KELAINAN
PERNAPASAN
Kelompok 4
OUR TEAM
Aqlina Cesarina
1.
Muhammad Ilham
2.
Muhammad Musyaffa Azmi
3.
Aisyah Noor Ainy
4.
Zahra Wahyuni
5.
Muhammad Naziih D Al Anshori
6.
Adala Aliya rahmah
7.
Annastasya Putri Dewanti
8.
Syabina Zahira Marsyah
9.
Anastasya Kezia Sima
10.
Syifa Ramadhannisa
11.
Syairil Nur Irfan
12.
PPT KELOMPOK 5 B10M3 semester 2 universitas.pdf
LEARNING OBJECTIVE
01 02
Mahasiswa mampu
menjelaskan definisi,
etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinis,
diagnosis, komplikasi,
tatalaksana dan
preventif dari
Tuberculosis
Mahasiswa Mampu
Menjelaskan Definisi,
Etiologi,
Patofisiologi,
Manifestasi Klinis,
Diagnosis,
Komplikasi dan
Tatalaksana dan
preventif Asma.
DEFINISI DAN ETIOLOGI
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung akibat infeksi
bakteri Mycobacterium tuberculosis yang bersifat sistemik
sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan
lokasi terbanyak di paru yang biasanya lokasi infeksi primer.
Penyebab dari infeksi Tuberkulosis adalah bakteri
Mycobacterium tuberculosis yang berukuran kurang dari 5
mikrometer. Sebesar lebih 98% port d’entree bakteri TB adalah
pulmo (paru).
Faktor risiko :
Terdapat beberapa faktor yang
mempermudah terjadi infeksi TB
maupun timbulnya penyakit TB
pada anak. Faktor- faktor
tersebut dibagi menjadi :
Risiko Infeksi TB
Risiko Sakit TB
PATOFISIOLOGI
Fokus primer Ghon terbentuk di makrofag, dan dari sana kuman TB menyebar melalui saluran limfe, menyebabkan inflamasi
di saluran limfe dan kelenjar limfe terkena. Gabungan dari fokus primer Ghon, limfangitis, dan limfadenitis disebut
kompleks primer.
Masa inkubasi TB bervariasi, dan setelah terbentuk kompleks primer, imunitas seluler terhadap TB terbentuk. Fokus
primer di paru-paru biasanya mengalami resolusi, membentuk fibrosis atau kalsifikasi. Selama masa inkubasi, penyebaran
limfogen dan hematogen dapat terjadi sebelum terbentuknya imunitas seluler. Penyebaran hematogen menyebabkan TB
dianggap sebagai penyakit sistemik.
Penyebaran hematogen dapat bersifat tersembunyi (occult hematogenic spread) tanpa gejala klinis, atau terjadi secara
generalisata akut (acute generalized hematogenic spread), menyebabkan tuberkulosis diseminata. Tuberkulosis milier
terjadi ketika jumlah kuman TB yang besar menyebar ke seluruh tubuh dan membentuk tuberkel di berbagai organ. Ada
juga bentuk penyebaran hematogen yang jarang, yaitu protracted hematogenic spread, terjadi jika suatu fokus
perkejuan pecah dan sejumlah besar kuman TB masuk ke seluruh tubuh.
MANIFESTASI KLINIS
Demam lama (≥2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab
yang jelas, yang dapat disertai dengan keringat malam.
Demam umumnya tidak tinggi.
Batuk lama>3 minggu, dan sebab lain telah disingkirkan.
berat badan turun tanpa sebab yang jelas, atau tidak naik
dalam 1 bulan dengan penanganan gizi yang adekuat.
nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan
BB tidak naik dengan adekuat.
Lesu dan malaise
Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan baku
diare.
GEJALA PEMERIKSAAN
FISIK
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Status gizi : ukur berat
badan, panjang, tinggi
badan dan tentukan
status gizi.
1.
Pada anak balita : cek
grafik berat badan
anak, dan evaluasi
berat badan dalam
tiga bulan terakhir.
2.
Tanda vital : demam
dan napas cepat.
3.
Pemeriksaan paru :
pada TBC paru ringan
pemeriksaan paru
dapat normal, pada
TBC berat pada
auskultasi dapat
ditemukan ronki, suara
napas bronkial,
wheezing atau amforik.
Pada efusi pleura
dapat ditemukan suara
vesikuler menurun dan
redup pada perkusi.
4.
Pemeriksaan
Bakteriologis
1.
Tes cepat molekuler
(TCM)
2.
Deteksi antigen
menggunakan lateral
flow lipoarabinomannan
(LF-LAM) urin
3.
Pemeriksaan mikroskopis
bakteri tahan asam
(BTA)
4.
