SlideShare a Scribd company logo
B.1314.3.01/Sem-II/2013-2014 
BAB IV 
HASIL DAN PEMBAHASAN 
4.1 Kalibrasi Termometer 
Dari hasil percobaan, diperoleh data berupa temperatur bacaan pada titik leleh 
air berturut-turut 10C dan 20C. Serta pada titik didih air sebesar 98,50C dan 980C. 
Data tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai literature. Titik leleh air pada 
literature adalah 00C. Sedangkan titik didih air pada literature ditentukan 
bedasarkan kondisi tekanan ruang saat percobaan berlangsung. Nilai titik didih 
air pada literature dihitung menggunakan persamaan Antoine dengan konstanta 
untuk aqua dm sebagai berikut 
ln Psat (KPa) = 16,387 - 
3885,70 
푇(0퐶 )+230,17 
Sehingga diperoleh nilai titik didih air pada literature sebesar 97,530C. 
Bedasarkan data tersebut, kemudian disusun kurva kalibrasi termometer 
14
120 
100 
80 
60 
40 
20 
0 
-20 
0 20 40 60 80 100 120 
T aktual (oC) 
B.1314.3.01/Sem-II/2013-2014 
15 
y = 1.0003x - 1.0003 
R² = 1 
y = 1.016x - 2.0319 
R² = 1 
T bacaan (oC) 
Termometer 1 
Termometer 2 
Gambar 4.1 Kalibrasi termometer antara hasil bacaan termometer dengan temperatur 
literatur 
Bedasarkan gambar 4.1.1 tersebut dapat disusun suatu persamaan linear 
sebagai persamaan kalibrasi termometer. Persamaan kalibrasi yang diperoleh 
untuk termometer 1 dan 2 adalah sebagai berikut 
Termometer 1 : y1 = 1,016x – 2,0319 
Termometer 2 : y2 = 1,0003x – 1,0003 
4.2 Kalibrasi Piknometer dan Pengukuran Densitas Etanol 
Bedasarkan percobaan kalibrasi piknometer, diperoleh data berupa massa 
aqua dm sebesar 5,334 g dan temperatur aqua dm sebesar 25,250C. Melalui 
persamaan 휌 = 푚푎푠푠푎 
푣표푙푢푚푒 
, maka dapat dihitung volum dari piknometer, yaitu 5.351 
mL. 
Pada penentuan densitas etanol, dengan menggunakan piknometer yang telah 
dikalibrasi dan diketahui nilai volumnya, didapatkan massa etanol sebesar 4.269
1.365 
1.36 
1.355 
1.35 
1.345 
1.34 
1.335 
1.33 
1.325 
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 
Indeks Bias 
B.1314.3.01/Sem-II/2013-2014 
16 
gram. Dengan menggunakan persamaan yang sama, diperoleh densitas etanol 
sebesar 0.798 gram/mL. 
4.3 Kalibrasi Rerfraktometer 
Dari hasil percobaan, didapatkan nilai indeks bias larutan pada berbagai 
variasi fraksi etanol dalam campuran etanol-air. Hasil yang diperoleh dialurkan 
menjadi suatu kurva kalibrasi refraktometer sebagai berikut 
y = 0.3561x3 - 0.4474x2 + 0.1942x + 1.3313 
R² = 0.9948 
Fraksi Mol Etanol 
Gambar 4.3. Kalibrasi refraktometer antara indeks bias dengan fraksi etanol 
Bedasarkan gambar 4.3 indeks bias distilat-distilat yang diperoleh pada 
percobaan dapat dikonversikan menjadi fraksi etanol distilat.
B.1314.3.01/Sem-II/2013-2014 
17 
4.4 Hubungan Skala Pemanasan Terhadap Fraksi Mol Etanol Distilat 
Bedasarkan diagram T-xy, skala pemanasan berbanding terbalik terhadap 
konsentrasi etanol distilat. Apabila skala pemanasan ditambah maka pada waktu 
yang sama konsentrasi distilat yang didapatkan akan semakin menurun. Hal ini 
dapat dibuktikan dengan menggunakan diagram T-xy pada suatu literatur. 
Gambar 4.4.1 Kurva T-xy Etanol-Air 
Jika diambil pada satu titik pada sumbu x, misalnya fraksi mol etanol 0,3 dan 
dari titik tersebut ditarik garis vertikal, maka garis tersebut akan mengenai kurva cair 
pada suhu 355 K. Suhu ini menunjukkan titik dimana etanol mulai mendidih. Jika 
pada titik tersebut ditarik garis horizontal kekanan melalui kurva kesetimbangan uap-cair, 
maka suatu saat garis akan mengenai kurva uap (dew point). Jika dari titik 
tersebut ditarik garis vertical ke bawah sampai subcooled dan kemudian sampai 
sumbu x, garis menunjukkan bahwa uap etanol terkondensasi dan konsentrasi etanol 
yang telah terkondensasi tersebut sebanyak hamper 0,6. Jika pada konsentrasi yang
B.1314.3.01/Sem-II/2013-2014 
18 
sama skala pemanasan ditingkatkan, etanol hasil kondensasi yang didapatkan 
semakin sedikit yaitu sekitar 0,5. Jika ditingkatkan lagi, etanol yang didapatkan 
menjadi sekitar 0,4. Hal ini yang mendasari teori penurunan konsentrasi etanol yang 
didapat ketika skala pemanasan ditingkatkan. 
