6
Most read
7
Most read
15
Most read
BATU
EMPEDU
FARMAKOTERAPI
kelompok 1
1. Alya Atiqa Ryes
2. Bima Sonada
3. Delfia Susanti
4. Dilla Febriyeni K
5. Farid Arhamd
6. Riski Kamelia
7. Tasylia Adila
APA ITU BATU
EMPEDU??
Hasil reaksi antara zat dari sel hati dan
kolesterol ini adalah air serta suatu
senyawa yang memiliki pH netral.
Senyawa yang memiliki pH netral ini
disebut garam empedu.
Setelah itu, garam empedu tersebut
akan menyatu dengan kolesterol, air,
tembaga, mineral, dan bilirubin untuk
membentuk cairan empedu. Di mana,
bilirubin ini merupakan suatu pigmen
yang dihasilkan oleh hati dengan
mengurai sel darah merah tua. Karena
itulah, cairan empedu memiliki warna
cokelat, hijau, atau kekuningan.
Empedu adalah suatu cairan dalam
sistem pencernaan yang memiliki
peranan penting. Sebelum digunakan
oleh sistem pencernaan, empedu akan
melalui proses pembentukan terlebih
dahulu.
Proses pembentukan empedu ini
dilakukan oleh organ-organ yang
termasuk ke dalam sistem bilier, yaitu
hati, kantung empedu, serta saluran
penghubung lainnya.
Awal mula proses pembentukan
empedu tersebut terjadi pada organ
hati. Pertama-tama, sel hati
mengeluarkan zat-zat tertentu yang
nantinya akan bereaksi dengan
kolesterol.
EMPEDU
Secara umum, fungsi empedu adalah untuk mengoptimalkan proses pencernaan
makanan di dalam tubuh. Lebih spesifiknya, fungsi empedu adalah sebagai cairan yang
berperan dalam proses pemecahan zat lemak pada saluran pencernaan.
FUNGSI EMPEDU
Endapan pada betu empedu dapat
terbentuk akibat cairan empedu yang
tidak mampu melarutkan kolesterol dan
bilirubin yang dihasilkan oleh hepar.
Batu empedu sering ditemukan di vesica
fellea, namun dapat berpindah ke
saluran duktus sistitikus dan
koledokus sehingga menjadi batu
empedu yang merupakan komplikasi
tersering.
Merupakan suatu penyakit saluran
pencernaan yang disebabkan oleh
terakumulasinyaendapan massa yang
padat pada vesica felleaatau kandung
empedu. Insidensi batu empedu dapat
terus meningkat akibat pola hidup yang
tidak sehat.
BATU EMPEDU (KOLELITIASIS)
Prevalensi penyakit batu empedu (gallstone disease) ditetapkan
sebesar 15%. Selain itu, dalam analisis utama, terdapat 18,417
individu yang melaporkan dan didiagnosis dengan batu empedu,
serta 390,150 kontrol
EPIDIMIOLOGI
• Kondisi Medis Terkait: Penyakit
tertentu, seperti diabetes tipe 2,
dapat meningkatkan risiko
pengembangan batu empedu.
Jurnal ini juga mencatat bahwa ada
hubungan antara batu empedu
dan kondisi inflamasi kronis yang
dapat berkontribusi pada
perkembangan kanker ginjal
• Faktor Genetik: Penelitian
menunjukkan adanya variasi
genetik yang berkontribusi
terhadap risiko pengembangan
batu empedu. Beberapa studi
genetik telah mengidentifikasi
lokus-lokus baru yang terkait
dengan penyakit batu empedu
• Faktor Lingkungan dan Gaya
Hidup: Lingkungan, gaya hidup,
dan faktor epigenetik juga
berperan dalam pembentukan
batu empedu. Misalnya, pola
makan, obesitas, dan aktivitas fisik
dapat mempengaruhi
metabolisme asam empedu dan
risiko
pengembangan batu empedu
ETIOLOGI
FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI
TERBENTUKNYA BATU EMPEDU ANTARA LAIN:
Jenis kelamin, usia di atas 40 tahun,
hiperlipidemia, obesitas, genetik,
aktivitas fisik, kehamilan, diet tinggi
lemak, pengosongan lambung yang
memanjang, nutrisi parenteral yang
lama, dismotilitas dari kandung
empedu, obat obatan antihiperlipidemia
(klofibrat),dan penyakit
lain(pangkreatitis,diabetes melitus,
sirosis hati, kanker kandung empedu,
dan fibrosis sistik).4,5
KLASIFIKASI
Batu empedu merupakan timbunan kristal di dalam
kandung empedu atau di dalam saluran empedu. Ada
3 jenis utama batu empedu, yaitu batu kolesterol
(mengandung 90% kolesterol), batu pigmen
(mengandung 90% bilirubin), dan batu campuran
(mengandung kolesterol, bilirubin, kalsium karbonat,
kalsium fosfat, dan kalsium palmitat).
PATOFISIOLOGI KOLELITIASIS (CHOLELITHIASIS) ATAU BATU
EMPEDU
Adalah akibat substansi tertentu pada cairan empedu yang
meningkat, sehingga memiliki konsentrasi yang lebih tinggi
daripada pelarutnya. Cairan empedu yang terkonsentrasi
menyebabkan supersaturasi dan presipitasi sebagai kristal
mikroskopik.
