Buku Double Track 3 - Akselerasi Cipta Kerja
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRIVOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
Cetakan Pertama, Mei 2020
xiv + 175 halaman, 17,6 X 25 cm
ISBN: 978-623-92390-3-9
Pengarah:
Wahid Wahyudi
Mochamad Ashari
Penanggung Jawab:
M. Zainul Asrori
Ety Prawesti
Penulis Naskah:
Sukemi, Adriono, Rusdi Zaki
Editor Naskah:
Fajar Baskoro, Arya Yudhi Wijaya
Pemasok Data:
Anny Saulina, M. Yusuf Heru Wicaksono, Setiyo Agustiono, Hozairi, Bekti Cahyo Hidayanto
Desain Cover:
Condro Wiratmoko
Desain Isi:
Sulistyorini
Foto:
Dokumentasi Sekolah Peserta Double Track
Dokumen Tim IT Double Track ITS
Penerbit:
PT Pendar Asa Komunika
Jl. Jatisari Permai III Blok F 55
Pepelegi, Waru, Sidoarjo, Jawa Timur
Mobile Phone: 08123587792
Diterbitkan untuk Pelaksana Program Double Track Dinas Pendidikan Jawa Timur dan ITS
Copyrigth 2020 pada Pelaksana Program Double Track Dinas Pendidikan Jawa Timur dan ITS
@Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip dan menggandakan sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari
Pelaksana Program Double Track Dinas Pendidikan Jatim dan ITS
Isi di Luar Tanggung Jawab Percetakan
2 SMA DOUBLE TRACK SIAPKAN KETERAMPILAN AGAR TIDAK JADI PENGANGGURAN
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
iii
Buku berjudul Akselarasi Cipta Kerja ­Mandiri,
Voucher Cipta Kerja sebagai Awal Berwirausaha
ini merupakan buku ketiga tentang program
SMA/MA Double Track (DT) di Provinsi Jawa
Timur. Tahun sebelumnya telah diluncurkan dua
buku sejenis dengan judul SMA Double Track,
Inovasi Jatim Siapkan Lulusan Siap Kerja dan
SMA Double Track dalam Gambar. Jadi buku
yang ada di hadapan Anda ini merupakan
­informasi lanjutan tentang pelaksanaan DT yang
sudah memasuki tahun ketiga, pada 2020 ini.
Buku pertama lebih banyak berisi tentang
pengenalan program DT, maksud dan tujuan
KataPengantar
Tim Penulis
KATA PENGANTAR
serta latar belakang yang mendasari lahirnya kebijakan program ­unggulan
ini. Kemudian disusul dengan uraian pelaksanaan program afirmatif DT di
­sejumlah sekolah. Di samping itu juga berisi tentang foto-foto antusiasme
peserta DT dalam melakukan praktik dan mengeksplorasi potensi mereka,
­termasuk foto karya kreatif siswa.
Pada buku kali ini akan disajikan kegiatan lanjutan serta perkembangan
dari pelaksanaan DT di lapangan. Berdasar pengamatan terlihat telah terjadi
perkembangan yang signifikat. Siswa yang berminat mengikuti program DT
membludak, sehingga sekolah penyelenggara DT terpaksa melakukan seleksi
ketat. Program DT juga makin bergema di masyarakat dan produk-produknya
mulai dilirik publik.
Fokus dari program DT pada tahun ketiga ini adalah melakukan ­percepatan
agar tercipta usaha kerja mandiri. Peserta DT dipacu untuk produktif dan
kreatif bukan hanya pada saat praktik di ruang pelatihan, tetapi juga aktif
­mengunggah produk mereka di media sosial. Didorong turut berpartisipasi
dalam ­pameran-pameran serta bersemangat terjun di arena Car Free Day
(CFD) Minggu pagi. Harapannya pelatihan DT tidak berhenti sebatas diklat dan
menambah keterampilan semata, tetapi benar-benar sebagai langkah awal
mewujudkan bisnis mandiri yang konkret.
Tapi di saat program DT berlangsung setengah jalan, tidak terduga ­pandemi
COVID 19 datang melanda. Sejumlah program menjadi terganggu. Tetapi
segera dilakukan penyesuaian dan penjadwalan ulang. Ternyata terjadi ­blessing
in disguise, semacam keberuntungan tersembunyi di sela musibah. Program DT
sukses dilaksanakan dengan memanfaatkan teknologi daring. Seminar via web
(webinar) juga menjadi pilihan yang efektif. ­Pengalaman-pengalaman ­bersiasat
dalam menjalankan program pembelajaran di tengah pandemi ­corona turut
mewarnai buku ini.
Dalam kesempatan ini tim penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah turut berkontribusi dalam penyusunan hingga penerbitan buku
ini. Semoga semua masukan tersebut membawa manfaat bagi pengembangan
pendidikan dan penciptaan lapangan kerja, terutama di Provinsi Jawa Timur.
	 Surabaya, Mei 2020
	 Tim Penulis
iv VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
Luar biasa! Itulah kesan pertama saya ketika
membuka kegiatan Festival SMA/MA Double
Track di Jatim Expo, 29 Desember tahun 2019
lalu. Saya ingat benar apa yang saya sampaikan
dalam mengapresiasi peserta DT saat itu. Saya
katakana, “Saya rasa ini akan menjadi cahaya
baru di tahun 2020. Saya berharap anak-anak
punya harapan, dari hal kecil bisa menuai hasil
yang besar di masa mendatang.”
Harapansayaituterbuktidansaya­meyaksikan
sekaligus merasakannya ­sendiri ­ketika Jawa
Timur dilanda pandemi ­COVID-19, di mana ke-
butuhan akan hand sanitizer dan ­masker langka
KataSambutan
Gubernur Provinsi Jawa Timur
vKATA SAMBUTAN
vi VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
di pasaran, tiba-tiba sekolah program DT datang untuk ­memberikan bantuan
dalam bentuk pembuatan hand sanitizer dan masker ­serta pembuatan alat
pelindung diri (APD). Program DT benar-benar telah menjadi cahaya baru,
membantu Pemerintah Jatim dalam ikut serta ­memerangi pandemi Corona.
DT adalah suatu sistem pembelajaran yang menggabungkan cara ­belajar
SMA yang diberi keterampilan keterampilan tambahan. Penambahan ini
­membuat siswa siap kerja jika tidak ingin melanjutkan pendidikan ke ­perguruan
tinggi. Sistem DT dikonsep sebagai kegiatan ekstrakurikuler, dengan ketentuan
setiap siswa minimal satu tahun mengikuti sistem DT.
DT muncul dari keprihatinan atas tingginya potensi lulusan SMA yang ­menjadi
pengangguran. Terutama mereka yang setelah lulus tidak ­melanjutkan ke
bangku kuliah. Fakta ini menjadi permasalahan tersendiri bagi ­pembangunan
manusia di Jatim, karena peserta didik lulusan SMA banyak yang tidak dibekali
skill dasar untuk terjun ke dunia kerja. Melalui DT diharapkan bisa memberikan
skill atau kompetensi tambahan kepada siswa. Selain itu, DT diharapkan dapat
meningkatkan mutu pendidikan serta menanggulangi lahirnya pengangguran
terbuka dari lulusan SMA yang tidak melanjutkan ke pendidikan tinggi.
Faktanya, DT benar-benar telah menunjukkan hasil yang positif.
­Keterampilan siswa dalam ikut serta dalam pembuatan hand sanitizer, masker,
dan APD dalam ikut serta melawan COVID-19 adalah buktinya.
Karena itu kita berharap siswa DT dapat terus mengembangkan
­keterampilannya untuk bekal berwirausaha atau pun bekerja secara mandiri.
Saya yakin keterampilan yang telah dimiliki dan ketekunan, ditambah dengan
kerja keras didalam menjalankannya, akan membuat lulusan program DT ikut
berkontribusi dalam menekan angka pengangguran terbuka di Jawa Timur.
Semoga! Aamiin.
	 Surabaya, Mei 2020
	 Gubernur Provinsi Jawa Timur
	 Hj. Khofifah Indar Parawansa, M.Si
vii
Alhamdulillah di tengah pandemi COV-
ID-19, aktivitas dunia pendidikan di Jawa Timur
tetap berjalan. Memang ada beberapa fokus
­perhatian yang sebelumnya telah ­direncanakan
­mengalami pergeseran, itu karena kita ­lebih
­memilih dan mengutamakan bagaimana
­melawan Virus Corona, agar pandemi ini cepat
teratasi.
Program SMA Double Track (DT) yang
­menjadi salah satu program unggulan di
­lingkungan ­Dinas Pendidikan Jawa Timur
tetap ­menjadi ­perhatian, meski dalam
­pelaksanaannya harus sedikit bergeser dari
Pengantar
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
PENGANTAR
­jadwal semula, ­menyesuaikan dengan pelaksanaan belajar dari rumah atau
yang dikenal ­dengan study from home (SFH).
Saat memasuki pelaksanaan DT pada awal semester genap tahun
­2019-2020 tidak ada sedikit pun keraguan jika program ini bakal ­diperpanjang
­pelaksanaannya, kami optimistis akan berjalan sesuai rencana. Tapi ­memasuki
bulan ketiga, Corona datang, bukan hanya sektor pendidikan saja yang
­mengalami kendala, hampir semua sektor merasakan akibatnya.
Tapi saya merasa bersyukur, meski mengalami kendala, DT tetap ­berjalan.
Bahkan di luar dugaan, sekolah DT ikut berkontribusi dalam melawan Corona.
Beberapa sekolah ikut menyelesaikan kelangkaan masker dan hand sinitezer
di pasaran. Mereka juga berinisiatif menggelar bakti sosial membagi-­bagikan
masker, hand sanitizer, secara gratis di lingkungan sekolah masing-­masing.
Sebuah kepedulian yang perlu diacungi jempol di tengah keprihatinan
­masyarakat akan pandemi COVID-19 ini.
viii VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
Belakangan,beberapasekolahbersediauntukmemproduksi(baca:menjahit)
alat pelindung diri (APD). Sungguh saya mengapresiasinya kesediaan itu, ­hanya
saja karena bahan baku yang disediakan Dinas Pendidikan Jatim ­terbatas,
­sehingga hanya beberapa sekolah saja yang ikut ambil bagian. Hasilnya
­bagus, tidak kalah dengan APD yang ada di pasaran yang dikerjakan oleh
penjahit atau perusahaan profesional.
Sebagai salah satu program inovasi di Dinas Pendidikan Jatim, maka
yang harus dimunculkan adalah adanya perubahan dan kreativitas dari
­pelaksanaan, dan ini telah dibuktikan melalui keikutsertaan dan kesiapsiagaan
dalam ­menghadapi pandemik. Bukan hanya dalam menghasilkan produk
yang dibutuhkan masyarakat, tapi juga dalam upaya memenuhi taget ­capaian
­pembelajaran yang telah ditetapkan, yakni 90 jam pelajaran tatap muka.
­Melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi sekolah DT telah
mampu “mengampanyekan” pembelajaran melalui metode daring.
Melihat begitu besarnya animo dari guru, trainer, operator, dan juga siswa
—merupakan unsur utama dalam penyelenggaraan DT— dalam mengikuti
pembelajaran lewat daring, saya optimistis kalau Jawa Timur menjadi salah
satu provinsi yang sukses dalam mengembangkan pembelajaran jarak jauh
(PJJ). Ini dibuktikan dari apa yang telah dilakukan oleh sekolah-sekolah DT,
yang nyata-nyata bukan sekolah dengan siswa kelas menengah-atas, juga
­berada bukan di ibukota kabupaten, sudah mampu menyelenggarakan PJJ.
Kisah-kisah yang tergambar dalam buku ini —sebagian besar ­bercerita
­tentang kondisi program DT pada pandemi COVID-19— adalah salah satu
bukti nyata tak terbantahkan, jika pelaksanaan DT benar-benar sangat
­inovatif dan inspiratif. Menjawab kebutuhan generasi melenial akan proses
­pembelajaran sebagai merdeka belajar. Memang kita tidak boleh menutup
mata terhadap masih ditemukan kekurangan di sana-sini. Tapi saya yakin,
seiring dengan berjalannya waktu, ke depan kekurangan-kekurangan itu dapat
diperbaiki bersama.
