Edition,
McGraw-Hills Companies, USA, 1998.

Al Gore, COMMONSENCE GOVERNMENT – Working Better with Less Cost,1992.




DRHAPS-Cost containment-2010                                               90
Bryce. Lee, THE INFLUENTIAL MANAGER, How to develop a powerful management style,
London, 1994.

Brinzius. Jack A. & Campbell. Michael D, GETTING RESULT – a Guide for Government
Accountability, 1990.

Cortada. James W, TOTAL QUALITY MANAGEMENT, for Information Systems Management, Mc
Grou-Hill. Inc., 1995.

Craig, James. C. Grant.Robert M., STRATEGIC MANAGEMENT, 1993.

Daft, Richard L. MANAGEMENT, Vanderbilt University, Thomsosn, South-Western, 2003.

Griffin.Ricky W, MANAGEMENT, 5Th Edition, Houghton Mifflin Company, Boston, Toronto,
Geneva, Illionis, Palo Alto, Princenton, New Jersey, 1999.

Griffith, John R. THE WELL MANAGED COMMUNITY HOSPITAL, Health Administration Press,
Ann Arbor, Michigan, 1987.

Jones.John W, HIGH SPEED MANAGEMENT, Time Base Strategies for Managers and
Organizations, Jossey-Bass Publishers, San Franscisco, 1993.

Kaplan. Robert S, Norton. David P, THE STRATEGY FOCUSED ORGANIZATION, How Balanced
Scorecard Companies Thrive the New Business Enviroment, Harvard Business School Press, Boston,
2001.

Levin. Richard I, Rubin. David S, Stinson. John P, QUANTITATIVE APPROACHS TO
MANAGEMENT, 6th Edition, Exclusive rights by Mc Graw-Hill Book Co, Singapore Manufacture
and Export, 2nd Printing,1996.

Mintzberg, Henry, Ahlstraud. Bruce and Lampel. Joseph, STRATEGY SAFARY, a Guided Tour
Through The Wilds of Strategic Management, 1998.

Schulz, Rockwell, Ph.D - Johnson, Alton C, Ph.D, MANAGEMENT OF HOSPITALS AND
HEALTH SERVICES, Strategic Issues and Performance, Third Edtion, The C.V. Mosby Company,
St, Louis, Baltimore Philadelphia, Toronto, 1990.

Werther Jr.William B, Davis. Keith, HUMAN RESOURCES AND PERSONNEL MANAGEMENT,
5Th Edition, McGraw-Hill, USA, 1996.




DRHAPS-Cost containment-2010                                                               91

More Related Content

PPTX
MANAJEMEN LOGISTIK RUMAH SAKIT.pptx
PDF
Kepmenkes no-129-tahun-2008-standar-pelayanan-minimal-rs
PDF
Clinical Pathway: Apa, Mengapa, dan Bagaimana?
PDF
Pendekatan mutu dan kepuasan pelanggan dalam pelayanan kesehatan
PPTX
PPT Sosialisasi PROGNAS.pptx
PPTX
Peranan ekonomi kesehatan dalam perencanaan kesehatan
PPT
PDCA PDSA CQI.ppt
PDF
MODUL TPK.pdf
MANAJEMEN LOGISTIK RUMAH SAKIT.pptx
Kepmenkes no-129-tahun-2008-standar-pelayanan-minimal-rs
Clinical Pathway: Apa, Mengapa, dan Bagaimana?
Pendekatan mutu dan kepuasan pelanggan dalam pelayanan kesehatan
PPT Sosialisasi PROGNAS.pptx
Peranan ekonomi kesehatan dalam perencanaan kesehatan
PDCA PDSA CQI.ppt
MODUL TPK.pdf

What's hot (20)

PPTX
Manajemen mutu dalam pelayanan kesehatan
PPT
Managed care
PPTX
Problem solving-kes-masy
PPTX
Tehnik perhitungan prioritas masalah
PPTX
Fungsi perencanaan dalam manajemen (pert 9)
PPT
Manajemen umum-pengawasan-pengendalian
PDF
Sistem Indexing Dokumen Rekam Medis
PDF
PANDUAN PAP 2022.pdf
PPT
Building Learning Commitment
PDF
Teori kurt lewin
PPTX
Advokasi kesehatan jf pkm
PPTX
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
DOCX
Makalah Etika Bisnis - Sejarah dan Perkembangan Etika Bisnis
PPTX
Konsep dasar kesehatan masyarakat
PDF
Manajemen kesehatan
PDF
Dinamika kelompok dalam organisasi
PPTX
Ppt ttm3 kelompok 2 materi tqm
PPTX
Konsep dasar rekam medis informasi kesehatan (rmik)
PPT
488960551 komunikasi-profesional-dalam-pelayanan-kesehatan-ppt
DOCX
Perencanaan dan Pembuatan Keputusan
Manajemen mutu dalam pelayanan kesehatan
Managed care
Problem solving-kes-masy
Tehnik perhitungan prioritas masalah
Fungsi perencanaan dalam manajemen (pert 9)
Manajemen umum-pengawasan-pengendalian
Sistem Indexing Dokumen Rekam Medis
PANDUAN PAP 2022.pdf
Building Learning Commitment
Teori kurt lewin
Advokasi kesehatan jf pkm
Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Makalah Etika Bisnis - Sejarah dan Perkembangan Etika Bisnis
Konsep dasar kesehatan masyarakat
Manajemen kesehatan
Dinamika kelompok dalam organisasi
Ppt ttm3 kelompok 2 materi tqm
Konsep dasar rekam medis informasi kesehatan (rmik)
488960551 komunikasi-profesional-dalam-pelayanan-kesehatan-ppt
Perencanaan dan Pembuatan Keputusan
Ad

Viewers also liked (20)

PDF
Dasar menghitung unit cost rumah sakit dengan ABC_yasir
DOC
Pengendalian mutu
DOCX
Alam fix draft_laporan_pkl
DOC
Filsafat
PPTX
Proposal Kesehatan Masyarakat Dhu'afa penjaringan fix
PDF
Penerapan balanced scorecard sebagai
PDF
MHK Build_H&D2015Design
PPTX
Break Even Point (BEP)
DOCX
PDF
Tesis transportasi laut
PPTX
Presentasi bep
PPTX
Study kelayakan bisnis ( Aspek ekonomi dan sosial )
PPTX
analisis break even point
PDF
Sni 3434-2008-tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan kayu untuk banguna...
DOCX
Ekonomi internasional ( makalah fix )
PPT
Rencana pembangunan rs tipe b non pendidikan sulbar 2014
PPT
Studi layak-rs-210511
PDF
Makalah fungsi biaya dan penerimaan
PDF
Analisis Standar Belanja
Dasar menghitung unit cost rumah sakit dengan ABC_yasir
Pengendalian mutu
Alam fix draft_laporan_pkl
Filsafat
Proposal Kesehatan Masyarakat Dhu'afa penjaringan fix
Penerapan balanced scorecard sebagai
MHK Build_H&D2015Design
Break Even Point (BEP)
Tesis transportasi laut
Presentasi bep
Study kelayakan bisnis ( Aspek ekonomi dan sosial )
analisis break even point
Sni 3434-2008-tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan kayu untuk banguna...
Ekonomi internasional ( makalah fix )
Rencana pembangunan rs tipe b non pendidikan sulbar 2014
Studi layak-rs-210511
Makalah fungsi biaya dan penerimaan
Analisis Standar Belanja
Ad