Jika skala pemanasan ditingkatkan, maka uap etanol yang terbentuk akan lebih 
banyak dan lebih cepat. Namun pada saat yang sama kemungkinan uap air yang tidak 
diinginkan terbentuk juga lebih besar sehingga fraksi air yang terkondensasi dan 
masuk ke labu distilat semakin banyak. Konsentrasi etanol distilat sangat bergantung 
pada banyaknya jumlah air pada hasil distilasi. Oleh karena itu, konsentrasi etanol 
semakin menurun jika skala pemanasan ditingkatkan. 
Dari hasil percobaan didapatkan bahwa konsentrasi etanol seperti 
gambar di bawah ini
0.60 
0.50 
0.40 
0.30 
0.20 
0.10 
B.1314.3.01/Sem-II/2013-2014 
19 
Gambar 4.4.2 Komposisi distilat kumulatif etanol-air dengan fraksi umpan 0.1 
terhadap waktu pada skala pemanasan 8,9,dan 10 
Dari gambar terlihat bahwa untuk masing-masing run dengan variasi 
skala pemanasan memiliki kecenderungan bentuk kurva yang sama. Pada percobaan 
ini diukur komposisi distilat fraksial setiap 3 menit sekali. Komposisi fraksial 
tersebut dikumulatifkan dengan komposisi-komposisi sebelumnya menjadi 
komposisi distilat kumulatif. Komposisi distilat kumulatif dihitung dengan 
menggunakan rumus berikut 
푋푚, 푘푢푚 = 
푋1×46 
푋1 ×46 +(1−푋1)×18 
×푚1+ 
푋2×46 
푋2×46+(1−푋2)×18 
×푚2 
푚1+푚2 
푋푒푡푎푛표푙 ,푘푢푚푢푙푎푡 = 
푋푚, 푘푢푚 
46 
푋푚, 푘푢푚 
46 
+ 
1 − 푋푚, 푘푢푚 
18 
y = -0.0134x + 0.5817 
y = -0.0182x + 0.5763 
y = -0.0138x + 0.378 
0.00 
0 5 10 15 20 25 30 
Xetanol (fraksi mol) 
waktu (menit) 
Skala Pemanasan 8 
Skala Pemanasan 9 
Skala Pemanasan 
10
Dari hasil regresi linier gambar 4.4.2 diperoleh persamaan garis yang memiliki 
persamaan umum y=ax + b, konstanta a (slope) merepresentasikan laju konsentrasi 
terhadap waktu dan konstanta b (intercept) merepresentasikan fraksi mol etanol pada 
tetesan pertama. Dari persamaan yang ada pada gambar 4.4.2, nilai slope untuk skala 
pemanasan 8 ; 9 ; dan 10 berturut-turut adalah -0,0134 ; -0,0182 ; dan -0,0138. 
Tanda negatif menunjukkan konsentrasi yang semakin berkurang. Pada gambar 
4.4.2 terlihat nilai slope saat skala pemanasan 9 dibandingkan dengan skala 
pemanasan 8 memiliki nilai yang lebih curam. Terjadi kenaikan nilai slope yang 
cukup signifikan. 
Sementara itu, jika mengikuti model linear, fraksi mol etanol dalam tetes 
pertama distilat adalah 0,5817 ; 0,5763 ; dan 0,378 pada skala pemanasan 8 ; 9 ; dan 
10. Adapun dari diagram T-x-y etanol-air, praktikan telah memprediksi fraksi mol 
distilat tetes pertama akan mengandung etanol sekitar 0,45. Nilai percobaan agak jauh 
dengan prediksi yaitu 0,45 dan memiliki galat lebih dari 10% pada masing-masing 
skala pemanasan. Model linear bisa jadi kurang tepat untuk merepresentasikan data 
ini walaupun memiliki trend yang sama. 
Hal ini tidak sesuai dengan teori, seharusnya dengan fraksi mol umpan yang 
sama nilai fraksi mol etanol pada tetesan pertama memiliki nilai yang sama pula. 
Perbedaan fraksi mol etanol pada skala pemanasan 10 dapat disebabkan oleh umpan 
yang didistilasi lebih dari fraksi umpan seharusnya yaitu 0,1 sehingga fraksi mol 
etanol pada tetesan pertama yang diperoleh lebih dari 0,45. Sementara itu, jika hasil 
percobaan dari masing-masing run dibandingkan maka pada run ke-3 dengan skala 
pemanasan paling besar akan menghasilkan distilat dengan konsentrasi atau fraksi 
mol paling kecil. Hal ini disebabkan pada waktu yang sama energi yang dikeluarkan 
dalam bentuk panas akan makin besar hingga suhu kesetimbangan akan semakin 
cepat dicapai dan semakin tinggi. 
B.1314.3.01/Sem-II/2013-2014 
20
Jadi dapat disimpulkan bahwa peningkatan skala pemanasan seiring dengan 
meningkatnya waktu berbanding terbalik dengan peningkatan konsentrasi distilat. 
Dapat dilihat pada gambar bahwa semakin tinggi temperatur maka semakin kecil 
fraksi mol etanolnya. 