Kisah yang tertuang dalam buku ini telah memberikan gambaran bahwa DT
—sebagaimana niat di awal penyelenggaraannya— telah menjadi salah satu
cara dalam upaya mengurangi an­gka pengangguran terdidik setelah kelak
siswa menyelesaikan studinya di jenjang SMA/MA, sekaligus telah ­memotivasi
siswa bahwa masa depan mereka cerah dan mampu mandiri, dari bekal
­keterampilan yang diperoleh melalui program DT.
Semoga buku ini membawa manfaat sekaligus menjadi penyemangat dan
ixPENGANTAR
x VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
mengisnpirasi bagi sekolah DT lainnya untuk bisa mengikuti langkah positif
yang terekam dalam buku ini.
Terima kasih.
	 Surabaya, Mei 2020
	 Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
	 Dr. Ir. Wahid Wahyudi, MT 
Ini adalah buku kedua yang disusun sebagai
bagian dari pertanggungjawaban publik terkait
dengan kerja sama antara Institut Tekknologi
Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya dengan
­Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur dalam
penyelenggaraan Program Double Track (DT).
Tentu pada buku kedua ini ­harapannya
­mampu memotret hasil dan ­berkembangan
yang luar biasa dalam pelaksanan DT,
­mengingat ­pengalaman tahun sebelumnya
telah ­membuktikan program ini telah ­berhasil
sebagaimana yang diharapkan di awal
­penandatanganan MoU.
SekapurSirih
Rektor Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya
xiSEKAPUR SIRIH
Optimisme ini bisa dilihat saat kegiatan Festival SMA/MA Double Track di
Jatim Expo, Surabaya di akhir tahun kemarin, tepatnya pada 29 Desember
2019. Itulah salah satu bukti nyata atas keberhasilan DT. Melalui festival itu,
masyarakat apresiatif terhadap hasil yang telah dicapai. Siswa pun tampil
­dengan percaya diri memamerkan hasil karyanya yang diperoleh melalui
­pelatihan keterampilan DT.
Harus dikatakan dengan jujur, harapan itu belum tercapai ­seluruhnya,
­karena memasuki pelaksanaan DT pada semester genap tahun ­2019-2020,
pandemi COVID-19 memasuki wilayah Indonesia. Target 90 jam tatap
muka dalam pembelajaran teori dan praktik pun terganggu, berjalan tidak
­semulus yang direncanakan. Langkah antisipasi segera diambil. Pilihannya
­menggunakan pembelajaran dalam jejaring (daring) dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Pelan tapi pasti target pun terpenuhi
melalui perpanjangan waktu pelaksanaan. Sudah barang tentu hasilnya tidak
sesempurna andai negeri ini tidak dilanda pandemi.
Tapi justru pada kondisi pandemi COVID-19 ini lah, penyelenggara DT
­menemukan terobosan di luar dugaan. Kini istilah pembelajaran daring,
­seminar melalui web (webinar) bukan barang baru lagi bagi sekolah-sekolah
DT dan warganya (Baca: kepala sekolah, trainer, siswa, dan operator), karena
mereka telah beberapa kali melakukannya.
	 Saya berharap setelah wabah berlalu, kita dapat mengambil ­pelajaran
dari penyelenggaraan DT di era pandemi COVID-19 ini. Semoga apa yang
telah diusahakan ini dicatat sebagai bagian dari amal kebajikan kita bersama.
Aamiin.
	 Surabaya, Mei 2020
	 Rektor ITS
	 Prof. Ir. Mochammad Ashari, M.Eng, PhD
xii VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
l	 Kata Pengantar Tim Penulis........................iii
l	Kata Sambutan Gubernur Provinsi Jatim......v
l	Pengantar Kepala Dinas Pendidikan.......... vii
	 Provinsi Jawa Timur
l	Sekapur Sirih Rektor ITS Surabaya...............xi
l	Daftar Isi................................................. xiii
BAGIAN SATU: MENEGUHKAN TUJUAN........1
1.1. Termotivasi Festival Akhir Tahun.............. 3
1.2. Meningkat Hampir Dua Kali Lipat............ 7
1.3. Program DT Tetap Dilanjutkan.............. 15
1.4. Masyarakat Mulai Melirik...................... 20
1.5. Harus Berjalan di Tengah Wabah.......... 25
1.6. Jalankan ‘Study from Home’ (SFH)........ 29
BAGIAN DUA:
MENGHASILKAN PRODUK NYATA............ 33
2.1. Hasilkan Ribuan Produk dan Portofolio....39
2.2. Membuka Jasa Servis Online................. 43
DaftarIsi
xiiiSEKAPUR SIRIH
2.3. Produksi Masker Anticorona................................................................47
2.4. Nasi Bakar DT Diborong Sekdaprov....................................................51
2.5. Perkaya Pengalaman, Meretas Harapan..............................................55
2.6. Dipercaya Membuat APD....................................................................59
2.7. Siapkan Voucher Cipta Kerja...............................................................63
BAGIAN TIGA: SISWA DT, TERAMPIL DAN PEDE.....................................67
3.1. Terampil Membuat, Pintar Menjual......................................................69
3.2. Melukis Bibir Berantakan.....................................................................73
3.3. Terus Belajar Lewat Webinar...............................................................77
3.4. Terampil Bikin Copy Writing, Itu Penting...............................................83
3.5. Cerdik Mengangkat Potensi Lokal........................................................89
3.6. Memanfaatkan Momentum Lebaran....................................................93
3.7. Kaki Sudah Melangkah, Jalan Kian Terbuka.........................................97
BAGIAN EMPAT: JEJARING MULAI TERBENTUK....................................101
4.1. Libatkan 356 Mitra Dunia Usaha.......................................................103
4.2. Bergandengan dengan Dunia Usaha.................................................107
4.3. Bersama DUDI Siswa Cepat Terampil................................................111
4.4. Sukses ‘Belajar Menjadi Bos’.............................................................117
4.5. DT Mart Incar Pasar Komunitas........................................................ 121
BAGIAN LIMA: TRAINER TUMPUAN HARAPAN....................................127
5.1. SFH Menantang Kreativitas Trainer................................................... 129
5.2. Peduli dan Inovatif............................................................................133
5.3. Bersiasat di Tengah Keterbatasan......................................................141
5.4. Semangat Tinggi Trainer DT..............................................................145
BAGIAN ENAM: TANTANGAN DI TENGAH WABAH..............................151
6.1. Meeting Lewat Aplikasi Zoom............................................................153
6.2. Sejumlah Kendala di Tengah Corona................................................159
6.3. Praktik DT di Rumah, Bisa!................................................................163
6.4. Berbagi Masker dan Susu Jahe..........................................................167
l	Lampiran: SMA/MA Penyelenggara Double Track...........................172
	 (Tahun Pelajaran 2019-2020)
xiv VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
Inovasi Pembelajaran SMA/MA di Jawa Timur
1
BAGIAN SATU
Meneguhkan
Tujuan
Dunia yang hina ini diberikan kepadamu untuk
sementara. Tersedia sebuah tangga yang
dengannya engkau dapat bercita-cita.
– Jalaluddin Rumi –
NAMA lengkapnya adalah Maulana Jalaluddin Rumi. Ia ­lebih ­dikenal dengan sebutan Jalaluddin Rumi serta
lebih akrab ­disapa dengan panggilan Rumi. Ia seorang penyair sufi yang ­lahir di Balkh ­(sekarang Samarkand)
pada 6 Rabiul ­Awwal ­tahun 604  atau 30 September 1207 M. Jalaluddin Rumi ­meninggal dunia pada
­17 ­Desember 1273. Jasadnya dikuburkan di samping makam ­ayahnya di Konya.
2 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
da tiga ­tujuan dalam program Double Track (DT). Pertama, ­untuk
­meningkatkan ­kompetensi dan kemampuan peserta didik SMA
yang ­berencana tidak ­melanjutkan ke ­perguruan tinggi dalam
menguasai salah satu ­bidang ­keterampilan tertentu ­dengan
­memanfaatkan kearifan lokal. Kedua, ­membangun kepercayaan
diri peserta didik dalam berwirausaha atau bekerja dengan bekal keterampilan
yang dikuasai, dan ketiga, membangun jaringan dunia sekolah dengan dunia
usaha dan dunia industri (DUDI).
Dari tiga tujuan itulah diharapkan potensi pengangguran lulusan SMA, yang
berasal dari siswa yang tidak melanjutkan kuliah, dapat dikurangi. Program DT
adalah suatu sistem pembelajaran yang menggabungkan cara belajar SMA
yang diberi keterampilan tambahan. Penambahan keterampilan ini membuat
siswa siap kerja jikalau tidak ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Ide DT muncul berawal dari keprihatinan atas tingginya potensi lulusan
SMA yang menjadi pengangguran. Terutama mereka yang setelah lulus tidak
melanjutkan ke bangku kuliah. Karena faktanya di Jawa Timur, lulusan SMA
yang tidak melanjutkan kuliah jumlahnya cukup tinggi, mencapai 67,84%.
Fakta ini menjadi permasalahan pelik bagi pembangunan manusia di ­Jatim,
karena peserta didik lulusan SMA tidak dibekali skill dasar yang ­memadai
­untuk terjun ke dunia kerja. Melalui Program SMA/MA DT diharapkan bisa
­memberikan skill atau kompetensi tambahan kepada siswa.
Dalamperjalanannya,DTtelahmemberikandorongandan­motivasi­tersendiri
baik bagi sekolah maupun siswa dalam menjalani kegiatan ­pembelajaran di
sekolah. Meski dikemas dalam kegiatan ekstrakurikuler, DT telah menarik
­minat siswa yang luar biasa besar untuk mengikutinya. ­Sejauh ini belum ada
kegiatan ekstrakurikuler yang pesertanya begitu ­antusias dalam mengikuti
pembelajarannya, juga belum ada kegiatan ekstrakurikuler yang bermanfaat
nyata secara ekonomi bagi para pesertanya. DT telah ­membuktikannya.
Inilah program inovasi di Dinas Pendidikan Jatim yang merupakan
­penjabaran riil dari Program CETAR (cepat, efektif, tanggap, transparan,
dan responsif) yang diusung oleh Pemerintah Jatim di bawah ­kepemimpinan
­Gubernur Khofifah Indar Parawansa dan Wakil Gubernur Emil Elestianto
­Dardak. n
A
3MENEGUHKAN TUJUAN
Festival SMA/MA Double Track di ­Jatim
Expo, Surabaya di akhir tahun, tepatnya pada
29 ­Desember 2019, adalah momentum awal
dalam meneguhkan cita-cita atau tujuan
­diselanggarakannya program DT.
Pagi itu, pameran di buka secara resmi oleh
Gubernur Jatim, Khofifah Indar ­Parawansa.
­Sebanyak 157 SMA dan MA di 28 ­kabupaten
mengisi stan yang disediakan oleh Dinas
­Pendidikan Jatim dengan berbagai macam
produk dan jenis jasa keterampilan. Para guru,
trainer, dan siswa bersemangat menyambut
­pameran yang diadakan dalam sehari, di akhir
tahun itu.
1.1
TermotivasiFestival
AkhirTahun
4 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
Berbagai macam keahlian dan kompetensi mulai tata boga, tata busana,
tata rias, hingga teknik kendaraan ringan (TKR) dan produk unggulan lainnya
yang dipamerkan menjadi motivasi tersendiri bagi para peserta.
Hadir dalam pembukaan tersebut, Plt. Kepala Dinas Pendidikan Jatim,
­Rektor ITS Surabaya, dan jajaran lain di lingkungan Pemprov Jatim. Dalam
­sambutannya Gubernur menyambut baik sekaligus mengapresiasi ­pelaksanaan
program DT tersebut.
Pameran akhir tahun 2019 itu telah membuka sebagian besar mata
­pengunjung tentang strategisnya program ini. Gubernur Jatim Khofifah ­Indar
Parawansa menyampaikan kekagumannya pada karya siswa SMA/MA DT
yang dipertunjukkan dalam acara tersebut. Gubernur memuji program ini
­layak ­dilanjutkan, dipertahankan, dan ditingkatkan.