Pemeriksaan biakan
(kultur)
5.
Pemeriksaan untuk bukti
Infeksi Mycobacterium
Tuberculosis
6.
Rontgen toraks
7.
Pemeriksaan
histopatologi (patologi
anatomi)
8.
DIAGNOSIS
Gejala Umum
1.
Berat badan turun atau tidak
naik
Demam lama (>2 minggu) dan
atau berulang tanpa sebab yang
jelas.
Lesu atau malaise.
Keringat malam.
Gejala Paru
2.
Batuk lama >2 minggu.
Batuk tidak membaik dengan
pemberian antibiotika atau obat
asma.
Hemoptisis.
Gejala Akut Pneumonia
3.
Dijumpai pada anak dengan HIV
atau bayi.
Perlu dipertimbangkan jika
gejala pneumonia tidak
membaik dengan pemberian
antibiotika yang adekuat.
Wheezing / Mengi
4.
Bersifat asimetris dan persisten.
Terjadi karena kompresi saluran
napas oleh kelenjar getah
bening mediastinum atau hillus
yang membesar.
riwayat kontak dengan pasien TBC
5.
KOMPLIKASI
Pembesaran kelenjar limfe
superfisialis adalah manifestasi
TB yang sering dijumpai.
Kelenjar yang sering terkena
adalah kelenjar limfe koli
anterior atau posterior, tetapi
juga dapat terjadi di aksila,
inguinal, submandibula, dan
supraklavikula. .
Tuberculosis pada SSP yang
sering terjadi adalah meningitis
TB. Proses patologis meningitis
TB biasanya terbatas di basal
otak, sehingga gejala neurologis
lain berhubungan dengan
gangguan saraf kranial.
Mekanisme terjadinya
manifestasi TB pada kulit melalui
dua cara, yaitu inokulasi
langsung (infeksi primer) dan
akibat limfadenitis TB yang
pecah menjadi skrofuloderma
(TB pasca primer).
Gejala umum yang terjadi
adalah nyeri, bengkak pada
sendi yang terkena, dan
gangguan atau keterbatasan
gerak. Pada bayi dan anak yang
sedang dalam masa
pertumbuhan, epifisis tulang
merupakan daerah dengan
vaskularisasi tinggi yang disukai
oleh kuman TB.
TATALAKSANA
TATALAKSANA
Pengobatan TB dibagi menjadi 2 tahap
yaitu tahap awal/intensif (2 bulan
pertama) dan tahap lanjutan. Prinsip
dasar pengobatan TB adalah minimal 3
macam obat pada fase awal/intensif (2
bulan pertama) dan dilanjutkan dengan
2 macam obat pada fase lanjutan (4
bulan, kecuali pada TB berat). OAT
pada anak diberikan setiap hari, baik
pada tahap intensif maupun tahap
lanjutan.
TATALAKSANA
Paket OAT anak berisi obat untuk tahap intensif,
yaitu Rifampisin (R), Isoniazid (H), Pirazinamid (Z)
dan tahap lanjutan yaitu Rifampisin (R) dan
Isoniazid (H).
Dosis obat TB yaitu:
INH : 5-15 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 300
mg/hari.
Rifampisin : 10-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal
600 mg/hari.
Pirazinamid : 15-30 mg/kgBB/hari, dosis
maksimal 2000 mg/hari.
Etambutol : 15-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal
1250 mg/hari.
Streptomisin : 15-40 mg/kgBB/hari, dosis
maksimal 1000 mg/hari.
Tablet RHZ yang merupakan tablet
kombinasi dari R (Rifampisin), H
(Isoniazid), dan Z (Pirazinamid)
yang digunakan pada tahap intensif.
Tablet RH yang merupakan tablet
kombinasi dari R (Rifampisin) dan H
(Isoniazid) yang digunakan pada
tahap lanjutan.
Tabel berikut ini adalah contoh dari
dosis KDT yang komposisi tablet
RHZ adalah R = 75 mg, H = 50 mg,
Z = 150 mg dan komposisi tablet RH
adalah R = 75 mg dan H = 50 mg.
Bila paket KDT belum tersedia, dapat
digunakan paket OAT Kombipak Anak.
Tabel Dosis OAT Kombipak Fase Awal /
Intensif
Tabel Dosis OAT Kombipak Fase
Lanjutan
PREVENTIF
Vaksinasi BCG
Diberikan pada usia sebelum 2 bulan, dosis bayi : 0,05 ml, untuk anak
0,1 ml, intrakutan di daerah insersi otot deltoid kanan. Bila dilakukan >
3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin. Insiden Tb anak yang
mendapat BCG berhubungan dengan kualitas vaksin yang digunakan,
pemberian vaksin, jarak pemberian vaksin dan intensitas paparan
infeksi.Manfaat BCG oleh beberapa peneliti 0-80 %. Kontra indikasi
BCG : defisiensi imun, infeksi berat, luka bakar.