Pada gambar 4.4.1 juga dapat dilihat bahwa semakin tinggi fraksi mol etanol 
umpan semakin tinggi pula komposisi etanol dalam distilat. Hal ini telah dibuktikan 
oleh diagram T-xy. Semakin tinggi fraksi mol yang dipanaskan dan mencapai bubble 
point, maka dengan menghubungkannya dengan dew point diperoleh fraksi mol 
distilat yang keluar semakin tinggi. 
4.5 Pengaruh Skala Pemanasan terhadap Volum Distilat 
Dari hasil percobaan diperoleh hubungan volum distilat kumulatif terhadap 
waktu distilasi. 
B.1314.3.01/Sem-II/2013-2014 
21
160 
140 
120 
100 
80 
60 
40 
20 
0 
0 10 20 30 
B.1314.3.01/Sem-II/2013-2014 
22 
y = -0.0876x2 + 8.0165x + 1.0268 
R² = 0.9999 
y = -0.0617x2 + 6.2807x - 3.3509 
R² = 0.9999 
y = -0.047x2 + 5.7589x - 2.4661 
R² = 0.9995 
Skala pemanasan 8 
Skala pemanasan 9 
Skala pemanasan 10 
Gambar 4.5 Grafik hubungan volum distilat kumulatif terhadap waktu pada 
distilasi etanol-air dengan fraksi umpan 0,1 dengan skala pemanasan 8,9,dan 10 
Secara matematis, laju penambahan volume distilat sesaat adalah dV/dt, yang 
digambarkan sebagai gradient garis singgung kurva V(t). Karena volume kumulatif 
distilat dimodelkan sebagai fungsi kuadrat dari waktu, maka laju penambahan volume 
distilat sebagai turunan pertamanya akan menjadi fungsi linear terhadap waktu yaitu 
dV/dt (t) = b + 2at. Dari model-model matematis pada gambar 3.2, dapat ditentukan 
bahwa laju penambahan volume distilat untuk berbagai skala pemanasan adalah : 
Skala pemanasan 8 : dV/dt = 5,7589 - 0,094t 
Skala pemanasan 9 : dV/dt = 6,2807 -0,1234t 
Skala pemanasan 10 : dV/dt = 8,0165 - 0,1752t 
Dari hasil regresi linier diperoleh volume distilat saat tetesan pertama dengan 
t=0. Jika dibandingkan pada hasil percobaan, didapatkan volum distilat pada hasil 
percobaan dengan volum distilat pada persamaan laju penambahan volume memiliki 
perbedaan yang sangat signifikan. Volum distilat yang diperoleh dari laju
penambahan volume juga dapat dikatakan tidak logis. Secara logika, volum distilat 
yang diperoleh pada tetesan pertama sekitar 0.1 ml. Ketidakakuratan volum distilat 
dapat disebabkan oleh adanya zat pengotor yang terbawa saat tetesan pertama. 
Sementara itu, jika dibandingkan antara skala pemanasan, skala pemanasan 10 
memiliki volum yang paling tinggi dalam waktu yang sama. Menyusul skala 
pemanasan 9 dan 8. Hal ini disebabkan skala pemasanan berbanding lurus dengan 
enrgi yang dilepaskan untuk berubah fasa. Semakin tinggi skala pemanasan maka 
Semakin besar energi yang dilepaskan, sehingga uap yang diperoleh semakin banyak. 
Maka jumlah yang terkondensasikan makin banyak. 
Seiring bertambahnya skala pemanasan, volum distilat pun semakin banyak. 
Hal ini disebabkan oleh makin banyaknya air yang terkondensasi pada laju 
pemanasan yang semakin tinggi sehingga menambah volum distilat yang 
dihasilkan. 
4.6 Neraca Massa Distilasi 
Distilasi merupakan suatu proses yang dirancang dalam sebuah sistem dimana 
seharusnya tidak terdapat massa yang hilang. Pada kenyataannya, proses pemisah 
yang terdiri dari perubahan fasa dan perpindahan massa ini memenuhi persamaan 
neraca massa sebagai berikut 
Massa umpan = massa distilat + massa residu + massa hilang 
Hasil distilasi dikatakan valid apabila presentase massa hilang tidak lebih dari 
10% massa umpan. Massa yang terlibat dalam proses distilasi dapat dilihat pada table 
4.51 di bawah ini 
B.1314.3.01/Sem-II/2013-2014 
23
Tabel 4.6 Massa yang Terlibat Dalam Proses Distilasi 
Run 
ke- 
Massa 
Umpan (g) 
24 
Bedasarkan table diatas, massa yang hilang pada run ke-1 sebanyak 32,67 g, run 
ke-2 sebanyak 16,306 g, dan run ke-3 sebanyak 18,77 g. Massa yang hilang ini 
dapapt disebabkan oleh kebocoran pada rangkaian alat distilasi, penguapan etanol 
dalam labu distilasi, penguapan saat cairan akan menetes ke labu distilat, adanya 
tetesan yang tidak tertampung, serta adanya larutan yang menempel pada gelas ukur 
pengukuran volum sehingga massa total yang didapatkan menjadi berkurang. Namun 
karena persentase massa hilang masih dibawah 10% hasil yang didapatkan pada 
distilasi ini masih dianggap valid. 