Ditambahkan, program ini telah nyata dapat mempersiapkan peserta didik
SMA/MA setelah lulus untuk siap memasuki ke dunia kerja atau membekali
diri mereka menjadi wirausaha. Buktinya? Beberapa hasil praktik mereka telah
diterima masyarakat dan bahkan dipesan untuk berbagai macam keperluan
seperti rapat, pernikahan, pengajian dan lainnya, dalam jumlah cukup besar.
“Kami bangga bisa mengikuti acara pameran ini. Meskipun kepastian
pelaksanaannya relatif mepet, siswa antusias menyiapkannya,” kata Wahyuti,
Trainer masakan Indonesia dari SMA Negeri 1 Slahung, Ponorogo.
5
Gubernur Khofifah memastikan bahwa peserta DT memiliki kemampuan
siap kerja. Mereka sudah mendapat bekal untuk praktik. ”Mereka juga bisa
membuka usaha sendiri,” katanya.
Karena itu, Pemprov Jatim akan menyiapkan sarana dan prasarana yang
mendukung peserta program DT untuk membuka lapangan kerja. Dengan
demikian, lulusan SMA yang tidak kuliah dan tidak bekerja di perusahaan bisa
mendapatkan modal usaha, membuka lapangan kerja sendiri, sekaligus dapat
menyerap tenaga kerja. Dengan begitu, angka pengangguran di Jatim bisa
turun. ”Mereka menjadi bagian dalam menyelesaikan permasalahan di Jawa
Timur,” tuturnya (Jawa Pos, 30 Desember 2019).
Gubernur yakin program itu bisa menjadi rujukan bagi daerah lain.
­Penanganan masalah harus menggunakan konsep kolaborasi. Pemprov
­bersama lembaga pendidikan memberikan pengalaman tambahan untuk
bekal setelah lulus sekolah.
“Kita harapkan setiap tahun sekitar 800 ribu angkatan kerja baru di Jatim
itu akan terserap 600 ribuan. Saya ingin kita semua menjadikannya sebagai
energi baru, potensi baru, skill baru bagi penciptaan lapangan kerja,” katanya.
Meski demikian program DT harus membangun sinergitas dengan program
millenial job center (MJC) dan program one pesantren one product (OPOP)
yang juga diinisiasi oleh Pemprov Jatim.  “Karena anak-anak muda sangat
friendly dengan proses digitalisasi, harapan kita mereka akan masuk market
place,” jelas mantan menteri sosial ini.
Pemprov Jatim siap memberi support kepada lulusan SMA DT yang ingin
membuka usaha ketika lulus nanti. Mereka bisa memanfaatkan Kredit Usaha
Rakyat (KUR) yang berjumlah Rp 190 triliun dari ABPN. Beban bunganya cukup
ringan, yaitu 6 persen.
Yang jelas semua pihak perlu mendukung agar lulusan DT agar siap masuk
ke dunia kerja secara mandiri. Orang-orang yang ingin merias diri untuk acara
hajatan tidak perlu antre ke salon, tetapi bisa didatangi langsung ke rumah
Saya ingin kita semua menjadikannya ­sebagai
energi baru, potensi baru, skill baru bagi
­penciptaan lapangan kerja,” kata Gubernur
Jatim, Khofifah Indar Parawansa.
‘‘ ‘‘
MENEGUHKAN TUJUAN
6 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
oleh para lulusan SMA/MA. Ini dapat menjadi cahaya baru di tahun 2020.
Anak-anak akan punya harapan. Dari hal kecil bisa menuai hasil yang besar
di masa mendatang.
Feri Jingga, trainer desain grafis di SMAN 1 Tapen, Bondowoso
­mengungkapkan, tahun pertama sekolahnya membuka kesempatan untuk 40
siswa untuk menambah ketrampilan di peminatan TKR dan desain grafis. “Kami
baru ambil dua peminatan karena yang diminati anak-anak dan pasarnya ada
di Bondowoso, ya dua itu,”ungkapnya.
Ditambahkan, para siswa bisa mengembangkan hobi mereka dengan
­menghasilkan produk. Seperti desain grafis yang sempat mendapat ­pesanan
untuk produk papercraft, stiker, kaos, hingga flatboard. “Untuk TKR ada
­laboratorium yang dinamakan Smantap Cyrcles Garage dan kini sudah
­membuat carbo hibrid,” katanya. n
7
Sebelum membahas lebih jauh tentang
­kiprah dan capaiannya, ada baiknya pembaca
mengetahui terlebih dahulu gambaran umum
tentang tekad awal, besaran peserta, dan
­dilaksanakan dimana saja program afirmatif DT
di Jawa Timur.
Dari awal DT memang diarahkan kepada
sekolah-sekolah yang lulusannya banyak yang
tidak melanjutkan kuliah, sebab lulusan ­mereka
sangat membutuhkan bekal keahlian untuk
memasuki dunia kerja. Ini berarti sasaran DT
adalah sekolah-sekolah pinggiran yang berada
di luar kota-kota besar di Provinsi Jawa Timur.
1.2
MeningkatHampir
DuaKaliLipat
MENEGUHKAN TUJUAN
8 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
Karena keterbatasan dana, maka tidak mungkin semua sekolah ­pinggiran
menjadi sasaran DT. Oleh karena itu ditentukan persyaratan tertentu, yaitu
sekolah yang benar-benar membutuhkan. “Sasaran DT adalah SMA yang
­lulusannya banyak yang tidak melanjutkan kuliah, yaitu sebanyak 60% ke
atas,” ujar Dra. Ety Prawesti, M.Si, Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan SMA
Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur.
Kemudian dilakukan sosialisasi kepada para kepala sekolah SMA Negeri
disusul dengan membuka pendaftaran bagi sekolah yang berminat mengikuti
program DT. Ternyata mendapat sambutan hangat. Pendaftarnya melebihi
kuota yang tersedia. Maka dilakukan seleksi dengan mengacu kepada skala
prioritas yaitu sekolah yang benar-benar membutuhkannya.
Bagi sekolah yang jumlah siswa peminatnya melebihi kuota, tetap bisa
­menjalankan DT secara mandiri di internal sekolah, tetapi tentu saja ­lulusannya
tidak mendapatkan sertifikat seperti peserta DT resmi. Demikian pula jika ada
sekolah yang ingin menyelenggarakan secara mandiri, dipersilahkan ­sebagai
bagian dari pelaksanaan manajemen berbasisi sekolah (MBS). ­Untuk ­menyebut
salah satu contoh sekolah yang menyelenggarakan kegiatan DT ­secara ­mandiri
adalah SMA Negeri 1 Purwoharjo, Banyuwangi. Sekolah yang berlokasi di
Desa/Kecamatan Purwoharjo itu, mempoklamirkan diri sebagai sekolah ­double
track mandiri. Program double track mandiri ini merupakan bentuk inovasi dari
Gambar: 1.1
Sebaran Penerima Program DT Tahun 2019-2020 di Jawa Timur.
9
SMA 1 Purwoharjo. “Double track adalah ikhtiyar sekolah dalam melengkapi
keterampilan siswa. Setiap siswa akan diberi keterampilan ­tambahan demi
­menyiapkan siswa siap kerja, bila tidak melanjutkan ke ­perguruan tinggi,” kata
Kepala SMA Nenegi 1 Purwoharjo, H. Rodiwanto. (Jawa Pos, Radar ­Banyuwangi,
8 Oktober 2019).
Secara umum sekolah-sekolah tersebut kebanyakan berada di Pulau ­Madura
(Sampang, Pamekasan, Bangkalan, Sumenep), daerah “tapal kuda” Jatim
­(Pasuruan, Probolinggo, Situbondo), dan daerah kantong-kantong daerah
yang warganya banyak yang bekerja keluar negeri sebagai TKI/TKW ­(Pacitan,
Trenggalek, Ngawi, Bojonegoro dan lain-lain). Sekolah sasaran DT tidak hanya
SMAN, tetapi juga melibatkan beberapa Madrasah Aliyah (MA) di Madura.
Program DT tahun pertama (2018/2019) diikuti oleh 86 sekolah dan
­melibatkan 9.009 siswa, di 19 kabupaten Provinsi Jatim. Kabupaten yang
­paling banyak menerima manfaat DT adalah Sampang sebanyak 12 SMA/
MA, Ponorogo sebanyak 10 SMA, Bojonegoro sebanyak 9 SMA, dan Sumenep
sebanyak 7 SMA/MA.
Setelah berjalan selama satu tahun, program DT semakin dikenal oleh
­masyarakat. Peminatnya juga meningkat. Untuk mengantisipasi hal ­tersebut
dan untuk menjaga keberlanjutan program maka pada tahun kedua
(2019/2020) jumlah sekolah sasaran DT ditambah secara signifikan, ­hampir
dua kali lipat. Jika tahun pertama hanya melibatkan 86 sekolah maka ­tahun
kedua ­meningkat menjadi 157 sekolah (tepatnya 148 SMAN dan 9 MA). ­Jumlah
siswa DT ­mencapai sekitar 14.043siswa, tersebar di 28 Kabupaten. Kabupaten
yang ­paling banyak menerima DT tahap kedua adalah ­Kabupaten ­Ponorogo
Gambar: 1.2
Perbandingan DT Tahap 1 dengan Tahap 2
MENEGUHKAN TUJUAN
10 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
­sebanyak 13 sekolah, Sampang sebanyak 12 sekolah, dan ­Bojonegoro
­sebanyak 11 sekolah (lihat Gambar 1.2).
Sebaran peserta DT tahun kedua juga semakin merata, menyebar ke ­hampir
semua kawasan kabupaten yang ada di Jawa Timur.
Mencipta Ekosistem
BiladilihatsekilasprogramDTseolahhanyamerupakankegiatan­menambah
keterampilan pada siswa SMA/MA di luar jam efektif sekolah. ­Padahal DT ­bukan
sekadar ini. Program ini telah disiapkan secara ­komprehensif dan ­dirancang
“compatible” dengan era revolusi industri 4.0.
“Double Track yang kami siapkan merupakan upaya terpadu, bukan ­sekadar
memberi keterampilan kepada siswa, tetapi mencipta sebuah ­ekosistem yang
memungkinkan siswa dapat membangun bisnis yang berjejaring dengan
­dunia maya. DT membuat market place tersendiri melalui aplikasi,” kata Fajar
­Baskoro, S.Kom, M.Kom, fasilitator Tim IT ITS.
Dikatakan, selama ini salah kaprah yang sering terjadi adalah siswa
­diikutkan suatu pendidikan dan pelatihan. Setelah terampil mereka dilepaskan
begitu saja. Lulusan diklat mencari atau menunggu lowongan pekerjaan yang
sesuai dengan keterampilannya. Program DT bukan semacam program BOS
(Biaya Operasional Sekolah), tetapi diharapkan berkelanjutan, meskipun andai
nanti kucuran dana untuk program DT sudah tidak diturunkan lagi.
DT merancang sebagai ekosistem dalam siklus tiga tahunan. ­Pertama,
­mengadakan pelatihan disertai sertifikasi. Sekolah penyelenggara DT
­berperan sebagai pusat pelatihan keterampilan. Kedua, sekolah sebagai
pusat ­pengembangan produk. Ketiga, menciptakan transaksi riel di pasar
11
­konvensional maupun dalam market place. Melalui bendera DT Mart akan
­terbentuk pasar komunitas yang prospektif.
Oleh karena itu dalam DT telah disiapkan sejumlah aplikasi yang dapat
mendukung terciptanya ekosistem usaha yang diinginkan. Proses DT ­dimulai
dari siswa (kelas XI) mendaftarkan diri sebagai peserta. Pendaftaran siswa
­dilakukan oleh pihak sekolah secara daring ke www.admindt.net. Setelah
itu peserta melaksanakan serangkaian training sesuai dengan keahlian yang
­diminati. Training dilakukan di sekolah siswa yang bersangkutan pada ­jam-jam
di luar jam efektif sekolah. Biasanya dilaksanakan pada hari Jumat siang,
­Sabtu, dan Minggu. Selain mendapat bimbingan langsung dari trainer, ­peserta
DT dapat memperkaya wawasan dengan belajar mandiri secara daring di
­laman www.ruangtraining.net. Di sana tersedia segala macam materi tutorial
penunjang yang dapat dipelajari dan diunduh, secara gratis.