Modul cost containtment

  • 1. MODUL COST CONTAINTMENT (Pengendalian Biaya di Rumah Sakit) Dr. Hanna Permana Subanegara, MARS. DRHAPS-Cost containment-2010 1
  • 2. Pendahuluan Assalamu’alaikum W.W. Berkembangnya teknologi kedokteran di dunia saat ini, merupakan kemajuan yang menggembirakan, namun demikian sangat berdampak terhadap melonjaknya pembiayaan akibat kemajuan teknologik tersebut. Keadaan ini merupakan konsekuensi logis yang sekaligus merupakan tekanan yang berat bagi manajemen rumah sakit maupun masyarakat pengguna pelayanan kesehatan individu di rumah sakit. Ada hal yang menarik dalam industri rumah sakit di Indonesia, bahwa secara tehnis pelayanan kesehatan merupakan produk jasa yang harus diberikan sesuai dengan standar teknologi kedokteran yang dianut oleh hampir seluruh rumah sakit. Jika dilihat objek pelayanan ini adalah kepentingan dasar kehidupan manusia, maka tampak dengan jelas bahwa bisnis rumah sakit adalah bisnis yang bersifat sosial. Namun jika melihat terjadinya transaksi yang beragam dan kompleks disuatu rumah sakit, maka tidak dapat dihindari bahwa bisnis rumah sakit setara dengan bisnis bisnis lainnya. Jika dilihat esensinya bisnis rumah sakit merupakan bisnis kepercayaan (Trusty business), dan didalamnya terdiri dari tiga hal penting yaitu Product, service dan mindset (value, attitude). Pada proses pelayanan, yang sangat menonjol adalah mindset/Attitude, sebab sebaik apapun seorang dokter memberikan pelayanan namun jika attitude kurang mendukung maka sulit bagi sebuah rumah sakit untuk menegakkan Hospital Branding. Padahal branding inilah yang akan menentukan diminati atau tidaknya sebuah rumah sakit oleh masyarakat. Sudah menjadi bahan percakapan sehari-hari dikalangan publik bahwa berobat ke rumah sakit pasti biayanya mahal. Padahal mahal atau tidaknya sangat bergantung kepada para pelaku bisnisnya dan bahkan berdasarkan survey di beberapa negara eropa, faktor Moral Hazzard menjadi salah satu penyebab tingginya biaya pelayanan kesehatan yang dikenal dengan High cost economic. Pemborosan di rumah sakit terkadang tidak disadari bahkan pemborosan sudah sedemikian melekat dan menjadi hal yang terkesan tidak diindahkan oleh seluruh karyawan rumah sakit. Upaya yang cukup signifikan adalah dengan menerapkan Cost containment yang memiliki arti penekanan atau pengendalian pembiayaan terhadap berbagai sisi bisnis rumah sakit dari mulai kepegawaian, infrastruktur, peralatan, obat obatan, bahan habis pakai, dan seluruh aspek bisnis lainnya di rumah sakit. Berbagai negara di Eropa, melakukan pengendalian pembiayaan dengan mengubah sistem pembiayaan, men-setting ulang pembiayaan dan controlling pembiayaan. Dr Hanna Permana Subanegara, MARS. DRHAPS-Cost containment-2010 2
  • 3. Daftar Isi Halaman 1. Pemahaman cost containment 3 – 13 2. Cost Containment SDM 14 – 23 3 Cost Containment Bangunan RS 24 – 30 4. Cost Containment Peralatan Medis 31 – 41 5. Cost Containment Peralatan Non Medis 42 – 44 6. Cost Containment Obat Obatan dan BHP 45 – 51 7. Cost Containment Strategy 52 – 58 8. Format Cost Containment 59 – 88 PERHATIAN Dimohon tidak Memperbanyak atau meng-copy modul Cost Containment ini tanpa izin penyusun. Terimakasih. DRHAPS-Cost containment-2010 3
  • 4. COST CONTAINMENT Dr Hanna Permana Subanegara, MARS. Pokok Bahasan I PEMAHAMAN COST CONTAINTMENT Proses Cost Containment Tujuan : Pemahaman Cost Containment Fahamnya para peserta pelatihan dalam menyusun strategi pengendalian biaya (Cost containment) di rumah sakit. Cost Containment SDM 1. Prinsip-prinsip dari cost containment dan Cost Containment Bangunan mengapa suatu organisasi atau perusahaan termasuk suatu organisasi rumah sakit Cost Containment memerlukan suatu strategi pengendalian Peralatan Medis atau penekanan biaya di rumah sakit. 2. Pengertian kegunaan cost containment bagi Cost Containment rumah sakit Peralatan Non Medis 3. Pemahaman tentang perlunya strategi pengendalian biaya pada era asuransi dan Cost Containment antisipasi terhadap perubahan pola Obatan Obatan dan BHP keuangan rumah sakit menjadi Badan Cost Containment Layanan Umum (BLU), BUMN, BUMD, Strategi Perum, dan PT. 4. Pentingnya budaya sadar biaya di rumah Cost Containment sakit dengan memahami seluk beluk biaya. Format Metode Pendekatan  Pemaparan  Diskusi  Audiensi  Latihan Produk dan Sasaran  Tersusunnya Dokumen pengendalian biaya Rumah Sakit yang akan dijadikan dasar dalam penekanan pembiayaan rumah sakit.  Terwujudnya budaya sadar biaya pada seluruh karyawan rumah sakit  Terwujudnya pola pikir strategis dari seluruh karyawan rumah sakit dalam hal pembiayaan.  Tergambarnya titik-titik rawan pemborosan pembiayaan dan cara penghematannya DRHAPS-Cost containment-2010 4
  • 5. Tersedianya dokumen pengendalian dan penekanan pembiayaan rumah sakit Masukan/Referensi  Data-data pembiayaan program pelayanan di rumah sakit  Peraturan dan perundang-undangan yang berkaitan dengan pengelolaan rumah sakit.  Kepustakaan dari berbagai buku yang telah diterbitkan baik dalam maupun luar negeri. Jangka Waktu Pelatihan Tahap Ini 2 Dua sesi atau 3 Jam efektif. PEMAHAMAN COST CONTAINMENT Cost containment merupakan cara atau upaya mengendalikan pembiayaan atau penekanan biaya sampai ketitik Cost effectiveness, bukan ketitik efficiency. Artinya berapa besaran biaya yang secara rasional dibutuhkan untuk pelayanan tertentu dan berapa besar pembiayaan untuk perawatan atau pemeliharaan peralatan secara rasional. Menurut Peter Drucker dalam The Effective Executive bahwa jika terlalu memusatkan perhatian penuh pada efisiensi dan bukan pada efektifitas akan cukup berbahaya, karena pemusatan pikiran pada efisiensi akan menghilangkan kesempatan kepada efektifitas. Sedangkan pada dasarnya hanya efektifitaslah yang memiliki peluang untuk mendapatkan hasil keuntungan yang lebih besar, dengan menciptakan pasar dan mengubah karakteristik ekonomi produk produk dan pasar yang ada. Dan menurut Bill Reddin dalam bukunya yang berjudul Managerial Effectiveness bahwa manajer yang berkonsentrasi kepada efisiensi dan bukan pada efektifitas cenderung untuk: a. Melakukan hal hal dengan cara tepat dan bukan hal hal yang tepat. b. Memecahkan masalah masalah dan bukan menghasilkan alternatif alternatif yang kreatif. c. Menjaga sumber daya dan bukan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya. d. Menurunkan biaya akan tetapi tidak meningkatkan laba. Bahaya jika penekanan yang terlalu besar pada efisiensi, adalah tujuan tindakan tersebut seringkali dikaburkan dengan mesin birokrasi yang telah ditetapkan untuk dapat mencapainya. Seharusnya diarahkan bagaimana pembiayaan dapat dikreasi untuk mencapai hasil yang nyata dan memang DRHAPS-Cost containment-2010 5
  • 6. untuk mencapai hasil tersebut kita harus menerapkan efisiensi, akan tetapi jangan lupa hasil apa yang seharusnya akan kita capai. Dengan perkataan lain bahwa hanya menggeluti efisiensi akan menghilangkan pencapaian tujuan yang sebenarnya. Memang kita efisien akan tetapi tujuan utama tidak bisa diraih. Banyak orang dalam bisnis lain yang melakukan penghematan dengan cara mengurangi bahan atau material, bahkan mengurangi pembiayaan tertentu sehingga barang atau jasa yang dihasilkan akan semakin berkurang kualitasnya, akibatnya akan terjadi cedera branding. Pada beberapa rumah sakit, pemilik mengurangi atau tidak membiayai pembelian barang-barang tertentu padahal barang tersebut sangat dibutuhkan oleh pelayanan, maka akibatnya pelayanan menjadi terhambat. Maksudnya mungkin untuk mengurangi pembiayaan tetapi terjadi kekeliruan pemahaman yang mengakibatkan pelayanan menjadi tidak berkualitas, akibatnya terjadi ketidak-tepatan pelayanan dan berakibat pula kepada akurasi pelayanan yang menjadi menurun. Pasien menjadi korban, karena seluruh akibat pelayanan secara otomatis akan dibebankan pembiayaannya terhadap pasien. Kesembuhan menjadi tertunda akibat penghematan yang berlebihan. Dan tertundanya kesembuhan berarti pembiayaan semakin membengkak. Beberapa hasil penelitian di beberapa negara lain, menyebutkan bahwa dengan bertambahnya dokter atau tenaga kesehatan lainnya, sesungguhnya akan menyebabkan pembiayaan yang semakin tinggi. Setiap penambahan dokter baru sudah pasti akan memerlukan biaya pendamping didalam proses produk pelayanan. Misalnya seorang dokter bedah akan secara otomatis membutuhkan asisten bedah, anaestesi, peralatan bedah, ruang bedah, pembiayaan operasional bedah dan lain sebagainya. Jika hal ini tidak diperhitungkan maka yang terjadi adalah pembengkakan pembiayaan tanpa terkendali. Memang pada akhirnya manajamen rumah sakit atau pemilik rumah sakit harus memperhitungkan dengan sangat cermat seberapa banyak tenaga dokter yang dibutuhkan oleh rumah sakitnya. Sebagai ilustrasi seorang manajer dan pemilik sebuah rumah sakit melihat bahwa kunjungan pada poliklinik Penyakit Dalam sekitar 50 pasien perhari yang dilayani oleh seorang Spesialis Penyakit Dalam, kemudian manajer dan pemilik memutuskan untuk menambah dokter Spesialis Penyakit Dalam yang baru, dengan harapan adanya dua dokter maka akan dihasilkan 100 pasien sehari dan hal ini menguntungkan. Namun setelah dilakukan rekruitmen dokter baru, ternyata berdasarkan analisa data selama satu tahun, peningkatan pasien dari 50 orang pasien perhari, hanya menjadi rata rata 65 pasien perhari. Disini dapat digambarkan bahwa dengan dua dokter belum DRHAPS-Cost containment-2010 6
  • 7. tentu menghasilkan dua kali lipat pelayanan semula. Malah yang terjadi adalah pembiayaan yang semakin tinggi. Dan sudah pasti pembiayaan yang tinggi akan berdampak terhadap unit cost, dan pada akhirnya dibebankan kepada pasien yang diaplikasikan dalam bentuk tarif sesuai dengan pergerakan unit cost. Cost containment sangat erat hubungannya dengan unit cost, semakin tinggi pemborosan maka semakin tinggi unit cost. Sebab pembiayaan yang boros secara langsung akan menyebabkan peningkatan variable cost dan kita ketahui bersama bahwa unit cost atau harga satuan sangat ditentukan oleh variable cost dan fixed cost. Banyak manajemen rumah sakit yang belum menyadari bahwa telah terjadi kesempatan yang hilang akibat pemborosan didalam proses pelayanan maupun pemborosan dalam pengadaan barang dan bahan serta pemborosan akibat budaya karyawan rumah sakit yang tidak mendukung. Celakanya terjadi pemborosan akibat human error dan anehnya biaya akibat kesalahan pelayanan seluruhnya dibebankan kepada pasien. Dan inilah penyebab pemborosan yang tidak bisa ditolerir secara moral dan sosial. Akan tetapi pasien pasien kita di Indonesia pada umumnya sangat awam terhadap pelayanan di rumah sakit. Mereka mengira bahwa pelayanan di rumah sakit adalah pasti baik dan berdasarkan standar yang mereka sendiri tidak mengetahuinya (uncertainty). 40% pasien beranggapan bahwa rumah sakit berkualitas jika bangunannya mewah, bersih dan tertata baik, peralatannya lengkap serta karyawan rumah sakitnya ramah. Sesungguhnya biaya tidak menjadi masalah bagi pasien yang penting adalah mereka bisa sembuh. Bagaimana proses kesembuhan sama sekali merupakan sesuatu yang uncertainty bagi pasien. Yang mereka sadari adalah dokter telah merawatnya dengan baik, perawat sudah merawatnya dengan baik dan ramah, bangunan atau gedung atau kamar perawatan sangat nyaman dan lain sebagainya. Namun dibalik proses tersebut pasien tidak mengetahui dengan pasti, jika telah terjadi pemberian obat obatan yang berlebihan akibat moral hazzard, adanya error, adanya pemberian fasilitas yang berlebihan dan apapun namanya, service yang berlebihan dan peningkatan citra rumah sakit dengan berbagai emblim berkualitas Nasional maupun Internasional atau dengan peningkatan citra rumah sakit asing, sesungguhnya akan berdampak kepada pembiayaan yang ujung ujungnya harus dibayar oleh pasien yang bersangkutan. Sesungguhnya inti dari cost containment adalah bagaimana seluruh karyawan menjadi sadar biaya. Mereka para manajemen rumah sakit mengetahui dengan persis, bahwa biaya yang dibebankan kepada pasien adalah akibat dari pekerjaannya. Dan mereka sebenarnya menyadari bahwa DRHAPS-Cost containment-2010 7
  • 8. sedikit atau banyak kesalahan yang mereka lakukan dan perliku boros para karyawan akan berakibat kepada meningkatnya biaya yang harus ditanggung oleh pasien, dan lagi lagi akhir dari munculnya konsekuensi pembiayaan seluruhnya akan menjadi beban pasien. Karenanya bagaimana upaya rumah sakit membentuk budaya sadar biaya dari seluruh karyawannya. Agar pemborosan bisa dicegah dan pembiayaan bisa ditekan sampai ketitik cost effectiveness. Dan kita mengetahui bahwa merubah budaya dari karyawan rumah sakit yang terdiri dari kalangan tenaga medis dan tenaga non medis yang memiliki latar belakang serta budaya yang berbeda, akan mendapat tantangan yang sangat berat dan menyita energi yang cukup besar. Namun dengan era SJSN pada masa yang akan datang maka mau tidak mau, suka tidak atau suka, kita harus berupaya agar penekanan biaya dengan strategi cost containment kita lakukan sebelum terlambat. Pemborosan sesungguhnya bersifat universal di rumah sakit dan terjadi bukan hanya pada moment of truth tertentu akan tetapi menyeluruh pada semua lini rumah sakit, menyeluruh dari sistem perencanaan sampai ke sistem aplikasi rumah sakit, menyeluruh dari mulai penerimaan pegawai sampai pegawai itu berhenti bekerja, menyeluruh dari penerapan prosedur standar sampai ke prosedur substandar, menyeluruh dari input, process, output, outcome, benefit dan impact pada pendekatan Donabedian. Oleh karena itu dalam strategi penerapan cost containment diperlukan perubahan paradigma sadar biaya bagi seluruh karyawan rumah sakit. Cost cotainment harus selalu ada pada setiap moment of truth, harus selalu ikut serta dalam strategic management system, didalam penyusunan mental creation process sampai kepada physical creation process harus dikawal dengan cost containment. Kesalahan pada perencanaan awal, akan berakibat pembentukan budaya tertentu yang sangat sulit untuk dirubah pada masa yang akan datang. Sebab siapapun dan apapun latar belakang karyawan serta apapun pendidikannya akan selalu dimulai pada hal hal yang pertama dilakukannya dan hal ini merupakan hal yang strategis bagi dirinya. Dia akan belajar dan akan berupaya menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya, untuk bekerja sesuai dengan yang diharapkan oleh manajemen atau oleh pemilik rumah sakit. Namun sayangnya tidak semua manajemen dan pemilik rumah sakit mempersiapkan track yang baik dan pasti bagi karyawan yang baru bekerja. Bahkan kebanyakan manajemen rumah sakit maupun pemilik rumah sakit mempercayakan pekerjaan kepada karyawan baru tersebut dengan panduan yang sangat minimal. Dan keadaan ini akan berakibat terhadap pemborosan yang berkaitan dengan pencarian kenyamanan bekerja. Selama proses DRHAPS-Cost containment-2010 8
  • 9. pencarian makna kenyamanan akan terjadi trial and error, dan keadaan ini akan menjadi bahya pemborosan awal bagi suatu rumah sakit. Langkah kedua setelah karyawan mencoba hal hal baru yang menurutnya strategis, maka akan masuk ke daerah rutinitas. Kebiasaan bekerja dengan kenyamanan tertentu pada karyawan, secara lambat laun akan dimasukkan kedalam mindset rutinitas, dan akibatnya terbentuk budaya tertentu yang akan sangat melekat pada diri karyawan yang bersangkutan. Dan kita ketahui bahwa menurut pakar manajemen Peter Drucker, rutinitas akan membunuh kreatifitas. Jadi kalau dalam pencarian makna kenyamanan bekerja dan didapatkannya dari pengalamannya dalam bekerja yang tanpa dilengkapi dengan panduan kerja, standar dan SPO yang memadai, maka sudah pasti akan diikuti oleh pemborosan, dan yang akan mereka dapat adalah pengalaman yang salah dan mereka menganggap hal itu benar. Akibatnya pengalaman salah akan menjadi rutinitas kesalahan secara permanen dan melekat pada karyawan yang bersangkutan. Tahap selanjutnya setelah rutinitas dilakukan oleh karyawan sekian lama bahkan bertahun tahun, maka pada akhirnya akan masuk ke area otomatisasi. Mereka bekerja tidak lagi dengan pola strategisnya, akan tetapi secara otomatis bekerja akibat pelajaran rutinitas mereka. Jika secara strategis benar, maka rutinitasnya akan benar dan otomatisasinya akan benar pula, tentu saja njika hal ini terjadi kaan sangat menguntungkan organisasi. Akan tetapi sebaliknya jika strategisnya dimulai dengan ketidak lengkapan panduan dan standar maka rutinitas akan menjadi tidak benar dan pada akhirnya otomatisasi akan menjadi tidak benar pula. Keadaan inilah penyebab mengapa pemborosan sering terjadi dan budaya boros seakan melekat pada diri karyawan secara tidak disadarinya, yang berakibat kepada kerugian organisasi dan pada akhirnya kerugian bagi masyarakat pengguna jasa pelayanan rumah sakit. Banyak kalangan manajemen yang mengambil jalan pintas, jika terjadi kerugian atau diperkirakan akan rugi maka dengan serta merta merubah tarif rumah sakitnya dan otomatis akan menjadi beban masyarakat pengguna. Cara cara seperti ini sesungguhnya akan menurunkan daya saing rumah sakit itu sendiri. Seperti kita ketahui bahwa salah satu strategi persaingan adalah dengan menerapkan cost leadership strategy. Seringkali hitungan unit cost pada suatu jenis pelayanan amatlah tinggi, dengan menghitung data fixed cost dan variable cost pada tahun berjalan. Secara tidak sadar terjadi pemborosan penggunaan bahan, obat obatan, listrik, telepon, air, makanan, cucian linen, dan jumlah karyawan yang berlebihan. Akibatnya unit cost menjadi sangat tinggi. Dengan biaya satuan yang tinggi tersebut dan hal tersebut dijadikan landasan penentuan tarif (pricing policy), maka sudah bisa diterka bahwa tarif akan melambung tinggi dan tidak sedikit manajemen serta pemilik rumah sakit yang bingung menghadapi kenyataan bahwa harga DRHAPS-Cost containment-2010 9
  • 10. satuan atau unit cost yang tinggi tersebut. Mereka kebingungan dalam menentukan tarif, karena tarif akan tinggi dan sudah barang tentu menjadi tidak memiliki daya saing. Akibatnya mereka melakukan berbagai cara dengan Pricing policy. Namun apapun yang dilakukan oleh manajemen rumah sakit tetap saja besaran tarif akan dibebankan kepada masyarakat pengguna. Ada dua falsafah dasar mengenai cost containment, pertama adalah bagaimana manajemen rumah sakit berusaha menekan dan mengendalikan biaya agar rumah sakitnya bisa meraih profit. Dan yang kedua adalah bagaimana manajemen menekan dan mengendalikan biaya agar masyarakat pengguna tidak terbebani pembiayaan yang tinggi. Kedua falsafah ini sesungguhnya sah sah saja untuk dilakukan, yang penting adalah bagaimana cost effectiveness bisa ditegakkan. Kalau memang biayanya tinggi untuk pelayanan tertentu apa boleh buat, untuk tetap diterapkan dan manajemen dapat menagihkan pembiayaan secara fair. Akan tetapi jika pembiayaan yang ditagihkan tidak memperhatikan penekanan dan pengendalian biaya yang terencana, maka rasa rasanya tagihan biaya kepada pasien menjadi tidak fair dan kadaan tersebut seungguhnya merugikan konsumen. Tidak bisa dipungkiri bahwa kebanyakan para manajemen rumah sakit seringkali mengabaikan perhatiannya terhadap biaya pemeliharaan peralatan, bangunan, pemberian obat-obatan, makanan pasien, administrasi dan sejenisnya. Artinya seringkali pemborosan terjadi diberbagai lini pelayanan pada revenue center maupun pada sisi administratif atau cost center. Pemborosan yang seringkali diakibatkan karena perilaku para karyawannya yang tidak memahami tentang biaya atau singkatnya tidak memiliki budaya sadar biaya. Padahal jika seluruh karyawan rumah sakit, sadar akan pentingnya biaya maka pemborosan sudah sangat mungkin untuk dikurangi. Budaya Sadar Biaya Sadar biaya adalah memahami tentang pentingnya arti, seluk beluk pembiayaan dalam menjalankan suatu bisnis termasuk bisnis rumah sakit. Agar memahami biaya secara baik tentunya harus mampu mengerti tentang biaya itu sendiri. Menurut salah satu definisi yang ada, biaya adalah suatu pengorbanan yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi atau menghasilkan suatu komoditas atau produk tertentu. Produk terdiri dari produk barang atau produk jasa. Pengorbanan itu sendiri bisa dalam bentuk uang, barang, tenaga, pikiran, kenyamanan, kesempatan dan lain sebagainya yang diukur dengan nilai moneter. Berbagai klasifikasi biaya perlu diketahui oleh seluruh karyawan rumah sakit, agar karyawan memahami dan menyadari bahwa biaya besar DRHAPS-Cost containment-2010 10