B.1314.3.01/Sem-II/2013-2014 
Massa 
Distilat (g) 
Massa 
Residu (g) 
Massa 
Hilang (g) 
%Massa 
Hilang 
1 609,5 88,63 488,2 32,67 5,36 
2 610,4 95,294 498,8 16,306 2,67 
3 613,8 122,43 472,6 18,77 3,06
B.1314.3.01/Sem-II/2013-2014 
BAB V 
KESIMPULAN DAN SARAN 
25 
5.1 Kesimpulan 
Bedasarkan tujuan yang ditetapkan dan hasil percobaan, kesimpulan 
yang didapat sebagai berikut : 
1. Fraksi mol etanol tetesan pertama dengan umpan yang sama dengan 
meningkatnya skala pemanasan, fraksi mol etanol dalam tetes pertama 
distilat makin besar, yaitu 0,5817 ; 0,5763 ; dan 0,378. Pada skala 
pemanasan 10 terjadi suatu penyimpangan fraksi mol etanol yang 
diperoleh. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Dari nilai awal 
tersebut, fraksi etanol kumulatif dalam distilat terus menurun terhadap 
waktu. 
2. Volum distilat kumulatif makin besar dengan meningkatnya skala 
pemanasan. Semakin besar skala pemanasan, semakin besar pula 
penambahan volum distilat. 
5.2 Saran 
Labu Erlenmeyer yang digunakan tidak sesuai jumlahnya dengan yang 
dibutuhkan. Praktikan sebelumnya seharusnya dapat menjaga dengan baik alat 
praktikum karena batu didih yang dipakai pada saat percobaan tidak ada atau 
hilang sehingga harus meminta lagi ke gudang bahan.
Geankoplis, Christie John. 2003. Transport Process and Separation Process 
Principle, 4th edition. NJ : Prentice Hall (hlm. 699-704) 
Perry, Robert H, dan W.Green.1999.Perry’s Chemical Engineer’s Handbook, 
7th edition. Singapore : The Mc Graw Hill Companies Inc 
Smith,J.M,H.C Van Hess, and M.M Abbot.2005. Introduction to Chemical 
Engineering Thermodynamics, 7th edition. Singapore : The Mc Graw Hill Companies 
Inc 
B.1314.3.01/Sem-II/2013-2014 
DAFTAR PUSTAKA 
26

More Related Content

PPTX
reaktor CSTR dan PFR
PDF
363346658 16-soal-jawab-kinetik-kimia-nop-bahan-uas-docx
PDF
05 kinetika reaksi-homogen-sistem-batch-ppt
PPTX
Ppt reaktor
PPTX
Pik 2 bab 4_halogenasi
DOCX
Fluidisasi2 (repaired)
PPTX
Alat Kristalisasi
PPTX
Katalis heterogen
reaktor CSTR dan PFR
363346658 16-soal-jawab-kinetik-kimia-nop-bahan-uas-docx
05 kinetika reaksi-homogen-sistem-batch-ppt
Ppt reaktor
Pik 2 bab 4_halogenasi
Fluidisasi2 (repaired)
Alat Kristalisasi
Katalis heterogen

What's hot (20)

PPT
7 energi bebas gibbs
PPTX
Kristalisasi 2
DOCX
Laporan Praktikum Permanganometri
PDF
Batch Reactor
PPTX
Tugas Kimdas (Hukum 3 termodinamika)
DOC
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
PPT
Termodinamika (5) a kesetimbangan_kimia
PPTX
Termodinamika kimia (pertemuan 1)
DOC
laporan praktikum termokimia
PPT
perancangan proses kimia
PPTX
ITP UNS SEMESTER 2 Cairan newtonian dan non newtonian
DOCX
Laporan kimfis 1 kelompok i
DOCX
52895684 analisis-gravimetri-adalah-suatu-bentuk-analisis-kuantitatif-yang-be...
PPT
Termodinamika 1 lanjutan
PPTX
Pik 2 bab 1_nitrasi
PDF
Ion exchange
PDF
alat-penukar-panas (Heat Exchanger)
DOC
Laporan Praktikum Pembuatan Tawas
PPT
Bab 3 Sifat Volumetris
7 energi bebas gibbs
Kristalisasi 2
Laporan Praktikum Permanganometri
Batch Reactor
Tugas Kimdas (Hukum 3 termodinamika)
ITP UNS SEMESTER 2 Latihan soal gravimetri & jawaban
Termodinamika (5) a kesetimbangan_kimia
Termodinamika kimia (pertemuan 1)
laporan praktikum termokimia
perancangan proses kimia
ITP UNS SEMESTER 2 Cairan newtonian dan non newtonian
Laporan kimfis 1 kelompok i
52895684 analisis-gravimetri-adalah-suatu-bentuk-analisis-kuantitatif-yang-be...