Kristal ini terperangkap dalam mukus kantung empedu dan
membentuk lumpur bilier (biliary sludge). Seiring berjalannya
waktu, kristal ini menumpuk dan saling menyatu membentuk batu
makroskopik. Gejala dan komplikasi kolelitiasis disebabkan dari
penutupan duktus oleh lendir dan/atau batu di dalam kantung
empedu atau duktus empedu.
Terdapat 2 substansi utama pembentuk batu empedu, yaitu
kolesterol dan calcium bilirubinate
KOLELITIASIS KOLESTEROL
Proses terbentuknya batu empedu kolesterol terjadi karena cairan empedu
terkonsentrasi melalui penyerapan elektrolit dan air. Kolesterol disekresi
oleh sel hepar ke dalam kantung empedu bersama dengan enzim lesitin
dalam bentuk vesikel unilamelaris. Sel hepar juga mensekresi garam
empedu sebagai deterjen kuat yang diperlukan untuk pencernaan dan
absorpsi lemak.
Vesikel unilamelaris yang dilarutkan oleh garam empedu membentuk agregat
larut air bernama mixed micelles. Mixed micelles mempunyai kapasitas
mengikat kolesterol yang lebih rendah sehingga kolesterol semakin
menumpuk dan membentuk kristal monohidrat. Kolelitiasis kolesterol ini
dipercaya dipicu oleh kondisi dislipidemia.[2,4]
KOLELITIASIS CALCIUM BILIRUBINATE
Kolelitiasis calcium bilirubinate dapat berbentuk batu pigmen hitam dan batu pigmen coklat.
Kolelitiasis Pigmen Hitam
Bilirubin adalah produk dari pemecahan heme, yang disekresikan ke cairan empedu oleh sel
hepar. Kebanyakan bilirubin tersedia dalam bentuk larut air atau terkonjugasi, sedangkan
sisanya dalam bentuk tidak terkonjugasi. Bilirubin tak terkonjugasi akan membentuk
presipitat dengan kalsium, yang masuk ke cairan empedu secara pasif.
Pada kondisi pemecahan heme tinggi, bilirubin tidak terkonjugasi akan tersedia dalam jumlah
lebih dari biasanya. Calcium bilirubinate akan mengkristal dan membentuk batu. Seiring
waktu, batu ini akan teroksidasi dan berwarna hitam, sehingga dinamakan batu empedu
pigmen hitam.[2,5]
KOLELITIASIS CALCIUM BILIRUBINATE
Kolelitiasis Pigmen Coklat
Batu empedu coklat biasanya muncul diakibatkan kolonisasi bakteri pada stasis cairan empedu.
Cairan empedu umumnya steril, tetapi pada kondisi tertentu dapat menyebabkan kolonisasi
bakteri, misalnya akibat striktur bilier. Bakteri akan menghidrolisis bilirubin terkonjugasi dan
menyebabkan peningkatan bilirubin tak terkonjugasi, sehingga meningkatkan konsentrasi
kristal calcium bilirubinate.
Bakteri juga akan menghidrolisis lesitin untuk mengeluarkan asam lemak yang mengikat
kalsium dan terpresipitasi. Produk presipitat menyerupai tanah liat atau yang disebut
dengan batu empedu coklat.
Kolelitiasis Campuran
Batu empedu kolesterol yang terkolonisasi bakteri akan menyebabkan inflamasi mukosa
kantung empedu. Bakteri dan leukosit menghidrolisis bilirubin terkonjugasi dan asam lemak,
sehingga akan terbentuk kristal kolesterol, calcium bilirubinate, dan garam kalsium lainnya.
Mekanisme tersebut menghasilkan batu empedu campuran. Pada rontgen abdomen, akan
tampak batu empedu dengan kalsifikasi perifer seperti gambaran cangkang telur akibat
perselubungan kalsium.
PENYEBAB DAN GEJALA PENYAKIT BATU EMPEDU
Batu empedu diduga muncul
akibat endapan kolesterol
dan bilirubin di dalam
kantung empedu. Endapan
tersebut terjadi akibat cairan
empedu tidak mampu
melarutkan kolesterol dan
bilirubin berlebih yang
dihasilkan hati.
Penyebab Gejala
Gejala utama batu empedu
adalah nyeri di bagian kanan
atas atau tengah perut yang
muncul secara tiba-tiba.
Sakit perut juga dapat
disertai dengan gejala lain,
seperti mual, muntah, hilang
nafsu makan, urine
berwarna gelap, sakit maag,
dan diare.
TERAPI NON FARMAKOLOGI
• Operasi pengangkatan kandung empedu (kolesistektomi).
Direkomendasikan bagi pasien dengan Kolelitiasis berukuran besar (>3cm),
berisiko tinggi mengalami kanker kandung empedu, dan yang mengalami
gejala atau komplikasi.Metode ESWL (Extracorporeal Shock Wave
Lithotripsy). Gelombang kejut untuk menghancurkan Kolelitiasis menjadi
fragmen – fragmen yang lebih kecil.
