BUDAYA INDONESIA YANG HILANG
Indonesia kaya akan budaya
Beragam banyak pulau,beragam pula kebudayaannya
Namun kebudayaan itu telah hilang
Banyak kebudayaan luar yang silir berganti
Dimanakah jati diri Indonesia?
Akankah jati diri itu kembali lagi?
Tapi sayangnya semuan itu hanya mimpi
Banggkit,bangkit lah Indonesia
Bertahun-tahun pejuang membela tanah air Indonesia
Untuk mendapatkan kemerdekaan Indonesia
Dia berbaring,tetapi bukan tidur
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata,kita sedang perang
Kedua lengannya memelik senapan
Menagkap sepi padang senja
Wahai pemuda-pemudi Indonesia
Hargailah kebudayaan Indonesia
Janganlah kalian malu mengakui
Bahwa itu kebudayaan Indonesia
Karena kebudayaan itu aset negara
TOKOH BUDAYAWAN TAUFIQ ISMAIL
Taufiq Ismail lahir di Bikittinggi, sumatera Barat pada tahun 1935. Beliau merupakan
budayawan dan sastrawan yang sangat populer . Beragam penghargaan telah diperolehnya, baik
tingkat nasional maupun tingkat internasional. Ia telah melahirkan banyak karya seperti puisi,
essai sastra, karya terjemahan, dan lain lain. Namanya pantas disejajarkan dengan budayawan
seperti Emha Ainun Najib dan Chairil Anwar.
Masa kecil Taufiq Ismail lebih banyak dihabiskan di Pekalongan. Ia pertama masuk
sekolah rakyat di Solo, lalu pindah ke Semarang, Salatiga dan menamatkan sekolah rakyatnya di
Yogyakarta. Ia melanjutkan SMP di bukit tinggi dan SMA di Bogor. Selesai SMA, ia
mendapatkan beasiswa American Field International School untuk bersekolah di Whitefish Bay
High School di Milwaukee, Wisconsin, AS. Ia merupakan angkatan pertama dari Indonesia.
Kemudian ia melanjutkan sekolah di di Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan UI yang
sekarang menjadi IPB. Setelah tamat ia mengikuti , International Writing Program, University of
Jowa, Iowa City, Amreika Serikat. Ia juga belajar di Faculty of Languange and Literature,
American University in Cairo, Mesir. Namun karena pecah perang, maka ia pulang sebelum
studinya selesai.
Taufiq Ismail bermimpi menjadi seorang sastrawan saat masih SMA. Saat itu ia mulai
menulis beberapa puisi yang mulai dimuat di majalah majalah. Ia dibesarkan di lingkungan
keluarga yang suka membaca, sehinga ia mulai suka membaca sjak kecil Hobinya membaca
semakin terpuaskan sejak ia menjadi penjaga perpustakaan di perpustakaan Pelajar Islam
Indonesia Pekalongan.
Minatnya dalam dunia sasta mulai tumbuh sasat ia sekolah di SMA Whitefish Bay di
Milwaukee, Wisconsin, AS berkat program beasiswa pertukaran pelajar. Di sana, ia mulai
mengenal karya sastra asing.
Taufiq Ismail bersama sastrawan sstrawan lainnya berhasil mengenalkan sastra ke
sekolah0sekolah dengan program “Siswa Bertanya, Sastrawan Menjawab’. Program itu
disponsori oleh Yayasan Indonesia dan Ford Foundation.
Karya Taufiq Ismail diantaranya ialah buku kumpulan puisi yang salah satunya berjudul
Manifestasi (1963; bersama Goenawan Mohamad, Hartojo Andangjaya, et.al) juga Malu (Aku)
Jadi Orang Indonesia, Yayasan Ananda (1998).
Ia juga sempat meraih penghargaan, yaitu American Field Service International
Scholarship untuk mengikuti Whitefish Bay High School di Milwaukee, Amerika Serikat dan
Anugerah Seni Pemerintah RI pada 1970; dan – SEA Write Award (1997).
Emha Ainun Nadjib

Muhammad Ainun Nadjib atau yang biasa di kenal Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun (lahir
di Jombang, Jawa Timur, 27 Mei 1953; umur 60 tahun) adalah seorang tokoh intelektual yang
mengusung napas Islami di Indonesia. Ia merupakan anak keempat dari 15 bersaudara.
Pendidikan formalnya hanya berakhir di Semester 1 Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada
(UGM). Sebelumnya dia pernah ‘diusir’ dari Pondok Modern Darussalam Gontor karena
melakukan ‘demo’ melawan pimpinan pondok karena sistem pondok yang kurang baik pada
pertengahan tahun ketiga studinya, kemudian pindah ke Yogya dan tamat SMA Muhammadiyah
I. Istrinya yang sekarang, Novia Kolopaking, dikenal sebagai seniman film, panggung, serta
penyanyi.
Lima tahun hidup menggelandang di Malioboro, Yogyakarta antara 1970-1975 ketika belajar
sastra kepada guru yang dikaguminya, Umbu Landu Paranggi, seorang sufi yang hidupnya
misterius dan sangat memengaruhi perjalanan Emha.
Selain itu ia juga pernah mengikuti lokakarya teater di Filipina (1980), International Writing
Program di Universitas Iowa, Amerika Serikat (1984), Festival Penyair Internasional di
Rotterdam, Belanda (1984) dan Festival Horizonte III di Berlin Barat, Jerman (1985).
Dalam kesehariannya, Emha terjun langsung di masyarakat dan melakukan aktivitas-aktivitas
yang merangkum dan memadukan dinamika kesenian, agama, pendidikan politik, sinergi
ekonomi guna menumbuhkan potensialitas rakyat. Di samping aktivitas rutin bulanan dengan
komunitas Masyarakat Padhang mBulan, ia juga berkeliling ke berbagai wilayah nusantara, ratarata 10-15 kali per bulan bersama Gamelan Kiai Kanjeng, dan rata-rata 40-50 acara massal yang
umumnya dilakukan di area luar gedung. Selain itu ia juga menyelenggarakan acara-acara
bersama Jamaah Maiyah Kenduri Cinta sejak tahun 1990-an yang dilaksanakan di Taman Ismail
Marzuki. Kenduri Cinta adalah salah satu forum silaturahmi budaya dan kemanusiaan yang
dikemas sangat terbuka, nonpartisan, ringan dan dibalut dalam gelar kesenian lintas gender, yang
diadakan di Jakarta setiap satu bulan sekali dan sudah beralngsung lebih dari 10 tahun.
Di kota lain juga masih mempunyai agenda rutin bulanan seperti Mocopat Syafaat Yogyakarta,
Padhangmbulan Jombang, Gambang Syafaat Semarang, Bangbang Wetan Surabaya,
Paparandang Ate Mandar, Maiyah Baradah Sidoarjo, dan masih ada beberapa lain yang bersifat
tentative namun sering seperti di Bandung, Obro Ilahi Malang, Hongkong dan Bali.
Dalam pertemuan-pertemuan sosial itu ia melakukan berbagai dekonstruksi pemahaman atas
nilai-nilai, pola-pola komunikasi, metoda perhubungan kultural, pendidikan cara berpikir, serta
pengupayaan solusi-solusi masalah masyarakat.