Termodinamika 1 lanjutan
Pik 2 bab 1_nitrasi
Ion exchange
alat-penukar-panas (Heat Exchanger)
Laporan Praktikum Pembuatan Tawas
Bab 3 Sifat Volumetris
Ad

Viewers also liked (20)

PPTX
Hipotesis
PDF
Présentation pour visite organisée par l'IFFP
PDF
Products
PPTX
Library power point_1
PPSX
Eagle eye presentation ver 2.0 slides
PPTX
Example presentation - infographics
PPSX
Eagle eye presentation ver 2.0 slides
PPTX
PPTX
K tek Introduction
PDF
ความสุขของกะทิ
PPTX
Mes diplômes - my diplomas
PPT
The Byzantine Empire
PPTX
Reclutamiento de personal
DOCX
Bab iii disd
PDF
Catalog Produk Alat - Alat Survey by AMS
ODP
Blood Circulatory System
DOCX
Bab ii disd
PPT
Stakeholder ethics
DOCX
Kesetimbangan uap cair
PPTX
Hipótesis
Hipotesis
Présentation pour visite organisée par l'IFFP
Products
Library power point_1
Eagle eye presentation ver 2.0 slides
Example presentation - infographics
Eagle eye presentation ver 2.0 slides
K tek Introduction
ความสุขของกะทิ
Mes diplômes - my diplomas
The Byzantine Empire
Reclutamiento de personal
Bab iii disd
Catalog Produk Alat - Alat Survey by AMS
Blood Circulatory System
Bab ii disd
Stakeholder ethics
Kesetimbangan uap cair
Hipótesis
Ad

Recently uploaded (20)

DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PJOK Kelas X Terbaru 2025
DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PKWU Kerajinan Kelas XII SMA Terbaru 2025
PDF
Laktasi dan Menyusui (MK Askeb Esensial Nifas, Neonatus, Bayi, Balita dan Ana...
PDF
RPP PEMBELAJARAN MENDALAM BAHASA INDONESIA _SariIndah_DEWI SINTA (1).pdf
DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PAI & BP Kelas XII Terbaru 2025
PPTX
MODUL 2 LK 2.1.pptx MODUL 2 LK 2.1.pptx MODUL 2 LK 2.1.pptx
PPTX
Pengantar pembelajaran_Koding_dan kecerdasan artifisial
PDF
Laporan On The Job TRaining PM KS Siti Hikmah.pdf
PPTX
PPT REVISED - SEMINAR PEMBELAJARAN MENDALAM .pptx
DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PKWU Budidaya Kelas XII SMA Terbaru 2025
PPTX
Saint Maximilian Kolbe, Polish friar, priest, missionary and martyr (indonesi...
PDF
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Indonesia Kelas 6 Kurikulum Merdeka
PDF
Konsep Dasar Nifas, Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah.pdf
DOCX
LK 1.1.a.2_Modul 2 Pelatihan Koding dan Artifisial
PPTX
Slide_Berpikir_Komputasional_Pola_Algoritma_Kelas5SD.pptx
PDF
AI-Driven Intelligence and Cyber Security: Strategi Stabilitas Keamanan untuk...
DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Bahasa Inggris Kelas XII SMA Terbaru 2025
PDF
RPP PEMBELAJARAN MENDALAM BAHASA INDONESIA _SariIndah_DEWI SINTA (1).pdf
PDF
Ilmu tentang pengembangan teknologi pembelajaran
PDF
Modul Ajar Deep Learning IPAS Kelas 6 Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PJOK Kelas X Terbaru 2025
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PKWU Kerajinan Kelas XII SMA Terbaru 2025
Laktasi dan Menyusui (MK Askeb Esensial Nifas, Neonatus, Bayi, Balita dan Ana...
RPP PEMBELAJARAN MENDALAM BAHASA INDONESIA _SariIndah_DEWI SINTA (1).pdf
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PAI & BP Kelas XII Terbaru 2025
MODUL 2 LK 2.1.pptx MODUL 2 LK 2.1.pptx MODUL 2 LK 2.1.pptx
Pengantar pembelajaran_Koding_dan kecerdasan artifisial
Laporan On The Job TRaining PM KS Siti Hikmah.pdf
PPT REVISED - SEMINAR PEMBELAJARAN MENDALAM .pptx
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam PKWU Budidaya Kelas XII SMA Terbaru 2025
Saint Maximilian Kolbe, Polish friar, priest, missionary and martyr (indonesi...
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Indonesia Kelas 6 Kurikulum Merdeka
Konsep Dasar Nifas, Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah.pdf
LK 1.1.a.2_Modul 2 Pelatihan Koding dan Artifisial
Slide_Berpikir_Komputasional_Pola_Algoritma_Kelas5SD.pptx
AI-Driven Intelligence and Cyber Security: Strategi Stabilitas Keamanan untuk...