Kemoprofilaksis
Profilaksis primer : untuk mencegah infeksi TB pada anak yang kontak
TB menular dengan memberikan INH 5-10 mg/kg/hari, dosis tunggal,
yang diberikan sampai kontak tidak menular.
Profilaksis sekunder : diberikan pada anak yang telah terinfeksi (uji
tuberkulin positif, klinis dan radiologis normal) tetapi belum sakit.
LEARNING OBJECTIVE
02
Mahasiswa Mampu Menjelaskan Definisi,
Etiologi, Patofisiologi, Manifestasi Klinis,
Diagnosis, Komplikasi dan Tatalaksana dan
preventif Asma.
02
01
DEFINISI dan ETIOLOGI
Asma adalah penyakit saluran respiratori dengan
dasar inflamasi kronis yang mengakibatkan
obstruksi dan hiperaktivitas saluran respiratori
dengan derajat yang bervariasi.
Asma merupakan penyakit multifaktorial sehingga
banyak faktor yang dapat mencetus atau
menyebabkan timbulnya asma, yaitu :
Alergi lingkungan, seperti bulu hewan
peliharaan, tungau, kecoa, debu, jamur.
Polusi udara, seperti asap kendaraan, asap
rokok, asap pabrik, asap bakaran sampah.
Infeksi virus.
Kegiatan jasmani.
Obesitas.
Pada GINA 2006, gejala asma terbagi berdasarkan beberapa derajat, yaitu sebagai berikut.
Intermitten
1.
asma terjadi kurang dari 1 kali/minggu dengan serangan singkat dan gejala nokturnal tidak lebih dari 2 kali
per bulan.
FEV1 >80% predicted atau PEF >80% nilai terbaik individu
Variabilitas PEF atau FEV1 <20%
Persisten ringan
1.
Terjadi lebih dari 1 kali/minggu tapi kurang dari 1 kali/hari dengan tingkatan cukup mengganggu aktivitas dan
gejala nokturnal muncul lebih dari 2 kali per bulan
FEV1 > 80% predicted atau PEF >80% nilai terbaik individu
Variabilitas PEF atau FEV1 20-30%
Persisten sedang
1.
Terjadi setiap hari dan mengganggu aktivitas dan tidur dengan gejala nokturnal lebih dari 1 kali dalam
seminggu. Sudah menggunakan beta agonis setiap hari
FEV1 60-80% predicted atau PEF 60-80% nilai terbaik individu
Variabilitas PEF atau FEV1 >30%
Persisten Berat
1.
Timbul tiap hari dengan serangan dan gejala nokturnal sangat sering terjadi.
FEV1 <60% predicted atau PEF < 60% nilai terbaik individu
Variabilitas PEF atau FEV1 > 30%.
PATOFISIOLOGIS
DIAGNOSIS
Anamnesis
1.
Menanyakan pasien mengenai ada tidaknya batuk, mengi, sesak napas, rasa
tertekan di dada, serta karakteristik dari gejalanya seperti episodik (berulang),
bertambah parah saat malam hari, muncul ketika ada pemicu, dan dapat membaik
ketika diberi obat.
Pemeriksaan Fisik
1.
Melihat tanda-tanda alergi seperti geographic tongue, allergic shiner, atau garis
Dennie Morgan.
Pemeriksaan Penunjang
1.
Pemeriksaan penunjang terdiri atas berbagai macam, yaitu sebagai berikut.
Spirometri atau Peak Flow Meter (jika spirometri tidak ada)
1.
Uji prick test, eosinofil, pemeriksaan IgE spesifik
2.
Uji inflamasi berupa FeNO (fractional exhaled nitric oxide), dan eosinofil sputum
3.
Pemeriksaan penunjang lainnya seperti foto rontgen dada (tidak
direkomendasikan dilakukan secara rutin, tapi dapat dilakukan jika terdapat
kecurigaan diagnosis lain), pada anak yang dicurigai tuberkulosis, bronkiektasis,
sinusitis, dan lainnya dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lain sesuai indikasi.
4.
DIAGNOSIS
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat muncul pada penyakit asma
adalah fraktur tulang rusuk, pneumotoraks,
pneumomediastinum, atelectasis (kebocoran
paru), dan asmatikus.
M E D I K A M E N T O S A NON MEDIKAMENTOSA
Obat pengendali
Setelah 6 minggu, maka asma dapat
diklasifikasikan berdasarkan kekerapan asma
dalam menentukan jenjang pengobatannya.