Seusai melaksanakan pelatihan, peserta dapat mengikuti proses
­sertifikasi yang ada di www.ruangujian.net. Setelah menggenggam ­sertifikat
­keterampilan, siswa tidak boleh pasif. Mereka harus kreatif menciptakan produk
atau jasa sesuai passion-nya, merintis menjadi wirausaha mandiri dengan aktif
klik www.ruangdagang.net.
Bagi yang ingin berkarier sebagai karyawan atau pekerja sebuah
­perusahaan dapat aktif berselancar di www.ruangkarir.net. Peserta yang telah
­menyelesaikan proses training otomatis akan terdata secara otomatis ­sebagai
calon pekerja di www.ruangkarir.net, dengan berbagai portofolio yang
­diperoleh selama mengikuti program DT. Dalam laman tersebut terdapat dua
fitur yang saling mencari dan membutuhkan yaitu fitur calon pekerja dan fitur
perusahaan pencari tenaga kerja.
Ada banyak jenis keterampilan dan keahlian yang dapat dijadikan bekal
bagi lulusan SMA agar kelak mereka dapat meniti karir dengan baik dan bisa
merintis menjadi wirausahawan. Setidaknya ada tujuh keterampilan dengan 17
DT merancang sebagai ekosistem dalam siklus
tiga tahunan. Pertama, mengadakan pelatihan
disertai sertifikasi. Kedua, sekolah sebagai pusat
­pengembangan produk. Ketiga, menciptakan
­transaksi riel di pasar konvensional maupun dalam
market place. Melalui bendera DT Mart akan
­terbentuk pasar komunitas yang prospektif.‘‘ ‘‘
MENEGUHKAN TUJUAN
12 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
bidang keahlian yang diajarkan dalam program DT. Bidang-bidang tersebut
dirinci sebagai berikut:
1.	 Multimedia (MM)
•	Animasi
•	 Desain grafis
•	 Fotografi
•	 Video Editing
•	 Operator Komputer
2.	 Teknik Elektro (TE)
•	Membuat Sound System
•	 Membuat Alat Digital
3.	 Teknik Listrik (TL)
•	 Instalasi Jaringan Komputer
•	 Instalasi Listrik - CCTV
4.	 Tata Boga (TBO)
•	Pengelolahan Pastry Bakery
•	 Pembuatan Makanan Indonesia
5.	 Tata Busana (TBU)
•	 Merancang Mode Busana
6.	 Tata Kecantikan (TK)
•	 Tata Rias Pengantin Hijab
Gambar: 1.3
Sebaran Bidang Keterampilan Program DT 2019-2020
13
•	 Tata Kecantikan Rambut
•	 Terapis Kecantikan
•	 Merias Wajah Panggung
7.	 Teknik Kendaraan Ringan (TKR)
•	 Pemeliharaan dan Perbaikan Sepeda Motor.
Pada tahun pelajaran 2019-2020 dari tujuh keterampilan tersebut tiga
­kelas yang terbanyak adalah bidang Tata Boga dengan 4.295 peserta, kelas
Multimedia sebanyak 3.814 siswa, dan Tata Kecantikan 2.037 siswa. Untuk
kelas keterampilan TKR diminati 1.798 siswa dan Tata Busana dikuti 1.380
siswa. Sedang dua kelas keterampilan yang paling sedikit pesertanya adalah
Teknik Elektro sebanyak 280 siswa dan Teknik Listrik dengan 279 siswa (lihat
gambar 1.3). n
MENEGUHKAN TUJUAN
14 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
Siswa Kelas XI SMAN 1
Kasiman membekali diri
dengan keterampilan
menjahit.
15
Program DT bakal berumur panjang.
­Keinginan para kepala sekolah ­penyelenggara
program DT agar program ini bisa ­terus
­berlanjut mendapat respons positif dari
­Kepala Dinas ­Pendidikan Provinsi Jawa Timur,
Dr. Ir. Wahid Wahyudi, MT. Dipastikan DT
akan terus ­dilanjutkan meski dalam kondisi
APBD yang ­sedang dalam kondisi sulit akibat
­wabah ­COVID-19. Jaminan ini disampaikan
­langsung kepada Ketua Pelaksana DT dari ITS,
­Muhammad Zainul Asrori dan tim penulis buku
DT, saat menghadap untuk keperluan meminta
kata sambutan buku DT jilid dua ini.
1.3
ProgramDT
TetapDilanjutkan
MENEGUHKAN TUJUAN
16 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
Ada alasan kuat Dinas Pendidikan Jatim akan melanjutkan program ini,
satu di anatarnya adalah bukti di lapangan jika program ini benar-benar telah
­menyiapkan peserta didik untuk memiliki keterampilan dan ­kompetensi ­sebagai
bekalbekerjamaupunberwirausaha.“Sayasudahbanyakmelihatdan­mendengar
akan apa yang telah dicapai DT. Ini penting, siswa harus diberi ­motivasi akan
masa depannya,” kata alumnus ITS Jurusan Teknik Sipil tahun 1982 itu.
Selain alasan itu, sebagai program unggulan Dinas Pendidikan Jatim,
program DT juga telah mendapatkan apresiasi dan penghargaan di tingkat
regional maupun nasional. Di tingkat regional tercatat telah memperoleh
penghargaan sebagai program inovasi pelayanan publik. Sedang di tingkat
nasional, Kemendikbud sudah mengakui jika program DT merupakan program
17
unggulan yang sangat bagus dan akan diadopsi serta diterapkan di seluruh
Indonesia.
Kadis Wahid memberikan apresiasi kepada tim ITS yang selama ini telah
bekerja sama dengan SMA-SMA di Jatim dalam program DT. ­Harapannya
­programiniakanmenjadiprogramnasionaldanmenjadiprogram­percontohan.
Karena data menunjukkan lulusan SMA di Jatim yang tidak melanjutkan kuliah
cukup tinggi, mencapai 67%.
Artinya, lulusan tersebut butuh lapangan kerja, oleh karena itu mereka ­harus
diberi kompetensi tertentu agar saat lulus SMA dan mereka mencari kerja atau
mencipta kerja sesuai dengan bidang dan ­keterampilannya, sesuai ­dengan
kompetensi yang dimiliki.
MENEGUHKAN TUJUAN
18 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
Program ini akan terus dikembangkan dari tahun ke tahun, untuk itu kerja
sama dan koordinasi antara sekolah dengan tim ITS serta dengan DUDI perlu
terus ditingkatkan secara rutin. Karena dengan perkembangan teknologi ­digital
dunia yang cepat berubah, harapannya program DT dapat mengantarkan
alumninya yang tidak kuliah, bisa bekerja di DUDI.
“Saya bangga sampai saat ini sudah ada sekitar 356 DUDI yang telah
­menjalin kerja sama dengan 157 sekolah peserta DT. Kami sangat berharap
DUDI menyambut program DT ini untuk dimanfaatkan sebagai upaya ikut
berkontribusi dalam mencapai pertumbuhan ekonomi di Jatim,” katanya.
Sebagai pasar besar nasional, karena Jawa Timur sebagai pusat ­aktivitas
ekonomi provensi-provensi yang ada di Indonesia Timur. Hampir 80%
­kebutuhan barang-barang pokok masyarakat yang ada di Indonesia bagian
Timur berasal dari Jawa Timur, sehingga DUDI di Jatim sangat terbuka lebar.
Wahid melihat rencana kepindahan ibu kota negara dari Jakarta ke
­Kalimantan Timur sesungguhnya menjadi peluang besar bagi Jatim, tentu saja
juga bagi siswa SMA program DT.
Ke depan pria kelahiran 27 Januari 1963, yang sebelumnya ­menjabat
­sebagai Kepala Dinas Perhubungan dan LLAJ Jatim ini akan meminta
­pengelola DT untuk memantau para alumni DT setelah lulus, mereka bekerja
di mana, berwirausaha apa, dalam kurun waktu enam bulan hingga satu tahun
setelah lulus. “Dengan penelusuran ini akan terlihat outcome dari program DT,
­sehingga layak dan memenuhi persyaratan untuk dilanjutkan,” katanya.
Tahun depan, di tengah kondisi APBD yang mengalami tekanan
­akibat ­Corona, minimal pelaksanaan DT akan sama seperti tahun ini.
Terkait ­keterampilan yang diberikan, Wahid meminta untuk dilakukan
­penyesuaian-penyesuaian dengan mengacu pada perubahan akan kebutuhan
masyarakat dan DUDI.
Melalui cara ini ke depan tidak ada lagi disparitas atau kesenjangan
­terhadap pemenuhan keterampilan peserta didik di tingkat sekolah ­menengah
dalam upaya menyiapkan diri menjadi wirausahawan atau pun mengisi
­lapangan pekerjaan.
Tahun depan, di tengah kondisi APBD yang
­mengalami tekanan akibat Corona, minimal
­pelaksanaan DT akan sama seperti tahun ini.
‘‘
‘‘
19
Di tempat terpisah Kepala Bidang Pembinaan SMA, Ety Prawesti, ­menekankan
akan pentingnya pemenuhan jam tatap muka yang telah ­ditentukan, yakni 120
jam tatap muka selama pelaksanan satu tahun. “Jika pada pandemi ­COVID-19
ini mengalami kendala, lewat aplikasi pendukung DT, yang ­disebut ­Doubletrack
Support System (DSS), ITS telah menyediakan fasilitas aplikasi ­ruangtraining.net,
ruangujian.net, ruangkarir.net, dan ruangdagang.net., ­sehingga tak ­menemui
hambatan dalam pelaksanaan. Tapi nanti setelah kondisi normal, tatap muka
dalam bentuk pelatihan maupun praktik harus dilakukan sebagai bentuk
­pendalaman kepada siswa,” katanya.
Ety mengungkapkan, adanya Corona menjadi pembelajaran penting dalam
memilihdanmenentukanmodelpembelajaran.KarenatidakhanyaDTsajayang
terkena dampaknya, proses pembelajaran lainnya juga ­terdampak. ­Program
DT melalui DSS sebenarnya merupakan model pembelajaran berkelanjutan,
tidak putus ketika program selesai. Para alumni masih tetap bisa menambah
pengetahuan keterampilannya melalui aplikasi ruangtraining.net. n
MENEGUHKAN TUJUAN
20 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
Ajang pameran akhir tahun 2019
­membuktikan jika produk dan jasa yang
­dihasilkan siswa sekolah DT mulai banyak yang
1.4
Masyarakat
MulaiMelirik
21MENEGUHKAN TUJUAN
dilirik masyarakat. Salah satu buktinya, order yang diterima oleh SMAN 1
­Ngadirejo, ­Pacitan untuk menggarap baju seragam siswa TPA. Di bidang jasa,
bidang keterampilan Teknik ­Kendaraan Ringan (TKR) banyak siswa DT yang
telah menawarkan jasa perawatan dan ­penggantian oli motor kepada guru,
siswa, dan masyarakat, dan terbukti banyak diminati.
Di berbagai kesempatan baik tingkat ­kabupaten maupun provinsi upaya
­mengenalkan produk dan jasa hasil DT lewat pameran pun digelar dan selalu
­mendapatkan positif dari pengunjung. Pada pameran yang diselenggarakan
oleh ­Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) Kota dan Kab. Pasuruan dan
Probolinggo di SMAN 1 Grati, mendapat sambutan hangat dari masyarakat.
22 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
Lewat berbagai kegiatan kini pogram SMA DT semakin eksis. Pesertanya
­aktif mengikuti pameran di berbagai tempat. Bukti lain masyarakat sudah
­mulai ­melirik adalah pesanan produk DT di tengah Pandemi COVID-19.
­Banyak pesanan dan peluang yang diraih oleh sekolah dan siswa DT ­diminati
­masyarakat. Produk hand sanitizer made in SMA DT habis diborong oleh
­Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Apresiasi datang dari Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dan
pejabat di tingkat kabupaten serta satuan kerja pemerintah daerah (SKPD)
lainnya. Madrasah Aliyah (MA) Bustanul Ulum, Kab. Sampang, misalnya,
­menyumbangkan masker karya siswa DT sebanyak 300-an buah ke Kepala
Kantor Departemen Agama Kab. Sampang.
