SlideShare a Scribd company logo
1
Teknik Pencacah untuk Memodelkan Deret Bilangan
berbasis 11 Menggunakan Algoritma-XYZ
S.N.M.P. Simamora, ST., MT.
Program studi Teknik Komputer-Politeknik TELKOM Bandung
Jl. Telekomunikasi No. 1 Ters. Buah Batu Bandung 40257
Email : snmpsimamora@telkom.net
ABSTRAK
Salah satu bilangan yang dikelompokkan sebagai bilangan istimewa
adalah 11. Bilangan 11 adalah tergolong sebagai Bilangan Prima
yang hanya memiliki dua faktorisasinya saja yakni 1 dan 11.
Bilangan 11 juga bisa digunakan untuk permainan trik atau sulap
dalam kategori permainan trik matematika. Disebabkan
menyangkut persoalan deret bilangan, maka penggunaan larik
mutlak dibutuhkan untuk mencacah setiap bilangan menggunakan
proses berurutan secara indeks. Pada persoalan kali ini, akan
dibentuk sebuah formula tetap sampai deret bilangan ke-i sebagai
maksimal hasil pencacah yang didapatkan.
Kata kunci: deret, 11, algoritma, larik.
I. Pendahuluan
Bilangan 11 banyak digunakan untuk permainan matematika,
salah satunya adalah sebagai berikut:
Misalkan: 57 * 11
Bila dilakukan menggunakan cara konvensional (usual
mechanism) sebagai berikut:
2
Namun dengan menggunakan Algoritma XYZ – A, dapat
dilakukan sebagai berikut:
i. Tentukan bilangan antara 10 sampai dengan 20
ii. Pisahkan digit ke-1 dan digit ke-2 ke sebuah template dengan
panjang 3 digit; dimana digit ke-1 ke template posisi ke-1,
dan digit ke-2 ke template posisi-3. Dengan demikian
template pada posisi-2 kosong.
iii. Tambahkan isi template posisi-1 ke isi template posisi-3,
katakana hasilnya adalah S.
iv. Jika S 10≥ , maka:
a) S1 ← 10 – S
S1 isikan ke template posisi-2, dan isi template
posisi-1 tambahkan dengan 1.
Tampilkan hasil: isi template.
b) Jika tidak, maka:
S isikan ke template posisi-2.
Tampilkan hasil: isi template
Misalkan:
Untuk pra-kondisi iv.a)
Untuk pra-kondisi iv.b)
3
Contoh lain dapat disebutkan sebagai berikut:
?? ⇐ 212 x 11
Dengan menggunakan Algoritma XYZ – B, dapat dilakukan
sebagai berikut:
i. Ambil sembarang bilangan, Z, misalkan abcde; Z←abcde
ii. Tambahkan bilangan 0 didepan bilangan tersebut, sehingga
didapatkan: 0abcde
iii. Selanjutnya, asumsikan indeks dimulai dari kanan ke kiri,
maka:
Z[]={0,a.b,c,d,e}
iv. Jika hasil komputasi: abcde X Z disimpankan ke Z1, maka:
Z1[0]=Z[0]
Z1[1]=Z[0]+Z[1]
Z1[2]=Z[1]+Z[2]
Z1[3]=Z[2]+Z[3]
Z1[4]=Z[3]+Z[4]
Z1[5]=Z[4]+Z[5]
v. Maka, didapatkan Z1={(0+a),(a+b),(b+c),(c+d),(d+e),(e)}
4
Simulasi:
Misalkan: Z = 2332, maka Z1 = 2332 X 11
i. Z[]={2,3,3,2}
ii. Tambahkan bilangan 0 ke larik terakhir, maka didapatkan:
Z[]={0,2,3,3,2}
iii. Uraikan setiap elemen larik Z1[] sebagai berikut:
Z1[0]=2
Z1[1]=Z[0]+Z[1]= 2 + 3 = 5
Z1[2]=Z[1]+Z[2]= 3 + 3 = 6
Z1[3]=Z[2]+Z[3]= 3 + 2 = 5
Z1[4]=Z[3]+Z[4]= 2 + 0 = 2
iv. Maka didapatkan Z1 = 25652
Contoh lain:
Misalkan: Z = 521412, maka Z1 = 521412 X 11
v. Z[]={5,2,1,4,1,2}
vi. Tambahkan bilangan 0 ke larik terakhir, maka didapatkan:
Z[]={0,5,2,1,4,1,2}
vii. Uraikan setiap elemen larik Z1[] sebagai berikut:
Z1[0]=2
Z1[1]=Z[0]+Z[1]= 2 + 1 = 3
Z1[2]=Z[1]+Z[2]= 1 + 4 = 5
Z1[3]=Z[2]+Z[3]= 4 + 1 = 5
Z1[4]=Z[3]+Z[4]= 1 + 2 = 3
Z1[5]=Z[4]+Z[5]= 2 + 5 = 7
Z1[7]=Z[5]+Z[6]= 5 + 0 = 5
Maka didapatkan Z1 = 5735532
II. Deret Bilangan dan Larik
Yang dimaksud dengan Deret Bilangan adalah sejumlah
bilangan yang tersajikan menggunakan pola arithmatika sampai
indeks bilangan ke-i tak berhingga.