Jenjang 1 (intermittent): tidak diberikan
obat pengendali
Jenjang 2 (persisten ringan): diberikan
steroid inhalasi dosis rendah
Jenjang 3 (persisten sedang): diberikan
steroid dosis rendah dan LABA
Jenjang 4 (persisten berat): diberikan
steroid inhalasi dosis sedang dan LABA
TATALAKSANA
KIE (komunikasi informasi edukasi):
dilakukan dengan memberikan
informasi dan pelatihan dalam
mengenali asma
Rencana aksi asma: catatan harian
untuk memonitor pasien
Kartu aksi asma: rencana tata
kelola asma harian dan darurat
Menghindari semua pencetus asma
seperti tungau, debu, asap, kecoa,
serbuk sari, jamur, rontokan hewan,
tikus, dan alergen makanan.
Menghindari segala pemicu seperti alergen (kecoa, tungau, debu, polutan),
cuaca dingin, dan kering.
PREVENTIF
THANK YOU
TO SEE THIS PRESENTATION

More Related Content

PDF
idoc.pub_kmk-no-hk0202-menkes-514-2015-ttg-panduan-praktik-klinis-dokter-fasy...
DOC
Askep pernapasan tbc
PPTX
Tuberkulosis ppt
DOCX
Indry askep ispa AKPER PEMKAB MUNA
PDF
Diagnosis dan Penatalaksanaan Terkini Asma pada Anak
DOCX
Notulensi JR TB Kutis - Rere Feby Afif.docx
DOC
Sitem pernafasan
PPTX
idoc.pub_kmk-no-hk0202-menkes-514-2015-ttg-panduan-praktik-klinis-dokter-fasy...
Askep pernapasan tbc
Tuberkulosis ppt
Indry askep ispa AKPER PEMKAB MUNA
Diagnosis dan Penatalaksanaan Terkini Asma pada Anak
Notulensi JR TB Kutis - Rere Feby Afif.docx
Sitem pernafasan

Similar to PPT KELOMPOK 5 B10M3 semester 2 universitas.pdf (20)

PPTX
Farmakoterapi Penyakit Pernapasan ISPA Far
DOCX
Penanganan terkini tuberkulosis atau tb
DOCX
Materi penyuluhan tuberculosis (tbc)
PPTX
SKRINING TBC- PADA KELOMPOK PEKERJA.pptx
PPTX
Penyuluhan dan edukasi tentang TBC ANAK.pptx
DOCX
Ensefalitis tb
PPTX
Patofisiolgi Penyakit Respirasi Pdf.pptx
PPTX
PPT TBC Kelompok 7.pptx
DOCX
Imunisasi campak pada anak
DOCX
askep EFUSI PLEURA.docx
DOCX
Makalah tuberculosis
PPTX
Asuhan-Keperawatan-Tubercolosis Paru.pptx
PDF
LEMBAR-BALIK-TOSS-TBC-update.pdf
PPTX
Tuberkulosis Pkm Sempu.pptx
PDF
Presentasi Tuberkulosis Paru dan penangangannya
PDF
Manajemen askep tb
PPTX
LEMBAR-BALIK-TOSS-TBC tentang tb kem.pptx
PPT
TBC-TERcyfufhfugugugugugugugigigugigigig8gBARU.ppt
PPTX
tuberkulosis Anak
PPTX
TBC Patofisiologi Penyakit Menular
Farmakoterapi Penyakit Pernapasan ISPA Far
Penanganan terkini tuberkulosis atau tb
Materi penyuluhan tuberculosis (tbc)
SKRINING TBC- PADA KELOMPOK PEKERJA.pptx
Penyuluhan dan edukasi tentang TBC ANAK.pptx
Ensefalitis tb
Patofisiolgi Penyakit Respirasi Pdf.pptx
PPT TBC Kelompok 7.pptx
Imunisasi campak pada anak
askep EFUSI PLEURA.docx
Makalah tuberculosis
Asuhan-Keperawatan-Tubercolosis Paru.pptx
LEMBAR-BALIK-TOSS-TBC-update.pdf
Tuberkulosis Pkm Sempu.pptx
Presentasi Tuberkulosis Paru dan penangangannya
Manajemen askep tb
LEMBAR-BALIK-TOSS-TBC tentang tb kem.pptx
TBC-TERcyfufhfugugugugugugugigigugigigig8gBARU.ppt
tuberkulosis Anak
TBC Patofisiologi Penyakit Menular
Ad

Recently uploaded (20)

PPTX
05. MPI 5 - SURVEILANS CAMPAK RUBELLA.pptx
PDF
NOVEL PERADABAN AI TERINSPIRASI MAJAPAHIT, MUHAMMAD YAMIN DAN FERIZAL ...