Mengambil momentum langkanya masker di pasaran, beberapa sekolah
memiliki ide untuk membuat masker dari kain dan telah kebanjiran pesanan.
Sedikitnya ada 23 sekolah yang telah menjalankan keterampilan tata busana,
ikut memproduksi masker baik untuk lingkungan sekolah, memenuhi pesanan
masyarakat dan instansi, serta dijual langsung ke masyarakat.
Dari sekitar 23 sekolah tersebut terutama sekolah yang berada di ­Kabupaten
­Jember dan Sumenep, telah menerima orderan dari program cipta kerja yang
diinisiasi ITS bersama Dinas Pendidikan Jatim dalam rangka membuat satu juta
masker untuk dibagikan ke masyarakat.
“Kami telah menggalang dana untuk pembuatan satu juta masker dan akan
dibagikan di lingkungan sekolah DT. Dari dana yang telah terhimpun, nantinya
pembuatan masker diserahkan kepada sekolah DT yang siap memproduksi,
kata Dr Hozairi, selaku koordinator program DT Jatim.
Diungkapkan, ia mempercayakan pembuatan masker kepada
­sekolah-sekolahDT,karenakualitasdanhasilyangselamaini­diproduksi­sekolah
itu sudah memenuhi standar dan bagus. “Karena itu kami ­memberikan modal
agar mereka bisa berusaha dan berkesempatan untuk bisa ­mempraktikkan
keterampilan yang ia perolah saat mengikuti DT,” katanya.
Kepercayaan juga datang dari Dinas Pendidikan Jatim yang­mempercayakan­
pembuatan alat pelindung diri (APD), kepada sekolah DT. Saat pendataan ada
sekitar 14 sekolah yang siap menerima tawaran pembuatan APD. Tapi karena
bahan yang tersedia terbatas, akhirnya hanya ada tiga sekolah, ­masing-masing
SMA Negeri 1 Kalidawir, Tulungagung, SMA Negeri 1 Karas, Magetan, dan
SMA Negeri 1 Berbek, Nganjuk.
Kepercayaan masyarakat juga bisa ditunjukkan dari beberapa produk dan
23
jasa yang ditawarkan siswa DT melalui offline maupun online. ­Responsnya luar
biasa. Melalui berbagai platform aplikasi yang tersedia, jasa dan produk dari
siswa DT sudah mulai dikenalkan ke masyarakt dan pasar ­komunitas. DT ­sendiri
menyiapkan platform www.ruangdagang.net, yang berupa ­aplikasi online yang
mewadahi peserta DT yang tertarik di bidang usaha atau ­enterpreneur dengan
menempatkan produk dan jasa di dalam jaringan ­marketplace DT Mart atau
Usaha Sekolah Online (USO). Di portal ini dapat ditemukan ­produk-produk
kreativitas yang berkualitas sekaligus dapat melakukan transaksi online. n
Kepercayaan datang dari Dinas Pendidikan Jatim
yang mempercayakan pembuatan alat pelindung
diri (APD), kepada sekolah DT. Saat pendataan
ada sekitar 14 sekolah yang siap menerima tawaran
pembuatan APD. Tapi karena bahan yang tersedia
terbatas, akhirnya hanya ada tiga sekolah.
‘‘ ‘‘
MENEGUHKAN TUJUAN
24 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
25MENEGUHKAN TUJUAN
Manusia boleh merencanakan, tapi
­Tuhan yang menentukan. Kalimat ini
pas ­untuk ­menggambarkan pelak-
sanaan ­program DT ­tahun pelajaran
2019-2020. ­Mulanya ­pelaksanaan DT
tahap kedua ini ­dimulai pada awal
­semester, pertengahan tahun 2019
­kemarin. Saat itu ­sudah ditentukan ­—
sebagaimana­pelaksanaan tahun-ta-
hun ­sebelumnya— capaian pembelaja-
ran untuk masing-masing ­keterampilan
dinyatakan tuntas setelah mencapai 90
jam pelajaran tatap muka. Tidak sedikit
1.5
HarusBerjalan
diTengahWabah
26 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
pun tanda-tanda akan ­terpengaruh Pandemi COVID-19, proses pembelajaran
pun sudah disusun dan disepakati sedemikian rupa baik oleh pihak sekolah,
­trainer, maupun siswa.
Serangkaian kegiatan pertemuan dengan kepala sekolah dilakukan,
­agenda kegiatan pameran, praktikum, dan juga monitoring evaluasi, telah
pula ­ditentukan waktu pelaksanaannya. Tapi rencana tinggal rencana, fakta
­berkata lain, pertengan Maret 2020, Virus corona sebagaimana diumumkan
oleh ­Presiden sampai juga di Indonesia. Pasien anak dan ibu asal ­Depok,
Jawa Barat, diidentifikasi sebagai pasien nomor satu dan nomor dua. Hari
ke hari ­jumlah penderita terus jumlahnya terus bertambah, hingga untuk
­mengantisipasi ­meluasnya virus tersebut di lingkungan lembaga ­pendidikan,
Menteri ­Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Anwar ­Makarim,
mengeluarkan Surat Edaran, No. 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan
­Pendidikan dalam Masa Darurat Corona Virus Disease (COVID-19), yang
mengatur tentang proses belajar dari rumah. Program sekolah DT yang telah
disusun pun terdampak.
Berhenti dan terus jalan? Sebagian sekolah sudah ada yang menyelesaikan
separoh dari target yang telah ditetapkan. Sebagian lagi ada yang hanya
tinggal melaksanakan praktikum, tapi masih ada sebagian kecil lainnya baru
melaksanakan kegiatan sekitar 30 persen dari taget 90 jam tatap muka.
Ada beberapa alasan dikemukakan. Ada yang sekolah mengaku ­kewalahan
karena berbarengan dengan menyiapkan pelaksanaan ujian sekolah dan ujian
nasional berbasis komputer, sehingga petugas dalam hal ini para operator
sekolah (merangkap operator DT), sibuk mengerjakan pekerjaan tambahan
tersebut. Setelah Surat Edaran Mendikbud menyatakan bahwa pelaksanaan
ujian nasional ditiadakan, maka kesadaran untuk melanjutkan program DT
­terfasilitasi. Tapi tidak semudah yang dibayangkan, karena siswa sudah ­telanjur
beraktivitas dan belajar di rumah.
Pelaksana Program DT, dalam hal ini ITS kemudian mencarikan solusi.
­Memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
­disusunlah kerangka kerja untuk menyelesaikan taget 90 jam tatap muka.
­Aplikasi telekonferensi Zoom menjadi salah satu aplikasi yang dipilih. ­Popularitas
Zoom melesat sejak berbagai negara di dunia memberlakukan pembatasan,
akibat pandemi virus corona. Termasuk di Indonesia, Zoom menjadi ­alternatif
program DT untuk melakukan koordinasi dan menggelar meeting/rapat
­daring. Kegiatan pertama melakukan koordinasi online dengan para operator.
27MENEGUHKAN TUJUAN
­Tujuannya untuk memastikan apakah kegiatan study from home (SFH) berjalan
baik dan bagaimana pengisian logbook yang belum memenuhi target.
Selain dengan operator, koordinasi lewat fasilitas daring juga dilakukan
dengan trainer dan kepala sekolah. Selain digunakan untuk berkoordinasi,
­aplikasi meeting juga dimanfaatkan untuk menambah pengetahuan siswa
­melalui seminar melalui situs web (webinar) yang dikuti oleh ratusan siswa.
Dalam beberapa kali pertemuan lewat daring terungkap beberapa ­persoalan
belum tercapainya target pertemuan 90 jam tatap muka dalam semester ini.
Seperti dikemukakan Irfan Hilmi, trainer dari SMAN 1 Banyuputih, Situbondo.
Banyak siswa yang tidak memiliki HP dan terbatasnya peralatan serta bahan
untuk praktik yang dimiliki siswa, juga karena operator memiliki beban kerja
lain, selain bertugas memasukan hasil kegiatan ke dalam logbook, menjadikan
kegiatan DT terhambat saat pandemi corona.
Selain itu, kendala lainnya adalah tidak semua siswa yang mengikuti DT
memiliki alat komunikasi memadai; sulitnya sinyal atau jaringan untuk siswa
yang tinggal di daerah pegunungan dan terpencil.
Hal sama juga terungkap saat digelarnya pertemuan online bersama ­kepala
sekolah. Ada beberapa kegiatan yang sudah selesai dilakukan tetapi belum
­dimasukkan ke dalam logbook, karena rumah operator berjauhan ­dengan
trainer, sementara aktiivitas sekolah sebagian besar sudah berlangsung di
rumah.
Terhadap berbagai persoalan tersebut, beberapa kesepakatan pun
­ditentukan antara lain bahwa dalam rangka menghadapi kondisi wabah
­corona, maka kegiatan pelatihan diadakan di rumah masing-masing melalui
kegiatan study from home (SFH). SFH dilakukan dengan cara trainer ­membuat
panduan tugas praktik/pembuatan produk yang memungkinkan dikerjakan di
rumah masing-masing. Aktivitas SFH didokumentasikan baik proses, bahan,
maupun produk, lalu dikumpulkan pada trainer dan dihitung sebagai ­aktivitas
Sebagian sekolah sudah ada yang menyelesaikan
separoh target yang telah ditetapkan. Sebagian lagi
ada yang hanya tinggal melaksanakan praktikum,
tapi masih ada sebagian kecil lainnya malah baru
melaksanakan kegiatan sekitar 30 persen dari
target 90 jam tatap muka.
‘‘ ‘‘
28 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
satu kali pertemuan, sementara operator mengumpulkan dari trainer, lalu
trainer mengonversikan jumlah jam yang dibutuhkan untuk pengerjaan ­tugas
­menjadi jam pelajaran tatap muka di presensi kehadiran dengan ­konversi ­sekali
praktik atau tatap muka sama dengan enam jam pelajaran, dan ­kemudian
­operator mengunggah ke logbook.
“Dalam kegiatan koordinasi online, kami bukan sedang mencari ­persoalan
tapi lebih pada mencari solusi terhadap persoalan yang dihadapi ­sekolah
dan siswa. Ketika bahan atau alat untuk praktik tidak ada maka jalan
­keluarnya ­memberikan tugas kepada siswa dengan menekankan pada ­upaya
­pengembangan produk, pemenuhan kebutuhan lingkungan dan penciptaan
pasar komunitas, sementara fokus pelatihan pada pengayaan pengetahuan,
perencanaan servis, atau pelayanan masyarakat,” kata Fajar Baskoro, ­fasilitator
tim IT dari ITS.
Kesimpulannya: apa pun kondisinya, program DT harus diupayakan tetap
berjalan. n
29MENEGUHKAN TUJUAN
Menyusul Surat Edaran (SE) Menteri
­Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud)
­Nadiem Anwar Makarim, No. 4 Tahun 2020
tentang Pelaksanaan Pendidikan dalam
masa darurat COVID-19, yang salah satunya
­mengatur tentang proses belajar dari rumah,
program sekolah DT pun melaksanakannya. SE
itu juga berisi tentang keputusan pembatalan
ujian nasional (UN) Tahun 2020.
Bagaimana caranya sekolah-sekolah DT
mengimplentasikan proses belajar dari rumah?
istilah yang disepakati adalah study from home
(SFH). Berbagai cara dilakukan sesuai dengan
1.6
Jalankan‘Studyfrom
Home’(SFH)
30 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
kondisi di lapangan. Artinya, antara satu sekolah DT dengan lainnya berbeda,
bergantung pada potensi dan kemampuan masing-masing sekolah, termasuk
jenis keterampilan yang menjadi pilihan di sekolah tersebut. Targetnya 90 jam
pelajaran tetap tercapai di akhir program.
Mengacu pada SE tersebut bahwa proses belajar dari rumah dilaksanakan
dengan ketentuan sebagai berikut: belajar dari rumah melalui ­pembelajaran
daring/jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang
bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh ­capaian
yang telah ditetapkan; SFH dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan ­hidup
antara lain mengenai pandemi COVID-19; aktivitas dan tugas ­pembelajaran
SFH dapat bervariasi antarsiswa, sesuai minat dan kondisi masing-masing,
­termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses/fasilitas belajar di rumah;
bukti atau produk aktivitas SFH diberi umpan bailik yang bersifat kualitatif dan
berguna bagi trainer, dalam bentuk fortopolio.