• Direkomendasikan bagi pasien dengan berat badan normal, jumlah
Kolelitiasis <3 buah, dan fungsi kandung empedu yang masih baik.Metode
ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography). Suatu alat yang
mampu meneropong saluran pencernaan sekaligus membebaskan
sumbatan yang ada di saluran cerna (saluran empedu danpankreas).
• Direkomendasikan bagi pasien yang mengalami sumbatan batu empedu
pada saluran batu utama (common bile duct) dan berisiko mengalami
komplikasi seperti peradangan saluran empedu dan pankreas.
TERAPI FARMAKOLOGI
AINS (Antiinflamasi Non Steroid) dan antispasmodic
• Fungsi : mengurangi rasa nyeri dan spasme serta merelaksasikan kandung empedu.
• Contoh obat : Ketorolac, Hyoscine ButybromideKolagogum, Kolelitolitik, Hepatoprotektor
• Fungsi :Melarutkan batu kolesterol pada pasien dengan kandung empedu yang masih
baik.Menurunkan sekresi empedu oleh hatiMemperbaiki proses pengosongan kandung
empedu
• Contoh obat : Asam ursodeoksikolatKriteria penggunaan
• Pasien yang memilikki batu empedu berukuran kecil dengan fungsi kandung empedu
yang masih baik.
• Penderita yang mengalami gejala – gejala atau risiko tinggi mengalami gejala batu
empedu.
• Pasien yang tidak dapat menjalani pembedahan karena kondisi medis tertentu.Asam
ursodeoksikolat dapat digunakan hingga 2 tahun dan dilanjutkan selama 3 – 4 bulan
setelah batu empedu lenyap. Namun, adakalanya batu empedu tidak dapat hancur
secara sempurna dan menyebabkan kekambuhan dalam 1-5 tahun.
• ESO : diare (jarang)Asam ursodeoksikolat tidak meningkatka kadar kolesterol serta tidak
menyebabkan toksisitas.
asam ursodeoksikolat
Asam ursodeoksikolat atau ursodeoxycholic acid adalah obat untuk mengatasi batu empedu
berukuran kecil yang tidak bisa dioperasi. Obat ini juga digunakan untuk mencegah
pembentukan batu empedu pada pasien obesitas yang sedang menjalani program
penurunan berat badan.
Salah satu penyebab batu empedu adalah tingginya kadar kolesterol di dalam asam
empedu. Asam ursodeoksikolat bekerja dengan cara menurunkan jumlah kolesterol yang
diproduksi oleh hati untuk membuat asam empedu.Cara kerja asam ursodeoksikolat akan
mencegah pembentukan batu empedu baru dan membesarnya batu empedu yang sudah
terbentuk. Obat ini juga dapat melarutkan kolesterol di dalam asam empedu agar tidak
mengendap dan menjadi batu.
Selain untuk batu empedu, obat ini juga dapat dimanfaatkan untuk menangani cholangitis
atau peradangan saluran empedu, termasuk yang disebabkan oleh cystic fibrosis. Pada
kondisi ini, asam ursodeoksikolat dapat menurunkan risiko terjadinya sirosis.
dosis
1. mengobati batu empedu
Dewasa: 8–12 mg/kgBB, 1 kali sehari sebelum tidur atau dibagi dalam 2 jadwal konsumsi.
Pengobatan dilakukan hingga 3–4 bulan setelah batu empedu tidak terlihat saat
pemeriksaan.
2. Mencegah terbentuknya batu empedu pada penderita obesitas yang sedang menurunkan
berat badan
Dewasa: 600 mg 1 kali sehari atau 300 mg 2 kali sehari
3. Mengobati primary biliary cholangitis
Dewasa: 12–16 mg/kgBB per hari yang dibagi dalam 2–4 jadwal konsumsi selama 3 bulan
Setelah itu, pemberian bisa dilakukan 1 kali sehari pada malam hari.
4. Menangani gangguan saluran empedu akibat fibrosis kistik
Anak usia di atas 6 tahun: 20 mg/kgBB per hari yang dibagi dalam 2–3 jadwal konsumsi.
Dosis dapat ditingkatkan hingga 30 mg/kgBB per hari.
Hyoscine Butylbromide
Hyoscine butylbromide adalah obat untuk meredakan nyeri perut akibat kram pada otot
lambung, usus, atau kandung kemih. Obat ini juga dapat digunakan untuk meredakan nyeri
haid.
Hyoscine butylbromide bekerja dengan cara melemaskan otot yang sedang kram sehingga
nyeri dapat berkurang. Obat ini dapat digunakan untuk mengatasi kram di otot-otot saluran
cerna, saluran kemih, dan rahim.
Dosis:
Hyoscine butylbromide harus digunakan sesuai dengan resep dokter. Berikut adalah dosis
hyoscine butylbromide obat minum berdasarkan kondisi yang akan ditangani dan usia
pasien:
Kondisi: Nyeri akibat kram saluran pencernaan, kram saluran kemih, dan nyeri haid
Dewasa dan anak usia 12 tahun: 20 mg, 4 kali sehari.
≥
Anak-anak usia 6–11 tahun: 10 mg, 3 kali sehari.