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Bahasa Inggris Kelas XII SMA Terbaru 2025
RPP PEMBELAJARAN MENDALAM BAHASA INDONESIA _SariIndah_DEWI SINTA (1).pdf
Ilmu tentang pengembangan teknologi pembelajaran
Modul Ajar Deep Learning IPAS Kelas 6 Kurikulum Merdeka

Bab iv distilasi sederhana

  • 1. B.1314.3.01/Sem-II/2013-2014 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kalibrasi Termometer Dari hasil percobaan, diperoleh data berupa temperatur bacaan pada titik leleh air berturut-turut 10C dan 20C. Serta pada titik didih air sebesar 98,50C dan 980C. Data tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai literature. Titik leleh air pada literature adalah 00C. Sedangkan titik didih air pada literature ditentukan bedasarkan kondisi tekanan ruang saat percobaan berlangsung. Nilai titik didih air pada literature dihitung menggunakan persamaan Antoine dengan konstanta untuk aqua dm sebagai berikut ln Psat (KPa) = 16,387 - 3885,70 푇(0퐶 )+230,17 Sehingga diperoleh nilai titik didih air pada literature sebesar 97,530C. Bedasarkan data tersebut, kemudian disusun kurva kalibrasi termometer 14
  • 2. 120 100 80 60 40 20 0 -20 0 20 40 60 80 100 120 T aktual (oC) B.1314.3.01/Sem-II/2013-2014 15 y = 1.0003x - 1.0003 R² = 1 y = 1.016x - 2.0319 R² = 1 T bacaan (oC) Termometer 1 Termometer 2 Gambar 4.1 Kalibrasi termometer antara hasil bacaan termometer dengan temperatur literatur Bedasarkan gambar 4.1.1 tersebut dapat disusun suatu persamaan linear sebagai persamaan kalibrasi termometer. Persamaan kalibrasi yang diperoleh untuk termometer 1 dan 2 adalah sebagai berikut Termometer 1 : y1 = 1,016x – 2,0319 Termometer 2 : y2 = 1,0003x – 1,0003 4.2 Kalibrasi Piknometer dan Pengukuran Densitas Etanol Bedasarkan percobaan kalibrasi piknometer, diperoleh data berupa massa aqua dm sebesar 5,334 g dan temperatur aqua dm sebesar 25,250C. Melalui persamaan 휌 = 푚푎푠푠푎 푣표푙푢푚푒 , maka dapat dihitung volum dari piknometer, yaitu 5.351 mL. Pada penentuan densitas etanol, dengan menggunakan piknometer yang telah dikalibrasi dan diketahui nilai volumnya, didapatkan massa etanol sebesar 4.269
  • 3. 1.365 1.36 1.355 1.35 1.345 1.34 1.335 1.33 1.325 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 Indeks Bias B.1314.3.01/Sem-II/2013-2014 16 gram. Dengan menggunakan persamaan yang sama, diperoleh densitas etanol sebesar 0.798 gram/mL. 4.3 Kalibrasi Rerfraktometer Dari hasil percobaan, didapatkan nilai indeks bias larutan pada berbagai variasi fraksi etanol dalam campuran etanol-air. Hasil yang diperoleh dialurkan menjadi suatu kurva kalibrasi refraktometer sebagai berikut y = 0.3561x3 - 0.4474x2 + 0.1942x + 1.3313 R² = 0.9948 Fraksi Mol Etanol Gambar 4.3. Kalibrasi refraktometer antara indeks bias dengan fraksi etanol Bedasarkan gambar 4.3 indeks bias distilat-distilat yang diperoleh pada percobaan dapat dikonversikan menjadi fraksi etanol distilat.
  • 4. B.1314.3.01/Sem-II/2013-2014 17 4.4 Hubungan Skala Pemanasan Terhadap Fraksi Mol Etanol Distilat Bedasarkan diagram T-xy, skala pemanasan berbanding terbalik terhadap konsentrasi etanol distilat. Apabila skala pemanasan ditambah maka pada waktu yang sama konsentrasi distilat yang didapatkan akan semakin menurun. Hal ini dapat dibuktikan dengan menggunakan diagram T-xy pada suatu literatur. Gambar 4.4.1 Kurva T-xy Etanol-Air Jika diambil pada satu titik pada sumbu x, misalnya fraksi mol etanol 0,3 dan dari titik tersebut ditarik garis vertikal, maka garis tersebut akan mengenai kurva cair pada suhu 355 K. Suhu ini menunjukkan titik dimana etanol mulai mendidih. Jika pada titik tersebut ditarik garis horizontal kekanan melalui kurva kesetimbangan uap-cair, maka suatu saat garis akan mengenai kurva uap (dew point). Jika dari titik tersebut ditarik garis vertical ke bawah sampai subcooled dan kemudian sampai sumbu x, garis menunjukkan bahwa uap etanol terkondensasi dan konsentrasi etanol yang telah terkondensasi tersebut sebanyak hamper 0,6. Jika pada konsentrasi yang
  • 5. B.1314.3.01/Sem-II/2013-2014 18 sama skala pemanasan ditingkatkan, etanol hasil kondensasi yang didapatkan semakin sedikit yaitu sekitar 0,5. Jika ditingkatkan lagi, etanol yang didapatkan menjadi sekitar 0,4. Hal ini yang mendasari teori penurunan konsentrasi etanol yang didapat ketika skala pemanasan ditingkatkan. Jika skala pemanasan ditingkatkan, maka uap etanol yang terbentuk akan lebih banyak dan lebih cepat. Namun pada saat yang sama kemungkinan uap air yang tidak diinginkan terbentuk juga lebih besar sehingga fraksi air yang terkondensasi dan masuk ke labu distilat semakin banyak. Konsentrasi etanol distilat sangat bergantung pada banyaknya jumlah air pada hasil distilasi. Oleh karena itu, konsentrasi etanol semakin menurun jika skala pemanasan ditingkatkan. Dari hasil percobaan didapatkan bahwa konsentrasi etanol seperti gambar di bawah ini