PPTX
rembuq_MATERI_STUNTING__25_ds_Tanjung[1].pptx
PDF
PROPOSAL KEGIATAN PERTAMA ANARA penyuluhan.pdf
PDF
NOVEL MENGHADANG KRISIS 2030 : Memanfaatkan Kecerdasan Buatan Untuk Menciptak...
PPTX
PERENCANAAN DAN EVALUASI PROGRAM PROMKES 2025 (1).pptx
PPTX
MONITORING DAN EVALUASI HASIL CKG PUSKESMAS.pptx
PDF
NOVEL PERADABAN AI TERINSPIRASI MAJAPAHIT, MUHAMMAD YAMIN DAN FERIZAL ...
PPTX
PPT Aulya Hubungan Kualitas Pelayanan Dengan Kepuasan Ibu Hamil Pada Pelayana...
PDF
Novel Puskesmas Adalah Cinta. Karya Ferizal Bapak Sastra Kesehatan Indonesia
PDF
NOVEL MELINDUNGI DOKTER SEDUNIA DARI DISRUPSI AI : Karya Ferizal The Father o...
PDF
NOVEL PERADABAN AI TERINSPIRASI MAJAPAHIT, MUHAMMAD YAMIN DAN FERIZAL ...
PDF
Buku Digital - KEBIJAKAN KESEHATAN LANJUT_compressed.pdf
PDF
NOVEL SEJARAH PERJUANGAN KEMERDEKAAN : PRESIDEN SUKARNO DAN TIGA SERANGKAI . ...
PDF
NOVEL ALAN TURING, SALAH SATU BAPAK KECERDASAN BUATAN ( AI ) : Karya Ferizal ...
PDF
NOVEL MENGHADANG KRISIS 2030 : Memanfaatkan Kecerdasan Buatan Untuk Menciptak...
PPTX
PPT LAPORAN KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE GRADE I
PDF
Novel Puskesmas Adalah Cinta. Karya Ferizal Bapak Sastra Kesehatan Indonesia
PDF
NOVEL SEJARAH PERJUANGAN KEMERDEKAAN : PRESIDEN SUKARNO DAN TIGA SERANGKAI . ...
PPTX
PRESENTASI KASUS AJB SCABIES laporan kasus
05. MPI 5 - SURVEILANS CAMPAK RUBELLA.pptx
NOVEL PERADABAN AI TERINSPIRASI MAJAPAHIT, MUHAMMAD YAMIN DAN FERIZAL ...
rembuq_MATERI_STUNTING__25_ds_Tanjung[1].pptx
PROPOSAL KEGIATAN PERTAMA ANARA penyuluhan.pdf
NOVEL MENGHADANG KRISIS 2030 : Memanfaatkan Kecerdasan Buatan Untuk Menciptak...
PERENCANAAN DAN EVALUASI PROGRAM PROMKES 2025 (1).pptx
MONITORING DAN EVALUASI HASIL CKG PUSKESMAS.pptx
NOVEL PERADABAN AI TERINSPIRASI MAJAPAHIT, MUHAMMAD YAMIN DAN FERIZAL ...
PPT Aulya Hubungan Kualitas Pelayanan Dengan Kepuasan Ibu Hamil Pada Pelayana...
Novel Puskesmas Adalah Cinta. Karya Ferizal Bapak Sastra Kesehatan Indonesia
NOVEL MELINDUNGI DOKTER SEDUNIA DARI DISRUPSI AI : Karya Ferizal The Father o...
NOVEL PERADABAN AI TERINSPIRASI MAJAPAHIT, MUHAMMAD YAMIN DAN FERIZAL ...
Buku Digital - KEBIJAKAN KESEHATAN LANJUT_compressed.pdf
NOVEL SEJARAH PERJUANGAN KEMERDEKAAN : PRESIDEN SUKARNO DAN TIGA SERANGKAI . ...
NOVEL ALAN TURING, SALAH SATU BAPAK KECERDASAN BUATAN ( AI ) : Karya Ferizal ...
NOVEL MENGHADANG KRISIS 2030 : Memanfaatkan Kecerdasan Buatan Untuk Menciptak...
PPT LAPORAN KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE GRADE I
Novel Puskesmas Adalah Cinta. Karya Ferizal Bapak Sastra Kesehatan Indonesia
NOVEL SEJARAH PERJUANGAN KEMERDEKAAN : PRESIDEN SUKARNO DAN TIGA SERANGKAI . ...