EVALUASI TERAPI BATU EMPEDU
• Kolesistektomi: Terapi utama untuk batu empedu yang menyebabkan gejala atau
komplikasi adalah kolesistektomi, yaitu pengangkatan kantong empedu.
Prosedur ini sering kali dilakukan secara laparoskopik dan dianggap sebagai
standar perawatan untuk pasien dengan gejala batu empedu
• Risiko Pasca Kolesistektomi: Meskipun kolesistektomi efektif dalam mengatasi
gejala batu empedu, prosedur ini dapat menyebabkan perubahan dalam aliran
empedu dan metabolisme, yang dapat berkontribusi pada risiko kesehatan
jangka panjang, termasuk peningkatan risiko kanker ginjal. Oleh karena itu,
penting untuk melakukan skrining kanker ginjal pada pasien yang menjalani
kolesistektomi, terutama pada mereka yang lebih muda
• Pendekatan Non-bedah: Untuk pasien yang tidak mengalami gejala atau memiliki
batu empedu asimptomatik, pendekatan non-bedah dapat dipertimbangkan. Ini
termasuk pemantauan dan manajemen konservatif, terutama jika batu empedu
tidak menyebabkan komplikasi
EVALUASI TERAPI BATU EMPEDU
• Pentingnya Skrining: Jurnal ini menekankan pentingnya melakukan
skrining untuk kanker ginjal sebelum dan selama proses pengangkatan
kantong empedu, terutama pada pasien yang lebih muda (misalnya, di
bawah 40 tahun) . Ini menunjukkan bahwa evaluasi risiko jangka
panjang harus menjadi bagian dari rencana perawatan.
• Kebutuhan Penelitian Lanjutan: Jurnal juga mencatat bahwa masih ada
kebutuhan untuk penelitian lebih lanjut mengenai mekanisme yang
menghubungkan batu empedu, kolesistektomi, dan risiko kanker. Ini
penting untuk memahami lebih baik bagaimana terapi dapat
dioptimalkan dan untuk mengidentifikasi pasien yang mungkin
berisiko lebih tinggi
TERIMA KASIH

More Related Content

DOC
Laporan pendahuluan kolelitiasis
PPTX
kolelitiasis (1) sdgdfhfhfjffjfgjfjfgjf.pptx
PPTX
Cholelithiasis.pptxaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
PPTX
MATERI PENYULUHAN TENTANG KOLELITIASIS.pptx
DOCX
Lapsus kolelitiasis
PPTX
Batu Empedu presentasi, definisi dan tatalaksana.pptx
PPTX
Penyakit batu empedu
PPTX
kolelitiasis.pptx
Laporan pendahuluan kolelitiasis
kolelitiasis (1) sdgdfhfhfjffjfgjfjfgjf.pptx
Cholelithiasis.pptxaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
MATERI PENYULUHAN TENTANG KOLELITIASIS.pptx
Lapsus kolelitiasis
Batu Empedu presentasi, definisi dan tatalaksana.pptx
Penyakit batu empedu
kolelitiasis.pptx

Similar to penyakit batu empedu dan terapinya.pptx refisi (20)

DOC
LP CHOLELIALITIASIS.doc
PPTX
PPT KOLELITIASIS presentasi fix untuk maju
PPTX
ppt monik.pptxhdhdjdnndndjdjdjdjudjdnndnd
PPTX
Aplikasi guidelines Gall stone di Indonesia .pptx
ODT
Askep batu empedu
PPTX
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
PPT
Askep kolelitis
PPTX
09 sistem hepatobilier materi digesti.pptx
PPTX
KKD etika.pptx
PPTX
koleidokolitiasis
PPTX
BATU EMPEDU cholelithiasis laparoscopy batu empedu
PPT
PPT KOLELITIASIS.ppt
PPTX
lapkas soft tissue
PPTX
Batu Empedu.pptx
PPTX
Colelitiasis secara umum dan laporan kasus
DOCX
Laporan kolelitiasis
PPT
Preskas Cholelitiasis.ppt
DOCX
Manajemen bedah cholelithiasis
PPTX
MATERI ASUHAN GIZI KANDUNG EMPEDU UNTUK GIZI
PDF
pdfcoffee.com_kolelitiasis-29-pdf-free.pdf
LP CHOLELIALITIASIS.doc
PPT KOLELITIASIS presentasi fix untuk maju
ppt monik.pptxhdhdjdnndndjdjdjdjudjdnndnd
Aplikasi guidelines Gall stone di Indonesia .pptx
Askep batu empedu
Kolelitiasis,kolestasis,kolesistitis
Askep kolelitis
09 sistem hepatobilier materi digesti.pptx
KKD etika.pptx
koleidokolitiasis
BATU EMPEDU cholelithiasis laparoscopy batu empedu
PPT KOLELITIASIS.ppt
lapkas soft tissue
Batu Empedu.pptx
Colelitiasis secara umum dan laporan kasus
Laporan kolelitiasis
Preskas Cholelitiasis.ppt
Manajemen bedah cholelithiasis
MATERI ASUHAN GIZI KANDUNG EMPEDU UNTUK GIZI
pdfcoffee.com_kolelitiasis-29-pdf-free.pdf
Ad

Recently uploaded (20)

PPTX
PDF_Penyelarasan_Visi,_Misi,_dan_Tujuan_
PPTX
Materi Refleksi Akhir Tahun Sutan Raja.pptx
PPTX
3. Membuat Peta Konsep Kecerdasan Artifisial.pptx
PPTX
Sistem Pencernaan Manusia IPAS Presentasi Pendidikan Hijau Kuning Bingkai Ilu...