Misalkan:
5
1,2,3,4,5,6,7,8,9,…
adalah deret bilangan dengan menggunakan pola: 1+= nUn ;
dimana n≥0
1,3,5,7,9,11,13,15,…
adalah deret bilangan dengan menggunakan pola:
1.2 += nUn ; dimana n≥0
Dalam matematika aljabar, setiap deret selalu dimulai dari
indeks ke-1 bukan ke-0; sehingga untuk deret:
1,2,3,4,5,6,7,8,9,…
disebutkan:
Suku ke-1 = 1
Suku ke-2 = 2
Suku ke-3 = 3
dst…
Berbeda pada larik, indeks dimulai dari ke-0 bukan ke-1. Untuk
menampilkan larik, biasanya menggunakan struktur logika
program “looping” yakni: for…i
Misalkan, perhatikan sintaks Bahasa Pemrograman JAVA
berikut ini:
deretBilangan.java
public class deretBilangan {
public static void main(String args[]) {
int i,S[];
S=new int[10];
for(i=0;i<9;i++) {
S[i]=(2*i)+1;
}
System.out.println("Deret Bilangan:");
for(i=0;i<9;i++) {
System.out.print(" " + S[i]);
}
6
System.exit(0);
}
}
Jika di-interpretasi-kan (dijalankan program tersebut), maka
akan menampilkan deret bilangan:
1,3,5,7,9,11,13,15,17
Dengan demikian, larik bisa didefinisikan sebagai sejumlah
data yang dikelompokkan menjadi satu group dengan tipe data
yang sama, dimana indeks urutan dimulai dari 0.
III. Deret Bilangan berbasis 11 berbasis Algoritma XYZ
Jika A adalah suatu bilangan berbasis 11 (dibaca ‘satu-satu’),
maka apabila A dikalikan dengan A dengan jumlah digit yang
kembar (sama), akan terpola sebagai berikut:
1 X 1
11 X 11 = 121
111 X 111 = 12321
1111 X 1111 = 1234321
11111 X 11111 = 123454321
Sehingga jika A memiliki panjang digit lebih dari 7, bisa
dibayangkan bila menggunakan operasi arithmatika
konvensional, sangat memboroskan memory untuk
menghitungnya.
Oleh sebab itu, lebih memudahkan bila dibangun sebuah
Algoritma XYZ untuk membangun blok proses sampai ke-9,
untuk n≥0. Mengapa sampai ke-9? lebih jelas alasannya dapat
diperhatikan berikut ini:
Algoritma XYZ untuk Deret Bilangan berbasis 11, dapat
disusun sebagai berikut:
7
IV. Simulasi dan Analisis
Terlihat bahwa saat memasuki Un, untuk n>9, pola sebelumnya
dari 1 s.d 9, atau dengan kata lain, range: 1 <n < 9, tidak
mengikuti lagi.
Berikut dituliskan kembali agar terlihat perbedaannya:
U10 ; n=10 ⇒ 1234567900987654321
U11 ; n=11 ⇒ 123456790120987654321
U12 ; n=12 ⇒ 12345679012320987654321
U13 ; n=13 ⇒ 1234567901234320987654321
U14 ; n=14 ⇒ 123456790123454320987654321
Pola yang terbentuk dapat dinyatakan sebagai berikut:
Untuk n=10, pola terbentuk pada suku tersebut saja bukan
rangkaian komputasi sekuensial dari suku deret sebelumnya.
Untuk n>10, pola mulai terbentuk; walaupun demikian sedikit
‘terkecoh’ dengan sebaran digit pada n=11, sedangkan n>11
pola terbentuk demikian:
… 012320 …
… 01234320 …
… 0123454320 …
8
Jika dilanjutkan sampai n=18, maka ditampilkan sebagai
berikut:
15 – 10 = 5 + 1 = 6
… 012345654320 …
16 – 10 = 6 + 1 = 7
… 01234567654320 …
17 – 10 = 7 + 1 = 8
… 0123456787654320 …
18 – 10 = 8 + 1 = 9
… 012345678987654320 …
Namun saat n=19, bila mengikuti pola seharusnya didapatkan
sebagai berikut:
19 – 10 = 9 + 1 = 20
… 012345678920987654320 …
Tetapi hasil sebenarnya adalah: … 012345678900987654320
…
Terlihat bahwa polanya kembali lagi ke saat n=10 di deret yang
tertulis sebelumnya.
Pada simulasi kali ini akan digunakan Bahasa Pemrograman
JAVA, dengan alas an pemanfaatan larik menggunakan bahasa
pemrograman ini sangat filosofi dengan memperhatikan kaidah-
kaidah (rules) deklarasi larik serta case-sensitive.