“SFH yang kami jadikan acuan adalah SE Mendikbud. Intinya proses
­pembelajaran maupun praktikum pada sekolah DT tidak boleh terhenti karena
pandemi,” kata Fajar Baskoro, fasilitator DT bidang IT.
Fajar menjelaskan, dalam kondisi wabah ini, kegiatan pelatihan diadakan
melalui blended learning, kombinasi pembelajaran tatap muka dan melalui
daring. Pola pelatihan berfokus pada pengembangan produk, pemenuhan
­kebutuhan lingkungan dan penciptaan pasar komunitas. Sedangkan fokus
pelatihan pada proses pengayaan pengetahuan, perencanaan, dan pelayanan
pada masyarakat.
“Menghadapi kondisi seperti ini, maka kegiatan pelatihan diadakan di
rumah masing-masing melalui SFH, dengan cara trainer membuat panduan
­tugas praktik atau pembuatan produk yang memungkinkan dikerjakan di
rumah siswa,” katanya.
Dalam kondisi Pandemi COVID-19, kegiatan
pelatihan diadakan melalui blended ­learning,
­kombinasi pembelajaran tatap muka dan
­melalui daring. Pola pelatihan berfokus pada
­pengembangan produk, pemenuhan kebutuhan
lingkungan dan penciptaan pasar komunitas.
‘‘ ‘‘
31MENEGUHKAN TUJUAN
SedangaktivitasSFH,didokumentasikanbaikproses,bahanyang­digunakan,
maupun produk yang dihasilkan, lalu hasil dokumentasi itu ­dikumpulkan
­kepada trainer dan dihitung sebagai aktivitas satu kali ­pertemuan. Idealnya
satu kali tatap muka ekivalen dengan delapan jam perlajaran.
“Operator ­mengumpulkan dari trainer lalu meng-upload ke logbook, setelah
sebelumnya oleh trainer dikonversikan dari jumlah jam yang ­dibutuhkan
­untuk pengerjaan tugas, menjadi jam pelajaran tatap muka melalui presensi
­kehadiran,” ­katanya.
Dalam konsep SFH, pembelajaran DT ditekankan untuk tidak mencari
­masalah, melainkan mencari jalan keluar. Jika tidak ada produk yang bisa
­dihasilkan, maka bisa dilakukan model pengayaan dengan merencanakan.
Jadi, model SFH dari yang mudah dahulu lewat merencanakan, kemudian
berturut-turut melaksanakan, mendokumentasikan, dan terakhir melaporkan
dengan membuat diskripsi singkat apa yang telah dipraktikkan.
“Jangan menuntut ideal seperti kondisi normal. Ini kondisi di mana
­antara trainer, peserta DT, kepala sekolah, operator, tidak berjumpa ­karena
­menjalankan physical distancing. Jadi lakukan yang bisa dilakukan lebih
­dahulu,” katanya. n
Peserta Double Track T SMAN 1 Kalitidu praktik membuat kue.
32 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
Aneka produk buatan
peserta DT bidang
multimedia dan fotografi.
33
NELSON MANDELA terlahir dengan nama Nelson Rolihlahia Mandela. Ia dilahirkan di Mvezo, Afrika
Selatan, pada 18 Juli 1918 dan meninggal pada 5 Desember 2013. Dikenal sebagai salah satu tokoh
perdamaian paling terkenal di dunia yang berasal dari Afrika Selatan. Ia juga dikenal sebagai pejuang
kemerdekaan melalui kegiatan anti apartheid. Ia menjadi presiden pertama kulit hitam Afrika Selatan dan
merupakan tokoh peraih Nobel Perdamaian.
BAGIAN DUA
Menghasilkan
Produk Nyata
Saya menyukai teman yang memiliki pikiran
terbuka karana mereka akan melayanimu
untuk melihat segala masalah dari
berbagai sudut pandang.
– Nelson Mandela –
34 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
S
ejak awal DT disiapkan bagi lulusan SMA/MA yang tidak melanjutkan
ke jenjang pendidikan di perguruan tinggi untuk siap memasuki dunia
kerja atau berwirausaha, oleh karena itu penekanannya bukan semata
pada kecakapan atau mahir berketerampilan, tapi juga menghasilkan
produk nyata, entah produk berupa barang atau sekadar produk dalam bentuk
portofolio di bidang jasa.
Produk dan portofolio dari para peserta ini dapat ditelusur melalui ­jejak
­digital yang telah disiapkan penyelenggara melalui Doubletrack Support
­System (DSS). DSS adalah sistem dalam mendukung kegiatan DT yang ­berbasis
pada peningkatan keterampilan (skill) untuk menekan angka ­pengangguran
­lulusan SMA dan menaikkan IPM Jawa Timur. DSS merupakan platform
­aplikasi yang memfasilitasi peserta DT melakukan kegiatan berupa pelatihan
dan ­pengembangan skill secara terprogram, terkontrol dan dimanage secara
­elektronika. Dengan menggunakan DSS siswa akan terpantau kegiatannya,
diamati bakat dan kemampuannya, dan diakhir kegiatan untuk mendapatkan
sertifikat dan portofolio yang menyatakan level kemampuan siswa.
DSS terdiri dari lima aplikasi. Pertama, aplikasi admindt.net yang merupkan
aplikasi pengelolaan data sekolah penyelenggara DT yang terdiri dari data
siswa peserta program, absen dan aktivitas kegiatan proses pelatihan dan
­foto-foto kegiatan pelatihan.
Siswa SMA Negeri 1 Kasiman, Kabupaten Bojonegoro sedang mengikuti pembelajaran
keterampilan bidang multimedia.
35
Kedua, apalikasi ruangtraining.net, dalam bentuk portal pelatihan yang
ditujukan bagi anak muda Indonesia dengan menawarkan beragam pilihan
pengembangan diri untuk mengikuti pelatihan ketrampilan meliputi bidang
­desain grafis, fotografi, videografi, fashion technology, tata boga, ­kelistrikan.
Pada potral ini tersedia beragam modul cetak, video tutorial, dan ­informasi
tempat pelatihan di seluruh wilayah Jawa Timur bekerja sama dengan
­sekolah-sekolah, pondok pesantren, kursus, dan balai latihan kerja.
Ketiga, ruangujian.net, adalah portal aplikasi untuk ujian sertifikasi ­berbasis
CBT (Computer Based Testing) untuk mengetahui level kompetensi calon ­tenaga
kerja yang telah mengikuti pelatihan. Tersedia berbagai level ujian yang bisa
diikuti secara online. Kelulusan ditentukan oleh kualitas pengetahuan dan
­ketrampilan yang dievaluasi langsung oleh tim ahli melalui aplikasi. Peserta
yang lulus dapat mengikuti private challenge sekaligus mendapatkan point dan
sertifikat.
Keempat, ruangkarir.net, merupakan portal layanan sebagai tempat
­menemukan beragam informasi karir yang menarik, pembuatan CV digital,
­resume, dan portofolio yang memuat produk hasil karya,dapat digunakan
untuk mendapatkan pekerjaaan yang sesuai dengan yang diharapkan. Pada
portal ini perusahaan atau dunia usaha dan dunia industri bisa ­mengiklankan
­lowongan pekerjaan yang tersedia dan memilih talenta-talenta yang sesuai
dengan kriteria yang diinginkan baik kompetensi, lokasi, maupun bidang
­ketrampilan.
Kelima, ruangdagang.net. Berupa aplikasi online yang mewadahi
peserta pelatihan yang tertarik dibidang usaha atau enterpreneur. Sarana
­pengembangan diri dan melatih peserta pelatihan yang tertarik di bidang
­kewirausahaan dengan menempatkan produk dan jasa di dalam jaringan
marketplace Usaha Sekolah Online (USO). Pada portal ini dapat ­ditemukan
produk-produk kreativitas yang berkualitas sekaligus dapat melakukan
­transaksi online.n
MENGHASILKAN PRODUK NYATA
36 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
37MENGHASILKAN PRODUK NYATA
38 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
Siswa peserta keterampilan bidang
Kecantikan, sedang merancang wajah
calon model yang akan dirias. Ini
lakukan sebagi langkah awal sebelum
melakukan rias wajah.
39
Karena berbasis pada praktik, maka
­aktivitas dan proses pembelajaran DT ­selalu
­menghasilkan banyak produk dan jasa yang
nyata. Sejumlah produk sebagai hasil dari
­praktik keterampilan tersebut kemudian ­dijual
ke ­warga sekolah sendiri, bisa kepada rekan
sesama siswa maupun kepada guru dan
staf tata uaha sekolah, kantin sekolah dan
­koperasi ­sekolah. Tidak hanya itu kadang juga
­dipromosikan ­melalui media sosial, sehingga
dapat menjangkau wilayah yang lebih luas di
luar pagar sekolah.
Sampai sekarang, dari 14.043 siswa peserta
2.1
Hasilkan Ribuan
ProdukdanPortofolio
MENGHASILKAN PRODUK NYATA
40 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
DT, tercatat telah menghasilkan 1.096 produk barang maupun jasa dari 150
materi pembelajaran. Selain itu, program DT di 157 SMA/MA di 28 ­Kabupaten
di Provinsi Jawa Timur ini juga sukses menghasilkan 6.614 ­portofolio dari
­berbagai macam kategori. Portofolio tersebut berisi dokumentasi ­produk-produk
yang dihasilkan oleh kreativitas siswa peserta DT.
Dari 18 jenis keahlian, portofolio terbanyak ada di bidang desain grafis
­sebanyak 1.519 buah. Kemudian bidang merancang moda busana yang
­mampu menghasilkan 1.050 portofolio. Tata rias pengantin berhijab juga
menghasilkan portofolio lumayan banyak yaitu sebanyak 700 buah. Sedang
untuk bidang keahlian yang belum menghasilkan portifolio adalah bidang
membuat dan desain alat digital, merancang busana muslim, dan bidang
makanan-minuman ringan (gambar 2.1).
Gambar: 2.1
Portofolio Per Kategori
41
Produk barang dan jasa peserta DT tidak sekadar didokumentasikan
­untuk kepentingan portofolio semata, tetapi juga benar-benar ­dipasarkan
ke ­konsumen. Sebagai contoh siswa di SMAN 4 Sampang Madura aktif
­menawarkan sejumlah produk hasil dari mengikuti pelatihan DT Tata Boga ke
arena Car Free Day yang diselenggarakan di Jalan Syamsul Arifin dan Jalan
Wijaya Kusuma Sampang, setiap minggu pada bulan Januari 2020
Beberapa dagangan yang dijual antara lain bakso campur, piscok, es milk
mangga antigalau, sambel daun ubi, pecel, dan spageti.
Stan siswa DT ini cukup menarik pengunjung CFD. Sambil berolahraga
­mereka melihat-lihat karya siswa dan berkenan membelinya. Bagi siswa semua
ini merupakan pengalaman yang berharga, ternyata hasil olahannya bisa
­dijual dan menghasilkan uang. Dalam satu kali buka lapak di CFD ­keuntungan
­bersih yang mereka dapatkan sekitar Rp 300 ribu hingga Rp330 ribu. ­Lumayan,
bukan?
Peserta DT dari SMAN4 Bangkalan Madura dan SMAN 1 Bareng Jombang
tidak mau ketinggalan. Mereka berpartisipasi aktif membuka booth pameran di
lobi Bappeda Provinsi Jawa Timur yang bertema harmonisasi vokasi dan Jatim
cerdas menuju pertumbuhan berkualitas.
Ketika pandemi Covid-19 melanda Indonesia, siswa DT juga berkontribusi
nyata. Mereka siap menjawab permintaan Pemerintah Provinsi Jatim yang akan
memaksimalkan peran SMA DT dan SMK dalam memproduksi hand sanitizer
(cairan pencuci tangan) secara massal. Hand sanitizer tersebut akan dibagikan
kepada masyarakat luas.