PPTX
ppt_bola_basket_kelas x sma mata pelajaran pjok.pptx
PPTX
Pengimbasan pembelajaran mendalam (deep learning
PDF
Aminullah Assagaf_B34_Statistik Ekonometrika.pdf
PDF
12. KSP SD Runiah Makassar OK School.pdf
DOCX
LK Modul 3 - Menentukan Pengalaman Belajar.docx
PDF
Konsep Dasar Nifas, Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah.pdf
PDF
Modul Ajar Deep Learning Pendidikan Pancasila Kelas 6 Kurikulum Merdeka
PPT
MATA KULIAH FILSAFAT ILMU ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PDF
RPM BAHASA INDONESIA KELAS 7 TEKS DESKRIPSI.pdf
DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PKWU Kerajinan Kelas 12 Terbaru 2025
PPTX
Inkuiri_Kolaboratif_Pembelajaran_Mendalam (1).pptx
PPTX
Ulangan Harian Kelas 7 Merancang Percobaan, Metode ilmiah SMP IBRAHIMY 1 Suko...
PDF
IN1.2.E. kelompok 2.docx kerangka pembelajaran mendalam.pdf
PPTX
Tools of Digital Media in Marketing Era Digital 4.0_WEBINAR PDPTN "Digital Ma...
PDF
Bahan Bacaan Rencana Kolaborasi Inkuiri.pdf
PPTX
Digital Marketing Dasar Untuk Pemula.pptx
PDF_Penyelarasan_Visi,_Misi,_dan_Tujuan_
Materi Refleksi Akhir Tahun Sutan Raja.pptx
3. Membuat Peta Konsep Kecerdasan Artifisial.pptx
Sistem Pencernaan Manusia IPAS Presentasi Pendidikan Hijau Kuning Bingkai Ilu...
ppt_bola_basket_kelas x sma mata pelajaran pjok.pptx
Pengimbasan pembelajaran mendalam (deep learning
Aminullah Assagaf_B34_Statistik Ekonometrika.pdf
12. KSP SD Runiah Makassar OK School.pdf
LK Modul 3 - Menentukan Pengalaman Belajar.docx
Konsep Dasar Nifas, Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah.pdf
Modul Ajar Deep Learning Pendidikan Pancasila Kelas 6 Kurikulum Merdeka
MATA KULIAH FILSAFAT ILMU ADMINISTRASI PENDIDIKAN
RPM BAHASA INDONESIA KELAS 7 TEKS DESKRIPSI.pdf
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PKWU Kerajinan Kelas 12 Terbaru 2025
Inkuiri_Kolaboratif_Pembelajaran_Mendalam (1).pptx
Ulangan Harian Kelas 7 Merancang Percobaan, Metode ilmiah SMP IBRAHIMY 1 Suko...
IN1.2.E. kelompok 2.docx kerangka pembelajaran mendalam.pdf
Tools of Digital Media in Marketing Era Digital 4.0_WEBINAR PDPTN "Digital Ma...
Bahan Bacaan Rencana Kolaborasi Inkuiri.pdf
Digital Marketing Dasar Untuk Pemula.pptx
Ad

penyakit batu empedu dan terapinya.pptx refisi

  • 2. kelompok 1 1. Alya Atiqa Ryes 2. Bima Sonada 3. Delfia Susanti 4. Dilla Febriyeni K 5. Farid Arhamd 6. Riski Kamelia 7. Tasylia Adila
  • 4. Hasil reaksi antara zat dari sel hati dan kolesterol ini adalah air serta suatu senyawa yang memiliki pH netral. Senyawa yang memiliki pH netral ini disebut garam empedu. Setelah itu, garam empedu tersebut akan menyatu dengan kolesterol, air, tembaga, mineral, dan bilirubin untuk membentuk cairan empedu. Di mana, bilirubin ini merupakan suatu pigmen yang dihasilkan oleh hati dengan mengurai sel darah merah tua. Karena itulah, cairan empedu memiliki warna cokelat, hijau, atau kekuningan. Empedu adalah suatu cairan dalam sistem pencernaan yang memiliki peranan penting. Sebelum digunakan oleh sistem pencernaan, empedu akan melalui proses pembentukan terlebih dahulu. Proses pembentukan empedu ini dilakukan oleh organ-organ yang termasuk ke dalam sistem bilier, yaitu hati, kantung empedu, serta saluran penghubung lainnya. Awal mula proses pembentukan empedu tersebut terjadi pada organ hati. Pertama-tama, sel hati mengeluarkan zat-zat tertentu yang nantinya akan bereaksi dengan kolesterol. EMPEDU
  • 5. Secara umum, fungsi empedu adalah untuk mengoptimalkan proses pencernaan makanan di dalam tubuh. Lebih spesifiknya, fungsi empedu adalah sebagai cairan yang berperan dalam proses pemecahan zat lemak pada saluran pencernaan. FUNGSI EMPEDU
  • 6. Endapan pada betu empedu dapat terbentuk akibat cairan empedu yang tidak mampu melarutkan kolesterol dan bilirubin yang dihasilkan oleh hepar. Batu empedu sering ditemukan di vesica fellea, namun dapat berpindah ke saluran duktus sistitikus dan koledokus sehingga menjadi batu empedu yang merupakan komplikasi tersering. Merupakan suatu penyakit saluran pencernaan yang disebabkan oleh terakumulasinyaendapan massa yang padat pada vesica felleaatau kandung empedu. Insidensi batu empedu dapat terus meningkat akibat pola hidup yang tidak sehat. BATU EMPEDU (KOLELITIASIS)