Penghargaan
Bulan Maret 2011, Emha memperoleh Penghargaan Satyalancana Kebudayaan 2010 dari Negara
Kesatuan Republik Indonesia. [1]. Menurut Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik,
penghargaan diberikan berdasarkan pertimbangan bahwa si penerima memiliki jasa besar di
bidang kebudayaan yang telah mampu melestarikan kebudayaan daerah atau nasional serta hasil
karyanya berguna dan bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, dan negara
Teater

Memacu kehidupan multi-kesenian Yogya bersama Halim HD, jaringan kesenian melalui
Sanggar Bambu, aktif di Teater Dinasti dan menghasilkan repertoar serta pementasan drama.
Beberapa karyanya:
Geger Wong Ngoyak Macan (1989, tentang pemerintahan 'Raja' Soeharto),
Patung Kekasih (1989, tentang pengkultusan),
Keajaiban Lik Par (1980, tentang eksploitasi rakyat oleh berbagai institusi modern),
Mas Dukun (1982, tentang gagalnya lembaga kepemimpinan modern).
Kemudian bersama Teater Salahudin mementaskan Santri-Santri Khidhir (1990, di lapangan
Gontor dengan seluruh santri menjadi pemain, serta 35.000 penonton di alun-alun madiun),
Lautan Jilbab (1990, dipentaskan secara massal di Yogya, Surabaya dan Makassar),
Kiai Sableng dan Baginda Faruq (1993).
Juga mementaskan Perahu Retak (1992, tentang Indonesia Orba yang digambarkan melalui
situasi konflik pra-kerajaan Mataram, sebagai buku diterbitkan oleh Garda Pustaka), di samping
Sidang Para Setan, Pak Kanjeng, serta Duta Dari Masa Depan.
Dan yang terbaru adalah pementasan teater Tikungan Iblis yang diadakan di Yogyakarta dan
Jakarta bersama Teater Dinasti
Teater Nabi Darurat Rasul AdHoc bersama Teater Perdikan dan Letto yang menggambarkan
betapa rusaknya manusia Indonesia sehingga hanya manusia sekelas Nabi yang bisa
membenahinya (2012)
Film
RAYYA, Cahaya di Atas Cahaya (2011), skenario film ditulis bersama Viva Westi
Puisi/Buku

Menerbitkan buku puisi:
“M” Frustasi (1976),
Sajak-Sajak Sepanjang Jalan (1978),
Sajak-Sajak Cinta (1978),
Nyanyian Gelandangan (1982),
102 Untuk Tuhanku (1983),
Suluk Pesisiran (1989),
Lautan Jilbab (1989),
Seribu Masjid Satu Jumlahnya ( 1990),
Cahaya Maha Cahaya (1991),
Sesobek Buku Harian Indonesia (1993),
Abacadabra (1994),
Syair-syair Asmaul Husna (1994)
Essai/Buku

Buku-buku esainya tak kurang dari 30 antara lain:
Dari Pojok Sejarah (1985),
Sastra Yang Membebaskan (1985)
Secangkir Kopi Jon Pakir (1990),
Markesot Bertutur (1993),
Markesot Bertutur Lagi (1994),
Opini Plesetan (1996),
Gerakan Punakawan (1994),
Surat Kepada Kanjeng Nabi (1996),
Indonesia Bagian Penting dari Desa Saya (1994),
Slilit Sang Kiai (1991),
Sudrun Gugat (1994),
Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai (1995),
Bola- Bola Kultural (1996),
Budaya Tanding (1995),
Titik Nadir Demokrasi (1995),
Tuhanpun Berpuasa (1996),
Demokrasi Tolol Versi Saridin (1997),
Kita Pilih Barokah atau Azab Allah (1997),
Iblis Nusantara Dajjal Dunia (1997),
2,5 Jam Bersama Soeharto (1998),
Mati Ketawa Cara Refotnasi (1998),
Kiai Kocar Kacir (1998),
Ziarah Pemilu, Ziarah Politik, Ziarah Kebangsaan (Penerbit Zaituna, 1998),
Keranjang Sampah (1998) Ikrar Husnul Khatimah (1999),
Jogja Indonesia Pulang Pergi (2000),
Ibu Tamparlah Mulut Anakmu (2000),
Menelusuri Titik Keimanan (2001),
Hikmah Puasa 1 & 2 (2001),
Segitiga Cinta (2001),
Kitab Ketentraman (2001),
Trilogi Kumpulan Puisi (2001),
Tahajjud Cinta (2003),
Ensiklopedia Pemikiran Cak Nun (2003),
Folklore Madura (Agustus 2005, Yogyakarta: Penerbit Progress),
Puasa Itu Puasa (Agustus 2005, Yogyakarta: Penerbit Progress),
Syair-Syair Asmaul Husna (Agustus 2005, Yogyakarta; Penerbit Progress)
Kafir Liberal (Cet. II, April 2006, Yogyakarta: Penerbit Progress),
Kerajaan Indonesia (Agustus 2006, Yogyakarta; Penerbit Progress),
Jalan Sunyi EMHA (Ian L. Betts, Juni 2006; Penerbit Kompas),
Istriku Seribu (Desember 2006, Yogyakarta; Penerbit Progress),
Orang Maiyah (Januari 2007, Yogyakarta; Penerbit Progress,),
Tidak. Jibril Tidak Pensiun (Juli 2007, Yogyakarta: Penerbit Progress),
Kagum Pada Orang Indonesia (Januari 2008, Yogyakarta; Penerbit Progress),
Dari Pojok Sejarah; Renungan Perjalanan Emha Ainun Nadjib (Mei 2008, Yogyakarta: Penerbit
Progress)
DEMOKRASI La Raiba Fih(cet ketiga, Mei 2010, Jakarta: Kompas)
Ridwan Saidi

Ridwan Saidi.
Ridwan Saidi (lahir di Jakarta, 2 Juli 1942; umur 71 tahun) adalah mantan anggota DPR dan
seorang budayawan Betawi. Lulusan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP) Universitas
Indonesia ini menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat melalui Partai Persatuan Pembangunan
(PPP) pada tahun 1977-1987. Sebagai seorang budayawan Betawi, Ridwan banyak terlibat dalam
aktivitas pelestarian budaya serta menulis buku-buku mengenai masyarakat Betawi.[1]
Ridwan Saidi menikah dengan Yahma Wisnani dan dikaruniai 5 anak.