  • 6. 0.60 0.50 0.40 0.30 0.20 0.10 B.1314.3.01/Sem-II/2013-2014 19 Gambar 4.4.2 Komposisi distilat kumulatif etanol-air dengan fraksi umpan 0.1 terhadap waktu pada skala pemanasan 8,9,dan 10 Dari gambar terlihat bahwa untuk masing-masing run dengan variasi skala pemanasan memiliki kecenderungan bentuk kurva yang sama. Pada percobaan ini diukur komposisi distilat fraksial setiap 3 menit sekali. Komposisi fraksial tersebut dikumulatifkan dengan komposisi-komposisi sebelumnya menjadi komposisi distilat kumulatif. Komposisi distilat kumulatif dihitung dengan menggunakan rumus berikut 푋푚, 푘푢푚 = 푋1×46 푋1 ×46 +(1−푋1)×18 ×푚1+ 푋2×46 푋2×46+(1−푋2)×18 ×푚2 푚1+푚2 푋푒푡푎푛표푙 ,푘푢푚푢푙푎푡 = 푋푚, 푘푢푚 46 푋푚, 푘푢푚 46 + 1 − 푋푚, 푘푢푚 18 y = -0.0134x + 0.5817 y = -0.0182x + 0.5763 y = -0.0138x + 0.378 0.00 0 5 10 15 20 25 30 Xetanol (fraksi mol) waktu (menit) Skala Pemanasan 8 Skala Pemanasan 9 Skala Pemanasan 10
  • 7. Dari hasil regresi linier gambar 4.4.2 diperoleh persamaan garis yang memiliki persamaan umum y=ax + b, konstanta a (slope) merepresentasikan laju konsentrasi terhadap waktu dan konstanta b (intercept) merepresentasikan fraksi mol etanol pada tetesan pertama. Dari persamaan yang ada pada gambar 4.4.2, nilai slope untuk skala pemanasan 8 ; 9 ; dan 10 berturut-turut adalah -0,0134 ; -0,0182 ; dan -0,0138. Tanda negatif menunjukkan konsentrasi yang semakin berkurang. Pada gambar 4.4.2 terlihat nilai slope saat skala pemanasan 9 dibandingkan dengan skala pemanasan 8 memiliki nilai yang lebih curam. Terjadi kenaikan nilai slope yang cukup signifikan. Sementara itu, jika mengikuti model linear, fraksi mol etanol dalam tetes pertama distilat adalah 0,5817 ; 0,5763 ; dan 0,378 pada skala pemanasan 8 ; 9 ; dan 10. Adapun dari diagram T-x-y etanol-air, praktikan telah memprediksi fraksi mol distilat tetes pertama akan mengandung etanol sekitar 0,45. Nilai percobaan agak jauh dengan prediksi yaitu 0,45 dan memiliki galat lebih dari 10% pada masing-masing skala pemanasan. Model linear bisa jadi kurang tepat untuk merepresentasikan data ini walaupun memiliki trend yang sama. Hal ini tidak sesuai dengan teori, seharusnya dengan fraksi mol umpan yang sama nilai fraksi mol etanol pada tetesan pertama memiliki nilai yang sama pula. Perbedaan fraksi mol etanol pada skala pemanasan 10 dapat disebabkan oleh umpan yang didistilasi lebih dari fraksi umpan seharusnya yaitu 0,1 sehingga fraksi mol etanol pada tetesan pertama yang diperoleh lebih dari 0,45. Sementara itu, jika hasil percobaan dari masing-masing run dibandingkan maka pada run ke-3 dengan skala pemanasan paling besar akan menghasilkan distilat dengan konsentrasi atau fraksi mol paling kecil. Hal ini disebabkan pada waktu yang sama energi yang dikeluarkan dalam bentuk panas akan makin besar hingga suhu kesetimbangan akan semakin cepat dicapai dan semakin tinggi. B.1314.3.01/Sem-II/2013-2014 20
  • 8. Jadi dapat disimpulkan bahwa peningkatan skala pemanasan seiring dengan meningkatnya waktu berbanding terbalik dengan peningkatan konsentrasi distilat. Dapat dilihat pada gambar bahwa semakin tinggi temperatur maka semakin kecil fraksi mol etanolnya. Pada gambar 4.4.1 juga dapat dilihat bahwa semakin tinggi fraksi mol etanol umpan semakin tinggi pula komposisi etanol dalam distilat. Hal ini telah dibuktikan oleh diagram T-xy. Semakin tinggi fraksi mol yang dipanaskan dan mencapai bubble point, maka dengan menghubungkannya dengan dew point diperoleh fraksi mol distilat yang keluar semakin tinggi. 4.5 Pengaruh Skala Pemanasan terhadap Volum Distilat Dari hasil percobaan diperoleh hubungan volum distilat kumulatif terhadap waktu distilasi. B.1314.3.01/Sem-II/2013-2014 21