  • 7. Prevalensi penyakit batu empedu (gallstone disease) ditetapkan sebesar 15%. Selain itu, dalam analisis utama, terdapat 18,417 individu yang melaporkan dan didiagnosis dengan batu empedu, serta 390,150 kontrol EPIDIMIOLOGI
  • 8. • Kondisi Medis Terkait: Penyakit tertentu, seperti diabetes tipe 2, dapat meningkatkan risiko pengembangan batu empedu. Jurnal ini juga mencatat bahwa ada hubungan antara batu empedu dan kondisi inflamasi kronis yang dapat berkontribusi pada perkembangan kanker ginjal • Faktor Genetik: Penelitian menunjukkan adanya variasi genetik yang berkontribusi terhadap risiko pengembangan batu empedu. Beberapa studi genetik telah mengidentifikasi lokus-lokus baru yang terkait dengan penyakit batu empedu • Faktor Lingkungan dan Gaya Hidup: Lingkungan, gaya hidup, dan faktor epigenetik juga berperan dalam pembentukan batu empedu. Misalnya, pola makan, obesitas, dan aktivitas fisik dapat mempengaruhi metabolisme asam empedu dan risiko pengembangan batu empedu ETIOLOGI
  • 9. FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI TERBENTUKNYA BATU EMPEDU ANTARA LAIN: Jenis kelamin, usia di atas 40 tahun, hiperlipidemia, obesitas, genetik, aktivitas fisik, kehamilan, diet tinggi lemak, pengosongan lambung yang memanjang, nutrisi parenteral yang lama, dismotilitas dari kandung empedu, obat obatan antihiperlipidemia (klofibrat),dan penyakit lain(pangkreatitis,diabetes melitus, sirosis hati, kanker kandung empedu, dan fibrosis sistik).4,5
  • 10. KLASIFIKASI Batu empedu merupakan timbunan kristal di dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu. Ada 3 jenis utama batu empedu, yaitu batu kolesterol (mengandung 90% kolesterol), batu pigmen (mengandung 90% bilirubin), dan batu campuran (mengandung kolesterol, bilirubin, kalsium karbonat, kalsium fosfat, dan kalsium palmitat).
  • 11. PATOFISIOLOGI KOLELITIASIS (CHOLELITHIASIS) ATAU BATU EMPEDU Adalah akibat substansi tertentu pada cairan empedu yang meningkat, sehingga memiliki konsentrasi yang lebih tinggi daripada pelarutnya. Cairan empedu yang terkonsentrasi menyebabkan supersaturasi dan presipitasi sebagai kristal mikroskopik. Kristal ini terperangkap dalam mukus kantung empedu dan membentuk lumpur bilier (biliary sludge). Seiring berjalannya waktu, kristal ini menumpuk dan saling menyatu membentuk batu makroskopik. Gejala dan komplikasi kolelitiasis disebabkan dari penutupan duktus oleh lendir dan/atau batu di dalam kantung empedu atau duktus empedu. Terdapat 2 substansi utama pembentuk batu empedu, yaitu kolesterol dan calcium bilirubinate
  • 12. KOLELITIASIS KOLESTEROL Proses terbentuknya batu empedu kolesterol terjadi karena cairan empedu terkonsentrasi melalui penyerapan elektrolit dan air. Kolesterol disekresi oleh sel hepar ke dalam kantung empedu bersama dengan enzim lesitin dalam bentuk vesikel unilamelaris. Sel hepar juga mensekresi garam empedu sebagai deterjen kuat yang diperlukan untuk pencernaan dan absorpsi lemak. Vesikel unilamelaris yang dilarutkan oleh garam empedu membentuk agregat larut air bernama mixed micelles. Mixed micelles mempunyai kapasitas mengikat kolesterol yang lebih rendah sehingga kolesterol semakin menumpuk dan membentuk kristal monohidrat. Kolelitiasis kolesterol ini dipercaya dipicu oleh kondisi dislipidemia.[2,4]
  • 13. KOLELITIASIS CALCIUM BILIRUBINATE Kolelitiasis calcium bilirubinate dapat berbentuk batu pigmen hitam dan batu pigmen coklat. Kolelitiasis Pigmen Hitam Bilirubin adalah produk dari pemecahan heme, yang disekresikan ke cairan empedu oleh sel hepar. Kebanyakan bilirubin tersedia dalam bentuk larut air atau terkonjugasi, sedangkan sisanya dalam bentuk tidak terkonjugasi. Bilirubin tak terkonjugasi akan membentuk presipitat dengan kalsium, yang masuk ke cairan empedu secara pasif. Pada kondisi pemecahan heme tinggi, bilirubin tidak terkonjugasi akan tersedia dalam jumlah lebih dari biasanya. Calcium bilirubinate akan mengkristal dan membentuk batu. Seiring waktu, batu ini akan teroksidasi dan berwarna hitam, sehingga dinamakan batu empedu pigmen hitam.[2,5]