Pendidikan
Fakultas Publistik, Universitas Padjadjaran (tidak selesai), 1962-1963
Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan (sekarang FISIP), Universitas Indonesia,
1963-1976

Karier
Kepala Staf Batalion Soeprapto Resimen Mahasiswa Arief Rahman Hakim, 1966
Sekretaris Jendral Persatuan Mahasiswa Islam Asia Tenggara, 1973-1975
Ketua Umum PB HMI, 1974-1976
Anggota DPR Fraksi Partai Persatuan Pembangunan, 1977-1982 dan 1982-1987
Wakil Ketua Komisi APBN, 1977-1982
Wakil Ketua Komisi X, 1982-1987
Ketua Umum Partai Masyumi Baru, 1995-2003
Ketua Steering Committee Kongres Kebudayaan, 2003
Direktur Eksekutif Indonesia Democracy Watch
Ketua Komite Waspada Komunisme
Ketua dan Pendiri Yayasan Renaissance, 2013
Penerbitan (sebagian)
Golkar Pascapemilu 1992, 1993
Anak Betawi Diburu Intel Yahudi, 1996
Profil Orang Betawi: Asal muasal, kebudayaan, dan adat istiadatnya, 1997
Status Piagam Jakarta: Tinjauan hukum dan sejarah, 2009

Kegiatan
White House Conference on Youth, Colorado, Amerika Serikat, 1971
Australia-Indonesia Dialogue, Canberra, Australia, 1981
International Parliament Union Conference, Manila, Filipina, 1982
ASEAN Parliament Conference, Singapura, 1983
Muktamar Rakyat Islam se-Dunia, Irak, 1993
Babylonian Cultural Festival, Irak, 1994

Referensi
1. ^ Nurjanah, LKB dan FIB UI Gelar Diskusi Buku Teranyar Ridwan Saidi, annida-online.com, 11 Feb
2011. Diakses 10 Januari 2011.

Pranala luar
Profil Ridwan Saidi
Open Library - Buku tulisan Ridwan Saidi
Rifat Najmi - Anak ke-tiga dari Ridwan Saidi
Sujiwo Tejo
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Artikel biografi tokoh yang masih hidup ini tidak memiliki referensi atau sumber.
Bantulah untuk menambahkan referensi atau sumber terpercaya. Hal-hal mengenai tokoh
yang masih hidup tetapi tidak memiliki referensi atau sumber yang memadai harus
segera dihapus.
Temukan sumber: (Sujiwo Tejo – berita, buku, cendekia)

Sujiwo Tejo

Biodata
31 Agustus 1962 (umur 51)
Lahir
Asal
Jember, Indonesia
Penyanyi, Aktor, Penulis, Pemusik,
Pekerjaan
Dalang, Sutradara
Situsweb http://sujiwotejo.com/

Agus Hadi Sudjiwo (lahir di Jember, Jawa Timur, 31 Agustus 1962; umur 51 tahun) atau lebih
dikenal dengan nama Sujiwo Tejo adalah seorang budayawan Indonesia. Ia pernah mengikuti
kuliah di ITB, namun kemudian mundur untuk meneruskan karir di dunia seni yang lebih
disenanginya[1]. Sempat menjadi wartawan di harian Kompas selama 8 tahun lalu berubah arah
menjadi seorang penulis, pelukis, pemusik dan dalang wayang. Selain itu ia juga sempat menjadi
sutradara dan bermain dalam beberapa film seperti Janji Joni dan Detik Terakhir. Selain itu dia
juga tampil dalam drama teatrikal KabaretJo yang berarti "Ketawa Bareng Tejo".
Dalam aksinya sebagai dalang, dia suka melanggar berbagai pakem seperti Rahwana dibuatnya
jadi baik, Pandawa dibikinnya tidak selalu benar dan sebagainya. Ia seringkali menghindari pola
hitam putih dalam pagelarannya.