  • 9. 160 140 120 100 80 60 40 20 0 0 10 20 30 B.1314.3.01/Sem-II/2013-2014 22 y = -0.0876x2 + 8.0165x + 1.0268 R² = 0.9999 y = -0.0617x2 + 6.2807x - 3.3509 R² = 0.9999 y = -0.047x2 + 5.7589x - 2.4661 R² = 0.9995 Skala pemanasan 8 Skala pemanasan 9 Skala pemanasan 10 Gambar 4.5 Grafik hubungan volum distilat kumulatif terhadap waktu pada distilasi etanol-air dengan fraksi umpan 0,1 dengan skala pemanasan 8,9,dan 10 Secara matematis, laju penambahan volume distilat sesaat adalah dV/dt, yang digambarkan sebagai gradient garis singgung kurva V(t). Karena volume kumulatif distilat dimodelkan sebagai fungsi kuadrat dari waktu, maka laju penambahan volume distilat sebagai turunan pertamanya akan menjadi fungsi linear terhadap waktu yaitu dV/dt (t) = b + 2at. Dari model-model matematis pada gambar 3.2, dapat ditentukan bahwa laju penambahan volume distilat untuk berbagai skala pemanasan adalah : Skala pemanasan 8 : dV/dt = 5,7589 - 0,094t Skala pemanasan 9 : dV/dt = 6,2807 -0,1234t Skala pemanasan 10 : dV/dt = 8,0165 - 0,1752t Dari hasil regresi linier diperoleh volume distilat saat tetesan pertama dengan t=0. Jika dibandingkan pada hasil percobaan, didapatkan volum distilat pada hasil percobaan dengan volum distilat pada persamaan laju penambahan volume memiliki perbedaan yang sangat signifikan. Volum distilat yang diperoleh dari laju
  • 10. penambahan volume juga dapat dikatakan tidak logis. Secara logika, volum distilat yang diperoleh pada tetesan pertama sekitar 0.1 ml. Ketidakakuratan volum distilat dapat disebabkan oleh adanya zat pengotor yang terbawa saat tetesan pertama. Sementara itu, jika dibandingkan antara skala pemanasan, skala pemanasan 10 memiliki volum yang paling tinggi dalam waktu yang sama. Menyusul skala pemanasan 9 dan 8. Hal ini disebabkan skala pemasanan berbanding lurus dengan enrgi yang dilepaskan untuk berubah fasa. Semakin tinggi skala pemanasan maka Semakin besar energi yang dilepaskan, sehingga uap yang diperoleh semakin banyak. Maka jumlah yang terkondensasikan makin banyak. Seiring bertambahnya skala pemanasan, volum distilat pun semakin banyak. Hal ini disebabkan oleh makin banyaknya air yang terkondensasi pada laju pemanasan yang semakin tinggi sehingga menambah volum distilat yang dihasilkan. 4.6 Neraca Massa Distilasi Distilasi merupakan suatu proses yang dirancang dalam sebuah sistem dimana seharusnya tidak terdapat massa yang hilang. Pada kenyataannya, proses pemisah yang terdiri dari perubahan fasa dan perpindahan massa ini memenuhi persamaan neraca massa sebagai berikut Massa umpan = massa distilat + massa residu + massa hilang Hasil distilasi dikatakan valid apabila presentase massa hilang tidak lebih dari 10% massa umpan. Massa yang terlibat dalam proses distilasi dapat dilihat pada table 4.51 di bawah ini B.1314.3.01/Sem-II/2013-2014 23
  • 11. Tabel 4.6 Massa yang Terlibat Dalam Proses Distilasi Run ke- Massa Umpan (g) 24 Bedasarkan table diatas, massa yang hilang pada run ke-1 sebanyak 32,67 g, run ke-2 sebanyak 16,306 g, dan run ke-3 sebanyak 18,77 g. Massa yang hilang ini dapapt disebabkan oleh kebocoran pada rangkaian alat distilasi, penguapan etanol dalam labu distilasi, penguapan saat cairan akan menetes ke labu distilat, adanya tetesan yang tidak tertampung, serta adanya larutan yang menempel pada gelas ukur pengukuran volum sehingga massa total yang didapatkan menjadi berkurang. Namun karena persentase massa hilang masih dibawah 10% hasil yang didapatkan pada distilasi ini masih dianggap valid. B.1314.3.01/Sem-II/2013-2014 Massa Distilat (g) Massa Residu (g) Massa Hilang (g) %Massa Hilang 1 609,5 88,63 488,2 32,67 5,36 2 610,4 95,294 498,8 16,306 2,67 3 613,8 122,43 472,6 18,77 3,06
  • 12. B.1314.3.01/Sem-II/2013-2014 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 25 5.1 Kesimpulan Bedasarkan tujuan yang ditetapkan dan hasil percobaan, kesimpulan yang didapat sebagai berikut : 1. Fraksi mol etanol tetesan pertama dengan umpan yang sama dengan meningkatnya skala pemanasan, fraksi mol etanol dalam tetes pertama distilat makin besar, yaitu 0,5817 ; 0,5763 ; dan 0,378. Pada skala pemanasan 10 terjadi suatu penyimpangan fraksi mol etanol yang diperoleh. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Dari nilai awal tersebut, fraksi etanol kumulatif dalam distilat terus menurun terhadap waktu. 2. Volum distilat kumulatif makin besar dengan meningkatnya skala pemanasan. Semakin besar skala pemanasan, semakin besar pula penambahan volum distilat. 5.2 Saran Labu Erlenmeyer yang digunakan tidak sesuai jumlahnya dengan yang dibutuhkan. Praktikan sebelumnya seharusnya dapat menjaga dengan baik alat praktikum karena batu didih yang dipakai pada saat percobaan tidak ada atau hilang sehingga harus meminta lagi ke gudang bahan.
  • 13. Geankoplis, Christie John. 2003. Transport Process and Separation Process Principle, 4th edition. NJ : Prentice Hall (hlm. 699-704) Perry, Robert H, dan W.Green.1999.Perry’s Chemical Engineer’s Handbook, 7th edition. Singapore : The Mc Graw Hill Companies Inc Smith,J.M,H.C Van Hess, and M.M Abbot.2005. Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics, 7th edition. Singapore : The Mc Graw Hill Companies Inc B.1314.3.01/Sem-II/2013-2014 DAFTAR PUSTAKA 26