  • 11. kaitannya dengan apa yang mereka kerjakan dan besar kaitannya dengan eksistensi perusahaan ditempat mereka bekerja. Klasifikasi Biaya - 1 Merupakan biaya biaya yang berhubungan dengan volume produksi atau output yang terdiri dari : a. Biaya tetap (fixed cost) Biaya ini merupakan biaya biaya yang dikeluarkan dan tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah volume produksi atau kalau di rumah sakit tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya volume pelayanan. Biaya ini terdiri dari gaji, biaya pembangunan gedung rumah sakit, biaya pembelian peralatan medis dan non medis dan sebagainya. b. Biaya tidak tetap (variable cost) Jenis biaya ini adalah biaya biaya yang dikeluarkan dan dipengaruhi oleh besar kecilnya volume produksi atau volume pelayanan. Sehinga disebut biaya tidak tetap. Biaya ini adalah biaya administrasi, pembelian obat obatan, laundry, gizi, listrik, air, telephone dan sejenisnya. c. Biaya semi tetap (semi fixed cost) Biaya ini disebut semi tetap karena sifatnya yang semi tetap, artinya tetap harus dikeluarkan namun besar kecilnya sangat bergantung kepada volume pelayanan, misalnya biaya insentif karyawan rumah sakit. d. Biaya total (total cost) Merupakan penjumlahan dari biaya tetap dengan biaya tidak tetap, rumusnya adalah : Total Cost = Fixed Cost + Variable cost e. Biaya Tetap Tahunan (Annual fixed cost) Merupakan biaya tetap yang disetahunkan dengan rumus sebagai berikut IIC(1+i)t AFC = ------------ . (1 +r) L Keterangan AFC = Annual Fixed Cost IIC = Initial Investment Cost (harga beli awal) i = inflasi L = Life time, umur pakai r = bunga bank DRHAPS-Cost containment-2010 11
  • 12. Klasifikasi Biaya – 2 Biaya yang berdasar kepada penggunaan atau fungsi biaya dalam proses produksi yaitu : a. Biaya Investasi Yaitu biaya biaya yang dikeluarkan dalam rangka investasi, misalnya Biaya pembangunan gedung rumah sakit, pembelian peralatan medis dan non medis, biaya SDM dan sejenisnya. b. Biaya Operasional Merupakan biaya yang digunakan untuk mengoperasionalkan barang modal dalam proses produksi. Biasanya habis dipakai dalam waktu satu tahun. Misalnya biaya obat obatan, bahan habis pakai, bahan makanan dan sejenisnya. c. Biaya Pemeliharaan Merupakan biaya untuk mempertahankan kapasitas barang modal agar tetap mampu berproduksi, misalnya pemeliharaan gedung, peralatan medis dan non medis, pelatihan SDM dan sejenisnya. Klasifikasi Biaya – 3 Biaya yang dilihat dari lokasi penggunaan biaya tersebut yang terdiri dari : a. Biaya langsung (direct cost) Biaya yang secara langsung terkait dgn pelayanan pasien di unit produksi. Secara jelas dpt ditelusuri penggunaannya dalam suatu unit kegiatan produksi tertentu, seperti unit Ranap, rajal, operasi,radiologi, lab, dll. Mencakup komponen biaya gedung, biaya gaji pegawai, biaya alat medik & non medik, biaya bahan habis pakai, biaya obat-obatan, dll b. Biaya tidak langsung (indirect cost) Biaya yang tidak terkait secara langsung dengan pelayanan pasien di unit produksi. Tidak dapat ditelusuri secara jelas penggunaannya dalam suatu unit kegiatan produksi tertentu, seperti unit direksi/ administrasi, laundry, dapur, security, keuangan, dll DRHAPS-Cost containment-2010 12
  • 13. Klasifikasi Biaya – 4 Merupakan biaya yang dilihat berdasarkan masa atau frekuensi pengeluaran, terdiri dari : a. Biaya modal (capital cost) Biaya ini dikeluarkan hanya sekali pada saat permulaan menjalankan usaha, untuk pengadaan barang-barang investasi yang dapat digunakan lebih dari satu tahun Misalnya: Gedung, kendaraan, dll b. Biaya berulang (Recurrent cost) Biaya ini dikeluarkan secara berulang-ulang setiap tahun untuk menjalankan usaha Misalnya: biaya gaji karyawan, bahan habis pakai, pemeliharaan peralatan, dll Karena dikeluarkan secara berulang-ulang dan berkesinambungan maka sering disebut biaya rutin Selain klasifikasi biaya berdasarkan empat klasifikasi tersebut masih ada lagi istilah biaya biaya antara lain : a. Biaya Penggantian (Replacement cost) Biaya yang harus dikeluarkan sehubungan dengan penggantian suatu alat atau sarana fisik yang dihitung dengan biaya pada saat ini Misalnya: biaya yang diperlukan pada saat ini untuk mengganti alat radiologi yang dibeli tahun 1990 yang lalu b. Biaya depresiasi (Depressiation cost) Biaya akibat menyusutnya nilai barang modal/ aktiva (untuk perhitungan pajak), misalnya: sebuah kendaraan memiliki masa pakai 5 tahun, maka biaya depresiasi per tahun adalah 20% (depresiasi garis lurus/linier) c. Biaya Kesempatan (Opportunity cost) Biaya yang hilang akibat dari dipilihnya suatu alternatif, misalnya: Dana 100 Milyar diinvestasikan membangun RS, maka dengan memilih membangun RS berarti kehilangan kesempatan mendapatkan bunga deposito. Jadi disini nilai bunga deposito dipandang sebagai opportunity cost Dengan penjelasan ini, maka berbagai jenis biaya telah bisa difahami, dan yang penting adalah bagaimana kita mampu menekan pembiayaan tersebut se-efektif mungkin, agar pada akhirnya Cost Benefit Ratio menjadi positif. DRHAPS-Cost containment-2010 13
  • 14. Pokok Bahasan II COST CONTAINMENT SDM Proses Cost Containment Tujuan : Pemahaman Cost Containment Tergambarnya prinsip prinsip pengelolaan SDM yang mampu menekan pembiayaan di rumah sakit Cost Containment SDM 1. SDM merupakan kunci utama pada pengendalian atau penekanan biaya di suatu Cost Containment Bangunan organisasi. Cost Containment 2. Moment of truth pada SDM didalam suatu Peralatan Medis organisasi dan pengendalian biaya pada moment of truth SDM Cost Containment Peralatan Non Medis 3. Service blueprint dan Cost containment strategy pada SDM. Cost Containment Obatan Obatan dan BHP Cost Containment Metode Pendekatan Strategi  Pemaparan Cost Containment Format  Diskusi  Audiensi  Latihan Produk dan Sasaran  Tersusunnya strategi pengendalian biaya yang berkaitan dengan pengelolaan SDM.  Terselenggaranya rekruitmen SDM yang berorientasi kepada penekanan atau pengendalian pembiayaan dalam suatu organisasi  Terciptanya pengendalian biaya pada pengelolaan SDM Jangka Waktu Pelatihan Tahap Ini 2 Dua sesi atau 3 Jam efektif. DRHAPS-Cost containment-2010 14
  • 15. SDM KUNCI UTAMA DALAM PENERAPAN COST CONTAINMENT Banyak orang yang mendirikan suatu organisasi, perusahaan atau bahkan rumah sakit, seringkali tidak didahului dengan perencanaan yang baik. Mereka tidak menyusun business plan terlebih dahulu, akan tetapi mereka langsung meng-hire konsultan untuk melakukan studi kelayakan dan master plan. Padahal sebaiknya sebelum mengundang konsultan feseability study dan master plan, mereka sebaiknya telah memiliki business plan. Sehingga tergambar didalamnya visi, misi, value, tujuan sasaran target dan strategi bisnisnya. Dan didalamnya tergambar pula berapa jumlah tenaga dan bagaimana jenis tenaga yang akan menjalankan strategi bisnis rumah sakitnya. Akan tetapi pada umumnya dalam mendirikan rumah sakit, jarang yang memikirkan bagaimana ketenagaan rumah sakitnya nanti, bagaimana mencari tenaga medis, perawat dan tenaga administratif. Dilihat dari perencanaan ketenagaan rumah sakit, maka sesungguhnya para pemilik kurang memperhatikan rekruitmen atau penerimaan pegawai dengan baik. Mereka hanya berkonsentrasi terhadap bangunan dan peralatan medis serta non medis rumah sakit saja, akan tetapi hampir hampir mereka tidak memikirkan bagaimana ketenagaan rumah sakitnya. Mereka bahkan hanya mengira-ngira saja, bahwa jika rumah sakit sudah berdiri pasti banyak tenaga yang melamar. Hal itu memang terjadi, akan tetapi masalahnya adalah, si pelamar pada umumnya bukan yang sesungguhnya dibutuhkan. Berbagai cara dalam penerimaan pegawai, ada yang memiliki pola tertentu dan banyak juga yang tidak memiliki pola yang baik. Pada dasarnya suatu organisasi ketika menerima pegawai adalah dalam rangka menjalankan strategi yang sudah tersusun didalam rencana bisnis atau business plan perusahaan tersebut. Falsafahnya adalah dalam strategi pencapaian target perusahaan, diperlukan tenaga yang sesuai dengan standar kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan job description yang telah disusun berdasarkan jenis kompetensi tertentu untuk mengoperasikan pekerjaan tertentu. Karenanya orientasi penerimaan pegawai pada mulanya harus ditujukan kepada jenis kompetensi yang sesuai dengan job description agar mampu menjalankan atau mengoperasikan misi unit atau bahkan organisasi tersebut. Namun penerimaan pegawai seringkali terkendala oleh human resource yang tersedia. Harus kita akui bahwa untuk mencari pegawai yang benar benar sesuai dengan kompetensi yang kita inginkan amatlah sulit dilaksanakan. Misalnya saja kita membutuhkan tenaga yang berkompetensi untuk mengoperasikan genset dan kelistrikan di rumah sakit, kita akan mendapat kesulitan untuk mencari pegawai yang memiliki kompetensi seperti yang kita harapkan. Akhirnya kita hanya menerima pegawai lulusan STM yang masih perlu meningkatkan kompetensi lebih lanjut agar menguasai seluk beluk genset rumah sakit yang pada umumnya berdaya minimal 500 DRHAPS-Cost containment-2010 15
  • 16. KVA. Jika kita lakukan penerimaan pegawai yang tidak sesuai atau yang kurang sesuai dengan kompetensi yang sesuai dengan jenis pekerjaannya, maka sesungguhnya kita sedang mangambil resiko besar menghadapi kemungkinan terjadinya error selama tenaga tersebut menjalankan tugasnya, sampai tenaga yang bersangkutan secara lambat laun menguasai seluk beluk genset tersebut. Selama waktu pembelajaran tenaga tersebut, seringkali kitapun tidak memiliki kompetensi untuk menyusun SOP dan arahan yang jelas tentang pengelolaan genset, akibatnya tenaga yang baru bekerja tersebut melakukan trial and error. Dan disinilah moment of truth SDM diuji, sebab selama melakukan trial and error sudah bisa dipastikan akan mengalami kesalahan kesalahan dan kita tahu bahwa error is cost. Oleh karena itu sering kita lihat diberbagai media masa mengenai penerimaan pegawai, hampir selalu mensyaratkan yang sudah memiliki pengalaman bekerja. Inilah yang minimal bisa kita lakukan didalam upaya penerimaan pegawai yang berorientasi terhadap cost containment dengan menekan kemungkinan error dan secara otomatis bisa menekan pembiayaan secara terencana. Ada hal yang menarik untuk kita simak bersama, bahwa banyak pemilik rumah sakit yang berusaha keras untuk memberikan kompensasi atau remunerasi pada pegawainya dengan imbalan yang rendah. Mereka mengira dengan memberikan gaji yang kecil, akan mampu menghemat dalam pembiayaan fixed cost. Jika hanya melihat pada satu sisi seperti itu memang masuk diakal, bahwa dengan penggajian karyawan yang rendah maka sudah pasti efisien. Akan tetapi biasanya karyawan yang bersedia dibayar rendah, adalah karyawan karyawan baru yang belum berpengalaman atau karyawan yang memiliki track record kurang baik. Menurut rumor yang berkembang dalam dunia bisnis, jika gaji kecil maka karayawan biasanya akan bekerja seadanya dan hasilnya pasti tidak optimal. Sebab kita ketahui bahwa remunerasi yang memadai akan meningkatkan komitmen dan motivasi karyawan sekitar 40%. Cost Contaiment Pada SDM Penekanan biaya harus dimulai dari perencanaan dan salah satunya adalah perencanaan penerimaan pegawai. Manajemen harus memiliki panduan yang memadai dalam melakaksanakan penerimaan pegawai. Untuk itu secara kasar dapat digambarkan sebagai berikut : 1. Mengumumkan kepada masyarakat atau mengiklankan penerimaan pegawai sebaiknya mencantumkan beberapa persyaratan sbb : a. Jenis pekerjaan yang ditawarkan secara jelas b. Jenis kompetensi yang diinginkan c. Umur d. Jenis kelamin e. Tinggi dan berat badan ideal f. Pengalaman bekerja sesuai dengan jenis pekerjaan yang ditawarkan DRHAPS-Cost containment-2010 16
  • 17. g. Sertifikat kesehatan pegawai h. Ijazah atau sertifikat formal dari institusi pendidikan Mencari pekerja seperti ini lazim dilakukan oleh berbagai perusahaan termasuk rumah sakit. Hal yang perlu kita fahami adalah, apa yang kita harapkan seringkali menemui kenyataan yang berbeda dari yang kita inginkan. Yang datang pada umumnya tidak memenuhi persyaratan secara lengkap seperti yang kita inginkan, selalu saja ada kurangnya. Akan tetapi jika bersikukuh ingin mendapatkan jenis tenaga yang seperti persyaratan diatas, maka resikonya kita akan menunggu lama bahkan mungkin tidak akan ada pelamar yang seluruhnya sesuai dengan yang kita persyaratkan. Solusinya adalah, kita mencoba menganalisa pada saat wawancara untuk menggali dan mengetahui tentang tenaga pelamar tersebut seminimal mungkin kekurangan yang dimilikinya dari persyaratan yang kita harapkan sebelumnya. 2. Analisa lamaran Setelah berkas atau dokumen lamaran dari para pelamar tenaga kerja masuk ke PSDM atau yang berwenang melaksanakan rekruitmen rumah sakit, maka langkah selanjutya adalah menganalisa secara teliti dokumen para pelamar tersebut dengan prinsip pisahkan antara dokumen yang lengkap sesuai persyaratan dan dokumen yang kurang lengkap atau yang tidak lengkap. Khusus bagi pelamar dengan dokumen yang lengkap, dapat ditindak lanjuti dengan langkah selanjutnya berupa penggilan yang bersangkutan untuk dilakukan wawancara. Sedangkan yang tidak memenuhi persyaratan administrasi, segera buatkan surat penolakan dengan alasan bahwa lamarannya tidak bisa ditindak lanjuti karena kurang lengkapnya dokumen administrasi persyaratan yang telah di persyaratkan sebelumnya. 3. Wawancara Calon pegawai Wawancara merupakan suatu wahana atau kesempatan untuk menggali skill, knowledge dan attitude calon pegawai. Sebelumnya kita sudah meiliki list tentang skill yang diharapkan atau yang sesuai standar rumah sakit kita, demikian pula knowledge dan atitude. Setelah kita wawancara maka kita akan mengetahui berapa persen kompetensi calon tersebut jika dibanding standar yang kita inginkan. Tentu saja kita mulai dari dokumen lamaran calon pegawai yang telah kita miliki sebelumnya, langkah berikutnya adalah memperdalam dan mempertajam tentang skill misalnya dengan mengajukan pertanyaan seberapa jauh keterampilan yang dimilikinya telah di klaim DRHAPS-Cost containment-2010 17
  • 18. oleh pemilik RS maupun pelanggan. Demkian pula dengan knowledge dan attitude. Menggali pengalaman bekerja tentunya perlu dipertajam, di rumah sakit mana selama ini calon pegawai bekerja, seberapa besar gaji yang ia dapat, dan mengapa memilih pindah bekerja. Jika memungkinkan kita melakukan credentialing seperti ketika kita merekrut dokter. Sebaiknya sisihkan waktu untuk menelusuri kompetensi yang bersangkutan dengan menanyakan kepada tempat asal mereka bekerja. Tahap yang cukup penting adalah berkaitan dengan pembiayaan, perlu ditanyakan seberapa besar gaji yang diinginkan dan bandingkan dengan gaji pada tempat asal mereka bekerja. Jika calon pegawai tersebut memenuhi standar kompetensi seperti yang telah tentukan didalam list kompetensi, maka jangan ragu ragu untuk menentukan besaran gaji sesuai dengan standar penggajian dalam sistem remunerasi di rumah sakit kita. Demikian seterusnya sesuai dengan berapa persen kesesuaian antara hasil pendalaman dalam wawancara dibanding dengan standar kompetensi yang kita harapkan. Yang sering terjadi adalah, kita tidak berhasil menemukan calon pegawai yang sesuai dengan apa yang kita harapkan. Jika demikian maka kita harus memperhitungkan resiko apa yang akan kita hadapi, kaitannya dengan kemungkinan pemborosan atau membengkaknya biaya pelatihan dan pembimbingan pegawai tersebut setelah mereka kita terima sebagai pagawai. Dan inilah salah satu kunci penyebab terjadinya pemborosan di rumah sakit. 4. Formalitas Penerimaan Pegawai dan Penempatan Setelah kita memiliki kepastian untuk menerima calon pegawai, maka selanjutnya mempersiapkan formalitas penerimaan pegawai. Dengan kelengkapan: a. Surat keputusan direktur RS tentang penerimaan pegawai. b. Contractual agreement antara RS dengan calon pegawai yang bersangkutan. c. Dokumen sistem remunerasi, dan berapa pegawai tersebut akan diberikan gaji pertamanya. d. Job description tentang jenis pekerjaan yang akan mereka jabat. e. Tugas pokok dan fungsi bagi pegawai yang bersangkutan f. SPO dalam melaksanakan tugas pada tugas barunya. Pada saat ini pula, sebaiknya disampaikan tentang isi dokumen kontrak kerjasama atau contractual agreement, yang isinya adalah :  Pernyataan bahwa yang bersangkutan bersedia bekerja sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh rumah sakit, dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya DRHAPS-Cost containment-2010 18
  • 19.  Bekerja sesuai dengan jadwal waktu atau jam kerja yang telah ditentukan oleh pihak perusahaan  Bersedia mengikuti peraturan peraturan internal yang telah digariskan oleh rumah sakit  Berhak menerima imbalan gaji/insentif sesuai dengan ketentuan didalam sistem remunerasi rumah sakit.  Berhak menerima kesejahteraan dalam hal kesehatan dan lain lainnya sesuai dengan ketentuan di rumah sakit.  Berhak mengambil cuti sesuai ketentuan yang berlaku umum  Memahami dan bersedia bekerja dengan memperhatikan cost containment strategy, menjadi Change agent atau agen perubahan dalam penekanan biaya dengan konsep cost effectiveness, yang telah diatur oleh pihak rumah sakit  Berkewajiban menjaga reputasi rumah sakit dan meningkatkan citra rumah sakit.  Berkewajiban meningkatkan kinerja  Sanksi apabila melanggar contractual agreement yang telah ditandatangani kedua belah pihak.  Pemutusan hubungan kerja. Jika calon pegawai tersebut bersedia menandatangani contractual agreement tersebut, maka surat keputusan calon pegawai tersebut diterima boleh ditandatangani oleh direktur rumah sakit, dan didalamnya harus dicantumkan bahwa pegawai tersebut diterima bekerja sebagai karyawan RS pada bagian X. Dengan demikian, dari sejak pegawai itu diterima bekerja, sudah ditekankan bahwa cost containment sangat penting bagi rumah sakit dan akan berdampak kepada profitablitas rumah sakit dikemudian hari. Selanjutnya pegawai baru tersebut diberikan kesempatan untuk mengenal jabatannya dan jenis pekerjaannya. Dan masa orientasi minimal selama 3 bulan. 5. Pendidikan, Pelatihan dan Bimbingan Tahap selanjutnya adalah perlu disusun suatu perencanaan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan SDM bagi karyawan rumah sakit. Pendidikan dan pelatihan dikemas sedemikian rupa sesuai dengan jenis pekerjaan masing masing dari karyawan rumah sakit. Pelatihan sebaiknya berkala dengan evaluasi kinerja secara berkala pula. Berdasarkan pendekatan the Balance scorecard, pengembangan SDM atau learning and growth merupakan the real trigger untuk meningkatkan pendapatan secara bermakna. Falsafah pendidikan dan latihan bagi para pegawai rumah sakit adalah dengan meningkatkatnya keterampilan dan pengetahuan DRHAPS-Cost containment-2010 19