“Sebanyak 79 SMA Double Track dan 92 SMK yang punya kompetensi
farmasi dan kimia industri di Jawa Timur akan membuat hand sanitizer dan
sabun antiseptik yang seluruhnya ditujukan dalam rangka memerangi ­pandemi
Covid-19,” kata Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, di Gedung ­Grahadi,
29 Maret lalu.
Meski pun hand sanitizer diproduksi massal namun komposisi dan cara
pembuatannya tetap sesuai standar industri sehingga mutu dan kualitasnya
Dari 14.043 siswa peserta DT di 157 SMA/MA
telah dihasilkan 1096 produk barang/jasa dan
6.614 portofolio.
‘‘
‘‘
MENGHASILKAN PRODUK NYATA
42 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
tetap terjamin. Agar dapat terkendali maka proses pembuatannya dikoordinasi
oleh Dinas Pendidikan Provinsi. Sedang sumber dana berasal dari dana BOS,
BPOPP, serta CSR. n
SUMBER FOTO: HUMAS PEMPROV.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa dan Wahid Wahyudi Kadis Pendidikan Provinsi
Jatim memeriksa hand sanitizer produksi siswa SMA/SMK.
43
Berikut cerita pembelajaran program DT
yang berjalan di tengah pandemik. Awalnya
­memang belum terpikir untuk membuka jasa
servis ­online, tapi gara-gara serbuan ­COVID-19
yang memaksa orang untuk melakukan
­pembatasan dan pemberlakuan belajar daring,
akhirnya terpikir untuk membuka layanan jasa
yang memanfaatkan dunia maya.
Inilah yang terjadi pada peserta program
DT di SMA Negeri 1 Dongko, Trenggalek. Dari
peserta DT, sebanyak tiga siswa telah ­berhasil
membuka jasa servis secara secara online.
“­Kebetulan mereka memilik alat komunikasi
2.2
MembukaJasa
ServisOnline
MENGHASILKAN PRODUK NYATA
44 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
yang memadai dan momentum study from home mereka manfaatkan untuk
membuka jasa secara online,” Fahrul Anam, Trainer keterampilan Teknik
­Elektro.
Fahrul Anam menceritakan, di awal pelaksanaan DT ada 20 siswa
yang ­layak untuk mengikuti program elektronik, mereka adalah siswa yang
­menyatakan tidak akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,
karena berbagai keterbatasan.
Pada semester pertama mereka diberi teori dan praktik untuk ­memperbaiki
peralatan elektronik rumah tangga, diantaranya rice cooker, blender, ­mixer,
kompor listrik, kulkas, istalasi listrik, power amplifer, kulkas, mesin cuci, sedot
debu, jam dinding digital, TV tabung, TV LED, lampu emergency, lampu ­cetralit,
lampu LED, penyepulan speaker, pembuatan cas aki, pembuatan ­charger
­handphone dari Travo 3 ampere, pembuatan charger handphone dari aki ­motor,
perbaikan kelistrikan sepeda motor, dan lainnya, sehingga pada ­semester dua
siswa mempunyai inisiatif membuka jasa layanan servis elektronik.
“Alasanyapesertaberinisiatifmembukausahaini,karenasekarang­pekerjaan
atau aktivitas masyarakat serba online. Meskipun telah ­membuka servis online,
siswa juga masih mendirikan tempat servis di rumahnya ­masing-masing yang
bekerja sama dengan penyedia jasa Anam Elektronik dan Gana Elektronik,”
katanya.
Dua penyedia jasa itu, di samping sebagai tempat praktik siswa DT juga
­dijadikan untuk magang peserta, sebelum bisa mandiri membuka usaha.
“Untuk membekali siswa dalam berusaha membuka jasa servis, saya kerap
memberikan pengetahuan tentang dasar-dasar manajerial, bagaimana dalam
menerima order, mengerjakan dan memberikan layanan jasa,” kata Fahrul
Alam, trainer dari mitra sekolah pemilik servis Anam Elektronik ini.
Bagi Fahrul meski memiliki usaha jasa servis, ia tidak khawatir akan
­tersaingi oleh siswanya. Justru sebaliknya, melalui cara menjadi trainer ia
dapat ­menambah networking dan pengalaman. “Soal rezeki sudah ada yang
mengatur. Justru setelah menjalani sebagai trainer orderan yang saya terima
malah semakin bertambah,” kata alumnus STKIP PGRI TUlungagung, Jurusan
Pendidikan Matematika ini.
Dia meyakini dengan berbagi ilmu yang menjadi bagian dari bisnis yang
­dimilikinya, kemanfataannya akan bertambah demikian pula dengan ­rezekinya.
“Kini saya tidak hanya menerima jasa servis, siswa-siswa yang membuka jasa
sejenis kadang meminta bantuan konsultasi ke saya,” katanya.
45MENGHASILKAN PRODUK NYATA
Dua siswa peserta DT
sedang melakukan praktik
keterampilan Teknik
Kendaraan Ringan.
46 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
Apa yang diungkapkan Fahrul dibenarkan salah satu siswanya yang telah
sukses membuka jasa servis online. Yoga Tama Margianto nama siswa yang
duduk di kelas 11. “Alhamdulillah sedikit demi sedikit saya sudah bisa dan sudah
mencoba untuk membuka servis alat elektronik. Untuk di servis alat ­elektronik
saya bekerja sama dengan Gana Elektronik sebagai penyedia ­peralatan dan
komponen elektronik, jika mendapatkan kesulitan saya minta bantuan kepada
Jasa Servis Anam Elektronik yang tidak lain merupakan pembina dari program
DT di sekolah,” katanya.
Seperti keinginan awal Yoga saat memilih keterampilan bidang teknik
­elektro, dia ingin bisa memperdalam ilmu elektronika. “Sekarang saya ­sudah
bisa menerima orderan. Memang sejak di bangku SMP saya sudah ikut ­penyedia
jasa sound system milik Arafah Audio sampai sekarang, karena ­penasaran
­itulah saya memilih keterampilan teknik elektro,” katanya, yang kini membuka
layanan servis melalui WhatsApp.
Hal sama juga diungkapkan Billy Lafi Aula, siswa kelas 11 IPS 1. “Setelah
mendapat pengetahuan dan sedikit praktik bongkar pasang peralatan
­elektronika, sekarang saya sudah membuka servis di rumah. Melayani lewat
­offline maupun online. Saya juga menerima panggilan untuk memperbaiki
alat-alat elektronik seperti receiver digital dan lainnya,” katanya.
Berapa tarif yang dipatok? “Besar kecilnya tarif bergantung pada ­komponen
yang digunakan dan alat apa yang diperbaiki serta jarak tempuh. Sejak saya
membuka jasa ini, sudah menerima upah sebesar Rp 400 ribuan, dengan
modal awal yang dibutuhkan seperti avometer dan solder thenol,” katanya.
Bagi Billy, keterampilan elektronika adalah pengalaman yang sangat
­berharga yang diperoleh dalam program DT, karena sebelumnya ia belum
mengetahui sama sekali. “Bermodal keterampilan itulah saya bisa membuka
jasa servis dengan tarif antara Rp 25 ribu hingga Rp 50 ribu, belum termasuk
komponen,” katanya.
Riyan Prasetyo juga mengungkapkan hal sama, siswa kelas 11 ini
­mengatakan, keikutsertaan pada bidang keterampilan elektronik berniat agar
bisa memperbaiki alat elektronika di rumah. “Tapi setelah bisa saya kemudian
menawarkan jasa servis online dengan tarif sekali datang untuk ­memperbaiki
sebesar Rp 30 ribu. Tapi bergantung pada jarak juga, kalau melebihi dua
­kilometer, saya meminta tambahan biaya Rp 10 ribu,” katanya. n
47
“Kita ingin setiap warga yang harus ke luar
rumah wajib pakai masker,” kata Presiden
Joko Widodo saat rapat dengan Gugus Tugas
­Percepatan Penanganan Corona, Senin 6 April
2020.
Tapi bukan lantaran itu jika beberapa
­sekolah DT mengambil peran untuk ikut serta
memproduksi masker dan APD dalam melawan
pandemik COVID-19, seperti yang dilakukan
oleh SMA Negeri 1 Sampung, Ponorogo.
Disampaikan Bambang Setyawan, Guru
BK yang ditunjuk sebagai operator dalam
­pelaksanaan DT, sepekan setelah ­pemberlakuan
2.3
ProduksiMasker
Anticorona
MENGHASILKAN PRODUK NYATA
48 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
kebijakan belajar dari rumah (school from home/SFH), muncul ide ­untuk
­membuat masker bagi siswa DT bidang tata ­busana. Ide itu muncul jauh
­sebelum ­Presiden ­menyampaikan keinginannya ­bahwa ­setiap warga yang ke
luar rumah harus ­menggunakan masker.
Melalui koordinasi singkat via grup WA Oemah Jahit milik SMA Negeri 1
­Sampung, dipilihlah tema Seribu Masker untuk ­Negeri. Pembuatan masker
awalnya ditujukan ­untuk ikut serta menyukseskan kebijakan ­menjaga jarak
(sphysical distancing) dalam ­menghadapi penyebaran COVID-19, ­dibagikan
kepada masyarakat sekitar dan siswa ­kelas XII ketika hendak menghadapi UN.
Namun dalam perkembangannya UN ditiadakan dan ­kebijakan belajar
Merias wajah, harus memerhatikan ciri khas wajah klien.
49
di rumah diperpanjang, maka produk masker pertama berjumlah 50 masker
ditawarkan melalui media sosial. “Animo masyarakat sangat luar biasa, 50
masker langsung habis diborong bahkan semakin banyak yang memesan,”
kata Bambang.
Oleh karena itu, dengan mempertimbangkan kebijakan “bekerja dan
­belajar dari rumah” tim pengelola memutuskan untuk memulai produksi
­masker dari rumah siswa peserta DT. “Sepuluh mesin jahit dikirim ke rumah
10 siswa peserta DT, baik kelas XII maupun kelas XI. Proses pengerjaan masker
direncanakan berlangsung selama kegiatan belajar di rumah dan mungkin
akan diteruskan sesuai dengan kebutuhan ­masyarakat,” katanya.
Target di awal adalah 100 masker dalam satu ­pekan. ­Namun dengan
­adanya peningkatan permintaan dan ­bertambah juga keterampilan siswa
dalam memproduksi masker, dalam sepekan ditarget mampu membuat 500
­masker. Target ini disesuaikan dengan jumlah permintaan masker.
Ada tiga spesifikasi masker yang dibuat siswa DT ini. Pertama, masker
katun dua ­lapis, berbahan katun motif dan katun toyobo ­dengan lubang di
­tengahnya, sehingga bisa diberi tisu. Bahan katun sangat nyaman dan ­tidak
­pengap ­apabila digunakan beraktivitas di dalam ­maupun luar ruangan.
­Tersedia ­berbagai ­pilihan warna dan motif dengan harga Rp 25 ribu untuk satu
pak (isi lima buah). Sedangkan untuk yang berbahan toyobo dua lapis, dijual
dengan harga Rp 30 ribu untuk tiap lima buah.
Kedua, masker jenis katun toyobo tiga ­lapis, produk ini merupakan kelas
premium, memang tidak terdapat tempat tisu, namun di dalamnya sudah
­terdapat kain hero. Masker ini dijual dengan harga Rp 10 ribu untuk setiap satu
pak. Kelebihan masker jenis ini, selain bisa dicuci berkali-kali, juga ­nyaman
dipakai, meski dibuat dalam tiga lapis. Tidak pengap dan sangat protektif
­terhadap debu dan droplet (cipratan) batuk dan bersin.
Jenis ketiga, berbahan kain spunbond, satu lapis dan dua lapis. Masker
dengan kain spundbond harga bahan ­relatif lebih murah, dibandingkan dua
bahan lainnya. ­Namun ­mempunyai kelebihan, di antaranya tahan terhadap
debu dan cipratan air, sehingga sangat direkomendasikan ­untuk orang umum
(nonmedis) yang lebih berpotensi tertular ­Corona. Daya tahan masker ini
berkisar antara 3-5 kali ­pemakaian dan dapat dicuci ulang.
Dari kerja di rumah tersebut, per Senin, 13 April 2020 masker yang telah
didistribusikan sebanyak 800 buah. ­­Di ­antaranya 500 masker proyek dari
­Kepala SMAN 1 Sampung untuk dibagikan ke pada warga sekolah dan ­sekitar.