Simulasi-1, suku ke-n dideklarasikan secara default pada badan
pemrograman, sebagai berikut:
deretBilXYZ.java
public class deretBilXYZ {
public static void main(String args[]) {
int x=9;
int i,S[];
S=new int[100];
for(i=0;i<x;i++) {
9
System.out.print(i+1);
}
for(i=1;i<x;i++) {
System.out.print(x-i);
}
System.exit(0);
}
}
Simulasi-2, suku ke-n didapatkan dari nilai masukan dari user,
yakni sebagai berikut:
deretBilXYZn
import javax.swing.JOptionPane;
public class deretBilXYZn {
public static void main(String args[]) {
int x,i;
String X=JOptionPane.showInputDialog("Suku ke
berapa?(1 s.d 9):");
x=Integer.parseInt(X);
if(x<1||x>9) {
System.out.print("Maaf, di luar range.");
} else {
for(i=0;i<x;i++) {
System.out.print(i+1);
}
for(i=1;i<x;i++) {
System.out.print(x-i);
}
}
System.exit(0);
}
}
Sedangkan berikut ini disimulasikan dalam sintaks Bahasa
Pemrograman JAVA untuk rentang: 10 ≤ n ≤ 18.
deretBilXYZv1
10
public class deretBilXYZv1 {
public static void main(String args[]) {
int i,x;
x=15; // ubah nilai x untuk Un yang lain
if(x<0) {
System.out.print("Maaf, di luar range");
}
if(x>0&&x<9) {
for(i=0;i<x;i++) {
System.out.print(i+1);
}
for(i=1;i<x;i++) {
System.out.print(x-i);
}
}
if(x==10) {
for(i=0;i<7;i++) {
System.out.print(i+1);
}
System.out.print(x-1 + "0");
System.out.print("0");
for(i=1;i<x;i++) {
System.out.print(x-i);
}
}
if(x>10&&x<18) {
for(i=0;i<7;i++) {
System.out.print(i+1);
}
System.out.print("90");
int x1=x-10+1;
for(i=1;i<=x1;i++) {
System.out.print(i);
}
for(i=x1-1;i>0;i--) {
System.out.print(i);
}
11
System.out.print("0");
for(i=0;i<9;i++) {
System.out.print(9-i);
}
}
System.exit(0);
}
}
Perhatikan, bahwa untuk blok komputasi: n=10, dan 11 ≤ n ≤ 18
diatur pada blok sintaks:
…
if(x==10) {
for(i=0;i<7;i++) {
System.out.print(i+1);
}
System.out.print(x-1 + "0");
System.out.print("0");
for(i=1;i<x;i++) {
System.out.print(x-i);
}
}
…
dan
if(x>10&&x<18) {
for(i=0;i<7;i++) {
System.out.print(i+1);
}
System.out.print("90");
int x1=x-10+1;
for(i=1;i<=x1;i++) {
System.out.print(i);
}
for(i=x1-1;i>0;i--) {
System.out.print(i);
}
System.out.print("0");
12
for(i=0;i<9;i++) {
System.out.print(9-i);
}
}
V. Kesimpulan
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari uraian di atas adalah:
1. Algoritma XYZ untuk Deret Bilangan berbasis 11 (baca:
satu-satu) hanya terbatas pada rentang: 1 ≤ n ≤9
2. Untuk n = 10, dan rentang: 11 ≤ n ≤ 18, pola deret berubah,
namun masih menunjukkan dasar pencacah yang sama.
3. Dalam mensimulasikan deret suatu bilangan dalam
pemrograman selalu melibatkan struktur logika
pemrograman “looping” yaknik: for..i
VI. Daftar Pustaka
1.Simamora, S.N.M.P., “SI101 Pengantar Teknologi Informasi
(2 sks)”, Departemen Sistem Informasi, Fak. Teknik, ITHB,
Bandung, 2002.
2.Simamora, S.N.M.P., “SK-100 Dasar Komputer dan
Pemrograman (2 sks)”, Departemen Sistem Komputer, Fak.
Teknik, ITHB, Bandung, 2002.
3.Simamora, S.N.M.P., “Tuntunan Bahasa Pemrograman JAVA
menggunakan JDK v1.2.2”, Jurusan Ilmu Komputer, F-
MIPA, UNAI, Bandung, 2006..
4.Strang, G., "CALCULUS", Massachusetts Institute of
Technology, 1999.