  • 20. tentang cara bekerja, dan memahami jenis pekerjaan yang mereka geluti dengan baik, tentunya akan meningkatkan kinerja dan meminimalkan kesalahan kesalahan didalam bekerja. Inilah konsep dasar dari cost containment, karena kita semua mengetahui bahwa error is cost. Selain pendidikan pelatihan, perlu diperhatikan dan dijaga kesehatan jasmani dan rohani para pegawai secara terencana. Misalnya dengan memasyarakatkan olah raga dikalangan pegawai dan memberikan kesempatan yang cukup untuk mereka berolah raga. Sebab dengan pencegahan kesehatan seperti ini akan lebih bisa menghemat dibanding besaran biaya pengobatan bagi pagawai yang bersangkutan. Jika melihat ada karyawan yang terganggu kesehatannya, maka HRD harus tanggap untuk segera menganjurkan yang bersangkutan untuk segera berobat, sebelum penyakitnya semakin parah, hal inipun merupakan langkah cost contaiment yang cukup efektif bagi rumah sakit. 6. Kenaikan Pangkat Pegawai Kenaikan pangkat secara otomatis akan berkaitan dengan kenaikan gaji karyawan, dan bisa paralel dengan kenaikan gaji berkala karyawan. Ada beberapa pemilik rumah sakit yang seringkali tidak memperhatikan hal ini. Muncul kalimat kalimat dari pemilik yang tidak seharusnya didengar oleh karyawan “saya merasa rugi kalau karyawan X dinaikkan pangkatnya dan dinaikkan gajinya, karena kerjanya menurut saya belum optimal, jadi sebaiknya tingkatkan dulu kinerja saudara”. Kalimat ini adalah pembunuh nomor satu yang dapat menyebabkan demotivasi karyawan. Karyawan akan sangat kecewa, dan motivasi kerja menjadi merosot, akibatnya karyawan yang bersangkutan menjadi malas bekerja, komitmennya terhadap rumah sakit menjadi menurun. Jika ini terjadi maka sudah bisa dipastikan bahwa produktivitas pegawai menurun, kemunggkinan terjadinya error menjadi tinggi dan dampaknya adalah pemborosan biaya operasional dan otomatis mengganggu dan menurunkan profit rumah sakit. Sebab profit = pendapatan – pembiayaan. Ada hal yang menarik, bahwa tidak sedikit pemilik rumah sakit yang selalu membayangkan keuntungan yang besar dan cepat. Mereka akan sangat khawatir bahwa asetnya akan menurun akibat ulah karyawan, karenanya mereka selalu intervensi dan mencampuri hal hal kecil yang terjadi di rumah sakit. Kelihatannya hal ini sah sah saja, akan tetapi tanpa disadarinya bahwa tindakan tersebut justru akan menghancurkan rumah sakit itu sendiri, dan akan mengganggu sistem yang telah dibangun di rumah sakit yang bersangkutan. Akibat yang akan didapat adalah, seringnya terjadi pemborosan, karena DRHAPS-Cost containment-2010 20
  • 21. instruksi instruksinya menjadi simpang siur dengan kebijakan sistem yang telah dibangun, karyawan menjadi bingung harus bekerja seperti apa, salah sedikit diberi hukuman dan terkadang sanksinya lebih berat jika dibanding keslahan yang mereka lakukan. Motivasi menurun dan komitmenpun menurun. 7. Mutasi atau Rotasi Mutasi atau rotasi sebaiknya dilakukan secara terencana pula, jangan melakukan mutasi atau rotasi berdasarkan kesalahan karyawan yang tidak ada kaitannya dengan jenis pekerjaannya. Jika terjadi kesalahan sebaiknya cepat dilakukan pembinaan yang intensif sesuai dengan jenis kesalahannya. Jika pagawai tersebut sudah berkali kali melakukan kesalahan yang sama maka terpaksa melakukan pemindahan atau mutasi, akan tetapi tempat yang baru harus sesuai dengan kompetensi pegawai yang bersangkutan. Kesalahan sering dilakukan oleh manajemen rumah sakit, misalnya memutasi perawat ke bagian administrasi, keadaan ini justru akan lebih menyulitkan dikemudian hari, dimana pemborosan akan beralih ke administrasi tersebut. Mutasilah ke jenis pekerjaan yang sesuai dengan kompetensinya. Yang sering terjadi lagi adalah, jika ada pegawai yang bekerja sangat baik, dengan attitude yang baik, sering dinaikkan kedudukannya dan dimutasi ke admnistrasi, padahal sesungguhnya cara seperti ini sangat berisiko untuk terjadinya pemborosan dan menurunkan kinerja pekerjaan sebelumnya. Ada suatu pepatah “tidak perlu gunung terlalu tinggi yang penting ada Dewa, tidak perlu laut terlalu dalam yang penting ada Naga”. Maknanya adalah, pada tempat tempat tertentu terutama di unit pelayanan rumah sakit, orang yang berprestasi pada unit tersebut sudah menjadi Naga, jangan sekali kali kita tergoda untuk memindahkan Naga tersebut ke unit lain, sebab akan menyebabkan menurunnya kinerja unit tersebut, dan Naga pada pekerjaan yang baru menjadi bukan Naga lagi. Jika memang kinerja seorang karyawan sangat baik, maka berikanlah reward dengan meningkatkan gajinya atau insentifnya secara proporsional. 8. Pemutusan Hubungan Kerja dan Pensiun Pemutusan hubungan kerja beragam latar balakangnya, dalam suatu perusahaan, pemutusan hubungan kerja sudah diatur sejak awal karyawan bekerja. Pada umumnya pemutusan hubungan kerja adalah berdasar kepada kinerja yang buruk, pelanggaran terhadap peraturan perusahaan dan perilaku yang mengakibatkan merosotnya citra perusahaan. DRHAPS-Cost containment-2010 21
  • 22. Namun seringkali pemutusan hubungan kerja yang dilakukan oleh pemilik rumah sakit, lebih bersifat subjektif dan sepihak, karena pemilik merasa perusahaan tersebut adalah miliknya, dengan demikian apapun yang dilakukan oleh pemilik adalah sah. Pemahaman seperti ini, sangat tidak fair dan akan menurunkan motivasi kerja karyawan lainnya, timbul keresahan diantara karyawan dan berdampak terjadinya demotivasi. Jika demikian maka pemborosan akan terjadi karena karyawan menjadi tidak peduli dengan perusahaan dimana mereka bekerja. Pemutusan hubungan kerja harus dilakukan bukan berdasar like and dislike, akan tetapi harus sesuai dengan contractual agreement yang dipegang oleh kedua belah pihak yaitu pemilik dan pegawai. Sebab pemutusan hubungan kerja dilindungi dengan Undang Undang, jadi ada peraturan yang diberlakukan oleh Dinas Tenaga Kerja setempat. Pensiun sudah seharusnya dilakukan oleh perusahaan manapun, sesuai dengan ketentuan yang diberlakukan di perusahaan yang bersangkutan. Namun perlu dipertimbangkan jika karyawan yang kinerjanya tinggi dan memiliki atitude baik, kemudian sudah memasuki masa pensiun, maka perlu perhitungan matang, apakah karyawan ang bersangkutan akan tetap dipertahankan sebab kita akan kehilangan Naga yang selama ini memberikan kontribusi yang tinggi bagi perusahaan. Resiko yang akan kita hadapi jika yang bersangkutan kita pensiunkan adalah, pertama kita akan kehilangan orang yang bisa memberikan value added yang nyata, dan yang kedua adalah pengantinya ada kemungkinan melakukan error sebelum ia mampu fit dengan pekerjaannya. Jadi awalnya cost containment pada SDM sangat lekat dengan rekruitment. Jika salah melakukan rekruitmen maka resikonya adalah akan terjadi pemborosan dikemudian hari yang dilakukan oleh karyawan yang tidak berpengalaman, karyawan yang tidak memiliki kompetensi yang memadai dan karyawan yang tidak sesuai dengan standar kompetensi yang diamanatkan oleh fungsi-fungsi organisasi yang harus dijalankan oleh perusahaan. Cost Containment Strategy SDM Untuk memastikan bahwa SDM tidak melakukan error tanpa terkontrol, maka dibutuhkan kesiapan dari PPSDM, HRD atau Bidang Kepegawaian rumah sakit. Untuk pemantauan secara berkala. Pada umumnya tugas PPSDM hanya sekedar mengurus rekruitmen, diklat pegawai, kenaikan pangkat pegawai dan pemecahan masalah masalah kepegawaian. Dengan cost containment diharapkan PPSDM mampu mengamati dan mempetakan kondisi pegawai di rumah sakit antara lain dengan strategi sebagai berikut: 1. Apakah cara bekerja sesuai dengan SPO atau tidak. DRHAPS-Cost containment-2010 22
  • 23. 2. Memprogramkan dan melaksanakan Diklat sesuai jadwal secara berkesinambungan 3. Supervisi ke setiap unit secara berkala untuk memantau cara kerja karyawan 4. Pemantauan kesehatan karyawan, jika perlu dengan general check up secara berkala 5. Melaksanakan pencegahan dengan program olah raga yang berkesinambungan 6. Mempertimbangkan usulan mutasi atau rotasi secara matang dengan pertimbangan yang berorientasi kepada penekanan dan pengendalian biaya. Secara umum, bagian kepegawaian atau PPSDM atau HRD perlu melakukan tindakan tepat agar mempu mengenali karyawan rumah sakit secara menyeluruh antara lain : 1. Post-screening Employment Perlu dilakukan screening karyawan yang telah bekerja di perusahaan kita, apakah karyawan tersebut sesuai dengan pekerjaannya dan apakah mereka siap secara mental dan fisik mengerjakan tugas pokok mereka dalam bekerja. Hasil dari screening tersebut dapat digunakan sebagai dasar rotasi atau bahkan mutasi karyawan. Dan juga sebagai bahan untuk menata rencana peningkatan kapabilitas dan kapasitas karyawan dalam melaksanakan tugasnya. 2. Formal Attendans Program Disusun suatu program tentang bagaimana karyawan memahami bahwa kehadiran sesuai dengan waktu yang telah disepakati akan meningkatkan kinerja dan dapat menekan pembiayaan 3. Monitoring Short-term Disabilities Melakukan suatu telaahan berdasarkan pemantauan tentang adanya ketidak mampuan karyawan dalam proses bekerja, atau ketidak mampuan untuk berproduksi secara baik. Kegunaanya adalah agar mapping karyawan bisa berjalan dengan baik. Manajemen akan mengetahui secara pasti pelatihan apa yang akan diberikan pada karyawan tersebut. Dengan demikian bisa mengurangi ketidak mampuan karyawan dalam proses berproduksi. Karenanya perlu disusun suatu prosedur atau aturan main dan dicantumkan reward dan Punishment yang berkaitan dengan pelanggaran prosedur tersebut diantaranya :  Sanksi bagi yang menggunakan obat patent, yang seharusna generik  Sanksi bagi yang tidak mengikuti atau tidak melaksanakan program cost containment DRHAPS-Cost containment-2010 23
  • 24. Reward bagi yang berhasil melaksanakan system penekanan biaya atau yang berhasil menekan biaya operasional akibat pelaksanaan tugasnya. Pokok Bahasan III COST CONTAINMENT BANGUNAN Proses Cost Containment Tujuan : Pemahaman Cost Containment Perencanaan dan Pengendalian Bangunan yang berorientasi kepada penekanan pembiayaan di rumah sakit Cost Containment SDM 1. Fahamnya para peserta workshop dalam Cost Containment Bangunan perencanaan pembangunan fisik rumah sakit yang berorientasi kepada pencegahan terhadap pemborosan akibat bangunan yang Cost Containment Peralatan Medis tidak sesuai dengan fungsi fungsi dalam manajemen dan operasional rumah sakit. Cost Containment Peralatan Non Medis 2. Tersusunnya suatu strategi pengendalian pembiayaan dalam pemeliharaan bangunan Cost Containment rumah sakit. Obatan Obatan Cost Contaiment 3. Service blueprint dan Cost containment Strategi strategy pada Bangunan. Cost Containment Format Metode Pendekatan  Pemaparan  Diskusi  Latihan Produk dan Sasaran  Tersusunnya strategi pengendalian biaya yang berkaitan dengan pengelolaan Bangunan DRHAPS-Cost containment-2010 24
  • 25. Terselenggaranya pemeliharaan Bangunan yang berorientasi kepada penekanan atau pengendalian pembiayaan di rumah sakit  Terciptanya pengendalian biaya pada pemeliharaan bangunan Jangka Waktu Pelatihan Tahap Ini 2 Dua sesi atau 3 Jam efektif. Merencanakan Pembangunan Fisik Rumah Sakit Pertumbuhan rumah sakit di Indonesia mengalami eskalasi yang signifikan dewasa ini. Banyak investor, baik lokal maupun internasional mulai melirik bisnis industri rumah sakit. Pada umumnya para investor bahkan share holder tidak mengetahui dengan pasti bagaimana bangunan rumah sakit yang seharusnya. Mereka sepenuhnya menyerahkan konsep bangunan rumah sakit yang akan dibangun kepada konsultan perencana. Pemilik atau investor semata-mata hanya menyampaikan bahwa mereka menginginkan rumah sakit seperti A atau seperti B, tanpa mengetahui bagaimana seharusnya bangunan rumah sakit yang memadai. Sebetulnya jika seseorang ingin membangun rumah sakit, sebaiknya menyusun business plan terlebih dahulu, yang didalamnya tercantum visi, misi, tujuan sasaran dan strategi, dengan perhitungan keuangan sesuai asumsi dari suatu perencanaan bisnis. Setelah memiliki business plan, kemudian investor meng-hire konsultan untuk melakukan studi kelayakan dan master plan rumah sakit yang diinginkannya. Konsultan tentunya akan membaca serta memahami rencana bisnis dari investor sebelum melakukan pekerjaannya. Disinilah terjadi diskusi yang hasilnya akan melahirkan suatu telaahan yang baik dan dapat mengakomodasi visi investor. Menurut Prof. Ito seorang konsultan senior perencana bangunan fisik rumah sakit kelas dunia di Tokyo Jepang, bahwa banyak orang dalam proses mendirikan bangunan berusaha sehemat mungkin dan mengabaikan kemungkinan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Rumah sakit sebaiknya dibangun dengan konsep memperhatikan penekanan resiko biaya pemeliharaan yang besar setelah bangunan berdiri. Konsep yang sekarang diterapkan adalah bagaimana membangun rumah sakit sakit dengan biaya yang agak lebih mahal akan tetapi akan hemat pemeliharaan dimasa mendatang. Terkadang pemilik rumah sakit, mengintervensi konsultan konstruksi rumah sakit pada saat pembangunan dimulai, akibatnya design bangunan DRHAPS-Cost containment-2010 25
  • 26. dan ruangan seringkali melenceng dari master plan. Keadaan ini akan berakibat tidak sesuainya ruangan yang sudah dibuat dengan fungsi medis. Banyak pemilik yang mengorbankan fungsi hanya karena ingin sehemat mungkin dan banyak pula yang mengorbankan fungsi hanya karena ingin bangunan kelihatan menarik. Konsep dasar adalah “structur follow the function” bangunan atau ruang di rumah sakit sebaiknya bertumpu kepada ruangan yang dibuat harus sesuai dengan fungsi apa yang akan dilakukan pada ruangan tersebut. BanguBanyak rumah sakit yang didirikan secara bertahap sesuai dengan kemampuan awal investor, akibatnya pengembangan bangunan hanya berdasarkan naluri pemiliknya saja tanpa berpegang kepada master plan. Keadaan ini akan berdampak terhadap biaya pemeliharaan yang lebih besar dimasa yang akan datang dibanding pembangunan yang terencana. Bangunan rumah sakit yang baik, memadai dan berorientasi kepada penghematan biaya atau cost containment sebaiknya : 1. Bangunan tidak bertingkat lebih hemat pemeliharaan dibanding bangunan bertingkat. 2. Seandainya bertingkat yang lebih hemat adalah bangunan dengan maksimal 3 tingkat. 3. Pencahayaan sebaiknya disetting sejak awal, banyak menggunakan kaca atau jendela akan lebih baik dibanding bangunan tertutup, dengan demikian pada siang hari bisa menghemat daya listrik, dan hal ini merupakan konsep green hospital. 4. Bangunan perawatan khususnya ruang perawatan kelas III dan kelas II, memanfaatkan sistem jendela dan lubang angin yang lebih banyak, agar udara segar bisa masuk kedalam ruangan, sehingga bisa menghemat penggunaan listrik untuk kipas angin. 5. Penggunaan AC central jauh lebih efektif dibanding AC window khususnya bagi rumah sakit yang besar atau diatas 250 tempat tidur. 6. Penggunaan bahan kaca dan keramik untuk exterior akan menghemat biaya pemeliharaan, sebab jika dengan tembok diperlukan pengecatan secara berkala dan biayanya cukup besar. 7. Sistem kelistrikan harus terencana dengan baik sejak awal sesuai dengan fungsi ruangan tersebut dan disetiap unit harus dipasang KWH meter. 8. Penggunaan central gas medik akan lebih hemat dibanding tidak central. 9. Penggunaan genset sebaiknya dua buah, misalnya 2 x 500 Kva, dan pengaturannya bergiliran jika terjadi listrik PLN padam. 10. Kualitas bahan bangunan yang memadai dan baik DRHAPS-Cost containment-2010 26
  • 27. 11. Lift diperuntukkan bagi pasien dan bahan bahan kotor serta pengunjung dan manajemen. Jika tidak dipergunakan atau pada jam jam tertentu lift dimatikan Yang digambarkan diatas adalah hanya sebagian saja dari prinsip- prinsip membangun rumah sakit, yang pada saat ini sering disebut sebagai konsep green hospital. Masih banyak lagi yang harus dicermati ketika seseorang membangun rumah sakit, agar pada saat rumah sakit dioperasionalkan biaya pemeliharaan menjadi tidak terlalu besar. Banyak rumah sakit di Indonesia yang pola atau design bangunannya menyebabkan biaya pemeliharaan tinggi, dari bentuk bangunan yang tambal sulam, karena tidak terencana dengan baik, kebocoran terjadi dimana mana, ketika pemasangan alat medis harus dilakukan pembongkaran dan renovasi khusus, seringkali sumber listrik tidak sesuai dengan spesifikasi peralatan medik, akibatnya dilakukan pemasangan ulang, semua ini secara tidak disadari akan menimbulkan pemborosan biaya. Pemeliharaan Bangunan Pemeliharaan suatu rumah sakit, merupakan pemboros nomor dua setelah SDM. Pemeliharaan pada umumnya hanya bersifat insidentil jika terjadi kerusakan, kebocoran, atau terjadi retak retak pada bangunan dan lain sebagainya, tetapi yang jarang dilakukan adalah melaksanakan pemeliharaan, artinya dilakukan inspeksi berkala dengan memeriksa setiap bangunan rumah sakit secara periodik. Jangan menunggu laporan adanya kerusakan pada bagian dari bangunan tertentu saja, akan tetapi lakukan inspeksi, dan petugas IPSRS seharusnya memiliki mapping bangunan dan direncanakan inspeksi secara pasti setiap hari dan bergiliran yang pada akhirnya seluruh bangunan bisa dipetakan, mana yang kemungkinan bocor, saluran tersumbat, toilet yang tidak berfungsi dan sebagainya, sehingga akan diketahui manakala ada kemungkinan terjadi kerusakan, jadi konsepnya adalah mencegah terjadinya kerusakan yang lebih parah dan bahkan bisa berakibat kepada kerusakan peralatan lainnya yang ada didalam gedung tersebut. Menunggu laporan kerusakan, kemudian baru memperbaiknya setelah mendengar laporan akan memakan biaya yang lebih tinggi dibanding sebelum rusak parah langsung ditemukan oleh petugas IPSRS dan langsung diperbaiki. Bangunan bukan hanya bangunan fisik semata, akan tetapi berkaitan dengan infrastruktur, termasuk, listrik, air dan limbah, lift dan sebaginya. Karenanya dalam memelihara bangunan bukan hanya memperbaiki kerusakan saja akan tetapi bagaimana menjaga agar tidak terjadi kerusakan. Perhatian yang pertama ditujukan kepada pegawai IPSRS dan yang kedua adalah kepada seluruh karyawan. Untuk itu diperlukan form CCS atau cost containment strategy, sebagai alat bantu bagi pegawai IPSRS dan seluruh karyawan rumah sakit dalam hal pengendalian gedung rumah sakit. DRHAPS-Cost containment-2010 27
  • 28. Contoh Dokumen Cost Containment Strategy IPSRS  Bangunan Penanggung Jawab IPSRS COST CONTAINMENT Diterbitkan Takada Khotora Tgl 6 April 2010 1 Lokasi IGD Keterangan Bangunan Mekanisme Kontroling, pemeliharaan, perbaikan Service Blue Print a. Atap Bangunan tidak ada yang bocor b. Dinding bangunan selalu bersih, cat tidak terkelupas dan tidak buram, serta tidak berdebu c. Lantai tidak rusak, tidak licin dan selalu kering d. Pintu dan jendela berfungsi normal, tidak berbunyi jika dibuka e. Kelistrikan siap pakai, daya memadai sesuai dengan kebutuhan IGD, stop kontak dan saklar siap pakai f. Air selalu tersedia dan lancar, bersih, tidak berwarna tidak berbau. Saluran tidak bocor Kekuatan a. Profesonalisme petugas IPSRS b. SOP lengkap Kelemahan a. Jumlah tenaga khusus bangunan kurang memadai b. Bekerja kurang berpegang teguh kepada SOP c. Belum sadar biaya Cost Containment Strategy UMUM DRHAPS-Cost containment-2010 28