Karier
Kuliah di jurusan Matematika dan jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung, hasrat
berkesenian Sujiwo mulai berkembang. Saat itu Sujiwo Tejo menjadi penyiar radio kampus,
main teater, dan mendirikan Ludruk ITB bersama budayawan Nirwan Dewanto. Sujiwo Tejo
juga menjabat Kepala Bidang Pedalangan pada Persatuan Seni Tari dan Karawitan Jawa di
Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1981-1983 dan pernah membuat hymne jurusan Teknik
Sipil ITB pada Orientasi Studi tahun 1983.
Sujiwo Tejo yang mendalang wayang kulit sejak anak-anak, mulai mencipta sendiri lakon-lakon
wayang kulit sebagai awal profesinya di dunia wayang dengan judul Semar Mesem (1994). Ia
juga menyelesaikan 13 episode wayang kulit Ramayana di Televisi Pendidikan Indonesia tahun
1996, disusul wayang acappella berjudul Shinta Obong dan lakon Bisma Gugur. Pergumulannya
dengan komunitas Eksotika Karmawibhangga Indonesia (EKI), memberinya peluang untuk
mengembangkan dirinya secara total di bidang kesenian. Selain mengajar teater di EKI sejak
1997, Sujiwo Tejo juga memberikan workshop teater di berbagai daerah di Indonesia sejak 1998.
Berlanjut pada tahun 1999, Tejo memprakarsai berdirinya Jaringan Dalang. Tujuannya adalah
untuk memberi napas baru bagi tumbuhnya nilai-nilai wayang dalam kehidupan masyarakat
masa kini. Bahkan pada tahun 2004, Sujiwo Tejo mendalang keliling Yunani.
Pada tahun 1998, Sujiwo Tejo mulai dikenal masyarakat sebagai penyanyi (selain sebagai
dalang) berkat lagu-lagunya dalam album Pada Suatu Ketika. Video klip "Pada Suatu Ketika"
meraih penghargaan video klip terbaik pada Grand Final Video Musik Indonesia 1999, dan video
klip lainnya merupakan nominator video klip terbaik untuk Grand Final Video Musik Indonesia
tahun 2000. Kemudian diikuti labum berikutnya yaitu Pada Sebuah Ranjang (1999), Syair Dunia
Maya (2005), dan Yaiyo (2007).
Selain ndalang, Sujiwo Tejo juga aktif dalam menggelar atau turut serta dalam pertunjukan
teater. Antara lain, membuat pertunjukan Laki-laki kolaborasi dengan koreografer Rusdy
Rukmarata di Gedung Kesenian Jakarta dan Teater Utan Kayu, 1999. Sujiwo Tejo juga menjadi
Sang Dalang dalam pementasan EKI Dancer Company yang bertajuk Lovers and Liars di Balai
Sarbini, Sabtu dan Minggu, 27-28 Februari 2004. Selain teater, Sujiwo Tejo juga bermain dan
menjadi sutradara film. Debut filmnya adalah Telegram (2001) arahan Slamet Rahardjo dengan
lawan main Ayu Azhari. Film ini bahkan meraih Best Actress untuk Ayu Azhari dalam AsiaPacific Film Festival. Kemudian dilanjutkan Kafir (2002), Kanibal (2004) menjadi Dukun
Kuntetdilaga, Janji Joni (2005), dan Kala (2007). Bersama Meriam Bellina, Sujiwo Tejo
membintangi Gala Misteri SCTV yang berjudul Kafir-Tidak Diterima di Bumi (2004).
Sujiwo Tejo juga menggarap musik untuk pertunjukan musikal berjudul Battle of Love-when
love turns sour, yang digelar 31 Mei sampai 2 Juni 2005 di Gedung Kesenian Jakarta. Hasil
pertunjukan karya bersama Rusdy Rukmarata (sutradara & koreografer) dan Sujiwo Tejo
(komposer musik) akan digunakan untuk membiayai program pendidikan dan pelatihan bagi
anak-anak putus sekolah yang dikelola oleh Yayasan Titian Penerus Bangsa.Sujiwo Tejo juga
menyutradarai drama musikal yang berjudul 'Pangeran Katak dan Puteri Impian' yang digelar di
Jakarta Convention Center tanggal 1 dan 2 Juli 2006.
Diskografi
Album studio
Pada Suatu Ketika (1998)
Pada Sebuah Ranjang (1999)
Syair Dunia Maya (2005)
Yaiyo (2007)
Mirah Ingsun (2012)
Album kompilasi
2012 (2012)

Filmografi
sebagai aktor
Telegram (2001)
Kafir (2002)
Kanibal - Sumanto (2004)
Detik Terakhir (2005)
Janji Joni (2005)
Kala (2007)
Hantu Aborsi (2008)
Barbi3 (2008)
Kawin Laris (2009)
Capres (Calo Presiden) (2009)
Sang Pencerah (2010)
Tendangan dari Langit (2011)
Semesta Mendukung (2011)
Sampai Ujung Dunia (2012)
sebagai sutradara
Bahwa Cinta Itu Ada (2010)

Sinetron
Dari Sujud Kesujud (2011)

Iklan
Top 1 (2096)
Buku
Kelakar Madura buat Gus Dur (Yogyakarta, Lotus, 2001)
Dalang Edan (Aksara Karunia, 2002)
The Sax (Eksotika Karmawibhangga Indonesia, 2003)
Ngawur Karena Benar (Penerbit Imania, Februari, 2012)
Jiwo J#ncuk (GagasMedia, Juni 2012)
Lupa Endonesa (Bentang, September 2012)
Republik Jancukers (Kompas, Desember 2012)
Dalang Galau Ngetwit (Imania, Februari 2013)

Pranala luar
Situs pribadi
Blog pribadi
Sujiwo Tejo di Twitter
(Indonesia) Pada Sebuah Ranjang - Album (1999)
(Inggris) Sujiwo Tedjo pada Internet Movie Database.
(Indonesia) Jagad Kita di Mata Dalang Edan
(Indonesia) Sujiwo Tejo Melukis untuk Chrisye
(Indonesia) Sujiwo Tejo Ngamen di Perkantoran Jakarta
(Indonesia) Biografi:Sujiwo Tejo
(Indonesia) Profil di situs KapanLagi.com.
(Indonesia) Biografi :Sujiwo Tejo 'Presiden Jancukers'
(Indonesia) [http:/www.facebook.com/pages/Ngawur-Karena-Benar-Bersama-SujiwoTejo/414951411866426
(Indonesia) [http://www.facebook.com/profile.php?id=100000152790734
(Indonesia) [https://twitter.com/#!/penerbitimania

More Related Content

PDF
Bali Emerging Writers Festival 25 - 27 May 2012
PPTX
Proposal Hantu dan Pohon Putih Bengkel Sastra
DOCX
Panduan menyediakan rujukan
PPTX
Seniman seniman indonesia
DOCX
Dino nurhamzah kwn
PDF
Semangat Anti-Tank
PPTX
Gayatri wailissa
Bali Emerging Writers Festival 25 - 27 May 2012
Proposal Hantu dan Pohon Putih Bengkel Sastra
Panduan menyediakan rujukan
Seniman seniman indonesia
Dino nurhamzah kwn
Semangat Anti-Tank
Gayatri wailissa

Viewers also liked (9)

PPT
Applications of cleanrooms in various industry
PDF
Dinner with Peers
PDF
Thanco_Brochure
PDF
บทที่ 7
PPTX
The Business of Therapy
PDF
onet ปี 55
PDF
onet ปี51
PPT
Prova inserimento
PDF
Elcometer 139-amine-test-kit-new
Applications of cleanrooms in various industry
Dinner with Peers
Thanco_Brochure
บทที่ 7
The Business of Therapy
onet ปี 55
onet ปี51
Prova inserimento
Elcometer 139-amine-test-kit-new
Ad

Recently uploaded (20)