More Related Content

PDF
Algoritma dan Pemrograman-I_konsep_statement
PDF
sns_paper complement_r010110
PDF
Teori himpunan
PDF
Pergeseran Bit-sns
PPTX
Integral
PPT
Kalkulus (bab 1)
PDF
Interpolasi lagrange dan newton
DOCX
Analisis matlab
Algoritma dan Pemrograman-I_konsep_statement
sns_paper complement_r010110
Teori himpunan
Pergeseran Bit-sns
Integral
Kalkulus (bab 1)
Interpolasi lagrange dan newton
Analisis matlab

What's hot (20)

PDF
FTI305 algoritma matematika-info_lnjt_
PPTX
Array searching sorting_pert_11,12,13,14,15
DOCX
Makalah metode numerik
PDF
Soal Pascal OSN Komputer
PPT
Fungsi grafik di matlab
PDF
Ifc modul 2 (array)
PPT
Program linear bilingual
PPTX
Sistem digital-p01
PDF
Modul 1-sistem-bilangan
PDF
Fungsipersamaanpertidaksamaan
PPTX
Pertemuan 6 Struktur Data, Algoritma dan Pemrograman
PPT
Met num s1
PPT
Met num s1 (2)
PDF
Bab8.array
PDF
Algoritma dan Arithmatika
PDF
Ayu purwati
PPT
Program linear
PDF
Modul sistem digital bagian 1
PDF
Fungsi kuadrat
PDF
Bab 8 kode konverter (pertemuan 11, 12)
FTI305 algoritma matematika-info_lnjt_
Array searching sorting_pert_11,12,13,14,15
Makalah metode numerik
Soal Pascal OSN Komputer
Fungsi grafik di matlab
Ifc modul 2 (array)
Program linear bilingual
Sistem digital-p01
Modul 1-sistem-bilangan
Fungsipersamaanpertidaksamaan
Pertemuan 6 Struktur Data, Algoritma dan Pemrograman
Met num s1
Met num s1 (2)
Bab8.array
Algoritma dan Arithmatika
Ayu purwati
Program linear
Modul sistem digital bagian 1
Fungsi kuadrat
Bab 8 kode konverter (pertemuan 11, 12)
Ad

Viewers also liked (20)

PDF
Sis tel its_solutions
PDF
Cover paper Algoritma Symboolon
PPTX
Mis2013 chapter 0 kontrak belajar
PDF
A experiência do Cliente em lojas de varejo e supermercados
PPTX
Chapter 1 introduction to ob
PDF
Konsep Process dalam Sistem Komputer
PDF
Guia do Gerente Responsável
PPTX
Organisasi Komputer bhn kuliah m10 r1
PPTX
Mis2013 chapter 2 purposes of information systems id
DOC
Wireless Sensor Network
PPT
los 7 pasos de la planificación de ventas
PPTX
Mis2013 chapter 12 business intelligence and knowledge management
PPT
Metpen 1 Penelitian Ilmiah
PDF
Gestão de Varejo Ambiental no Varejo e Supermercados
PDF
Cartões e diferenciação de preços: argumentos e contra-argumentos
PPT
03 Teori Organisasi Adm Publik
PPT
Data communication & telecommunication
PPTX
Mis2013 chapter 4 - database processing n data communication
PPTX
Chapter 4 database processing n data communication
PPTX
Mis2013 chapter 3 hardware and software id
Sis tel its_solutions
Cover paper Algoritma Symboolon
Mis2013 chapter 0 kontrak belajar
A experiência do Cliente em lojas de varejo e supermercados
Chapter 1 introduction to ob
Konsep Process dalam Sistem Komputer
Guia do Gerente Responsável
Organisasi Komputer bhn kuliah m10 r1
Mis2013 chapter 2 purposes of information systems id
Wireless Sensor Network
los 7 pasos de la planificación de ventas
Mis2013 chapter 12 business intelligence and knowledge management
Metpen 1 Penelitian Ilmiah
Gestão de Varejo Ambiental no Varejo e Supermercados
Cartões e diferenciação de preços: argumentos e contra-argumentos
03 Teori Organisasi Adm Publik
Data communication & telecommunication
Mis2013 chapter 4 - database processing n data communication
Chapter 4 database processing n data communication
Mis2013 chapter 3 hardware and software id
Ad

Similar to Algoritma Symboolon (20)

DOC
Tugas selamat riady algoritma
DOC
Algoritma
DOCX
Pembahasan ujian teori pemrograman pascal bagian 1
PDF
Number Systems in Computer Systems
DOC
Wirman algoritma
DOC
Dede pujawati
PDF