  • 29. a. Susun jadwal pemeriksaan bangunan secara berkala b. Laksanakan pemeriksaan bangunan sesuai jadwal c. Periksa atap dinding lantai, pintu, jendela, kelistrikan dan instalasi air secara akurat KHUSUS a. Bersihkan atap dari kotoran b. Bersihkan saluran saluran air pada atap c. Bersihkan dinding dari debu, sarang laba laba dan kotoran terutama jika ada noda darah di dinding d. Bersihkan lantai dari kotoran, debu dan noda akibat pelayanan e. Bersihkan pintu dan jendela dari kotoran, dan pelumasan engsel secara berkala f. Instalasi lisrik yang mengalami gangguan segera perbaiki, ganti bohlam yang tidak berfungsi, periksa kabel, stop kontak dan steker g. Instalasi air diperiksa berkala, kran dan saluran air terutama dari kebocoran Penanggung jawab Unit 1. Purwantoko AMD 2. Purwanti AMK 3. Purnomo Nurse Penanggung Jawab IPSRS COST CONTAINMENT Diterbitkan Takada Khotora Tgl 6 April 2010 2 Lokasi Rawat Inap Keterangan Bangunan Mekanisme Kontroling, pemeliharaan, perbaikan Service Blue Print a. Atap Bangunan tidak ada yang bocor b. Dinding bangunan selalu bersih, cat tidak terkelupas dan tidak buram, serta tidak berdebu c. Lantai tidak rusak, tidak licin dan selalu kering d. Pintu dan jendela berfungsi normal, tidak berbunyi jika dibuka e. Kelistrikan siap pakai, daya memadai sesuai dengan kebutuhan Rawat Inap, stop kontak dan saklar siap pakai f. Air selalu tersedia dan lancar, bersih, tidak berwarna tidak berbau. Saluran tidak bocor Kekuatan a. Profesonalisme petugas IPSRS b. SOP lengkap Kelemahan a. Jumlah tenaga khusus bangunan kurang memadai b. Bekerja kurang berpegang teguh kepada SOP c. Belum sadar biaya Cost Containment Strategy UMUM a. Susun jadwal pemeriksaan bangunan secara berkala b. Laksanakan pemeriksaan bangunan sesuai jadwal c. Periksa atap dinding lantai, pintu, jendela, kelistrikan dan instalasi air secara akurat DRHAPS-Cost containment-2010 29
  • 30. KHUSUS a. Bersihkan atap dari kotoran b. Bersihkan saluran saluran air pada atap c. Bersihkan dinding dari debu, sarang laba laba dan kotoran terutama jika ada noda darah di dinding d. Bersihkan lantai dari kotoran, debu dan noda akibat pelayanan e. Bersihkan pintu dan jendela dari kotoran, dan pelumasan engsel secara berkala f. Instalasi lisrik yang mengalami gangguan segera perbaiki, ganti bohlam yang tidak berfungsi, periksa kabel, stop kontak dan steker g. Instalasi air diperiksa berkala, kran dan saluran air terutama dari kebocoran Penanggung jawab Unit 1. Pujianti AMD 2. Pujiastuti AMK 3. Pujimori Nurse 4. Pujiyanto 5. Puji Raharja Keterangan • Setiap bangunan memiliki dokumen CCS • Tiap bangunan berisi CCS yang bisa berbeda bergantung keadaan bangunannya, hanya saja SBP akan sama dan bisa pula berbeda Contoh Cost Containment Strategy Rawat Inap No Lokasi Mekanis Keterang SBP Kekuatan kelemaha CCS PenJw me an n b 1 Ruang Pengen Peneran  Pencahay  Komit  Kesibu  Matikan Rawat dalian gan aan men kan lampu, Kelistrik seluruh memadai tinggi bekerja AC dan an ruang  Jka tidak  Jumlah  Tidak kipas rawat inap ada karya berorie angin pasien, wan nta jika lampu, AC mema si kamar dan kipas dai kepada kosong angin tidak penghe aktif matan Alat     Medis Alat non     medis Ac, Kulkas, Kipas angin Linen     Air     2 Nurse Listrik     station Air     Telp     DRHAPS-Cost containment-2010 30
  • 31. ATK     Komput     er Dll     Pokok Bahasan IV COST CONTAINMENT PERALATAN MEDIS Proses Cost Containment Tujuan : Pemahaman Cost Containment Tergambarnya aspek aspek peralatan medis yang berkaitan dengan orientasi terhadap penekanan biaya di rumah sakit Cost Containment SDM 1. Fahamnya para peserta workshop dalam Cost Containment Bangunan perencanaan pengadaan peralatan medis di rumah sakit yang berorientasi kepada Cost Containment penekanan biaya di rumah sakit Peralatan Medis 2. Tergambarnya pemahaman peserta workshop Cost Containment akan pemeliharaan peralatan medis di rumah Peralatan Non Medis sakit Cost Containment 3. Fahamnya peserta workshop tentang Obatan Obatan penggunaan atau pemanfaatan peralatan Cost Containment medis yang berorientasi kepada penekanan Strategy biaya rumah sakit Cost Containment Format DRHAPS-Cost containment-2010 31
  • 32. 4. Service blueprint dan Cost containment strategy pada peralatan medis. Metode Pendekatan  Pemaparan  Diskusi, tanya jawab  latihan Produk dan Sasaran  Tersusunnya strategi pengendalian biaya yang berkaitan dengan pengelolaan peralatan medis  Terselenggaranya pemeliharaan peralatan medis yang berorientasi kepada penekanan atau pengendalian pembiayaan di rumah sakit  Terciptanya pengendalian biaya pada pemeliharaan peralatan medis. Jangka Waktu Pelatihan Tahap Ini 2 Dua sesi atau 3 Jam efektif. Pengadaan Alat Alat Medis Peralatan medis merupakan syarat utama yang harus dipenuhi bagi operasional rumah sakit. Namun seringkali pengadaan peralatan medis menjadi berlebihan atau bahkan sebaliknya peralatan medis tidak sesuai dengan fungsi pelayanan yang dilaksanakan, atau peralatan medis tidak sesuai dengan fungsi pelayanan. Dibeberapa negara Eropa, setiap tahun selalu ada update mengenai standar peralatan medis. Misalnya di German selalu ada CD yang isinya adalah berbagai alat medis dengan berbagai merek dan spesifikasinya dan tingkat advantage serta kelemahannya sekaligus dengan harga alat tersebut. Informasi resmi seperti ini sangat membantu para pebisnis rumah sakit untuk merancang pengadaan peralatan medis secara baik sesuai dengan kebutuhan rumah sakit yang didirikannya. Di Indonesia pengadaan peralatan medis, ibarat memasuki hutan belantara, informasi sangat sulit didapatkan, terutama yang berkaitan dengan komparasi peralatan medis sejenis dengan berbagai merek dari mulai spesifikasinya, advantage, kelemahan dan harganya. Dari harga saja seringkali kita sulit mendapatkan informasi yang akurat, harga seringkali tidak memiliki standar yang jelas, sangat bergantung kepada distributor. Jadi DRHAPS-Cost containment-2010 32
  • 33. sangat informasi tentang peralatan medis di Indonesia sangat berbeda dengan informasi di luar negeri. Akibat dari kelemahan informasi ini, pemilik atau investor seringkali membeli peralatan medis yang lebih mahal dan bahkan ada beberapa pemilik rumah sakit yang membeli peralatan medis hanya berdasarkan masukan dari para pedagang alat medis saja, akibatnya sering salah beli dan pada akhirnya peralatan medis tersebut menjadi idle tidak bisa dimanfaatkan dengan optimal. Ada suatu hal yang menarik, pengadaan peralatan medis karena desakan dari para dokter dan terkadang tidak memperhatikan kemungkinan breakeven point. Tentunya hal ini merupakan dilema bagi pemilik rumah sakit. Disatu sisi menerapkan cost containment dan pada sisi lain didesak oleh para dokternya. Keadaan ini dikenal dengan input driven. Karena tidak sedikit dokter yang didesak oleh perkembangan teknologi kedokteran dan didesak oleh para distributor peralatan medis. Karenanya perlu profesionalisme dari manajemen rumah sakit agar situasi seperti ini bisa dikendalikan dengan baik. Yang lebih sulit lagi adalah rumah sakit pemerintah, pengadaan barang terutama peralatan medis, diharuskan menggunakan tender berdasarkan Keppres no 80. Banyak manajemen rumah sakit pemerintah terjerembab dalam persoalan ini, karena adanya tekanan politik, kepentingan dan lain sebagainya. Disamping itu berdasarkan perhitungan pembiayaan, dengan mengunakan tender harga peralatan medis lebih tinggi ketimbang tidak tender. Perhitungannya pada umumnya adalah harga pada umumnya dibagi 0,7 sama dengan harga tender. Tender sebenarnya merupakan upaya agar bisa mendapatlkan harga barang yang lebih baik, karena prinsipnya adalah persaingan terbuka antar pedagang dan untuk mencegah terjadinya penyimpangan didalam pengadaan barang dan jasa, akan tetapi seringkali malah dengan tender akan sangat erat kaitannya dengan penyimpangan dan mendapat harga yang lebih tinggi jika dibanding pemilik rumah sakit swasta membeli barang yang sama tanpa tender. Dalam konsep cost containment, pengadaan barang yang baik merupakan salah satu cara dalam menekan pembiayaan peralatan medis. Karena dengan pemilihan barang yang benar akan menghasilkan produktifitas pelayanan yang maksimal. Dalam pengadaan peralatan medis sebaiknya menggunakan beberapa prinsip sebagai berikut : a. Memilih peralatan medis dengan prinsip fungsi yang sesuai dengan kebutuhan, sebaiknya pilihlah pabrik pembuat peralatan medis yang sudah memiliki track record yang baik. b. Jika memungkinkan belilah peralatan medis dengan merek yang sama untuk memudahkan pemeliharaan peralatan dimasa yang akan datang. Sebagai ilustrasi, korporasi rumah sakit Tokushukai di Jepang, menggunakan peralatan medik dengan merek yang sama untuk lebih DRHAPS-Cost containment-2010 33
  • 34. dari 250 rumah sakit yang tersebar di Jepang, mereka menggunakan peralatan medik buatan General Electric. Prinsipnya adalah, jika membeli peralatan medik pada satu produsen dan dalam partai besar, akan menurunkan harga secara signifikans. c. Khusus untuk peralatan medis bedah pada umumnya banyak menggunakan merek terkenal, karena daya tahan peralatan tersebut bisa diandalkan, dibanding dengan merek merek yang tidak terkenal, misalnya pembelian pisau bedah sebaiknya merek terkenal, sebab daya tahannya hampir tiga kali lipat dibanding merek terkenal. d. Komparasi informasi harga alat berdasarkan spesifikasi yang memadai dengan fungsi. e. Tidak harus selalu mengikuti kemauan dokter anda dalam pengadaan alat kedokteran, namun perlu mendengarkan saran dari komite medik secara formal. f. Hitung dulu BEP alat tersebut dengan cermat, dan bandingkan dengan peluang utilisasi alat kedokteran tersebut. Berapa rerata pasien yang akan dilayani dengan alat medis tersebut. g. Perhatikan peralatan medis yang berharga murah, namun seringkali boros menggunakan tenaga listrik dan mudah panas, serta tidak compact, mudah rusak. h. Jangan ragu menanyakan kepada rumah sakit lain atau dokter yang sudah berpengalaman tentang peralatan medis yang akan dibeli. Penggunaan Peralatan Medis Penggunaan peralatan medis kerap kali tidak sesuai dengan prosedur, dan hal seperti ini akan mengakibatkan terjadinya kerusakan atau kerusakan alat akan lebih cepat dibanding umur alat tersebut. Jika ini terjadi maka pemborosan sudah pasti terjadi. Seseorang apakah tenaga medis atau tenaga non medis yang bukan ahlinya, sebaiknya tidak diperkenankan menggunakan peralatan medis tertentu. Sebab akan terjadi kerusakan yang fatal. Jangan menggunakan peralatan medis sekaligus untuk memberikan pelayanan dan sekaligus juga untuk latihan, trial end error. Penggunaan alat medis sebenarnya sama dengan memperlakukan manusia, harus penuh dengan sentuhan emosi yang memadai. Perlakukan alat medis sebagai alat yang diyakini sangat bermanfaat bagi kita dan bagi pelanggan. Karenanya penggunaan peralatan apapun harus penuh perhatian dan perlu touching yang tepat. Sebaiknya memberikan pesan pesan moral dan pesan teknis kepada pengguna peralatan oleh yang berwenang di rumah sakit, pada saat pertama kali seseorang akan menggunakan peralatan medik tertentu. Dan kita harus meyakini bahwa yang akan menggunakan alat tersebut memang memiliki capability yang memadai. DRHAPS-Cost containment-2010 34
  • 35. Seperti yang lazim dilakukan oleh manajemen rumah sakit, bahwa setiap alat medis baru harus ada pelatihan dari pemasok alat tersebut sampai tenaga medis atau yang akan menggunakan alat tersebut menjadi faham seluk beluk dan sifat sifat alat medis tersebut. Misalnya penggunaan peralatan medis yang menggunakan daya listrik, cara menghidupkan alat medis jika tidak sesuai prosedur akan mangakibatkan kerusakan, demikian pula cara mematikan alat tersebut. Ada beberapa hal yang perlu disimak dalam penggunaan atau operasionalisasi alat medis yaitu : a. Peralatan medis yang menggunakan daya listrik  Alat medis golongan ini, harus memiliki ruang yang memadai, misalnya alat tersebut berada di lantai 1, maka harus dicermati betul bahwa lantai 2 diatasnya bukanlah toilet atau ruangan yang kemungkinan ada air dan mungkin saja terjadi kebocoran [ada suatu saat nanti. Atau jika hanya satu lantai maka harus yakin betul bahwa atapnya aman dari kebocoran.  Ruangan tidak lembab  Sumber listrik harus didekatkan ke alat tersebut, tidak direkomendasikan menggunakan kabel kabel tambahan, untuk menekan resiko korsleting.  Alat medis tersebut tidak berdekatan dengan barang barang yang berisi air  Menghidupkan dan mematikan alat tersebut harus sesuai dengan SOP alat tersebut.  Kabel listrik setelah pemakaian harus di lepas dan tidak menarik kabelnya ketika melepas arus listrik.  Cara menggunakan peralatan medis tidak kasar dan hanya boleh digunakan oleh ahlinya.  Pengguna alat medis ini, tidak dianjurkan sambil minum, atau ada gelas minuman didekat alat tersebut.  Menjaga alat medis ini untuk tidak jatuh b. Alat medis yang tidak menggunakan listrik DRHAPS-Cost containment-2010 35
  • 36. Hampir sama dengan peralatan medis yang menggunakan daya listrik.  Yang perlu dicermati adalah SPO tentang penggunaan alat, sebaiknya setiap set alat yang akan dipakai ada dokumennya, misalnya seperangkat alat untuk operasi, terutama alat alat yang kecil kecil yang sudah disteril, dilampiri dokumen tentang jenis dan jumlah alat, sebelum melakukan operasi. Sebab sering terjadi kehilangan alat medis yang kecil kecil, misalnya klem dan lain sebagainya.  Sebab pernah terjadi di beberapa rumah sakit, alat infusion set hilang, lantas siapa yang harus bertanggung jawab. Jika tidak memiliki dokumen maka manajemen sudah pasti akan kebingungan meminta pertanggung jawaban dari siapa.  Setiap peralatan medis maupun non medis sebaiknya memiliki dokumen yang jelas dari mulai jenis alat, jumlahnya, kapan dibeli, berapa harga belinya, bagaimana kondisinya, kapan ditera, dan siapa penanggung jawabnya.  Jadi disetiap ruangan harus memiliki dokumen inventarisasi alat sesuai dengan poin diatas dan setiap ada tambahan baru atau setiap ada alat yang rusak dan dhapuskan, maka harus segera di update. Kaitannya dengan alat alat atau barang medis maupun barang barang non medis, maka logistik memegang peranan penting dalam hal : a. Menyusun standarisasi alat medis dan non medis b. Pemeriksaan dan kontrol keadaan barang medis dan non medis secara berkala, sesuai dengan jadwal yang telah disusun c. Membuat laporan berkala tentang keadaan barang medis dan non medis d. Jika ditemukan barang medis atau non medis yang tidak berfungsi atau mengalami kerusakan segera berkordinasi dengan penaggung jawab unit/ruangan dimana ala tersebut digunkan dan kordinasi dengan IPSRS Dengan adanya standarisasi alat maka, setiap pembelian alat medis maupun non medis harus mengacu kepada standar tersebut. Prinsipnya adalah alat sebaiknya diupayakan satu merek, misalnya TV, AC, ATK, komputer, Printer, bahkan alat alat medis, sebaiknya hanya dari satu fabrikan saja. Contoh DRHAPS-Cost containment-2010 36
  • 37. Inventaris Barang medis dan Non Medis di Poli OBSGYN RS DHABEDA No Nama Alat Satuan Tgl Beli Kondisi Peneraan Harga Pen.Jwb (ribuan) 1 USG 4 D 1 unit 12 Jan 2009 Baik Tiap 12 Jan 400.000 Zr Hetty 2 USG 2 D 1 Unit 4 Ags 2007 Baik Tiap 4 ags 200.000 Zr Henny 3 Tensimeter 1 unit 7 Jul 2008 baik - 300 Zr Hera Contoh Dokumen Cost Containment Strategy LOGISTIK/INSTALASI FARMASI  Alat Medis dan Non Medis Penanggung Jawab LOGISTIK COST CONTAINMENT Diterbitkan Takada Khotora Tgl 6 April 2010 1 Lokasi IGD Keterangan PERALATAN MEDIS Mekanisme Kontroling, dokumentasi Service Blue Print a. Alat medis selalu siap pakai b. Penempatan ala medis sesuai dengan sensitifitas alat tersebut c. Ruangan penyimpanan alat tidak lembab d. Kelengkapan SOP operasionalisasi alat tersedia pada alat tersebut e. Kelistrikan alat, seperti kabel dan stop kontak dalam keadaan utuh f. Alat dalam keadaan bersih DRHAPS-Cost containment-2010 37
  • 38. Kekuatan c. Inventarisasi alat lengkap d. SOP lengkap Kelemahan d. Jumlah tenaga kurang memadai e. Bekerja belum sesuai jadwal f. Belum sadar biaya Cost Containment Strategy UMUM d. Susun jadwal pemeriksaan alat secara berkala e. Laksanakan pemeriksaan alat sesuai jadwal f. Lakukan diskusi dengan petugas yang menggunakan alat tersebut, catat apa keluhan keluhannya. KHUSUS a. Lakukan pencatatan keadaan alat b. Catat alat yang hilang, rusak dan tidak berfungsi, koordinasi dengan penanggung jawab unit dan IPSRS Penangung jawab Unit 4. Gemilang AMD 5. Gantini AMK 6. Gemma AMK Pengendalian alat medis seperti ini cukup efektif, dan para penanggung jawab harus selalu melakukan check and re-check dengan melihat dokumen secara berkala dan melihat apakah alat tersebut masih ada, atau bagaimana kondisinya dan kapan harus ditera. Pada prinsipnya seluruh karyawan rumah sakit harus memiliki budaya sadar biaya, dan aplikasinya adalah menjaga alat tersebut bisa selalu siap pakai dan tidak rusak atau tidak bisa dipakai sebelum life time. Seringkali karyawan terjebak dalam rutinitas, mereka terkadang lupa dengan kewajiban moral untuk menjada aset rumah sakit. Sebab jika aset tersebut terganggu, misalnya rusak, tidak berfungsi, atau bahkan hilang, maka sesungguhnya beban biaya akan meningkat. Pemeliharaan Alat Medis Pemeliharaan merupakan salah satu hal penting didalam strategi penekanan biaya, karena pemeliharaan alat di rumah sakit seringkali bukan memelihara, akan tetapi menunggu bila ada laporan kerusakan dan kemudian memperbaikinya. Konsep pemeliharaan adalah memelihara alat agar tetap berfungsi sesuai dengan fungsinya, selalu siap pakai, tidak berkurang item itemnya, banyak yang tidak care dalam menjaga keutuhan alat medis, misalnya tidak sedikit manajemen rumah sakit yang membiarkan saja kabel arus listrik terkelupas, dan hanya dibungkus dengan plester. Stop-kontak yang keluar dari sarangnya, tombol on off oblak dan longgar. Sesungguhnya keadaan ini menunjukkan tidak berjalannya fungsi pemeliharaan. Keadaan ini akan mengakibatkan fungsi alat menjadi tidak optimal, buang waktu, dan bahkan membahayakan pemakainya. Atau mungkin pemilik bahkan manajemen menganggap bahwa hal hal kecil seperti itu masih wajar dan masih bisa diakalin agar tetap berfungsi. Pemahaman seperti ini sesungguhnya keliru, karena justru akan menimbulkan kerusakan yang lebih parah dan berakibat terhadap perbaikan dengan biaya yang tinggi. Apa yang DRHAPS-Cost containment-2010 38