PDF
MRT Tangguh, Indonesia Maju: Mewujudkan Transportasi Publik yang Aman, Nyaman...
PDF
Modul Ajar Deep Learning Pendidikan Pancasila Kelas 6 Kurikulum Merdeka
PDF
PPT Materi Kelas Mempraktikkan Prinsip Hermeneutika (MPH) 2025
PPTX
Sistem Pencernaan Manusia IPAS Presentasi Pendidikan Hijau Kuning Bingkai Ilu...
PDF
Laktasi dan Menyusui (MK Askeb Esensial Nifas, Neonatus, Bayi, Balita dan Ana...
PDF
Laporan Hibah dengan menggunakan NVivo.pdf
DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Pai & Bp Kelas 10 Terbaru 2025
DOCX
Lembar Kerja 02 analisis studi kasus Inkuiri Kolaboratif.docx
PDF
RPM BAHASA INDONESIA KELAS 7 TEKS DESKRIPSI.pdf
DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PKWU Rekayasa Kelas XII SMA Terbaru 2025
PDF
Aminullah Assagaf_B34_Statistik Ekonometrika_PLS SPSS.pdf
DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PKWU Kerajinan Kelas 12 Terbaru 2025
PDF
Jurnal Kode Etik Guru Untuk Persyaratan PPG
PPTX
Inkuiri_Kolaboratif_Pembelajaran_Mendalam (1).pptx
PDF
Modul Ajar Deep Learning Seni Rupa Kelas 6 Kurikulum Merdeka
PPT
MATA KULIAH FILSAFAT ILMU ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PDF
BukuKeterampilanMengajar-MNCPublishing2019.pdf
DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PKWU Rekayasa Kelas 12 Terbaru 2025
DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PKWU Kerajinan Kelas XII SMA Terbaru 2025
PDF
IN1.2.E. kelompok 2.docx kerangka pembelajaran mendalam.pdf
MRT Tangguh, Indonesia Maju: Mewujudkan Transportasi Publik yang Aman, Nyaman...
Modul Ajar Deep Learning Pendidikan Pancasila Kelas 6 Kurikulum Merdeka
PPT Materi Kelas Mempraktikkan Prinsip Hermeneutika (MPH) 2025
Sistem Pencernaan Manusia IPAS Presentasi Pendidikan Hijau Kuning Bingkai Ilu...
Laktasi dan Menyusui (MK Askeb Esensial Nifas, Neonatus, Bayi, Balita dan Ana...
Laporan Hibah dengan menggunakan NVivo.pdf
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Pai & Bp Kelas 10 Terbaru 2025
Lembar Kerja 02 analisis studi kasus Inkuiri Kolaboratif.docx
RPM BAHASA INDONESIA KELAS 7 TEKS DESKRIPSI.pdf
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PKWU Rekayasa Kelas XII SMA Terbaru 2025
Aminullah Assagaf_B34_Statistik Ekonometrika_PLS SPSS.pdf
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PKWU Kerajinan Kelas 12 Terbaru 2025
Jurnal Kode Etik Guru Untuk Persyaratan PPG
Inkuiri_Kolaboratif_Pembelajaran_Mendalam (1).pptx
Modul Ajar Deep Learning Seni Rupa Kelas 6 Kurikulum Merdeka
MATA KULIAH FILSAFAT ILMU ADMINISTRASI PENDIDIKAN
BukuKeterampilanMengajar-MNCPublishing2019.pdf
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PKWU Rekayasa Kelas 12 Terbaru 2025
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PKWU Kerajinan Kelas XII SMA Terbaru 2025
IN1.2.E. kelompok 2.docx kerangka pembelajaran mendalam.pdf
Ad