James philip montolalu 13021106048
PPT
Algoritma matematika
PDF
Matlab tutor sns
DOCX
Algoritma dan pemograman
PDF
Latihan01 d76 politel_r01122007
PDF
Tugas2 20914009
PDF
Struktur Kendali Proses-alpro-I_sns
PPT
pertemuan ke-4 (Variabel dan Konstanta).ppt
PDF
Java programming sns
PDF
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.16 deret aritmetika)
PDF
Instalasi Dev-C++
PDF
Tugas2 20914009
PDF
Berhitung bilangan kompleks dengan program excel
PDF
Matlab tutor sns77_utama
Tugas selamat riady algoritma
Algoritma
Pembahasan ujian teori pemrograman pascal bagian 1
Number Systems in Computer Systems
Wirman algoritma
Dede pujawati
James philip montolalu 13021106048
Algoritma matematika
Matlab tutor sns
Algoritma dan pemograman
Latihan01 d76 politel_r01122007
Tugas2 20914009
Struktur Kendali Proses-alpro-I_sns
pertemuan ke-4 (Variabel dan Konstanta).ppt
Java programming sns
Smart solution un matematika sma 2013 (skl 2.16 deret aritmetika)
Instalasi Dev-C++
Tugas2 20914009
Berhitung bilangan kompleks dengan program excel
Matlab tutor sns77_utama

More from S N M P Simamora (20)

PDF
Power over-ethernet
PPTX
konsep mnemonic-instruction
PDF
Silabus TIK-2303 Arsitektur & Organisasi Komputer
PPT
ADICT 2012 Presentation
PPT
Cloud Computing
DOC
Silabus TIK-3601 Sistem Operasi
PPTX
Teknologi Wireless dan Karakteristiknya
PPTX
Model Eksponensial dan Logaritma
PDF
Formula Matematika
PDF
Konsep dan Terapan Matriks
PPT
Telekomunikasi dan Teknologi Informasi
PDF
Bahasa Pemrograman dan Script
PPT
Bahasa Pemrograman dan Script
PDF
UBB105 Pengantar Teknologi Informasi
PDF
KOM356 Jaringan Komputer
PDF
Modul Mikroelektronika
PDF
Metode dan Teknik Konversi Basis bilangan
PDF
Silabus UBB105 Pengantar Teknologi Informasi
PPT
teori informasi
PPT
Manajemen Teknologi-2
Power over-ethernet
konsep mnemonic-instruction
Silabus TIK-2303 Arsitektur & Organisasi Komputer
ADICT 2012 Presentation
Cloud Computing
Silabus TIK-3601 Sistem Operasi
Teknologi Wireless dan Karakteristiknya
Model Eksponensial dan Logaritma
Formula Matematika
Konsep dan Terapan Matriks
Telekomunikasi dan Teknologi Informasi
Bahasa Pemrograman dan Script
Bahasa Pemrograman dan Script
UBB105 Pengantar Teknologi Informasi
KOM356 Jaringan Komputer
Modul Mikroelektronika
Metode dan Teknik Konversi Basis bilangan
Silabus UBB105 Pengantar Teknologi Informasi
teori informasi
Manajemen Teknologi-2

Recently uploaded (20)

PDF
BAHASA INDONESIA KELAS 6 SD TEKS INFORMATIF
PDF
KELOMPOK 4 LK Modul 4 KP4 Asesmen PM (3).pdf
DOCX
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Inggris Lanjutan Kelas 11 SMA Terbaru 2025
PPTX
PPT SURAT AL FIL LOMBA MAPSI SEKOLAH DASAR
PDF
Pengenalan Undang-undang pengakap laut.pdf
PDF
PPT Resources Seminar AITalks: AI dan Konseling GPT
DOCX
Modul Ajar Deep Learning PKN Kelas 10 SMA Terbaru 2025
DOCX
Modul Ajar Deep Learning PKWU Rekayasa Kelas 12 SMA Terbaru 2025
PPTX
Rancangan Kegiatan Kokurikuler SMP N 1 Karanggede
PPTX
Slide PPT Metode Ilmiah Kelas 7 SMP.pptx
PDF
Materi Seminar AITalks AI dan Suku Digital
PPTX
Bahan Presentasi Persamaan Elips .pptx
PPT
Teknologi-Pangan-Pertemuan-820728132309-.ppt
PPTX
9ICP - Hubungan antara Pancasila dengan UUD 1945Bhinneka Tunggal Ika.pptx
PPTX
Pancasila: fondasi peradaban dan kebudayaan berkelanjutan
DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Senbud Seni Teater Kelas XII Terbaru 2025
PPTX
PENGIMBASAN PEMBELAJARAN MENDALAM (DEEP LEARNING)
PPTX
Presentasi_Pembelajaran_Mendalam_Lengkap.pptx
PPSX
Teknik Trading Selang Seling Yang Dapat Digunakan Untuk Trading Manual Maupun...