  • 39. terjadi setelah itu, sudah bisa kita prediksi bahwa pemborosan akan terjadi karena kita meremehkan hal hal kecil. Sebaiknya IPSRS memiliki mapping alat medis disetiap unit rumah sakit. Kemudian melakukan jadwal pemeriksaan alat medis kesetiap unit secara terencana, artinya tidak menunggu laporan kerusakan dari pengguna alat medis tersebut. Memang harus diakui bahwa jumlah tenaga ahli teknologi medik atau Atem di rumah sakit pada umumnya tidak memadai, sehingga pekerjaannya menjadi overload. Jangankan untuk memeriksa alat medis secara berkala, menyelesaikan laporan kerusakan saja keteteran. Inilah dilema yang harus dipecahkan oleh manajemen rumah sakit dimasa mendatang. Selain masalah konsep pemeliharaan yang telah digambarkan diatas, perlu kita sikapi selanjutnaya adalah perilaku karyawan yang menggunakan alat medis tersebut. Bagaimana sikapnya sebelum menggunakan alat medis, bagaimana pada saat menggunakan alat medis dan bagaimana setelah menggunakan alat medis. Sebelum menggunakan alat medis sebaiknya jangan lupa terhadap SPO penggunaan alat medis tersebut, diperiksa dengan teliti kelengkapan alat medis, bahan habis pakai sudah tersedia dengan lengkap, dan hidupkan alat medis sesaat sebelum digunakan, jangan menghidupkan alat jauh sebelum dokter datang, kecuali SPO alat mengisyaratkan demikian. Hal ini untuk menghemat penggunaan listrik. Pada saat menggunakan alat medis, terkadang atau bahkan seringkali, pengguna alat medis kurang profesional, sehingga penggunaan alat medis menjadi lebih lama dari rata rata waktu yang seharusnya. Hal ini merupakan hal yang perlu dicermati karena waktu adalah biaya. Karenanya tenaga medis perlu meningkatkan dan perlu mempertahankan kapabilitasnya dalam menggunakan alat medis tertentu, jangan sampai terjadi kesalahan dalam menggunakan alat medis, untuk menghindari pemborosan bahan habis pakai. Pada unit radiologi pemborosan bahan habis pakai seperti film dan bahan pencucian film sering menjadi masalah karena petugas kurang profesional, misal setelah hasil rontgent dicetak atau dicuci, ternyata hasilnya tidak optimal, dan pada umumnya dilakukan foto ulang. Akibatnya rumah sakit dirugikan dan bahkan terkadang beban kesalahan ditagihkan kepada pasien. Kekeliruan yang sama sering terjadi pula pada unit laboratorium, kesalahan baca, atau kesalahan lain sering terjadi yang bisa mengakibatkan terjadinya pemborosan di rumah sakit. Kesalahan kesalahan ini sesungguhnya tidak semata mata akibat human error namun ada tiga hal yang perlu kita cermati yaitu : a. Kesalahan akibat human error DRHAPS-Cost containment-2010 39
  • 40. Kesalahan petugas dalam menggunakan alat medis umumnya karena kurang pengalaman, kurang perhatian, tidak sadar biaya, komitmen rendah, emosi tidak stabil, adanya ketidaknyamanan tempat bekerja dan lain sebagainya. Karenanya tugas HRD untuk tetap membina karyawan rumah sakit secara berkala dengan pendekatan yang persuasif. Banyak kesalahan yang dilakukan HRD dalam menangani kasus kasus human error hanya berdasarkan aturan main yang dibuatnya. Manakala terjadi kesalahan pada seorang karyawan, punishment langsung diterapkan. Karyawan diancam, diintimidasi, dimarahi, dan dihukum tanpa diberi kesempatan membela diri. Inilah penyebab kinerja karyawan yang bersangkutan menjadi merosot, hatinya gundah dan kenyamanan bekerja menjadi berkurang, secara sosial mereka merasa dihakimi. Karenanya pendekatan yang lebih manusiawi sebenarnya akan meningkatkan kinerja karyawan. Intinya kenyamanan lingkungan kerja merupakan salah satu cara untuk menekan pembiayaan secara tidak langsung. Jadi aspek pendekatan penekanan biaya sebenarnya bisa menggunakan prespektif the Balance scorecard. Bagaimana cara manajemen rumah sakit menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, pengembangan kompetensi secara berkesinambngan, penanganan konflik secara gentle, penerapan reward dan punishment yang adil dan transparan. Sebab kita mengetahui bahwa dengan pembelajaran dan pengembangan SDM akan membentuk human capital, yang pada akhirnya akan membentuk budaya yang kondusif dan inilah salah satu the real trigger untuk menghasilkan keuntungan yang berlipat ganda. Bukan sebaliknya karyawan diancam, diintimidasi dan diperlakukan seperti keledai, sebab jika kita memperlakukan karyawan sperti keledai dan sudah pasti pemilik rumah sakit akan mendapat kinerja keledai. b. Kesalahan disebabkan oleh alat medis Alat medis seringkali terganggu dengan hal-hal kecil, misalnya ada beberapa rumah sakit yang enggan mengganti kerusakan pada alat cuci foto rontgent, walaupun sudah diajukan untuk perbaikan, akan tetapi pemilik selalu berkilah dan malah menyudutkan bagaimana kronologis terjadinya kerusakan dan berusaha mencari siapa penyebab kerusakan, sementara itu penggantian atau perbaikan alat tersebut menjadi terbengkalai dan selama itu pula secara tidak disadari terjadi pemborosan akibat alat yang tidak berfungsi, artinya pelayanan menjadi terganggu. Prinsipnya adalah segera selesaikan kerusakan alat tersebut atau kalau perlu ganti yang baru, agar pelayanan yang notabene merupakan mesin uang akan tetap berjalan. Setelah itu silahkan mencari penyebab kerusakan alat tersebut dan menyelesaikannya dengan cara yang baik. DRHAPS-Cost containment-2010 40
  • 41. c. Kesalahan akibat bahan habis pakai Bahan habis pakai seringkali menyebabkan proses penggunaan alat tidak optimal, kesalahan menggunakan bahan habis pakai perlu dihindari dengan check kembali bahan yang akan digunakan. Terkadang ketika alat medis akan dioperasionalkan, bahan habis pakai tidak tersedia, akibatnya perlu waktu untuk mendapatkan bahan habis pakai. Atau sebaliknya bahan habis pakai stoknya berlebihan sehingga terjadi pengendapan uang yang lama dan hal inipun sebenarnya merupakan pemborosan. Karenanya instalasi Farmasi atau logistik perlu menyusun perencanaan yang akurat agar ketersediaan bahan habis pakai tidak kekurangan atau sebaliknya tidak berlebihan. d. Kesalahan akibat lain Penyebab utama adalah putusnya aliran listrik. Banyak rumah sakit yang masih menggunakan cara manual jika aliran listrik PLN mati. Sehingga ada jeda waktu yang cukup lama dan hal ini bisa membahayakan. Selain terjadi kesalahan bisa mengakibatkan cedera pada pasien rumah sakit. Karenanya diperlukan suatu kebijakan pemerintah yang manyatakan bahwa genset yang terpasang di rumah sakit harus dilengkapi dengan sistem otomatis. Aliran listrik yang kerap hidup mati, misalnya di daerah Kalimantan. Akan sangat rawan terjadinya kerusakan alat medis yang sangat sensitif. Dan jika terjadi kerusakan maka sudah pasti biaya meningkat. Memperlakukan alat medis tidak sesuai SPO akan menyebabkan meningkatnya biaya operasional, demimikan pula ketidak peduliannya terhadap alat medis setelah pemakaian. Pada unit-unit tertentu setelah alat medis digunakan tidak langsung dibersihkan, akibatnya alat menjadi cepat rusak dan terkesan kumuh tidak terawat. Dan inipun akan menyebabkan pemborosan yang nyata dari suatu rumah sakit. Tentu saja budaya yang seperti ini akibat dari lemahnya budaya sadar biaya dari para karyawan rumah sakit itu sendiri. Sebaiknya ada SPO dan pemantauan atau supervisi tentang kebersihan alat medis setelah digunakan di suatu rumah sakit. Suatu hal yang perlu kita ingat kembali, bahwa apapun peralatan yang kita miliki, hindarkan dari air, basah atau lembab. Sebab inilah penyebab utama rusaknya peralatan yang kita miliki. Dan sesungguhnya penggunaan AC pada ruangan tertentu dimana alat canggih berada, merupakan keharusan dan jangan ambil resiko untuk mematikan AC, sebab AC bia mengurangi kelembaban udara dan menjaga alat medis elektronik tidak cepat rusak. DRHAPS-Cost containment-2010 41
  • 42. Pokok Bahasan V COST CONTAINMENT ALAT ALAT NON MEDIS Proses Cost Containment Tujuan : Pemahaman Cost Containment Tergambarnya aspek aspek penekanan biaya yang berkaitan dengan peralatan non medis di rumah sakit Cost Containment SDM 1. Fahamnya para peserta workshop dalam Cost Containment Bangunan perencanaan pengadaan peralatan non medis di rumah sakit yang berorientasi kepada Cost Containment penekanan biaya di rumah sakit Peralatan Medis 2. Tergambarnya pemahaman peserta workshop Cost Containment akan pemeliharaan peralatan non medis di Peralatan Non Medis rumah sakit Cost Containment 3. Fahamnya peserta workshop tentang Obatan Obatan penggunaan atau pemanfaatan peralatan non Cost Containment Strategy DRHAPS-Cost containment-2010 42
  • 43. medis yang berorientasi kepada penekanan biaya di rumah sakit Cost Containment 4. Service blueprint dan Cost containment format strategy pada peralatan non medis. Metode Pendekatan  Pemaparan  Diskusi, tanya jawab  latihan Produk dan Sasaran  Tersusunnya strategi pengendalian biaya yang berkaitan dengan pengelolaan peralatan non medis,  Terselenggaranya pemeliharaan peralatan non medis yang berorientasi kepada penekanan atau pengendalian pembiayaan di rumah sakit  Terciptanya pengendalian biaya pada pemeliharaan peralatan non medis. Jangka Waktu Pelatihan Tahap Ini 2 Dua sesi atau 3 Jam efektif. Peralatan Non Medis Peralatan non medis adalah penunjang untuk berjalannya operasionalisasi suatu rumah sakit. Jangan menganggap remeh dengan peralatan non medis ini. Sebab manfaat dan peranannya sama pentingnya dengan peralatan medis itu sendiri. Peralatan medis dibagi menjadi beberapa jenis sesuai dengan fungsinya. Sebab apapun peralatan yang tida berfungsai sebagai fungsi medis maka disebut peralatan non medis. 1. Mebeulair Mebeulair seringkali disebut sebagai alat untuk perkantoran, misalnya meja, kursi, lemari dan sejenisnya. Bahannyapun berbeda beda, ada yang terbuat dari kayu, plastik dan sejensinya atau bahkan steel. Tentunya berdasarkan jenis bahan alat non medis tersebut, sesuai dengan kebutuhan dan sifat serta fungsi yang disandangnya. DRHAPS-Cost containment-2010 43
  • 44. Hal yang penting dalam mebeulair terutama kursi dan sejenisnya yang digunakan oleh karyawan dalam bekerja, seharusnya berpegang teguh pada konsep ergonomis alat tersebut. Banyak peralatan non medis yang tidak ergonomis, dan dibeli karena modelnya bagus, dan ketahanannya baik. Keadaan ini bisa menimbulkan kelelahan kepada para penggunanya. Bahkan lama kelamaan akan terjadi pengaruh yang negative terhadap kesehatannya. Karyawan mudah lelah dan mudah sakit, akibat kursi yang tidak ergonomis atau bahkan meja yang tidak ergonomis. Orang indonesia pada umumnya memiliki tinggi badan berkisar antara 160 cm s/d 180 cm, sebaiknya kursi dan meja disesuaikan dengan keadaan fisik karyawan kita, jangan memaksakan membeli mebeulair yang tidak ergonomis dengan karyawan rumah sakit. Sebab resiko utamanya adalah pemborosan akibat sakit, bahkan kinerja menurun. 2. Peralatan elektronik Alat alat elektronik yang paling besar biayanya di rumah sakit adalah perangkat computer. Perangkat ini peningkatan teknologinya tergolong sangat cepat, akibatnya setiap tahun RS selalu kesulitan untuk menyesuaikan dengan peningkatan teknologi canggih ini. Upayakan menggunakan computer yang patent tidak computer jangkrik, sebab tingkat kerusakan computer jenis jangkrik sangat tinggi. Dan yang paling penting adalah bagaimana installing alat alat tersebut agar aman dan siap pakai. Banyak rumah sakit yang menggunakan berbagai merk komputer untuk kebutuhan IT systemnya, dan keadaan ini akan sangat riskan untuk terjadinya pemborosan dikemudian hari. Upayakan membeli komputer dengan satu merk dan satu fabrikans agar bisa menghemat pembiayaan dan menghemat pemeliharaan. Berbeda dengan meubelair, alat komputer harus ditata dengan apik dan penempatannya tidak sembarangan. Ruangan server seharusnya aman dari kebocoran, korsleting listrik, dan bahaya kebakaran. Dan untuk operasional komputer para operator, sebaiknya hindari dari bahan hahan cairan, sebab banyak karyawan yang bekerja sambil minum dan menyimpan sisa minuman didekat barang barang elektronik yang sensitif terhadap air.. Tersiramnya komputer dengan air minum, amat sering terjadi, akan tetapi seringkali keadaan ini dianggap sebagai hal yang biasa. Inilah kelemahan kita dalam menyadari pentingnya biaya di rumah sakit. 3. Peralatan Alat Tulis Kantor (ATK) Alat tulis kantor juga sebaiknya mendapat sentuhan yang tepat. Gunakan satu merek untuk setiap jenis alat. Misalnya kalkulator seluruhnya merek “A” dan alat tulis seperti ballpoint merek “B”: dan DRHAPS-Cost containment-2010 44
  • 45. seterusnya. Jangan membeli berbagai merek alat tulis kantor sebab akan meningkatkan terjadinya pemborosan. Dan yang paling penting adalah seluruh alat apapun alat tersebut, harus tercatat dan dibuat standarnya. Misal standar jenis alat dan merk yang digunakan di RS X 4. Peralatan lainnya Peralatan lainnya hampir sama dengan peralatan yang sudah dibahas, kecuali ada hal hal khusus Pokok Bahasan VI COST CONTAINMENT OBAT OBATAN DAN BAHAN HABIS PAKAI Proses Cost Containment Tujuan : Pemahaman Cost Containment Tergambarnya aspek aspek penekanan biaya yang berkaitan dengan pengelolaan obat obatan dan bahan habis pakai di rumah sakit Cost Containment SDM 5. Fahamnya para peserta workshop dalam Cost Containment Bangunan perencanaan pengadaan obat obatan dan bahan habis pakai di rumah sakit yang Cost Containment berorientasi kepada penekanan biaya di Peralatan Medis rumah sakit Cost Containment 6. Tergambarnya pemahaman peserta workshop Peralatan Non Medis dalam pengelolaan obat obatan dan bahan Cost Containment Obatan Obatan dan BHP DRHAPS-Cost containment-2010 45 Cost Containment Strategy
  • 46. habis pakai di rumah sakit dalam hal pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan penjualan. 7. Fahamnya peserta workshop tentang pengawasan dan pengendalian pemanfaatan Cost Containment obat obatan dan bahan habis pakai yang Format berorientasi kepada penekanan biaya rumah sakit Metode Pendekatan  Pemaparan  Diskusi, tanya jawab  latihan Produk dan Sasaran  Tersusunnya strategi pengendalian biaya yang berkaitan dengan pengelolaan obat obatan dan bahan habis pakai,  Terselenggaranya pengawasan penggunaan obat obatan dana ahan habis pakai yang berorientasi kepada penekanan atau pengendalian pembiayaan di rumah sakit Jangka Waktu Pelatihan Tahap Ini 2 Dua sesi atau 3 Jam efektif. Perencanaan Obat Obatan dan Bahan Habis Pakai Diberbagai rumah sakit, banyak kebijakan pengadaan obat obatan dan bahan habis pakai tidak berdasarkan perencanaan, akan tetapi semata mata berdasarkan kebutuhan dan keinginan saja. Terkadang kebutuhan obat obatan dan bahan habis pakai sangat bergantung kepada user. Obat obatan dan bahan habis pakai disediakan semata mata karena permintaan user. Keadaan ini akan berakibat membengkaknya item obat obatan dan bahan habis pakai di rumah sakit, seab pada umumnya user memiliki keinginan masing masing sehingga bila semuanya dipenuhi, maka yang akan terjadi adalah besarnya buffer stock dan sangat bermacam macam merek. Untuk itu diperlukan perencanaan pengadaan obat obatan dan bahan habis pakai yang disesuaikan dengan kebutuhan, dan sesuai dengan standar obat dan therapi yang disusun oleh Komite Medis dan komitmen antara user dengan manajemen tentang obat obatan dan bahan habis pakai yang diberlakukan di rumah sakit. DRHAPS-Cost containment-2010 46
  • 47. Jenis generik atau nama kimia obat obatan dan protokol obat yang digunakan untuk penyakit tertentu adalah kewenangan komite medis, sedangkan merek dagang dan keragamannya serta pengadaannya ditentukan oleh manajemen, artinya yang menentukan merek obat obatan apakah paten dan generik yang menentukan adalah manajemen. Dengan demikian jumlah item item obat obatan dan bahan habis pakai di rumah sakit bisa ditekan, demikian pula dengan jumlahnya sesuai dengan kebutuhan yang ditentukan oleh manajemen. Sebaiknya manajemen menentukan item obat obatan dan bahan habis pakai secara efektif, dan tidak mengadakan satu jenis obat atau BHP dengan bermacam macam merek dagang khususnya obat paten. Akibat hal pengadaan berdasarkan input driven dari user akan menyebabkan biaya tinggi bagi pelangan rumah sakit dalam hal ini pasien pasien rumah sakit. Dan inilah penyebab dari high cost economic dibidang perumah sakitan. Karenanya upaya perencanaan obat obatan dan BHP harus efektif meliputi berbagai hal diantaranya : a. Kepala instalasi farmasi harus menyusun strategic action plan (SAP) yang didalamnya terdapat visi, misi dan value instalasi farmasi, tujuan, sasaran dan srategi. b. Menyusun implementation plan selama lima tahun c. Menyusun annual plan yang didalamnya memiliki program dan kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan obat obatan dan BHP rumah sakit d. Menyusun accountability system untuk mengukur kinerja dari instalasi farmasi Perencanaan ini harus didukung dengan kebijakan direktur rumah sakit yang berkaitan dengan pengadaan obat obatan dan BHP diantaranya : a. Kebijakan tentang standarisasi obat obatan dan BHP yang akan disediakan oleh rumah sakit, berdasarkan masukan dan standar obat dan therapi di rumah sakit yang bersangkutan. Intinya adalah bahwa didalamnya menyatakan pengadaan obat obatan dan BHP merupakan kewenangan direktur rumah sakit, dan item itemnya ditekan sekecil mungkin sesuai dengan kebutuhan dari rumah sakit yang bersangkutan. Misalnya untuk obat jenis ampicilllin maka rumah sakit hanya mengadakan dua jenis saja pertama obat generik dari ampicillin dari satu fabrikan dan obat patent dari satu fabrikan b. Kebijakan tentang kewenangan instalasi farmasi untuk mengganti obat yang diresepkan oleh dokter yang isinya atau nama kimianya sama. Hal ini agar tidak terjadi stagnasi obat obatan dan BHP di rumah sakit sehingga kelancaran pengeluaran dan pengadaan akan menjadi terkendali. DRHAPS-Cost containment-2010 47
  • 48. c. Kebijakan tentang pengadaan obat obatan yang kompetitif dan komprehensif, dengan harga yang murah, terjangkau dan berkualitas baik. Dan diharapkan dalam pengadaan obat obatan dan BHP panitia pengadaan barang bekerjasama dengan Instalasi Farmasi dan Komite Medis. d. Kebijakan tentang buffer stock obat obatan dan BHP di ruangan ruangan, agar buffer menjadi terkendali. e. Kebijakan tentang penyimpanan dan distribusi obat obatan dan BHP sesuai dengan konsep first in first out. Jika memungkinkan dilakukan on time deliveri agar tidak terjadi kerusakan dan kadaluwarsa obat obatan dan BHP akibat distribusi yang tidak terkendali, dengan demikian maka diharapkan pemborosan obat obatan dan BHP akibat kerusakan bisa dihindari. Pengelolaan Obat obatan dan BHP Dalam instalasi farmasi sebaiknya yang bertanggung jawab terhadap gudang farmasi dipisahkan dari penanggung jawab apotik dan penanggung jawab buffer stock ruangan. Hubungan mereka harus diikat dengan bukti pengeluaran dan pemakaian secara jelas. Demikian pula dengan alur proses pengadaan penyimpanan sampai distribusi dan penjualan harus jelas dan tercatat sebagai bukti akuntabilitas. Skema pengelolaan obat obatan dan BHP Direktur Pemasok Panitia Jenis Obat dan Ka. Ins Farmasi User Pengadaan BHP Panitia Gudang Farmasi Pemeriksa Pemanfaatan Obat dan BHP Pen.Jwb Buffer Stock Apotik Obat & BHP Di Ruangan DRHAPS-Cost containment-2010 48