Tugas b.i.k 1

  • 1. BUDAYA INDONESIA YANG HILANG Indonesia kaya akan budaya Beragam banyak pulau,beragam pula kebudayaannya Namun kebudayaan itu telah hilang Banyak kebudayaan luar yang silir berganti Dimanakah jati diri Indonesia? Akankah jati diri itu kembali lagi? Tapi sayangnya semuan itu hanya mimpi Banggkit,bangkit lah Indonesia Bertahun-tahun pejuang membela tanah air Indonesia Untuk mendapatkan kemerdekaan Indonesia Dia berbaring,tetapi bukan tidur Sebuah lubang peluru bundar di dadanya Senyum bekunya mau berkata,kita sedang perang Kedua lengannya memelik senapan Menagkap sepi padang senja Wahai pemuda-pemudi Indonesia Hargailah kebudayaan Indonesia Janganlah kalian malu mengakui Bahwa itu kebudayaan Indonesia Karena kebudayaan itu aset negara
  • 2. TOKOH BUDAYAWAN TAUFIQ ISMAIL Taufiq Ismail lahir di Bikittinggi, sumatera Barat pada tahun 1935. Beliau merupakan budayawan dan sastrawan yang sangat populer . Beragam penghargaan telah diperolehnya, baik tingkat nasional maupun tingkat internasional. Ia telah melahirkan banyak karya seperti puisi, essai sastra, karya terjemahan, dan lain lain. Namanya pantas disejajarkan dengan budayawan seperti Emha Ainun Najib dan Chairil Anwar. Masa kecil Taufiq Ismail lebih banyak dihabiskan di Pekalongan. Ia pertama masuk sekolah rakyat di Solo, lalu pindah ke Semarang, Salatiga dan menamatkan sekolah rakyatnya di Yogyakarta. Ia melanjutkan SMP di bukit tinggi dan SMA di Bogor. Selesai SMA, ia mendapatkan beasiswa American Field International School untuk bersekolah di Whitefish Bay High School di Milwaukee, Wisconsin, AS. Ia merupakan angkatan pertama dari Indonesia. Kemudian ia melanjutkan sekolah di di Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan UI yang sekarang menjadi IPB. Setelah tamat ia mengikuti , International Writing Program, University of Jowa, Iowa City, Amreika Serikat. Ia juga belajar di Faculty of Languange and Literature, American University in Cairo, Mesir. Namun karena pecah perang, maka ia pulang sebelum studinya selesai. Taufiq Ismail bermimpi menjadi seorang sastrawan saat masih SMA. Saat itu ia mulai menulis beberapa puisi yang mulai dimuat di majalah majalah. Ia dibesarkan di lingkungan keluarga yang suka membaca, sehinga ia mulai suka membaca sjak kecil Hobinya membaca semakin terpuaskan sejak ia menjadi penjaga perpustakaan di perpustakaan Pelajar Islam Indonesia Pekalongan. Minatnya dalam dunia sasta mulai tumbuh sasat ia sekolah di SMA Whitefish Bay di Milwaukee, Wisconsin, AS berkat program beasiswa pertukaran pelajar. Di sana, ia mulai mengenal karya sastra asing. Taufiq Ismail bersama sastrawan sstrawan lainnya berhasil mengenalkan sastra ke sekolah0sekolah dengan program “Siswa Bertanya, Sastrawan Menjawab’. Program itu disponsori oleh Yayasan Indonesia dan Ford Foundation. Karya Taufiq Ismail diantaranya ialah buku kumpulan puisi yang salah satunya berjudul Manifestasi (1963; bersama Goenawan Mohamad, Hartojo Andangjaya, et.al) juga Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia, Yayasan Ananda (1998). Ia juga sempat meraih penghargaan, yaitu American Field Service International Scholarship untuk mengikuti Whitefish Bay High School di Milwaukee, Amerika Serikat dan Anugerah Seni Pemerintah RI pada 1970; dan – SEA Write Award (1997).
  • 3. Emha Ainun Nadjib Muhammad Ainun Nadjib atau yang biasa di kenal Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun (lahir di Jombang, Jawa Timur, 27 Mei 1953; umur 60 tahun) adalah seorang tokoh intelektual yang mengusung napas Islami di Indonesia. Ia merupakan anak keempat dari 15 bersaudara. Pendidikan formalnya hanya berakhir di Semester 1 Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM). Sebelumnya dia pernah ‘diusir’ dari Pondok Modern Darussalam Gontor karena melakukan ‘demo’ melawan pimpinan pondok karena sistem pondok yang kurang baik pada pertengahan tahun ketiga studinya, kemudian pindah ke Yogya dan tamat SMA Muhammadiyah I. Istrinya yang sekarang, Novia Kolopaking, dikenal sebagai seniman film, panggung, serta penyanyi. Lima tahun hidup menggelandang di Malioboro, Yogyakarta antara 1970-1975 ketika belajar sastra kepada guru yang dikaguminya, Umbu Landu Paranggi, seorang sufi yang hidupnya misterius dan sangat memengaruhi perjalanan Emha. Selain itu ia juga pernah mengikuti lokakarya teater di Filipina (1980), International Writing Program di Universitas Iowa, Amerika Serikat (1984), Festival Penyair Internasional di Rotterdam, Belanda (1984) dan Festival Horizonte III di Berlin Barat, Jerman (1985). Dalam kesehariannya, Emha terjun langsung di masyarakat dan melakukan aktivitas-aktivitas yang merangkum dan memadukan dinamika kesenian, agama, pendidikan politik, sinergi ekonomi guna menumbuhkan potensialitas rakyat. Di samping aktivitas rutin bulanan dengan komunitas Masyarakat Padhang mBulan, ia juga berkeliling ke berbagai wilayah nusantara, ratarata 10-15 kali per bulan bersama Gamelan Kiai Kanjeng, dan rata-rata 40-50 acara massal yang umumnya dilakukan di area luar gedung. Selain itu ia juga menyelenggarakan acara-acara bersama Jamaah Maiyah Kenduri Cinta sejak tahun 1990-an yang dilaksanakan di Taman Ismail Marzuki. Kenduri Cinta adalah salah satu forum silaturahmi budaya dan kemanusiaan yang
  • 4. dikemas sangat terbuka, nonpartisan, ringan dan dibalut dalam gelar kesenian lintas gender, yang diadakan di Jakarta setiap satu bulan sekali dan sudah beralngsung lebih dari 10 tahun. Di kota lain juga masih mempunyai agenda rutin bulanan seperti Mocopat Syafaat Yogyakarta, Padhangmbulan Jombang, Gambang Syafaat Semarang, Bangbang Wetan Surabaya, Paparandang Ate Mandar, Maiyah Baradah Sidoarjo, dan masih ada beberapa lain yang bersifat tentative namun sering seperti di Bandung, Obro Ilahi Malang, Hongkong dan Bali. Dalam pertemuan-pertemuan sosial itu ia melakukan berbagai dekonstruksi pemahaman atas nilai-nilai, pola-pola komunikasi, metoda perhubungan kultural, pendidikan cara berpikir, serta pengupayaan solusi-solusi masalah masyarakat. Penghargaan Bulan Maret 2011, Emha memperoleh Penghargaan Satyalancana Kebudayaan 2010 dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. [1]. Menurut Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, penghargaan