DOCX
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Inggris Kelas 12 SMA Terbaru 2025
BAHASA INDONESIA KELAS 6 SD TEKS INFORMATIF
KELOMPOK 4 LK Modul 4 KP4 Asesmen PM (3).pdf
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Inggris Lanjutan Kelas 11 SMA Terbaru 2025
PPT SURAT AL FIL LOMBA MAPSI SEKOLAH DASAR
Pengenalan Undang-undang pengakap laut.pdf
PPT Resources Seminar AITalks: AI dan Konseling GPT
Modul Ajar Deep Learning PKN Kelas 10 SMA Terbaru 2025
Modul Ajar Deep Learning PKWU Rekayasa Kelas 12 SMA Terbaru 2025
Rancangan Kegiatan Kokurikuler SMP N 1 Karanggede
Slide PPT Metode Ilmiah Kelas 7 SMP.pptx
Materi Seminar AITalks AI dan Suku Digital
Bahan Presentasi Persamaan Elips .pptx
Teknologi-Pangan-Pertemuan-820728132309-.ppt
9ICP - Hubungan antara Pancasila dengan UUD 1945Bhinneka Tunggal Ika.pptx
Pancasila: fondasi peradaban dan kebudayaan berkelanjutan
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Senbud Seni Teater Kelas XII Terbaru 2025
PENGIMBASAN PEMBELAJARAN MENDALAM (DEEP LEARNING)
Presentasi_Pembelajaran_Mendalam_Lengkap.pptx
Teknik Trading Selang Seling Yang Dapat Digunakan Untuk Trading Manual Maupun...
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Inggris Kelas 12 SMA Terbaru 2025

Algoritma Symboolon

  • 1. 1 Teknik Pencacah untuk Memodelkan Deret Bilangan berbasis 11 Menggunakan Algoritma-XYZ S.N.M.P. Simamora, ST., MT. Program studi Teknik Komputer-Politeknik TELKOM Bandung Jl. Telekomunikasi No. 1 Ters. Buah Batu Bandung 40257 Email : snmpsimamora@telkom.net ABSTRAK Salah satu bilangan yang dikelompokkan sebagai bilangan istimewa adalah 11. Bilangan 11 adalah tergolong sebagai Bilangan Prima yang hanya memiliki dua faktorisasinya saja yakni 1 dan 11. Bilangan 11 juga bisa digunakan untuk permainan trik atau sulap dalam kategori permainan trik matematika. Disebabkan menyangkut persoalan deret bilangan, maka penggunaan larik mutlak dibutuhkan untuk mencacah setiap bilangan menggunakan proses berurutan secara indeks. Pada persoalan kali ini, akan dibentuk sebuah formula tetap sampai deret bilangan ke-i sebagai maksimal hasil pencacah yang didapatkan. Kata kunci: deret, 11, algoritma, larik. I. Pendahuluan Bilangan 11 banyak digunakan untuk permainan matematika, salah satunya adalah sebagai berikut: Misalkan: 57 * 11 Bila dilakukan menggunakan cara konvensional (usual mechanism) sebagai berikut:
  • 2. 2 Namun dengan menggunakan Algoritma XYZ – A, dapat dilakukan sebagai berikut: i. Tentukan bilangan antara 10 sampai dengan 20 ii. Pisahkan digit ke-1 dan digit ke-2 ke sebuah template dengan panjang 3 digit; dimana digit ke-1 ke template posisi ke-1, dan digit ke-2 ke template posisi-3. Dengan demikian template pada posisi-2 kosong. iii. Tambahkan isi template posisi-1 ke isi template posisi-3, katakana hasilnya adalah S. iv. Jika S 10≥ , maka: a) S1 ← 10 – S S1 isikan ke template posisi-2, dan isi template posisi-1 tambahkan dengan 1. Tampilkan hasil: isi template. b) Jika tidak, maka: S isikan ke template posisi-2. Tampilkan hasil: isi template Misalkan: Untuk pra-kondisi iv.a) Untuk pra-kondisi iv.b)
  • 3. 3 Contoh lain dapat disebutkan sebagai berikut: ?? ⇐ 212 x 11 Dengan menggunakan Algoritma XYZ – B, dapat dilakukan sebagai berikut: i. Ambil sembarang bilangan, Z, misalkan abcde; Z←abcde ii. Tambahkan bilangan 0 didepan bilangan tersebut, sehingga didapatkan: 0abcde iii. Selanjutnya, asumsikan indeks dimulai dari kanan ke kiri, maka: Z[]={0,a.b,c,d,e} iv. Jika hasil komputasi: abcde X Z disimpankan ke Z1, maka: Z1[0]=Z[0] Z1[1]=Z[0]+Z[1] Z1[2]=Z[1]+Z[2] Z1[3]=Z[2]+Z[3] Z1[4]=Z[3]+Z[4] Z1[5]=Z[4]+Z[5] v. Maka, didapatkan Z1={(0+a),(a+b),(b+c),(c+d),(d+e),(e)}