  • 49. Resep Instalasi Instalasi Instalasi Instalasi Instalasi Pengadaan obat obatan dan BHP dilaksanakan oleh panitia pembelian. Panitia pembelian berdasar atas order dari instalasi farmasi dalam hal jenis dan merek obat obatan serta BHP. Jenis dan merek atas dasar hasil koordinasi dengan user dan dilaporkan kepada direktur rumah sakit. Setiap tahun direktur rumah sakit melakukan negosiasi dengan pemasok obat obatan dan BHP didampingi oleh Kepala Instalasi Farmasi, Komite Medis dan Panita Pembelian serta Panita Pemeriksa Barang untuk menentukan jenis, merek apa saja yanag akan dibeli dan pemasok yang mana yang bisa bekerjasama dengan rumah sakit dalam pemasokan obat obatan dan BHP. Dari hasil negosiasi tersebut dapat ditetapkan dalam keputusan direktur rumah sakit, para pemasok yang bekerjasama dan apa jenis serta merek obat obatan dan BHP. Tahap berikutnya kepala Instalasi Farmasi melakukan order jenis dan merek BHP kepada panitia pembelian atau panitia pengadaan barang. Selanjutnya panitia pengadaan barang melakukan pesanan kepada pemasok sesuai dengan order tersebut. Setelah obat obatan dan BHP dikirim ke rumah sakit, maka diterima oleh panitia pembelian bersama sama dengan panitia pemeriksa barang untuk dilakukan verifikasi kebenaran, ketepatan jumlah dan kualitas barang yang dikirim oleh pemasok. Tahap berikutnya panitia pemeriksa barang menyerahkan obat obatan dan BHP kepada gudang farmasi, sesuai dengan dokumen barang tersebut. Tahap selanjutnya, gudang farmasi mengatur penyimpanan dengan konsep first in first out. Dan mendistribusikan obat obatan dan BHP sesuai dengan permintaan dari penanggung jawab Apotik dan penanggung jawab buffer stock ruangan. User mamanfaatkan obat obatan dan BHP sesuai dengan standar obat dan therapi dan profesionalisme sebagai tenaga medis. Pemanfaatan di ruangan ruangan khususnya obat dan BHP yang tidak dibayar cash oleh pasien menjadi tanggung jawab ruangan dalam hal pencatatan dan pelaporannya. Sedangkan khusus apotik malakukan penjualan melalui transaksi cash atau transaksi non cash sesuai dengan permintaan resep yang ditulis oleh para tenaga medis rumah sakit. Namun dalam hal penjualan penanggung jawab apotik berpegang teguh kepada kebijakan direktur untuk menggunakan kewenangan dalam menentukan merek obat tertentu atau generik tertentu dan mengganti obat dengan standar obat yang telah disepakati sejak awal dan diberlakukan di rumah sakit. DRHAPS-Cost containment-2010 49
  • 50. Yang harus ditekankan didalam pengendalian yang berkaitan dengan pengendalian biaya adalah : a. Rumah sakit hanya menggunakan obat obatan dan BHP sesuai dengan standar yang telah ditentukan. b. Pencatatan secara akurat setiap pengeluaran obat obatan dan BHP dari mulai distribusi oleh gudang farmasi sampai dengan penjualan di apotik dan pemanfaatan di ruangan ruangan c. Penanggung jawab buffer stock harus melakukan kontrol berkala kesetiap ruangan dan mencatat secara akurat setiap kekurangan atau kelebihan stock di ruangan ruangan. d. Petugas panitia pemeriksa barang harus tegas menyesuaikan antara order dengan barang yang dikirim. e. Para tenaga medis memberikan obat obatan dan BHP sesuai dengan standar obat dan therapi yang diberlakukan di rumah sakit. Yang sering terjadi adalah pencatatan tidak lengkap, pembelian dan pemeriksaan tidak sesuai dengan order, adanya intervensi dari para pemasok obat obatan dan BHP, jumlah obat obatan yang keluar tidak sesuai dengan jumlah uang yang diterima, banyaknya obat obatan dan BHP yang hilang, kerusakan dan expire akibat sistem inventori tidak berjalan dengan baik, para tenaga medis menulis resep tidak sesuai dengan standar obat dan therapi, adanya tekanan dari tenaga medis untuk mengadakan obat obatan dan BHP sesuai dengan keinginan masing masing akibatnya stock membengkak. Semua ini akan berakibat terhadap terjadinya pemborosan yang sulit dikendalikan, tenaga medis dan perawat yang kurang profesional dalam memberikan pelayanan yang mengakibatkan kegagalan penggunaan BHP. Karenanya siapapun yang berkaitan dengan obat obatan dan BHP harus berpegang teguh kepada kebijakan yang telah ditentukan oleh direktur rumah sakit. Pemanfaatan Obat obatan dan BHP Pemafaatan obat obatan dan bahan habis pakai akan sangat bergantung kepada profesionalisme para tenaga medis atau perawat sebagai pengguna obat obatan dan BHP di rumah sakit. Dibeberapa negara banyak upaya cost containment yang ditujukan secara khusus terhadap pemanfaatan obat obatan dan BHP yang dilakukan oleh tenaga medis. Hal ini dilakukan karena berdasarkan data yang mereka miliki, pembiayaan obat obatan terus meningkat dari tahun ketahun dan setelah diteliti banyak pemanfaatan obat obatan yang tidak sesuai dengan standar obat dan therapi yang telah ditetapkan dan diberlakukan di rumah sakit. Dan mereka melakukan perbaikan dan upaya cost contaiment dengan menata kembali pemanfaatan obat secara standar dan saat ini sudah diberlakukan pemanfaatan obat dan BHP berdasarkan ICD X dan sebenarnya diharapkan diterapkannya clinical pathway yang bisa menghemat penggunaan obat obatan dan BHP secara bermakna. DRHAPS-Cost containment-2010 50
  • 51. Saat ini sudah ada Peraturan Menteri Kesehatan tentang keharusan bagi rumah sakit pemerintah untuk menggunakan obat obatan generik 100% di rumah sakit. Sebenarnya hal ini adalah upaya pemerintah dalam menekan pembiayaan pelayanan kesehatan sehingga high cost economic bisa ditekan dan tentu saja hal ini akan menguntungkan semua pihak baik rumah sakit maupun para pengguna jasa rumah sakit. Memang bagi rumah sakit for profit, dengan menggunakan obat generik akan berdampak menurunnya keuntungan dari sektor obat dan BHP. Hal yang amat penting didalam penghematan adalah dengan diterapkannya program patient safety, sebab salah satu indikator pasien safety adalah financial risk, dimana dengan pengelolaan pasien secara benar dan menggunakan langkah langkah pada program keselamatan pasien akan bisa mengurangi resiko financial secara bermakna. Suatu hal yang menarik adalah dengan diterapkannya tarif INA-Drg pada pelayanan keluarga miskin melalui program Jamkesmas saat ini. Para dokter dituntut untuk melakukan pengelolaan pasiennya sesuai standar ICD X, jika tidak dilakukan dengan baik, maka kemungkinan besar jumlah biaya yang muncul akan tidak sesuai dengan apa yang seharusnya. Kita ketahui bersama bahwa dalam klaim Jamkesmas, harus dipenuhi coding sesuai dengan protokol pemeriksaan atau tindakan yang benar yang akan masuk kedalam grouping dan pada akhirnya akan diterjemahkan dalam bentuk costing. Yang perlu kita simak dalam pemahaman pengendalian biaya adalah, bagaimana para dokter dan perawat mampu bekerja secara sadar biaya dan berorientasi kepada penghematan secara efektif. Dari mulai penentuan diagnosa, keputusan pemberian obat obatan dan BHP, serta keputusan dalam tindakan medis. Pada prinsipnya manakala melakukan pengobatan dan tindakan, perlu upaya penghematan penggunaan obat obatan, yang utama adalah ketepatan pemberian jenis obat obatan dan upayakan pemberian obat obatan generik sesuai dengan peraturan yang berlaku. Perlu diperhatikan bahwa pemberian obat obatan haruslah rasional dan jika bisa menggunakan generik kenapa harus menggunakan obat obatan paten. INA-DRg adalah paket pelayanan yang sudah ditentukan besarannya oleh Kementrian Kesehatan. Sehingga perlu pemahaman yang dalam agar penggunaan obat obatan serta BHP harus secara rasional agar biaya variable bisa ditekan. Didalam Jamkemas ditentukan bahwa jasa pelayanan maksimal sebesar 44%, sedangkan biaya operasional sebesar 56%. Ketentuan ini berarti dari biaya paket pelayanan yang diterima pembiayaan obat obatan, BHP serta biaya tetap maksimal sebesar 56% dari biaya paket layanan. Sedangkan biaya jasa pelayanan sudah pasti akan dibayarkan kepada para pemberi pelayanan. Artinya jika proses pelayanan tidak memperhatikan prinsip pengendalian biaya, maka yang akan dirugikan adalah rumah sakit. Artinya akan terjadi kerugian akibat biaya operasional lebih tinggi dari unit cost untuk pelayanan tersebut. DRHAPS-Cost containment-2010 51
  • 52. Oleh karenanya sudah saatnya rumah sakit mampu menghitung biaya satuan, baik untuk kamar perawatan, tindakan medis, tindakan keperawatan, dan unit cost perkasus, agar kita bisa memantau dan mengendalikan biaya operasionalnya dengan baik dan hal ini untuk mencegah membengkaknya biaya pelayanan. Harus diakui bahwa pengendalian ini sangat bergantung kepada para tenaga medis dan perawat yang langsung sebagai pelaku pemberi pelayanan di lapangan. Pokok Bahasan VIII COST CONTAINMENT STRATEGY Proses Cost Containment Tujuan : Pemahaman Cost Containment Tergambarnya strategi strategi penekanan biaya di rumah sakit, sebagai bahan acuan bagi seluruh nit pelayanan didalam melaksanakan dan Cost Containment SDM menerapkan penekanan biaya. Cost Containment Bangunan 1. Fahamnya para peserta workshop mengenai strategi strategi penekanan biaya di semua lini Cost Containment rumah sakit dan mengetahui bagaimana Peralatan Medis penerapan di unit masing masing sesuai dengan keadaan pada unit ang bersangkutan. Cost Containment Peralatan Non Medis DRHAPS-Cost containment-2010 52
  • 53. 2. Tergambarnya pemahaman peserta workshop dalam penyusunan dokumen penekanan biaya Cost Containment Obatan Obatan dan BHP pada masing masing unit pelayanan yang akan diaplikasikan secara bersama sama disemua Cost Containment lini elayanan rumah sakit. Strategy 3. Fahamnya peserta workshop tentang Cost Containment pengawasan dan pengendalian biaya di rumah Format sakit, melalui dokumen cost contaiment strategy Metode Pendekatan  Pemaparan  Diskusi, tanya jawab  latihan Produk dan Sasaran  Tersusunnya strategi strategi pengendalian biaya pada masing masing unit pelayanan  Teraplikasinya cost contaiment strategy dimasing masing unit pelayanan Jangka Waktu Pelatihan Tahap Ini 2 Dua sesi atau 3 Jam efektif. Langkah Langkah Strategis Penekanan Biaya Diperlukan langkah langkah strategis yang memadai dalam merancang penekanan biaya di rumah sakit, agar seluruh karyawan memahami adanya kebijakan berkaitan dengan penekanan biaya yang mengarah kepada cost effectiveness. Sebagai landasan utama adalah dibangunnya suatu komitmen dan membentuk budaya sadar biaya pada semua lini. 1. Perencanaan Seperti layaknya suatu organisasi bisnis, maka rumah sakit diwajibkan memiliki perencanaan antara lain Business plan sebagai dokumen perencanaan suatu rumah sakit, atau beberapa tahun yang lalu cukup hanya rencana strategis. Kemudian setiap unit memiliki Strategic Action Plan, implementation plan dan annual plan serta accountability system. Namun perencanaan dalam suatu rumah sakit adalah sejak rumah sakit itu akan didirikan sehingga streamline DRHAPS-Cost containment-2010 53
  • 54. perencanaan yang berwawasan penekanan biaya akan menjadi jelas sampai pada perencanaan proses pelayanan. a. Perencanaan Dalam Mendirikan Rumah Sakit Sebelum rumah sakit didirikan, sebaiknya investor memiliki business plan yang jelas, yang kemudian akan diuji dengan studi kelayakan dan jika layak maka disusun suatu master plan. Disinilah sebenarnya awal penekanan biaya bisa bisa dipikirkan. Untuk itu dibutuhkan pemahaman tentang bangunan rumah sakit. Bangunan rumah sakit memiliki dua aspek utama yaitu fungsi dan estetika bangunan. Keduanya harus dipikirkan dengan baik jangan sampai terjadi bangunan hanya mengutamakan estetika akan tetapi mengabaikan fungsi bangunan itu sendiri. Banyak kejadian bahwa bangunan tampak estetik dan menarik akan tetapi kurang fungsional, akibatnya banyak ruangan yang idle dan tidak bisa difungsikan. Hal ini akan berdampak terhadap semakin tinggi pembiayaan. Dan jika hal ini terjadi maka biaya tetap atau Fixed cost suatu rumah sakit akan sangat tinggi dan sudah pasti akan berpengaruh terhadap kebijakan pentarifan, terif menjadi sulit bersaing dan tentu saja akan merugikan investornya. Hal lain adalah bagaimana kita mensiasati agar rumah sakit menjadi rumah sakit dengan bangunan yang mampu mengakomodasi fungdi fungsi yang nantinya akan dilaksanakan di rumah sakit tersebut. Tentu saja fungsi harus diterjemahkan menjadai bangunan yang memadai dengan melihat luasan, pencahaayan, ventilasi, akses, integrasi, zoning bahkan ramah lingkungan, dan faktor estetika. Pada saat ini perencanaan bangunan rumah sakit mengarah kepada yang kita kenal green hospital atau khususnya green building. Yang dimaksud disini adalah bagaimana bangunan yang tidak terlalu menghamburkan biaya dan pencemaran. Misalnya one bed one window, jendela yang cukup memadai, sehingga setiap pasien bisa menikmati pencahayaan dan sirkulasi udara yang memadai. Berdasarkan hasil penelitian bahwa pasien yang dirawat pada bangunan rumah sakit yang seperti ini tingkat kesembuhannya lebih cepat dua setengah hari dibanding dirawat pada ruangan yang mengandalkan air kondition dan pencahayaan listrik healing power of nature. Tentunya open space dan pertamanan juga merupakan dukungan yang seharusnya ada di rumah sakit. Menggunakan bahan bahan bangunan yang ramah lingkungan, jika rumah sakit berada pada daerah gempa sebaiknya menggunakan seismic isolation agar bangunan tahan gempa, walaupun harganya tiga kali lipat dari fondasi bangunan tersebut dan setiap kolom bangunan harus dipasang alat ini. DRHAPS-Cost containment-2010 54
  • 55. b. Perencanaan Pengadaan Peralatan Medis Didalam master plan akan tercantum peralatan medis yang akan digunakan, perlu di listing dan dikelompokkan kemudian lakukan standarisasi peralatan medis, yang diupayakan dengan merek yang sama, atau dari fabrikan yang sama dengan mempertimbangkan sisi harga dan maintenance peralatan medis tersebut. Ada rumah sakit yang menggunakan peralatan medis dari fabrikan yang sangat terkenal, pertimbangannya adalah akurasi, daya tahan alat dan rendah energy, akan tetapi harganya sangat mahal. Adapula yang menggunakan peralatan medis dari fabrikan yang kurang terkenal, harganya murah akan tetapi biasanya boros energy dan daya tahannya tidak sebaik merek terkenal. Namun hal ini berpulang kepada para investor itu sendiri. c. Perencanaan Bisnis Rumah Sakit Business plan sebaiknya memunculkan cost containment didalamnya dengan target atau standar penekanan biaya, misalnya didalam standar atau target strategy map, pada kolom internal business process the Balance scorecard, dimunculkan angkanya atau kebijakannya. Kemudian setiap pejabat struktural dan pejabat fungsional menyusun strategic action plan untuk menjabarkan business plan rumah sakit dengan mencantumkan rencana cost containment dan nantinya akan dijabarkan menjadi annual plan yang secara otomatis akan memunculkan cost containment yang harus dilaksanakan oleh unit unit yang memiliki Annual plan unit. Dan disini perencanaan cost containment akan menjadi jelas untuk dilaksanakan. Setiap unit struktural maupun fungsional harus memiliki dokumen tentang biaya unitnya masing masing sebagai patokan berapa besar fixed cost dan berapa besar variable cost serta data BEP serta keuntungan dan kerugian unit yang bersangkutan terutama unit fungsional atau revenue center. Langkah langkahnya adalah sebagai berikut : ♦ Seluruh pejabat cost center dan pejabat revenue center harus menghitung fixed cost, yang terdiri dari : - Jumlah meter persegi dan harga bangunan atau gedung atau ruangan yang digunakan oleh unit tersebut. - Jumlah pegawai dan Jumlah remunerasi pegawai pada unit tersebut. - Jumlah jenis jenis dan Jumlah biaya peralatan medis yang berada dan digunakan pada unit yang bersangkutan DRHAPS-Cost containment-2010 55
  • 56. - Jumlah unit dan biaya pembelian peralatan non medis yang berada pada unit yang bersangkutan. - Jumlah jenis atau unit dan biaya pembelian ATK yang digunakan pada unit yang bersangkutan. ♦ Seluruh pejabat cost center dan pejabat revenue center harus memiliki dan menghitung variable cost yang terdiri dari: - Jumlah harga obat obatan dan BHP yang digunakan pada unit tersebut. - Jumlah Porsi makan dan biayanya yang diperuntukkan bagi makan karyawan maupun pasien. - Jumlah daya linstrik yang dipakai untuk operasionalisasi unit yang bersangkutan dan jumlah biayanya. - Jumlah kg cucian kering dan jumlah biaya cucian dari unit yang bersangkutan - Jumlah biaya administrasi dan perkantoran ♦ Khusus untuk para pejabat revenue center mencatat Output layanan (Activity Driver Quantity) dan jumlah pendapatan setiap bulan dan kemudian jumlah pendapatan selama setahun. ♦ Langkah berikutnya hitung unit cost masing masing unit dan dapat menggunakan cara double distribution atau ABC. Rumus Unit Cost Analysis Double Distribution Methode Fixed Cost Variable Cost Unit Cost = ---------------- + --------------------- Capacity ADQ ♦ Untuk Harga bangunan, alat medis, alat non medis dan alat tulis kantor harga harus disetahunkan dengan cara: IIC (i + 1)t AIC = --------------- L ♦ Dengan demikian setiap kepala unit revenue center, akan mengetahui berapa biaya yang dipergunakan, berapa pendapatan dan apakah unitnya mampu BEP atau tidak. ♦ Hal yang paling penting adalah apakah pembiayaan setiap bulan per ADQ mengalami kenaikan atau tidak. Dan disinilah fungsi cost containment bisa terlihat dengan jelas. DRHAPS-Cost containment-2010 56
  • 57. ♦ Setiap bulan para penanggung jawab unit pelayanan menghitung breakeven point dengan rumus sebagai berikut. S(BEP) = fixed Cost + {(Variable cost : Revenue)} x S S = BEP Fixed cost = Biaya tetap Variable cost = biaya tidak tetap d. Perencanaan Rekruitmen Pegawai Sama halnya dengan perencanaan pada setiap unit, pejabat yang bertanggung jawab pada kepegawaian atau HRD, menyusun Strategic Action Plan, Annual Plan, Accountability System. Yang harus ditekankan disini adalah : ♦ Pada saat penerimaan pegawai maka penerimaan pegawai harus sesuai dengan persyaratan kompetensi (skill, knowledge dan attitude) yang diminta oleh jabatan yang akan dipangkunya, termasuk kesehatan fisik, jiwa dan sosialnya. ♦ Sistem remunerasinya harus sesuai dengan kompetensinya ♦ Pada saat jabatannya akan dikukuhkan maka perlu diikat dengan contractual agreement antara direktur RS dengan karyawan yang bersangkutan. ♦ Pendidikan dan latihan harus terprogram dan dilaksanakan, agar pengetahuan, keterampilan dan perilakunya berkembang kearah perbaikan. ♦ Kontrolling keadaan karyawan dari mulai kesehatannya dan kinerjanya serta kekeliruannya dalam bekerja ♦ Rotasi dan mutasi yang sesuai dengan perkembangan kinerjanya. ♦ Pemutusan hubungan kerja termasuk pensiun. e. Perencanaan Para Pejabat Cost Center Lainnya ♦ Seluruhnya sama saja harus memiliki SAP, Annual Plan, Implementation Plan, dan Accountability System. ♦ Seluruhnya harus memiliki data seperti fixed cost dan variable cost. ♦ Harus memiliki data pembiayaan perbulan dan pertahun untuk unitnya masing masing. 2. Kebijakan Direktur rumah sakit tentang cost containment ♦ Kebijakan yang ditandatangani oleh direktur rumah sakit tentang penekanan biaya rumah sakit ♦ Prinsip kebijakan tersebut adalah: DRHAPS-Cost containment-2010 57
  • 58. - Seluruh karyawan harus memiliki budaya sadar biaya - Seluruh pejabat cost center maupun pejabat revenue center bertanggung jawab terhadap penerapan kebijakan cost costainment. - Seluruh pejabat cost center maupun pejabat revenue center diwajibkan memiliki dokumen SAP, Annual Plan Unit, Accountability System yang didalamnya tercantum standar dan target penekanan biaya lengkap dengan indikator keberhasilannya. - Menerapkan Cost containment strategy yang telah disusun oleh unit unit yang bersangkutan. - Evaluasi bulanan tentang penerapan CCS. - Reward and punishment. 3. Strategi Aplikasi Penekanan Biaya Dalam Proses Pelayanan Kebijakan tentang Cost containment pada proses pelayanan, yang isinya antara lain: a. Pelayanan harus mengacu kepada standar pelayanan yang telah ditetapkan oleh rumah sakit. b. Penggunaan peralatan medis dan non medis sesuai SPO. c. Pemakaian obat obatan dan BHP sesuai dengan standar obat dan terapi d. Penggunaan obat generik 100% pada jamkesmas dan kelas III sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan RI e. Melaksanakan program patient safety f. Setiap unit pelayanan menyusun strategic action plan, implementation plan, annual plan dan accountability system g. Setiap unit memiliki dokumen tentang unit cost, pembiayaan, pendapatan dan breakeven point. h. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan KTD secara kontinu. i. Melakukan Post Delivery Audit pada setiap unit pelayanan dengan memaparkan hasil proses pelayanan yang telah dilaksanakan j. Sanksi bagi yang tidak mematuhi dan tidak melaksanakan kebijakan cost containment. k. Penghargaan bagi yang berhasil menekan pembiayaan berdasarkan evaluasi bulanan. l. Saling mengingatkan antara anggota tim pemberi pelayanan didalam proses pelayanan, sesuai dengan budaya sadar biaya. m. Selalu menyadari bahwa selama proses pelayanan diperlukan orientasi terhadap penekanan biaya n. Menggunakan alat, BHP dan obat obatan secara rasional selama proses pelayanan o. Menghindari moral hazzard dalam proses pelayanan agar pembiayaan bisa dilaksanakan secara rasional p. Menumbuhkan stewardship dilingkungan para pemberi pelayanan q. Menhindari terjadinya error dalam proses pelayanan r. Pengisian status secara lengkap setiap selesai pelayanan DRHAPS-Cost containment-2010 58