diberikan berdasarkan pertimbangan bahwa si penerima memiliki jasa besar di bidang kebudayaan yang telah mampu melestarikan kebudayaan daerah atau nasional serta hasil karyanya berguna dan bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, dan negara Teater Memacu kehidupan multi-kesenian Yogya bersama Halim HD, jaringan kesenian melalui Sanggar Bambu, aktif di Teater Dinasti dan menghasilkan repertoar serta pementasan drama. Beberapa karyanya: Geger Wong Ngoyak Macan (1989, tentang pemerintahan 'Raja' Soeharto), Patung Kekasih (1989, tentang pengkultusan), Keajaiban Lik Par (1980, tentang eksploitasi rakyat oleh berbagai institusi modern), Mas Dukun (1982, tentang gagalnya lembaga kepemimpinan modern). Kemudian bersama Teater Salahudin mementaskan Santri-Santri Khidhir (1990, di lapangan Gontor dengan seluruh santri menjadi pemain, serta 35.000 penonton di alun-alun madiun), Lautan Jilbab (1990, dipentaskan secara massal di Yogya, Surabaya dan Makassar), Kiai Sableng dan Baginda Faruq (1993). Juga mementaskan Perahu Retak (1992, tentang Indonesia Orba yang digambarkan melalui situasi konflik pra-kerajaan Mataram, sebagai buku diterbitkan oleh Garda Pustaka), di samping Sidang Para Setan, Pak Kanjeng, serta Duta Dari Masa Depan. Dan yang terbaru adalah pementasan teater Tikungan Iblis yang diadakan di Yogyakarta dan Jakarta bersama Teater Dinasti Teater Nabi Darurat Rasul AdHoc bersama Teater Perdikan dan Letto yang menggambarkan betapa rusaknya manusia Indonesia sehingga hanya manusia sekelas Nabi yang bisa membenahinya (2012) Film RAYYA, Cahaya di Atas Cahaya (2011), skenario film ditulis bersama Viva Westi
  • 5. Puisi/Buku Menerbitkan buku puisi: “M” Frustasi (1976), Sajak-Sajak Sepanjang Jalan (1978), Sajak-Sajak Cinta (1978), Nyanyian Gelandangan (1982), 102 Untuk Tuhanku (1983), Suluk Pesisiran (1989), Lautan Jilbab (1989), Seribu Masjid Satu Jumlahnya ( 1990), Cahaya Maha Cahaya (1991), Sesobek Buku Harian Indonesia (1993), Abacadabra (1994), Syair-syair Asmaul Husna (1994) Essai/Buku Buku-buku esainya tak kurang dari 30 antara lain: Dari Pojok Sejarah (1985), Sastra Yang Membebaskan (1985) Secangkir Kopi Jon Pakir (1990), Markesot Bertutur (1993), Markesot Bertutur Lagi (1994), Opini Plesetan (1996), Gerakan Punakawan (1994), Surat Kepada Kanjeng Nabi (1996), Indonesia Bagian Penting dari Desa Saya (1994), Slilit Sang Kiai (1991), Sudrun Gugat (1994), Anggukan Ritmis Kaki Pak Kiai (1995), Bola- Bola Kultural (1996), Budaya Tanding (1995), Titik Nadir Demokrasi (1995), Tuhanpun Berpuasa (1996), Demokrasi Tolol Versi Saridin (1997), Kita Pilih Barokah atau Azab Allah (1997), Iblis Nusantara Dajjal Dunia (1997), 2,5 Jam Bersama Soeharto (1998), Mati Ketawa Cara Refotnasi (1998), Kiai Kocar Kacir (1998), Ziarah Pemilu, Ziarah Politik, Ziarah Kebangsaan (Penerbit Zaituna, 1998), Keranjang Sampah (1998) Ikrar Husnul Khatimah (1999), Jogja Indonesia Pulang Pergi (2000), Ibu Tamparlah Mulut Anakmu (2000),
  • 6. Menelusuri Titik Keimanan (2001), Hikmah Puasa 1 & 2 (2001), Segitiga Cinta (2001), Kitab Ketentraman (2001), Trilogi Kumpulan Puisi (2001), Tahajjud Cinta (2003), Ensiklopedia Pemikiran Cak Nun (2003), Folklore Madura (Agustus 2005, Yogyakarta: Penerbit Progress), Puasa Itu Puasa (Agustus 2005, Yogyakarta: Penerbit Progress), Syair-Syair Asmaul Husna (Agustus 2005, Yogyakarta; Penerbit Progress) Kafir Liberal (Cet. II, April 2006, Yogyakarta: Penerbit Progress), Kerajaan Indonesia (Agustus 2006, Yogyakarta; Penerbit Progress), Jalan Sunyi EMHA (Ian L. Betts, Juni 2006; Penerbit Kompas), Istriku Seribu (Desember 2006, Yogyakarta; Penerbit Progress), Orang Maiyah (Januari 2007, Yogyakarta; Penerbit Progress,), Tidak. Jibril Tidak Pensiun (Juli 2007, Yogyakarta: Penerbit Progress), Kagum Pada Orang Indonesia (Januari 2008, Yogyakarta; Penerbit Progress), Dari Pojok Sejarah; Renungan Perjalanan Emha Ainun Nadjib (Mei 2008, Yogyakarta: Penerbit Progress) DEMOKRASI La Raiba Fih(cet ketiga, Mei 2010, Jakarta: Kompas)
  • 7. Ridwan Saidi Ridwan Saidi. Ridwan Saidi (lahir di Jakarta, 2 Juli 1942; umur 71 tahun) adalah mantan anggota DPR dan seorang budayawan Betawi. Lulusan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia ini menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat melalui Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada tahun 1977-1987. Sebagai seorang budayawan Betawi, Ridwan banyak terlibat dalam aktivitas pelestarian budaya serta menulis buku-buku mengenai masyarakat Betawi.[1] Ridwan Saidi menikah dengan Yahma Wisnani dan dikaruniai 5 anak. Pendidikan Fakultas Publistik, Universitas Padjadjaran (tidak selesai), 1962-1963 Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan (sekarang FISIP), Universitas Indonesia, 1963-1976 Karier Kepala Staf Batalion Soeprapto Resimen Mahasiswa Arief Rahman Hakim, 1966 Sekretaris Jendral Persatuan Mahasiswa Islam Asia Tenggara, 1973-1975 Ketua Umum PB HMI, 1974-1976 Anggota DPR Fraksi Partai Persatuan Pembangunan, 1977-1982 dan 1982-1987 Wakil Ketua Komisi APBN, 1977-1982 Wakil Ketua Komisi X, 1982-1987 Ketua Umum Partai Masyumi Baru, 1995-2003 Ketua Steering Committee Kongres Kebudayaan, 2003 Direktur Eksekutif Indonesia Democracy Watch Ketua Komite Waspada Komunisme Ketua dan Pendiri Yayasan Renaissance, 2013
  • 8. Penerbitan (sebagian) Golkar Pascapemilu 1992, 1993 Anak Betawi Diburu Intel Yahudi, 1996 Profil Orang Betawi: Asal muasal, kebudayaan, dan adat istiadatnya, 1997 Status Piagam Jakarta: Tinjauan hukum dan sejarah, 2009 Kegiatan White House Conference on Youth, Colorado, Amerika Serikat, 1971 Australia-Indonesia Dialogue, Canberra, Australia, 1981 International Parliament Union Conference, Manila, Filipina, 1982 ASEAN Parliament Conference, Singapura, 1983 Muktamar Rakyat Islam se-Dunia, Irak, 1993 Babylonian Cultural Festival, Irak, 1994 Referensi 1. ^ Nurjanah, LKB dan FIB UI Gelar Diskusi Buku Teranyar Ridwan Saidi, annida-online.com, 11 Feb 2011. Diakses 10 Januari 2011. Pranala luar Profil Ridwan Saidi Open Library - Buku tulisan Ridwan Saidi Rifat Najmi - Anak ke-tiga dari Ridwan Saidi