PRESENTASI KASUS AJB SCABIES laporan kasus
Ad

PPT KELOMPOK 5 B10M3 semester 2 universitas.pdf

  • 2. OUR TEAM Aqlina Cesarina 1. Muhammad Ilham 2. Muhammad Musyaffa Azmi 3. Aisyah Noor Ainy 4. Zahra Wahyuni 5. Muhammad Naziih D Al Anshori 6. Adala Aliya rahmah 7. Annastasya Putri Dewanti 8. Syabina Zahira Marsyah 9. Anastasya Kezia Sima 10. Syifa Ramadhannisa 11. Syairil Nur Irfan 12.
  • 4. LEARNING OBJECTIVE 01 02 Mahasiswa mampu menjelaskan definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, komplikasi, tatalaksana dan preventif dari Tuberculosis Mahasiswa Mampu Menjelaskan Definisi, Etiologi, Patofisiologi, Manifestasi Klinis, Diagnosis, Komplikasi dan Tatalaksana dan preventif Asma.
  • 5. DEFINISI DAN ETIOLOGI Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung akibat infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang bersifat sistemik sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya lokasi infeksi primer. Penyebab dari infeksi Tuberkulosis adalah bakteri Mycobacterium tuberculosis yang berukuran kurang dari 5 mikrometer. Sebesar lebih 98% port d’entree bakteri TB adalah pulmo (paru). Faktor risiko : Terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadi infeksi TB maupun timbulnya penyakit TB pada anak. Faktor- faktor tersebut dibagi menjadi : Risiko Infeksi TB Risiko Sakit TB
  • 6. PATOFISIOLOGI Fokus primer Ghon terbentuk di makrofag, dan dari sana kuman TB menyebar melalui saluran limfe, menyebabkan inflamasi di saluran limfe dan kelenjar limfe terkena. Gabungan dari fokus primer Ghon, limfangitis, dan limfadenitis disebut kompleks primer. Masa inkubasi TB bervariasi, dan setelah terbentuk kompleks primer, imunitas seluler terhadap TB terbentuk. Fokus primer di paru-paru biasanya mengalami resolusi, membentuk fibrosis atau kalsifikasi. Selama masa inkubasi, penyebaran limfogen dan hematogen dapat terjadi sebelum terbentuknya imunitas seluler. Penyebaran hematogen menyebabkan TB dianggap sebagai penyakit sistemik. Penyebaran hematogen dapat bersifat tersembunyi (occult hematogenic spread) tanpa gejala klinis, atau terjadi secara generalisata akut (acute generalized hematogenic spread), menyebabkan tuberkulosis diseminata. Tuberkulosis milier terjadi ketika jumlah kuman TB yang besar menyebar ke seluruh tubuh dan membentuk tuberkel di berbagai organ. Ada juga bentuk penyebaran hematogen yang jarang, yaitu protracted hematogenic spread, terjadi jika suatu fokus perkejuan pecah dan sejumlah besar kuman TB masuk ke seluruh tubuh.
  • 7. MANIFESTASI KLINIS Demam lama (≥2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas, yang dapat disertai dengan keringat malam. Demam umumnya tidak tinggi. Batuk lama>3 minggu, dan sebab lain telah disingkirkan. berat badan turun tanpa sebab yang jelas, atau tidak naik dalam 1 bulan dengan penanganan gizi yang adekuat. nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan BB tidak naik dengan adekuat. Lesu dan malaise Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan baku diare.
  • 8. GEJALA PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN PENUNJANG Status gizi : ukur berat badan, panjang, tinggi badan dan tentukan status gizi. 1. Pada anak balita : cek grafik berat badan anak, dan evaluasi berat badan dalam tiga bulan terakhir. 2. Tanda vital : demam dan napas cepat. 3. Pemeriksaan paru : pada TBC paru ringan pemeriksaan paru dapat normal, pada TBC berat pada auskultasi dapat ditemukan ronki, suara napas bronkial, wheezing atau amforik. Pada efusi pleura dapat ditemukan suara vesikuler menurun dan redup pada perkusi. 4. Pemeriksaan Bakteriologis 1. Tes cepat molekuler (TCM) 2. Deteksi antigen menggunakan lateral flow lipoarabinomannan (LF-LAM) urin 3. Pemeriksaan mikroskopis bakteri tahan asam (BTA) 4. Pemeriksaan biakan (kultur) 5. Pemeriksaan untuk bukti Infeksi Mycobacterium Tuberculosis 6. Rontgen toraks 7. Pemeriksaan histopatologi (patologi anatomi) 8. DIAGNOSIS Gejala Umum 1. Berat badan turun atau tidak naik Demam lama (>2 minggu) dan atau berulang tanpa sebab yang jelas. Lesu atau malaise. Keringat malam. Gejala Paru 2. Batuk lama >2 minggu. Batuk tidak membaik dengan pemberian antibiotika atau obat asma. Hemoptisis. Gejala Akut Pneumonia 3. Dijumpai pada anak dengan HIV atau bayi. Perlu dipertimbangkan jika gejala pneumonia tidak membaik dengan pemberian antibiotika yang adekuat. Wheezing / Mengi 4. Bersifat asimetris dan persisten. Terjadi karena kompresi saluran napas oleh kelenjar getah bening mediastinum atau hillus yang membesar. riwayat kontak dengan pasien TBC 5.