  • 59. Dengan demikian, SPO di rumah sakit khususnya tentang proses pelayanan harus didukung oleh kebijakan direktur yang memadai agar cost costainment strategi bisa dilaksanakan secara baik. Dalam penggunaan obat obatan dan BHP para profesional seringkali tidak pernah memikirkan penekanan biaya, para pelaksana tidak terbiasa dengan budaya penghematan atau penekanan pembiayaan. Padahal jika penghematan bisa dilakukan akan menekan biaya operasional dan pada akhirnya rumah sakit akan diuntungkan. Sebab jika rumah sakit bisa eksis dan dapat bertahan hidup, hal itu berarti institusi atau lapangan pekerjaan akan menjadi kuat, atau dengan kata lain institusi akan tetap berdiri dengan kokoh. Seperti kita ketahui bahwa didalam organisasi ada istilah Inspiration, culture and institution. Budaya yang tidak sadar biaya akan meneggelamkan institusi dan jika institusi tenggelam, maka secara tidak disadari bahwa tempat dimana para prosfesional bekerja akan menjadi cedera dan tidak mampu membiayai perasional. Dengan demikian sebenarnya akan merugikan para profesi itu sendiri, artinya kesinambungan organisasi menjadi uncertainty. Pada sisi lain inspirasi tidak akan bisa diakomodasi oleh institusi, akibatnya banyak keluhan dikalangan para profesi bahwa organisasi tidak mampu memberikan akomodasi yang memadai. Sesungguhnya bisa atau tidaknya suatu organisasi mendukung pengembangan palayanan atas dasar inspirasi para profesi, akan sangat tergantung kepada tersedianya biaya atau tidak. Banyak keluhan seperti ini terjadi di beberapa rumah sakit sebenarnya hal ini akibat ketidak berdayaan rumah sakit dalam pengendalian biaya yang diakibatkan karena budaya sadar biaya sangat lemah di rumah sakit. Jadi apakah rumah sakit mampu berada pada staying in business amat sangat tergantung kepada kesadaran semua pihak yang terkait di rumah sakit itu sendiri. Apakah kita semua telah memiliki kesadaran tentang pentingnya pembiayaan yang efektif atau hanya bekerja sesuai keinginan kita tanpa memperhatikan efektifitas biaya. Karenanya budaya sadar biaya sangat penting untuk dibentuk secara dini, agar rumah sakit mampu berada pada staying in business dan mampu memberikan dukungan penuh terhadap para profesi sesuai dengan ketersediaan dana yang efektif di rumah sakit. Jika budaya sadar biaya sudah terbentuk di rumah sakit, maka secara otomatis institusi menjadi sehat dan inspirasi para karyawan akan berkembang serta mampu terbiayai secara efektif. Pokok Bahasan VIII COST CONTAINMENT FORMAT Proses Cost Containment Tujuan : Pemahaman Cost Containment Seluruh peserta waorkshop mampu menyusun cost containment strategy pada unit unit di rumah sakit dengan menggunakan format format cost Cost Containment SDM containment.. Cost Containment Bangunan 1. Fahamnya para peserta workshop mengenai bentuk bentuk format cost containment dan Cost Containment Peralatan Medis DRHAPS-Cost containment-2010 59 Cost Containment Peralatan Non Medis
  • 60. bagaimana penerapan di unit masing masing sesuai dengan keadaan pada unit yang bersangkutan. 2. Tergambarnya pemahaman peserta workshop dalam penyusunan dokumen penekanan biaya Cost Containment Obatan Obatan dan BHP pada masing masing unit pelayanan yang akan diaplikasikan secara bersama sama disemua Cost Containment lini elayanan rumah sakit. Strategy 3. Fahamnya peserta workshop dalam menyusun Cost Containment perencanaan dan evaluasi melalui sistem Format akuntabilitas dalam rangka pengawasan dan pengendalian biaya di rumah sakit, melalui dokumen cost contaiment strategy Metode Pendekatan  Pemaparan  Diskusi, tanya jawab  latihan Produk dan Sasaran  terbentuknya suatu perencanaan dan penerapan serta evaluasi perepan cost containment di rumah sakit. Jangka Waktu Pelatihan Tahap Ini 2 Dua sesi atau 3 Jam efektif. 1. Format Strategic Action Plan Strategic Action Plan DRHAPS-Cost containment-2010 60
  • 61. Instalasi …………………… RUMAH SAKIT………………….. PENYUSUN S.A.P Nama : NIP : Jabatan : Unit : Organisasi : DRHAPS-Cost containment-2010 61
  • 62. TUGAS POKOK 1. 2. 3. 4. I. RINGKASAN EKSEKUTIF (Executive summary) DRHAPS-Cost containment-2010 62
  • 63. II. MISI (Mission) III. VISI (Vision) DRHAPS-Cost containment-2010 63
  • 64. IV. NILAI-NILAI ( Values) V. ANALISA LINGKUNGAN (Environment analysis) A. ANALISA INTERNAL (Internal analysis) Kekuatan (Strength) * * * * Kelemahan * * * * B. ANALISA EKSTERNAL (External analysis) Peluang (Opportunity) * * * * Ancaman (Threats) * * * * C. GRAFIK SWOT Strength Defensive Offensive DRHAPS-Cost containment-2010 64
  • 65. Threats Opportunity Reconsiliation Liquidation Weakness VI. SKENARIO (Scenario) 1. Keadaan Sekarang (Current State) a. Issue-issue utama (Main Issues) - - - b. Kunci Pendorong Internal (Key Force in The Local) - - - 2. Tekanan Pengendali (Driving Force) a. Rentang Ketidak-pastian dengan Kepentingan (Rank of Uncertainly and Importancy) No Issues Uncertainly Importancy Score 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 DRHAPS-Cost containment-2010 65
  • 66. VII. SKENARIO (Logical Scenario) …………… a. a. b. b. c. c. ……………… …………….. a. a. b. b. c. c. …………. VIII. ISSUE STRATEGIS (Critical success issues) IX. TUJUAN (Goals) 1. DRHAPS-Cost containment-2010 66
  • 67. 2. 3. 4. X. SASARAN (Objectives) Dari Tujuan -1 1. 2. Dari Tujuan - 2 1. 2. XI. TARGET STRATEGIS ESTIMASI PROGRES KINERJA SELAMA LIMA TAHUN Tahun 2009 s/d 2013 ESTIMASI PERMINTAAN No PELAYANAN Activity (Activity Driver Quantity)) 2010 2011 2012 2013 2014 Driver 1 2 3 DRHAPS-Cost containment-2010 67
  • 68. 4 5 6 7 8 9 10 11 12 14 15 XI. STRATEGI (Strategy) 1. 2. 3. 4. 5. 2. Form Implementation Plan RENCANA IMPLEMENTASI (Implementation Plan) DRHAPS-Cost containment-2010 68
  • 69. I. RENCANA IMPLEMENTASI S.A.P. Visi Misi Tujuan Sasaran Kebijakan Program strategis DRHAPS-Cost containment-2010 69
  • 70. II. PROGRAM (Programming) Sasaran Kebijakan Program Tahun 05 0 07 0 09 6 8 DRHAPS-Cost containment-2010 70
  • 71. III. INDIKATOR/TARGET/STANDAR (Leading Indicators) SASARAN PROGRAM INDIKATOR TARGET/STANDAR DRHAPS-Cost containment-2010 71
  • 72. TARGET PEMBIAYAAN DAN PENDAPATAN TAHUN 2010 PEMBIAYAAN 2010 PENDAPATAN 2010 No Jenis Activity EP Unit COST EP Tarif Revenue Pelayanan Driver Cost (Ribuan) (Ribuan) DRHAPS-Cost containment-2010 72
  • 73. ESTIMASI Total Biaya Total Pendapatan TARGET PEMBIAYAAN DAN PENDAPATAN TAHUN 2011 PEMBIAYAAN 2010 PENDAPATAN 2010 No Jenis Activity EP Unit COST EP Tarif Revenue Pelayanan Driver Cost (Ribuan) (Ribuan) ESTIMASI Total Biaya Total Pendapatan TARGET PEMBIAYAAN DAN PENDAPATAN TAHUN 2012 PEMBIAYAAN 2010 PENDAPATAN 2010 No Jenis Activity EP Unit COST EP Tarif Revenue Pelayanan Driver Cost (Ribuan) (Ribuan) DRHAPS-Cost containment-2010 73
  • 74. ESTIMASI Total Biaya Total Pendapatan TARGET PEMBIAYAAN DAN PENDAPATAN TAHUN 2013 PEMBIAYAAN 2010 PENDAPATAN 2010 No Jenis Activity EP Unit COST EP Tarif Revenue Pelayanan Driver Cost (Ribuan) (Ribuan) ESTIMASI Total Biaya Total Pendapatan TARGET PEMBIAYAAN DAN PENDAPATAN TAHUN 2014 PEMBIAYAAN 2010 PENDAPATAN 2010 No Jenis Activity EP Unit COST EP Tarif Revenue Pelayanan Driver Cost (Ribuan) (Ribuan) DRHAPS-Cost containment-2010 74
  • 75. ESTIMASI Total Biaya Total Pendapatan IV. PEMETAAN TARGET STRATEGI ( Target strategy map) (The Balanced scorecard approach) Perspectives TARGET ROI New Concept Contributions Finance New Market Asset utilization Basic Requirement Differentiations DRHAPS-Cost containment-2010 75
  • 76. customer Build the franchise Increase Customer Operation Value excellent Internal Business Process Competencies Climate for action Accountability Learning & Growth V. KEBIJAKAN PENANGGUNG JAWAB &PEMBIAYAAN (Budgeting) No PROGRAM BIAYA PENAGGUNG JAWAB DRHAPS-Cost containment-2010 76
  • 77. IV. PROSEDUR (Procedure) No PROGRAM PROSEDUR DRHAPS-Cost containment-2010 77
  • 78. 3. Form Sistem Akuntabilitas (Accountability System) DRHAPS-Cost containment-2010 78
  • 79. ACCOUNTABILITY SYSTEM AKUNTABILITAS KINERJA I. MONITORING A. Pengukuran Kinerja Kegiatan /Program/Misi 1. Kinerja kegiatan diukur berdasarkan hasil-hasil kegiatan dengan formulir bulanan, yang berisi indikator, standar dan bobot. Rumus Capaian Kegiatan adalah Hasil kerja bulanan Capaian Kegiatan = -------------------------------- Standar/Target 2. Keberhasilan kinerja Program diukur setiap tahun berdasarkan jumlah hasil kegiatan dengan rumus : Jumlah hasil kegiatan tahunan Capaian Program = --------------------------------------------------- Jumlah Kegiatan dalam satu program Pengukuran program bergantung kepada jumlah kegiatan pada setiap program 3. Keberhasilan Misi diukur berdasarkan jumlah hasil program. Jika 1 misi terdiri dari 2 program maka pengukurannya dengan rumus : Jumlah Hasil Kinerja Program DRHAPS-Cost containment-2010 79
  • 80. Capaian Misi = ------------------------------------------------- Jumlah Program dalam satu misi Hasil Capaian Misi Capaian Misi Unit = ---------------------------- Jumlah Misi B. Penetapan Indikator Indikator-indikator kinerja ditentukan berdasarkan : 1. Indikator input 2. Indikator proses 3. Indikator output 4. Indikator outcome 5. Indikator Benefit 6. Indikator Impact Indikator tidak harus selalu berdasarkan pembagian ini, namun lebih ditekankan kepada indikator yang paling tepat berdasarkan telaahan, C. Penetapan Standar / Target Kinerja Standar / Target ditentukan berdasarkan : 1. 2. 3. 4. D. Penetapan Kriteria Kriteria ditentukan berdasarkan kesepakatan dan ditetapkan kriteria penilaian sebagai berikut : 96% - 100% Luar biasa 86% - 95% Sangat baik 71% - 85% Baik 51% - 70% Sedang 21% - 50% Buruk 0 % - 20% Sangat buruk E. Sumber Data Kinerja 1. 2. DRHAPS-Cost containment-2010 80
  • 81. 3. 4. F. Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan 1. 2. 3. 2. EVALUASI A. waktu evaluasi 1. Evaluasi bulanan 2. Evaluasi tahunan 3. Evaluasi lima tahunan B. Aspek aspek Evaluasi Berdasarkan pendekatan empat perspektif dari Balanced scorecard disusun berdasarkan telaahan terhadap perspektif dibawah ini : 1. Pembelajaran dan pertumbuhan 2. Proses bisnis internal 3. Pelanggan 4. Keuangan C. HAMBATAN DAN SOLUSI Aspek Capaian Target/ Kesenjangan SOLUSI Tahunan Standar FORM PENGUKURAN CAPAIAN KINERJA KEGIATAN BULANAN DRHAPS-Cost containment-2010 81
  • 82. N Kegiat Indikat St Bob TAHUN o an or d ot Ja Fe M A M Ju J Au Se O No De n b rt pr ei n ul g p kt v s 1 In P O O C B I m Capaian 100 kegiatan – 1 2 In P O O C B I m Capaian 100 kegiatan - 1 3 In P O O C B I m Capaian 100 kegiatan - 1 FORM PENGUKURAN CAPAIAN PROGRAM No PROGRAM KEGIATAN HASIL BOBOT CAPAIAN CAPAIAN PROGRAM KEGIATAN 1. 1. 2. CAPAIAN PROGRAM – 1 100 2. 1. 2. CAPAIAN PROGRAM – 1 100 3. 1. 2. CAPAIAN PROGRAM – 1 100 DRHAPS-Cost containment-2010 82
  • 83. 4. 1. 2. CAPAIAN PROGRAM – 1 100 5. 1. 2. CAPAIAN PROGRAM – 1 100 6. 1. 2. CAPAIAN PROGRAM – 1 100 FORM PENGUKURAN CAPAIAN MISI No MISI PROGRAM HASIL BOBOT CAPAIAN CAPAIAN MISI PROGRAM 1. 1. 2. CAPAIAN PROGRAM – 1 100 2. 1. 2. CAPAIAN PROGRAM – 1 100 3. 1. 2. CAPAIAN PROGRAM – 1 100 4. 1. 2. CAPAIAN PROGRAM – 1 100 JADWAL MONITORING DAN EVALUASI RENTANG WAKTU PEMANTAUAN No Kegiatan APLIKASI RENCANA KERJA TAHUNAN Pen-Jwb Jan Feb Mar Apr Jun Jul Aug Sep Nov Des DRHAPS-Cost containment-2010 83
  • 84. Mengetahui Kepala Bidang/Sub-Bidang Direktur RSUD …………………………….. 4. Form Kebijakan Direktur Tentang Cost Containment PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DHABEDA TENTANG COST CONTAINMENT DIREKTUR Menimbang 1. 2. 3. Memperhatikan a. b. c. DRHAPS-Cost containment-2010 84
  • 85. Memutuskan Menetapkan 1. 2. 3. 4. Ditetapkan di :…………………….. Tanggal………………………. DIREKTUR RS DHABEDA (--------------------------------------) 5. Form Standarisasi Alat Medis dan Non Medis Form ini menjadi dasar dari dokumen bagi penanggung jawab logistik untuk keperluan standarisasi alat medis dan non medis di rumah sakit. Setiap standar harus didukung oleh kebijakan direktur rumah sakit dalam bentuk surat keputusan a. Form Standar Peralatan Medis RS Dhabeda Tahun 2010 No Jenis Merk jumlah Penangung Keterangan fabrikan Jawab DRHAPS-Cost containment-2010 85
  • 86. b. Form Standar Peralatan Non Medis RS Dhabeda Tahun 2010 No Jenis Merk Jumlah Penaggung Keterangan fabrikan Jawab c. Form inventarisasi Peralatan Medis RS Dhabeda Form ini selain dimiliki oleh logistik juga oleh IPSRS dalam rangka data dasar untuk melakukan pemantauan keadaan alat medis di ruangan ruangan. Juga data ini harus dimiliki oleh para kepala instalasi yang menggunakan peralatan medis tersebut. Inventarisasi Peralatan Medis Lokasi Alat : IGD No Jenis Jumlah Tgl Harga Waktu Pen-Jwb Unit Pengadaan Awal Keadaan Peneraan 1 DC Shock 4,8,2009 Inventarisasi Peralatan Non Medis Lokasi Alat : IGD Tgl Harga Awal Pen-Jwb No Jenis Junlah Pengad Dalam Keadaan Waktu Unit aan Ribuan Penera an 1 Meja Tulis 6. Form Standarisasi Obat-Obatan dan Bahan Habis Pakai DRHAPS-Cost containment-2010 86
  • 87. Form ini diperuntukkan bagi instalasi Farmasi, yang berisikan data jenis obat obatan dan BHP dan vendor yang akan memasok barang barang tersebut, yang telah disepakati berdasarkan negosiasi antara Direktur, Kepala Instalasi Farmasi, Ketua Komite Medik, bersama sama dengan Panitia Pengadaan Barang dan Panitia Pemeriksa Barang. Standar ini harus didukung oleh peraturan direktur rumah sakit, yang menetapkan bahwa obat obatan dan BHP yang tercantum dalam standarisasi yang hanya akan diadakan oleh rumah sakit. Obat obatan dan BHP ini pemakainnya ditentukan oleh kepala instalasi Farmasi yang berhak mengganti apapun yang ditulis dokter dengan obat obatan dan BHP yang telah masuk didalam standarisasi, dengan syarat sesuai dengan jenis kimianya atau generiknya. Standar Obat Obatan dan BHP Yang Digunakan di RS Dhabeda Tahun : 2010 No Vendor Nama dan Jenis Obat Nama Kimia Keterangan Pemasok dan BHP 7. Form CCS pada unit yang bertanggung Jawab terhadap Distribusi Khususnya alat medis dan non medis Form ini digunakan oleh Logistik dan IPSRS Form Cost Containment Strategy …………………  Alat Medis dan Non Medis Penanggung Jawab LOGISTIK COST CONTAINMENT STRATEGY Diterbitkan Rhada Shusahe Tgl ….. , ……, 20…. 1 Lokasi Keterangan DRHAPS-Cost containment-2010 87
  • 88. Mekanisme 1. 2. 3. Service Blue Print 1. 2. 3, 4. 5. 6. 7. Kekuatan 1. 2. 3. 4. Kelemahan 1. 2. 3. 4. Cost Containment Strategy UMUM 1. 2. 3. 4. KHUSUS 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Penanggung jawab Unit 1. 2. 3. 8. Form CCS di Unit Unit Cost Center maupun Revenue Center Cost Containment Strategy Rawat Inap No Lokasi Mekanisme Keterangan SBP Kekuatan kelemahan CCS PenJwb 1 Ruang Rawat                 2 Nurse     station         DRHAPS-Cost containment-2010 88
  • 89. 3. Ruang     Isolasi     4. Selasar                 Keterangan  Setiap Instalasi berbeda beda, sesuai dengan karakter masing masing instalasi  Setiap instalasi harus dirinci, ruangan ruangan mana yang akan dikontrol berdasarkan CCS  Mekanismenya untuk setiap ruangan secara umum adalah : - Mekanisme kelistrikan - Mekanisme pencahayaan - Mekanisme pendingin ruangan - Mekanisme Pemanfaatan air - Mekanisme penggunaan Telepon - Mekanisme kebersihan - Mekanismen pemeliharaan - Mekanisme lain lain Sedangkan mekanisme yang khusus adalah : - Mekanisme penggunaan dan pemeliharaan Peralatan Medis - Mekanisme penggunaan dan pemeliharaan Komputer  Kedua mekanisme ini harus didukung dengan prosedur tetap yang memadai. 9. Form Data Dasar Bagi setiap Penanggung Jawab Unit Unit Cost Center dan Revenue Center Data Dasar : Bedah Central RS Dhabeda Tahun : 2010 No Data Jumlah Satuan Biaya 1. Pegawai Orang DRHAPS-Cost containment-2010 89
  • 90. 2. Luas Bangunan/Ruangan Meter2 3. Alat Medis Unit 4. Makanan Karayawan dan Porsi pasien 5. Daya Listrik Watt 6. Cucian Kg kering 7. Unit Cost / Activity Driver Rp 8. Output pelayanan ADQ 9. Pendapatan (Revenue) Rp 10. Pengeluaran (Variable) Rp 11. BEP Rp/Volume Keterangan  Setiap saat data ni bisa berubah, dan harus selalu di update  Setiap ada perubahan maka pihak terkait harus selalu memberitahukan dan mencatat jumlah perubahannya  Dianjurkan agar setiap unit memiliki amper meter untuk mengukur penggunaan daya linstrik.  Penggunaan telepon keluar rumah sakit sebaiknya melalui central untuk mengetahui unit mana yang menggunakan dan data akan tercatat.  Setiap makanan karyawan maupun pasien dicatat melalui form bantu  Demikian pula dengan setiap pengiriman pencucian dicatat dalam form bantu.  Hitung BEP setiap bulan ====== =======DRHAPS============= Kepustakaan Anthony.Robert N, Govindarajan.Vijay, MANAGEMENT CONTROL SYSTEMS, 9Th Edition, McGraw-Hills Companies, USA, 1998. Al Gore, COMMONSENCE GOVERNMENT – Working Better with Less Cost,1992. DRHAPS-Cost containment-2010 90
  • 91. Bryce. Lee, THE INFLUENTIAL MANAGER, How to develop a powerful management style, London, 1994. Brinzius. Jack A. & Campbell. Michael D, GETTING RESULT – a Guide for Government Accountability, 1990. Cortada. James W, TOTAL QUALITY MANAGEMENT, for Information Systems Management, Mc Grou-Hill. Inc., 1995. Craig, James. C. Grant.Robert M., STRATEGIC MANAGEMENT, 1993. Daft, Richard L. MANAGEMENT, Vanderbilt University, Thomsosn, South-Western, 2003. Griffin.Ricky W, MANAGEMENT, 5Th Edition, Houghton Mifflin Company, Boston, Toronto, Geneva, Illionis, Palo Alto, Princenton, New Jersey, 1999. Griffith, John R. THE WELL MANAGED COMMUNITY HOSPITAL, Health Administration Press, Ann Arbor, Michigan, 1987. Jones.John W, HIGH SPEED MANAGEMENT, Time Base Strategies for Managers and Organizations, Jossey-Bass Publishers, San Franscisco, 1993. Kaplan. Robert S, Norton. David P, THE STRATEGY FOCUSED ORGANIZATION, How Balanced Scorecard Companies Thrive the New Business Enviroment, Harvard Business School Press, Boston, 2001. Levin. Richard I, Rubin. David S, Stinson. John P, QUANTITATIVE APPROACHS TO MANAGEMENT, 6th Edition, Exclusive rights by Mc Graw-Hill Book Co, Singapore Manufacture and Export, 2nd Printing,1996. Mintzberg, Henry, Ahlstraud. Bruce and Lampel. Joseph, STRATEGY SAFARY, a Guided Tour Through The Wilds of Strategic Management, 1998. Schulz, Rockwell, Ph.D - Johnson, Alton C, Ph.D, MANAGEMENT OF HOSPITALS AND HEALTH SERVICES, Strategic Issues and Performance, Third Edtion, The C.V. Mosby Company, St, Louis, Baltimore Philadelphia, Toronto, 1990. Werther Jr.William B, Davis. Keith, HUMAN RESOURCES AND PERSONNEL MANAGEMENT, 5Th Edition, McGraw-Hill, USA, 1996. DRHAPS-Cost containment-2010 91