  • 4. 4 Simulasi: Misalkan: Z = 2332, maka Z1 = 2332 X 11 i. Z[]={2,3,3,2} ii. Tambahkan bilangan 0 ke larik terakhir, maka didapatkan: Z[]={0,2,3,3,2} iii. Uraikan setiap elemen larik Z1[] sebagai berikut: Z1[0]=2 Z1[1]=Z[0]+Z[1]= 2 + 3 = 5 Z1[2]=Z[1]+Z[2]= 3 + 3 = 6 Z1[3]=Z[2]+Z[3]= 3 + 2 = 5 Z1[4]=Z[3]+Z[4]= 2 + 0 = 2 iv. Maka didapatkan Z1 = 25652 Contoh lain: Misalkan: Z = 521412, maka Z1 = 521412 X 11 v. Z[]={5,2,1,4,1,2} vi. Tambahkan bilangan 0 ke larik terakhir, maka didapatkan: Z[]={0,5,2,1,4,1,2} vii. Uraikan setiap elemen larik Z1[] sebagai berikut: Z1[0]=2 Z1[1]=Z[0]+Z[1]= 2 + 1 = 3 Z1[2]=Z[1]+Z[2]= 1 + 4 = 5 Z1[3]=Z[2]+Z[3]= 4 + 1 = 5 Z1[4]=Z[3]+Z[4]= 1 + 2 = 3 Z1[5]=Z[4]+Z[5]= 2 + 5 = 7 Z1[7]=Z[5]+Z[6]= 5 + 0 = 5 Maka didapatkan Z1 = 5735532 II. Deret Bilangan dan Larik Yang dimaksud dengan Deret Bilangan adalah sejumlah bilangan yang tersajikan menggunakan pola arithmatika sampai indeks bilangan ke-i tak berhingga. Misalkan:
  • 5. 5 1,2,3,4,5,6,7,8,9,… adalah deret bilangan dengan menggunakan pola: 1+= nUn ; dimana n≥0 1,3,5,7,9,11,13,15,… adalah deret bilangan dengan menggunakan pola: 1.2 += nUn ; dimana n≥0 Dalam matematika aljabar, setiap deret selalu dimulai dari indeks ke-1 bukan ke-0; sehingga untuk deret: 1,2,3,4,5,6,7,8,9,… disebutkan: Suku ke-1 = 1 Suku ke-2 = 2 Suku ke-3 = 3 dst… Berbeda pada larik, indeks dimulai dari ke-0 bukan ke-1. Untuk menampilkan larik, biasanya menggunakan struktur logika program “looping” yakni: for…i Misalkan, perhatikan sintaks Bahasa Pemrograman JAVA berikut ini: deretBilangan.java public class deretBilangan { public static void main(String args[]) { int i,S[]; S=new int[10]; for(i=0;i<9;i++) { S[i]=(2*i)+1; } System.out.println("Deret Bilangan:"); for(i=0;i<9;i++) { System.out.print(" " + S[i]); }
  • 6. 6 System.exit(0); } } Jika di-interpretasi-kan (dijalankan program tersebut), maka akan menampilkan deret bilangan: 1,3,5,7,9,11,13,15,17 Dengan demikian, larik bisa didefinisikan sebagai sejumlah data yang dikelompokkan menjadi satu group dengan tipe data yang sama, dimana indeks urutan dimulai dari 0. III. Deret Bilangan berbasis 11 berbasis Algoritma XYZ Jika A adalah suatu bilangan berbasis 11 (dibaca ‘satu-satu’), maka apabila A dikalikan dengan A dengan jumlah digit yang kembar (sama), akan terpola sebagai berikut: 1 X 1 11 X 11 = 121 111 X 111 = 12321 1111 X 1111 = 1234321 11111 X 11111 = 123454321 Sehingga jika A memiliki panjang digit lebih dari 7, bisa dibayangkan bila menggunakan operasi arithmatika konvensional, sangat memboroskan memory untuk menghitungnya. Oleh sebab itu, lebih memudahkan bila dibangun sebuah Algoritma XYZ untuk membangun blok proses sampai ke-9, untuk n≥0. Mengapa sampai ke-9? lebih jelas alasannya dapat diperhatikan berikut ini: Algoritma XYZ untuk Deret Bilangan berbasis 11, dapat disusun sebagai berikut:
  • 7. 7 IV. Simulasi dan Analisis Terlihat bahwa saat memasuki Un, untuk n>9, pola sebelumnya dari 1 s.d 9, atau dengan kata lain, range: 1 <n < 9, tidak mengikuti lagi. Berikut dituliskan kembali agar terlihat perbedaannya: U10 ; n=10 ⇒ 1234567900987654321 U11 ; n=11 ⇒ 123456790120987654321 U12 ; n=12 ⇒ 12345679012320987654321 U13 ; n=13 ⇒ 1234567901234320987654321 U14 ; n=14 ⇒ 123456790123454320987654321 Pola yang terbentuk dapat dinyatakan sebagai berikut: Untuk n=10, pola terbentuk pada suku tersebut saja bukan rangkaian komputasi sekuensial dari suku deret sebelumnya. Untuk n>10, pola mulai terbentuk; walaupun demikian sedikit ‘terkecoh’ dengan sebaran digit pada n=11, sedangkan n>11 pola terbentuk demikian: … 012320 … … 01234320 … … 0123454320 …