  • 9. KOMPLIKASI Pembesaran kelenjar limfe superfisialis adalah manifestasi TB yang sering dijumpai. Kelenjar yang sering terkena adalah kelenjar limfe koli anterior atau posterior, tetapi juga dapat terjadi di aksila, inguinal, submandibula, dan supraklavikula. . Tuberculosis pada SSP yang sering terjadi adalah meningitis TB. Proses patologis meningitis TB biasanya terbatas di basal otak, sehingga gejala neurologis lain berhubungan dengan gangguan saraf kranial. Mekanisme terjadinya manifestasi TB pada kulit melalui dua cara, yaitu inokulasi langsung (infeksi primer) dan akibat limfadenitis TB yang pecah menjadi skrofuloderma (TB pasca primer). Gejala umum yang terjadi adalah nyeri, bengkak pada sendi yang terkena, dan gangguan atau keterbatasan gerak. Pada bayi dan anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, epifisis tulang merupakan daerah dengan vaskularisasi tinggi yang disukai oleh kuman TB.
  • 11. TATALAKSANA Pengobatan TB dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap awal/intensif (2 bulan pertama) dan tahap lanjutan. Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 3 macam obat pada fase awal/intensif (2 bulan pertama) dan dilanjutkan dengan 2 macam obat pada fase lanjutan (4 bulan, kecuali pada TB berat). OAT pada anak diberikan setiap hari, baik pada tahap intensif maupun tahap lanjutan.
  • 12. TATALAKSANA Paket OAT anak berisi obat untuk tahap intensif, yaitu Rifampisin (R), Isoniazid (H), Pirazinamid (Z) dan tahap lanjutan yaitu Rifampisin (R) dan Isoniazid (H). Dosis obat TB yaitu: INH : 5-15 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 300 mg/hari. Rifampisin : 10-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 600 mg/hari. Pirazinamid : 15-30 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 2000 mg/hari. Etambutol : 15-20 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 1250 mg/hari. Streptomisin : 15-40 mg/kgBB/hari, dosis maksimal 1000 mg/hari. Tablet RHZ yang merupakan tablet kombinasi dari R (Rifampisin), H (Isoniazid), dan Z (Pirazinamid) yang digunakan pada tahap intensif. Tablet RH yang merupakan tablet kombinasi dari R (Rifampisin) dan H (Isoniazid) yang digunakan pada tahap lanjutan. Tabel berikut ini adalah contoh dari dosis KDT yang komposisi tablet RHZ adalah R = 75 mg, H = 50 mg, Z = 150 mg dan komposisi tablet RH adalah R = 75 mg dan H = 50 mg. Bila paket KDT belum tersedia, dapat digunakan paket OAT Kombipak Anak. Tabel Dosis OAT Kombipak Fase Awal / Intensif Tabel Dosis OAT Kombipak Fase Lanjutan
  • 13. PREVENTIF Vaksinasi BCG Diberikan pada usia sebelum 2 bulan, dosis bayi : 0,05 ml, untuk anak 0,1 ml, intrakutan di daerah insersi otot deltoid kanan. Bila dilakukan > 3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin. Insiden Tb anak yang mendapat BCG berhubungan dengan kualitas vaksin yang digunakan, pemberian vaksin, jarak pemberian vaksin dan intensitas paparan infeksi.Manfaat BCG oleh beberapa peneliti 0-80 %. Kontra indikasi BCG : defisiensi imun, infeksi berat, luka bakar. Kemoprofilaksis Profilaksis primer : untuk mencegah infeksi TB pada anak yang kontak TB menular dengan memberikan INH 5-10 mg/kg/hari, dosis tunggal, yang diberikan sampai kontak tidak menular. Profilaksis sekunder : diberikan pada anak yang telah terinfeksi (uji tuberkulin positif, klinis dan radiologis normal) tetapi belum sakit.
  • 14. LEARNING OBJECTIVE 02 Mahasiswa Mampu Menjelaskan Definisi, Etiologi, Patofisiologi, Manifestasi Klinis, Diagnosis, Komplikasi dan Tatalaksana dan preventif Asma.