  • 9. Sujiwo Tejo Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari Artikel biografi tokoh yang masih hidup ini tidak memiliki referensi atau sumber. Bantulah untuk menambahkan referensi atau sumber terpercaya. Hal-hal mengenai tokoh yang masih hidup tetapi tidak memiliki referensi atau sumber yang memadai harus segera dihapus. Temukan sumber: (Sujiwo Tejo – berita, buku, cendekia) Sujiwo Tejo Biodata 31 Agustus 1962 (umur 51) Lahir Asal Jember, Indonesia Penyanyi, Aktor, Penulis, Pemusik, Pekerjaan Dalang, Sutradara Situsweb http://sujiwotejo.com/ Agus Hadi Sudjiwo (lahir di Jember, Jawa Timur, 31 Agustus 1962; umur 51 tahun) atau lebih dikenal dengan nama Sujiwo Tejo adalah seorang budayawan Indonesia. Ia pernah mengikuti kuliah di ITB, namun kemudian mundur untuk meneruskan karir di dunia seni yang lebih disenanginya[1]. Sempat menjadi wartawan di harian Kompas selama 8 tahun lalu berubah arah menjadi seorang penulis, pelukis, pemusik dan dalang wayang. Selain itu ia juga sempat menjadi sutradara dan bermain dalam beberapa film seperti Janji Joni dan Detik Terakhir. Selain itu dia juga tampil dalam drama teatrikal KabaretJo yang berarti "Ketawa Bareng Tejo". Dalam aksinya sebagai dalang, dia suka melanggar berbagai pakem seperti Rahwana dibuatnya jadi baik, Pandawa dibikinnya tidak selalu benar dan sebagainya. Ia seringkali menghindari pola hitam putih dalam pagelarannya. Karier Kuliah di jurusan Matematika dan jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung, hasrat berkesenian Sujiwo mulai berkembang. Saat itu Sujiwo Tejo menjadi penyiar radio kampus,
  • 10. main teater, dan mendirikan Ludruk ITB bersama budayawan Nirwan Dewanto. Sujiwo Tejo juga menjabat Kepala Bidang Pedalangan pada Persatuan Seni Tari dan Karawitan Jawa di Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1981-1983 dan pernah membuat hymne jurusan Teknik Sipil ITB pada Orientasi Studi tahun 1983. Sujiwo Tejo yang mendalang wayang kulit sejak anak-anak, mulai mencipta sendiri lakon-lakon wayang kulit sebagai awal profesinya di dunia wayang dengan judul Semar Mesem (1994). Ia juga menyelesaikan 13 episode wayang kulit Ramayana di Televisi Pendidikan Indonesia tahun 1996, disusul wayang acappella berjudul Shinta Obong dan lakon Bisma Gugur. Pergumulannya dengan komunitas Eksotika Karmawibhangga Indonesia (EKI), memberinya peluang untuk mengembangkan dirinya secara total di bidang kesenian. Selain mengajar teater di EKI sejak 1997, Sujiwo Tejo juga memberikan workshop teater di berbagai daerah di Indonesia sejak 1998. Berlanjut pada tahun 1999, Tejo memprakarsai berdirinya Jaringan Dalang. Tujuannya adalah untuk memberi napas baru bagi tumbuhnya nilai-nilai wayang dalam kehidupan masyarakat masa kini. Bahkan pada tahun 2004, Sujiwo Tejo mendalang keliling Yunani. Pada tahun 1998, Sujiwo Tejo mulai dikenal masyarakat sebagai penyanyi (selain sebagai dalang) berkat lagu-lagunya dalam album Pada Suatu Ketika. Video klip "Pada Suatu Ketika" meraih penghargaan video klip terbaik pada Grand Final Video Musik Indonesia 1999, dan video klip lainnya merupakan nominator video klip terbaik untuk Grand Final Video Musik Indonesia tahun 2000. Kemudian diikuti labum berikutnya yaitu Pada Sebuah Ranjang (1999), Syair Dunia Maya (2005), dan Yaiyo (2007). Selain ndalang, Sujiwo Tejo juga aktif dalam menggelar atau turut serta dalam pertunjukan teater. Antara lain, membuat pertunjukan Laki-laki kolaborasi dengan koreografer Rusdy Rukmarata di Gedung Kesenian Jakarta dan Teater Utan Kayu, 1999. Sujiwo Tejo juga menjadi Sang Dalang dalam pementasan EKI Dancer Company yang bertajuk Lovers and Liars di Balai Sarbini, Sabtu dan Minggu, 27-28 Februari 2004. Selain teater, Sujiwo Tejo juga bermain dan menjadi sutradara film. Debut filmnya adalah Telegram (2001) arahan Slamet Rahardjo dengan lawan main Ayu Azhari. Film ini bahkan meraih Best Actress untuk Ayu Azhari dalam AsiaPacific Film Festival. Kemudian dilanjutkan Kafir (2002), Kanibal (2004) menjadi Dukun Kuntetdilaga, Janji Joni (2005), dan Kala (2007). Bersama Meriam Bellina, Sujiwo Tejo membintangi Gala Misteri SCTV yang berjudul Kafir-Tidak Diterima di Bumi (2004). Sujiwo Tejo juga menggarap musik untuk pertunjukan musikal berjudul Battle of Love-when love turns sour, yang digelar 31 Mei sampai 2 Juni 2005 di Gedung Kesenian Jakarta. Hasil pertunjukan karya bersama Rusdy Rukmarata (sutradara & koreografer) dan Sujiwo Tejo (komposer musik) akan digunakan untuk membiayai program pendidikan dan pelatihan bagi anak-anak putus sekolah yang dikelola oleh Yayasan Titian Penerus Bangsa.Sujiwo Tejo juga menyutradarai drama musikal yang berjudul 'Pangeran Katak dan Puteri Impian' yang digelar di Jakarta Convention Center tanggal 1 dan 2 Juli 2006.
  • 11. Diskografi Album studio Pada Suatu Ketika (1998) Pada Sebuah Ranjang (1999) Syair Dunia Maya (2005) Yaiyo (2007) Mirah Ingsun (2012) Album kompilasi 2012 (2012) Filmografi sebagai aktor Telegram (2001) Kafir (2002) Kanibal - Sumanto (2004) Detik Terakhir (2005) Janji Joni (2005) Kala (2007) Hantu Aborsi (2008) Barbi3 (2008) Kawin Laris (2009) Capres (Calo Presiden) (2009) Sang Pencerah (2010) Tendangan dari Langit (2011) Semesta Mendukung (2011) Sampai Ujung Dunia (2012) sebagai sutradara Bahwa Cinta Itu Ada (2010) Sinetron Dari Sujud Kesujud (2011) Iklan Top 1 (2096)
  • 12. Buku Kelakar Madura buat Gus Dur (Yogyakarta, Lotus, 2001) Dalang Edan (Aksara Karunia, 2002) The Sax (Eksotika Karmawibhangga Indonesia, 2003) Ngawur Karena Benar (Penerbit Imania, Februari, 2012) Jiwo J#ncuk (GagasMedia, Juni 2012) Lupa Endonesa (Bentang, September 2012) Republik Jancukers (Kompas, Desember 2012) Dalang Galau Ngetwit (Imania, Februari 2013) Pranala luar Situs pribadi Blog pribadi Sujiwo Tejo di Twitter (Indonesia) Pada Sebuah Ranjang - Album (1999) (Inggris) Sujiwo Tedjo pada Internet Movie Database. (Indonesia) Jagad Kita di Mata Dalang Edan (Indonesia) Sujiwo Tejo Melukis untuk Chrisye (Indonesia) Sujiwo Tejo Ngamen di Perkantoran Jakarta (Indonesia) Biografi:Sujiwo Tejo (Indonesia) Profil di situs KapanLagi.com. (Indonesia) Biografi :Sujiwo Tejo 'Presiden Jancukers' (Indonesia) [http:/www.facebook.com/pages/Ngawur-Karena-Benar-Bersama-SujiwoTejo/414951411866426 (Indonesia) [http://www.facebook.com/profile.php?id=100000152790734 (Indonesia) [https://twitter.com/#!/penerbitimania