  • 8. 8 Jika dilanjutkan sampai n=18, maka ditampilkan sebagai berikut: 15 – 10 = 5 + 1 = 6 … 012345654320 … 16 – 10 = 6 + 1 = 7 … 01234567654320 … 17 – 10 = 7 + 1 = 8 … 0123456787654320 … 18 – 10 = 8 + 1 = 9 … 012345678987654320 … Namun saat n=19, bila mengikuti pola seharusnya didapatkan sebagai berikut: 19 – 10 = 9 + 1 = 20 … 012345678920987654320 … Tetapi hasil sebenarnya adalah: … 012345678900987654320 … Terlihat bahwa polanya kembali lagi ke saat n=10 di deret yang tertulis sebelumnya. Pada simulasi kali ini akan digunakan Bahasa Pemrograman JAVA, dengan alas an pemanfaatan larik menggunakan bahasa pemrograman ini sangat filosofi dengan memperhatikan kaidah- kaidah (rules) deklarasi larik serta case-sensitive. Simulasi-1, suku ke-n dideklarasikan secara default pada badan pemrograman, sebagai berikut: deretBilXYZ.java public class deretBilXYZ { public static void main(String args[]) { int x=9; int i,S[]; S=new int[100]; for(i=0;i<x;i++) {
  • 9. 9 System.out.print(i+1); } for(i=1;i<x;i++) { System.out.print(x-i); } System.exit(0); } } Simulasi-2, suku ke-n didapatkan dari nilai masukan dari user, yakni sebagai berikut: deretBilXYZn import javax.swing.JOptionPane; public class deretBilXYZn { public static void main(String args[]) { int x,i; String X=JOptionPane.showInputDialog("Suku ke berapa?(1 s.d 9):"); x=Integer.parseInt(X); if(x<1||x>9) { System.out.print("Maaf, di luar range."); } else { for(i=0;i<x;i++) { System.out.print(i+1); } for(i=1;i<x;i++) { System.out.print(x-i); } } System.exit(0); } } Sedangkan berikut ini disimulasikan dalam sintaks Bahasa Pemrograman JAVA untuk rentang: 10 ≤ n ≤ 18. deretBilXYZv1
  • 10. 10 public class deretBilXYZv1 { public static void main(String args[]) { int i,x; x=15; // ubah nilai x untuk Un yang lain if(x<0) { System.out.print("Maaf, di luar range"); } if(x>0&&x<9) { for(i=0;i<x;i++) { System.out.print(i+1); } for(i=1;i<x;i++) { System.out.print(x-i); } } if(x==10) { for(i=0;i<7;i++) { System.out.print(i+1); } System.out.print(x-1 + "0"); System.out.print("0"); for(i=1;i<x;i++) { System.out.print(x-i); } } if(x>10&&x<18) { for(i=0;i<7;i++) { System.out.print(i+1); } System.out.print("90"); int x1=x-10+1; for(i=1;i<=x1;i++) { System.out.print(i); } for(i=x1-1;i>0;i--) { System.out.print(i); }
  • 11. 11 System.out.print("0"); for(i=0;i<9;i++) { System.out.print(9-i); } } System.exit(0); } } Perhatikan, bahwa untuk blok komputasi: n=10, dan 11 ≤ n ≤ 18 diatur pada blok sintaks: … if(x==10) { for(i=0;i<7;i++) { System.out.print(i+1); } System.out.print(x-1 + "0"); System.out.print("0"); for(i=1;i<x;i++) { System.out.print(x-i); } } … dan if(x>10&&x<18) { for(i=0;i<7;i++) { System.out.print(i+1); } System.out.print("90"); int x1=x-10+1; for(i=1;i<=x1;i++) { System.out.print(i); } for(i=x1-1;i>0;i--) { System.out.print(i); } System.out.print("0");
  • 12. 12 for(i=0;i<9;i++) { System.out.print(9-i); } } V. Kesimpulan Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari uraian di atas adalah: 1. Algoritma XYZ untuk Deret Bilangan berbasis 11 (baca: satu-satu) hanya terbatas pada rentang: 1 ≤ n ≤9 2. Untuk n = 10, dan rentang: 11 ≤ n ≤ 18, pola deret berubah, namun masih menunjukkan dasar pencacah yang sama. 3. Dalam mensimulasikan deret suatu bilangan dalam pemrograman selalu melibatkan struktur logika pemrograman “looping” yaknik: for..i VI. Daftar Pustaka 1.Simamora, S.N.M.P., “SI101 Pengantar Teknologi Informasi (2 sks)”, Departemen Sistem Informasi, Fak. Teknik, ITHB, Bandung, 2002. 2.Simamora, S.N.M.P., “SK-100 Dasar Komputer dan Pemrograman (2 sks)”, Departemen Sistem Komputer, Fak. Teknik, ITHB, Bandung, 2002. 3.Simamora, S.N.M.P., “Tuntunan Bahasa Pemrograman JAVA menggunakan JDK v1.2.2”, Jurusan Ilmu Komputer, F- MIPA, UNAI, Bandung, 2006.. 4.Strang, G., "CALCULUS", Massachusetts Institute of Technology, 1999.