  • 14. KOLELITIASIS CALCIUM BILIRUBINATE Kolelitiasis Pigmen Coklat Batu empedu coklat biasanya muncul diakibatkan kolonisasi bakteri pada stasis cairan empedu. Cairan empedu umumnya steril, tetapi pada kondisi tertentu dapat menyebabkan kolonisasi bakteri, misalnya akibat striktur bilier. Bakteri akan menghidrolisis bilirubin terkonjugasi dan menyebabkan peningkatan bilirubin tak terkonjugasi, sehingga meningkatkan konsentrasi kristal calcium bilirubinate. Bakteri juga akan menghidrolisis lesitin untuk mengeluarkan asam lemak yang mengikat kalsium dan terpresipitasi. Produk presipitat menyerupai tanah liat atau yang disebut dengan batu empedu coklat. Kolelitiasis Campuran Batu empedu kolesterol yang terkolonisasi bakteri akan menyebabkan inflamasi mukosa kantung empedu. Bakteri dan leukosit menghidrolisis bilirubin terkonjugasi dan asam lemak, sehingga akan terbentuk kristal kolesterol, calcium bilirubinate, dan garam kalsium lainnya. Mekanisme tersebut menghasilkan batu empedu campuran. Pada rontgen abdomen, akan tampak batu empedu dengan kalsifikasi perifer seperti gambaran cangkang telur akibat perselubungan kalsium.
  • 15. PENYEBAB DAN GEJALA PENYAKIT BATU EMPEDU Batu empedu diduga muncul akibat endapan kolesterol dan bilirubin di dalam kantung empedu. Endapan tersebut terjadi akibat cairan empedu tidak mampu melarutkan kolesterol dan bilirubin berlebih yang dihasilkan hati. Penyebab Gejala Gejala utama batu empedu adalah nyeri di bagian kanan atas atau tengah perut yang muncul secara tiba-tiba. Sakit perut juga dapat disertai dengan gejala lain, seperti mual, muntah, hilang nafsu makan, urine berwarna gelap, sakit maag, dan diare.
  • 16. TERAPI NON FARMAKOLOGI • Operasi pengangkatan kandung empedu (kolesistektomi). Direkomendasikan bagi pasien dengan Kolelitiasis berukuran besar (>3cm), berisiko tinggi mengalami kanker kandung empedu, dan yang mengalami gejala atau komplikasi.Metode ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy). Gelombang kejut untuk menghancurkan Kolelitiasis menjadi fragmen – fragmen yang lebih kecil. • Direkomendasikan bagi pasien dengan berat badan normal, jumlah Kolelitiasis <3 buah, dan fungsi kandung empedu yang masih baik.Metode ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography). Suatu alat yang mampu meneropong saluran pencernaan sekaligus membebaskan sumbatan yang ada di saluran cerna (saluran empedu danpankreas). • Direkomendasikan bagi pasien yang mengalami sumbatan batu empedu pada saluran batu utama (common bile duct) dan berisiko mengalami komplikasi seperti peradangan saluran empedu dan pankreas.
  • 17. TERAPI FARMAKOLOGI AINS (Antiinflamasi Non Steroid) dan antispasmodic • Fungsi : mengurangi rasa nyeri dan spasme serta merelaksasikan kandung empedu. • Contoh obat : Ketorolac, Hyoscine ButybromideKolagogum, Kolelitolitik, Hepatoprotektor • Fungsi :Melarutkan batu kolesterol pada pasien dengan kandung empedu yang masih baik.Menurunkan sekresi empedu oleh hatiMemperbaiki proses pengosongan kandung empedu • Contoh obat : Asam ursodeoksikolatKriteria penggunaan • Pasien yang memilikki batu empedu berukuran kecil dengan fungsi kandung empedu yang masih baik. • Penderita yang mengalami gejala – gejala atau risiko tinggi mengalami gejala batu empedu. • Pasien yang tidak dapat menjalani pembedahan karena kondisi medis tertentu.Asam ursodeoksikolat dapat digunakan hingga 2 tahun dan dilanjutkan selama 3 – 4 bulan setelah batu empedu lenyap. Namun, adakalanya batu empedu tidak dapat hancur secara sempurna dan menyebabkan kekambuhan dalam 1-5 tahun. • ESO : diare (jarang)Asam ursodeoksikolat tidak meningkatka kadar kolesterol serta tidak menyebabkan toksisitas.