  • 15. 02 01 DEFINISI dan ETIOLOGI Asma adalah penyakit saluran respiratori dengan dasar inflamasi kronis yang mengakibatkan obstruksi dan hiperaktivitas saluran respiratori dengan derajat yang bervariasi. Asma merupakan penyakit multifaktorial sehingga banyak faktor yang dapat mencetus atau menyebabkan timbulnya asma, yaitu : Alergi lingkungan, seperti bulu hewan peliharaan, tungau, kecoa, debu, jamur. Polusi udara, seperti asap kendaraan, asap rokok, asap pabrik, asap bakaran sampah. Infeksi virus. Kegiatan jasmani. Obesitas.
  • 16. Pada GINA 2006, gejala asma terbagi berdasarkan beberapa derajat, yaitu sebagai berikut. Intermitten 1. asma terjadi kurang dari 1 kali/minggu dengan serangan singkat dan gejala nokturnal tidak lebih dari 2 kali per bulan. FEV1 >80% predicted atau PEF >80% nilai terbaik individu Variabilitas PEF atau FEV1 <20% Persisten ringan 1. Terjadi lebih dari 1 kali/minggu tapi kurang dari 1 kali/hari dengan tingkatan cukup mengganggu aktivitas dan gejala nokturnal muncul lebih dari 2 kali per bulan FEV1 > 80% predicted atau PEF >80% nilai terbaik individu Variabilitas PEF atau FEV1 20-30% Persisten sedang 1. Terjadi setiap hari dan mengganggu aktivitas dan tidur dengan gejala nokturnal lebih dari 1 kali dalam seminggu. Sudah menggunakan beta agonis setiap hari FEV1 60-80% predicted atau PEF 60-80% nilai terbaik individu Variabilitas PEF atau FEV1 >30% Persisten Berat 1. Timbul tiap hari dengan serangan dan gejala nokturnal sangat sering terjadi. FEV1 <60% predicted atau PEF < 60% nilai terbaik individu Variabilitas PEF atau FEV1 > 30%. PATOFISIOLOGIS
  • 17. DIAGNOSIS Anamnesis 1. Menanyakan pasien mengenai ada tidaknya batuk, mengi, sesak napas, rasa tertekan di dada, serta karakteristik dari gejalanya seperti episodik (berulang), bertambah parah saat malam hari, muncul ketika ada pemicu, dan dapat membaik ketika diberi obat. Pemeriksaan Fisik 1. Melihat tanda-tanda alergi seperti geographic tongue, allergic shiner, atau garis Dennie Morgan. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan penunjang terdiri atas berbagai macam, yaitu sebagai berikut. Spirometri atau Peak Flow Meter (jika spirometri tidak ada) 1. Uji prick test, eosinofil, pemeriksaan IgE spesifik 2. Uji inflamasi berupa FeNO (fractional exhaled nitric oxide), dan eosinofil sputum 3. Pemeriksaan penunjang lainnya seperti foto rontgen dada (tidak direkomendasikan dilakukan secara rutin, tapi dapat dilakukan jika terdapat kecurigaan diagnosis lain), pada anak yang dicurigai tuberkulosis, bronkiektasis, sinusitis, dan lainnya dapat dilakukan pemeriksaan penunjang lain sesuai indikasi. 4.
  • 19. KOMPLIKASI Komplikasi yang dapat muncul pada penyakit asma adalah fraktur tulang rusuk, pneumotoraks, pneumomediastinum, atelectasis (kebocoran paru), dan asmatikus.
  • 20. M E D I K A M E N T O S A NON MEDIKAMENTOSA Obat pengendali Setelah 6 minggu, maka asma dapat diklasifikasikan berdasarkan kekerapan asma dalam menentukan jenjang pengobatannya. Jenjang 1 (intermittent): tidak diberikan obat pengendali Jenjang 2 (persisten ringan): diberikan steroid inhalasi dosis rendah Jenjang 3 (persisten sedang): diberikan steroid dosis rendah dan LABA Jenjang 4 (persisten berat): diberikan steroid inhalasi dosis sedang dan LABA TATALAKSANA KIE (komunikasi informasi edukasi): dilakukan dengan memberikan informasi dan pelatihan dalam mengenali asma Rencana aksi asma: catatan harian untuk memonitor pasien Kartu aksi asma: rencana tata kelola asma harian dan darurat Menghindari semua pencetus asma seperti tungau, debu, asap, kecoa, serbuk sari, jamur, rontokan hewan, tikus, dan alergen makanan.
  • 21. Menghindari segala pemicu seperti alergen (kecoa, tungau, debu, polutan), cuaca dingin, dan kering. PREVENTIF
  • 22. THANK YOU TO SEE THIS PRESENTATION