  • 18. asam ursodeoksikolat Asam ursodeoksikolat atau ursodeoxycholic acid adalah obat untuk mengatasi batu empedu berukuran kecil yang tidak bisa dioperasi. Obat ini juga digunakan untuk mencegah pembentukan batu empedu pada pasien obesitas yang sedang menjalani program penurunan berat badan. Salah satu penyebab batu empedu adalah tingginya kadar kolesterol di dalam asam empedu. Asam ursodeoksikolat bekerja dengan cara menurunkan jumlah kolesterol yang diproduksi oleh hati untuk membuat asam empedu.Cara kerja asam ursodeoksikolat akan mencegah pembentukan batu empedu baru dan membesarnya batu empedu yang sudah terbentuk. Obat ini juga dapat melarutkan kolesterol di dalam asam empedu agar tidak mengendap dan menjadi batu. Selain untuk batu empedu, obat ini juga dapat dimanfaatkan untuk menangani cholangitis atau peradangan saluran empedu, termasuk yang disebabkan oleh cystic fibrosis. Pada kondisi ini, asam ursodeoksikolat dapat menurunkan risiko terjadinya sirosis.
  • 19. dosis 1. mengobati batu empedu Dewasa: 8–12 mg/kgBB, 1 kali sehari sebelum tidur atau dibagi dalam 2 jadwal konsumsi. Pengobatan dilakukan hingga 3–4 bulan setelah batu empedu tidak terlihat saat pemeriksaan. 2. Mencegah terbentuknya batu empedu pada penderita obesitas yang sedang menurunkan berat badan Dewasa: 600 mg 1 kali sehari atau 300 mg 2 kali sehari 3. Mengobati primary biliary cholangitis Dewasa: 12–16 mg/kgBB per hari yang dibagi dalam 2–4 jadwal konsumsi selama 3 bulan Setelah itu, pemberian bisa dilakukan 1 kali sehari pada malam hari. 4. Menangani gangguan saluran empedu akibat fibrosis kistik Anak usia di atas 6 tahun: 20 mg/kgBB per hari yang dibagi dalam 2–3 jadwal konsumsi. Dosis dapat ditingkatkan hingga 30 mg/kgBB per hari.
  • 20. Hyoscine Butylbromide Hyoscine butylbromide adalah obat untuk meredakan nyeri perut akibat kram pada otot lambung, usus, atau kandung kemih. Obat ini juga dapat digunakan untuk meredakan nyeri haid. Hyoscine butylbromide bekerja dengan cara melemaskan otot yang sedang kram sehingga nyeri dapat berkurang. Obat ini dapat digunakan untuk mengatasi kram di otot-otot saluran cerna, saluran kemih, dan rahim. Dosis: Hyoscine butylbromide harus digunakan sesuai dengan resep dokter. Berikut adalah dosis hyoscine butylbromide obat minum berdasarkan kondisi yang akan ditangani dan usia pasien: Kondisi: Nyeri akibat kram saluran pencernaan, kram saluran kemih, dan nyeri haid Dewasa dan anak usia 12 tahun: 20 mg, 4 kali sehari. ≥ Anak-anak usia 6–11 tahun: 10 mg, 3 kali sehari.
  • 21. EVALUASI TERAPI BATU EMPEDU • Kolesistektomi: Terapi utama untuk batu empedu yang menyebabkan gejala atau komplikasi adalah kolesistektomi, yaitu pengangkatan kantong empedu. Prosedur ini sering kali dilakukan secara laparoskopik dan dianggap sebagai standar perawatan untuk pasien dengan gejala batu empedu • Risiko Pasca Kolesistektomi: Meskipun kolesistektomi efektif dalam mengatasi gejala batu empedu, prosedur ini dapat menyebabkan perubahan dalam aliran empedu dan metabolisme, yang dapat berkontribusi pada risiko kesehatan jangka panjang, termasuk peningkatan risiko kanker ginjal. Oleh karena itu, penting untuk melakukan skrining kanker ginjal pada pasien yang menjalani kolesistektomi, terutama pada mereka yang lebih muda • Pendekatan Non-bedah: Untuk pasien yang tidak mengalami gejala atau memiliki batu empedu asimptomatik, pendekatan non-bedah dapat dipertimbangkan. Ini termasuk pemantauan dan manajemen konservatif, terutama jika batu empedu tidak menyebabkan komplikasi
  • 22. EVALUASI TERAPI BATU EMPEDU • Pentingnya Skrining: Jurnal ini menekankan pentingnya melakukan skrining untuk kanker ginjal sebelum dan selama proses pengangkatan kantong empedu, terutama pada pasien yang lebih muda (misalnya, di bawah 40 tahun) . Ini menunjukkan bahwa evaluasi risiko jangka panjang harus menjadi bagian dari rencana perawatan. • Kebutuhan Penelitian Lanjutan: Jurnal juga mencatat bahwa masih ada kebutuhan untuk penelitian lebih lanjut mengenai mekanisme yang menghubungkan batu empedu, kolesistektomi, dan risiko kanker. Ini penting untuk memahami lebih baik bagaimana terapi dapat dioptimalkan dan untuk mengidentifikasi pasien yang mungkin berisiko lebih tinggi