MENGHASILKAN PRODUK NYATA
50 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
­Sisanya, 300 masker dipesan oleh konsumen baik melalui offline ­maupun
­online. Untuk ­pengiriman luar kota, sudah dikirim antara lain ke Madiun,
Ngawi, Magetan, Pati Jawa Tengah, Surabaya, dan Singaraja Bali.
Untuk tingkat produktivitas, dalam ­sepekan siswa mampu ­menghasilkan
500-700 ­masker. Sehingga ­apabila ada yang membutuhkan ­masker ­dengan
­harga wajar dalam jumlah sedikit ­maupun banyak, siswa DT SMAN 1 ­Sampung
siap membuat dan ­mengirimkan ke seluruh wilayah Indonesia.
Kegiatan evaluasi dilaksanakan setiap hari.
Caranya, setiap siswa ­melaporkan ­jumlah produk
masker yang dihasilkan, maksimal ­pukul 17.00
­setiap harinya, ­sedangkan ­bagian ­marketing akan
­menentukan besok pagi akan dikirim ke mana.
“Dalam proses pembuatan ­masker, kami ­sangat
menjaga ­prinsip ­physical ­distancing. Masker yang
­sudah jadi diambil oleh petugas sekolah dari
­rumah-rumah siswa peserta DT, ­kemudian barulah
dikirim ke pemesan,” ­katanya.
Apabila bahan habis, siswa bisa ­mengambil
bahan ke sekolah dengan tetap koordinasi ­melalui
grup WA ­Oemah Jahit. Total pemasukan dari
­pembuatan masker mulai pertengahan Maret
hingga pertengahan April 2020 ini mencapai Rp
3.124.000.
Bambang mengatakan, motif utama
dalam pembuatan masker ini adalah ­belajar
dan ­berbagi. “Kami selaku pengelola ­ingin
­memotivasi ­lulusan dan siswa DT SMAN 1
­Sampung untuk terus berkarya sesuai ­dengan
kebutuhan ­masyarakat. Barulah kemudian
­menimbulkan rasa empati dan simpati untuk
­berbuat lebih dengan kemampuan yang dimiliki, sehingga individu ­tersebut
bermanfaat bagi orang lain,” katanya.
Lebih jauh, untuk jangka panjangnya siswa didorong untuk berfikir kritis,
kreatif, inovatif, mampu berkomunikasi,dan berkolaborasi dengan ­sumberdaya
yang ada, baik itu rekan maupun dunia usaha, sehingga pada akhirnya
­menemukan solusi dari setiap permasalahan yang ada di sekitar mereka. n
51
Program SMA Double Track (DT) semakin
eksis saja. Pesertanya aktif mengikuti pameran
di berbagai tempat. Seperti yang dilakukan
SMAN 4 Bangkalan, Madura. Dengan bangga
para siswa peserta DT membuka stan di lobi
­Kantor Badan Perencanaan Pembangunan
­Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa Timur di Jl.
Pahlawan 102, Surabaya, Jumat (13/3) siang.
Mereka berpartisipasi meramaikan pameran
bertema Harmonisasi Vokasi dan Jatim Cerdas
Menuju Pertumbuhan Berkualitas.
Sebelumnya, pada 12 Maret, SMAN 1
­Gondangwetan Pasuruan sebagai SMA DT juga
2.4
NasiBakarDT
DiborongSekdaprov
MENGHASILKAN PRODUK NYATA
52 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
mengikuti pameran yang diselenggarakan Musyawarah Kerja Kepala Sekolah
(MKKS) Kota dan Kab. Pasuruan dan Probolinggo di SMAN 1 Grati.
Tampil percaya diri, SMAN 4 Bangkalan menyajikan produk kuliner ­andalan
antara lain nasi bakar dan somay (dua item olahan makanan ­Nusantara ini
merupakan materi yang diajarkan trainer DT). Untuk minuman favoritnya
­mereka menyuguhkan es krim serai, dawet, dan es kuwut (kelapa muda).
­Sedang anak-anak DT Tata Kecantikan unjuk kebolehan praktik make over
­wajah pengantin.
Tidak sia-sia. Terbukti booth DT mart ini menyedot perhatian ­pengunjung.
Mereka tertarik menyaksikan peragaan rias dan rela antre untuk membeli
makanan dan minuman. Bahkan Sekretaris Daerah Provinsi Jatim Dr. Ir Heru
Tjahjono, MM, saat meninjau pameran, juga terpikat. Bukan sekadar ­mampir
melihat-lihat stan, tetapi berkenan memborong nasi bakar sebanyak 50
­bungkus. Stok langsung habis.
Indi Sofi Fikria, S.Pd, selaku operator DT SMAN4 Bangkalan, mengatakan,
para siswa sangat bersemangat mengikuti program terobosan double track ini.
“Anak-anak sudah cukup terampil. Mereka sudah menerima orderan secara
53
freelance, lewat medsos. Ada juga yang sudah buka usaha sendiri di rumah
walau kecil-kecilan,” katanya.
Pihak sekolah juga mulai ramai mendapat pesanan makanan minuman.
­Biasanya orderan berasal dari warga yang hendak mengadakan pengajian.
Permintaan akan jasa rias juga prospektif. Anak-anak DT sudah aktif ­merias
untuk kebutuhan wisuda sekolah, mulai dari anak TK sampai siswa SMA.
Kadang juga merias untuk kebutuhan karnaval, kebiasan yang sangat disukai
orang Madura. Salah satu siswa DT tata kecantikan, Selfia, sekarang sudah
membuka salon di rumahnya sendiri.
Annissa Makrumah, siswa kelas XI IPA 1, terlihat sibuk menarik tuas alat
pres penutup gelas plastik. Lalu menyerahkan gelas berisi aneka minuman itu
Sering terjadi, sehari sebelum praktik DT,
­teman-teman sudah banyak yang mendesak:
­“Besok praktik DT bikin apa? Aku pesan
makanannya ya. Jangan lupa.
‘‘ ‘‘
MENGHASILKAN PRODUK NYATA
54 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
kepada pembeli. Hari itu laku keras. Semua dagangan habis terjual sebelum
waktu shalat Jumat tiba.
“Saya dulu awalnya coba-coba aja masuk Tata Boga. Ternyata setelah
masuk, seru banget, saya jadi senang karena mendapat keterampilan masak.
Saya bisa mengembangkan passion saya. Kalau makanan sudah jadi kita foto
lalu dimasukkan IG dan WA. Banyak yang pesan,” katanya.
Ditambahkan, seringkali terjadi, sehari sebelum praktik DT, ­teman-temannya
sudah banyak yang mendesak: “Besok praktik DT bikin apa, Nis? Aku pesan
makanannya ya. Jangan lupa.”
Begitulah, DT di SMAN4 Bangkalan telah menjadi sesuatu yang berarti.
Semangat kewirausahaan terasa bertumbuh di sana. Salah satu indikatornya,
banyak siswa kelas X yang sudah tidak sabar ikut bergabung, padahal program
DT ini masih dikhususkan bagi siswa kelas XI. Masyarakat sekitar juga mulai
mengenal manfaat DT. Calon pendaftar pada musim penerimaan peserta didik
baru juga meningkat. “Saya mau sekolah ke SMAN4 saja, karena ada praktik
masak-masaknya, ada rias mantennya,” kata warga sebagaimana ditirukan
oleh Annisa. n
55
Ayu Firnanda mengaku, sejak lama sudah
hobi merias wajah. Biasanya merias ­anak-anak
tetangganya yang tampil pada acara ­kesenian di
sekolah atau peringatan hari besar di ­desanya.
Begitu di sekolahnya ada program DT, Ayu
langsung daftar ikut materi kecantikan —tata
rias pengantin berhijab. “Ini sesuai hobi dan skill
saya,” ujarnya, “Di sini saya dapat menambah
wawasan tentang kecantikan.”
Memang banyak perbedaan merias yang
pernah dia lakukan secara otodidak ­dengan
materi DT. Selain memperoleh teori, Ayu juga
melakukan praktikum. Sebelum “turun ke
2.5
PerkayaPengalaman,
MeretasHarapan
MENGHASILKAN PRODUK NYATA
56 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
57MENGHASILKAN PRODUK NYATA
Jalan meretas cita-cita Ayu tampaknya sudah
­terbuka. Lingkungan tetangga pun mendukung.
Jika ada acara pementasan kesenian atau kegiatan
yang membutuhkan rias wajah, mereka menyuruh
Ayu merias pengisi acaranya.
‘‘ ‘‘
­lapangan­”, ia harus praktik melukis objek yang akan dirias. “Awalnya kita
­disuruh mewarnai sketsa wajah secara balance. Kami juga disuruh melakukan
praktik melukis alis mata di kertas,” kata siswi Kelas XI-IPS2, SMAN 1 Dukun,
Lamongan ini, menceritakan pengalamannya.
Selain ilmu merias bertambah, dia mendapat ilmu lain. Kalau selama ini
Ayu mendapat klien secara gethok tular —promosi dari mulut ke mulut— di
program DT ia diajari memasarkan tata rias secara efektif dan efisien. “Kami
disuruh menyebar pamflet dan membuat akun Instagram, untuk menarik minat
banyak orang,” kata putri pasangan Soekardi dengan Paninten ini.
Hasilnya memang luar biasa. Klien berdatangan. Apalagi Ayu merias
­dengan cara yang benar. Mulai dari menyiapkan peralatan sampai ­merapikan
area kerja. Selain itu, sebelum merias dia selalu cuci tangan. “Kebersihan
­tangan sangat penting untuk merias wajah klien,” katanya, “Jadi banyak orang
­semakin percaya bahwa saya bisa merias dengan bagus,” ujarnya ­melanjutkan.
Dengan modal keterampilan yang kini dipelajari, Ayu berharap kelak dapat
membuka usaha sendiri. Paling tidak salon kecantikan. Harapan tersebut tak
lepas dari dukungan orangtuanya. “Sebelumnya, beliau sudah melihat skill saya.
Saat saya ikut program DT kecantikan di sekolah, beliau sangat ­mendukung
dan antusias saya bisa menjadi perias profesional,” kata putri kedua dari tiga
orang bersaudara ini menceritakan harapan orangtuanya.
Jalan meretas cita-cita Ayu tampaknya sudah terbuka. Lingkungan tetangga
pun mendukung. Jika ada acara pementasan kesenian atau kegiatan yang
membutuhkan rias wajah, mereka menyuruh Ayu merias pengisi acaranya.
Akhir tahun ajaran adalah “musim panen” bagi peserta DT. ­Khususnya
­materi kecantikan. Begitupun untuk akhir tahun ajaran (TA) 2019-2020.
­Mereka ­berencana merias puluhan bahkan ratusan siswa kelas terakhir
­jenjang SD, SMP, SMA yang diwisuda setelah lulus ujian akhir. Namun wa-
bah corona ­menggagalkan musim panen tersebut. Tahun sebelumnya —TA
2018-2019— siswa program DT SMAN 1 ­Kapongan, Situbondo, sempat
58 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
merias ­puluhan wisudawati SMA ­tersebut. ­Bahkan mereka juga merias siswa
SD/SMP ­tetangga rumah peserta program DT, yang diwisuda di sekolahnya.
“­Tahun ini tampaknya­­sekolah-sekolah tidak ­mengadakan wisuda, karena
kondisinya ­tidak ­memungkinkan akibat wabah,” ujar trainer kecantikan SMAN
1 ­Kapongan, Dwi Nur Hasanah.
Saat itu, siswa program DT kecantikan mendapat penghasilan ­lumayan.
­Setiap wisudawati yang dirias di sekolah dikenakan biaya Rp 35.000 per
­kepala. “Karena alat rias disediakan sekolah. Kalau yang merias di luar
­sekolah, ­rata-rata menetapkan ongkos Rp 50.000 per orang,” kata Dwi, yang
sehari-hari mengajar mata pelajaran muatan lokal, Bahasa Madura ini.
Saat ini banyak siswa alumni DT yang membuka usaha rias wajah dan jasa
kecantikan di rumahnya. Omzetnya memang tidak dapat dipastikan. Karena
banyak di antara mereka merias sekadar sambilan. Dan “klien” kecantikan
memang tidak datang setiap hari. “Baru ramai kalau ada wisuda, perkawinan,
atau orang punya hajat,” kata Dwi.
Kenyataan itu dibenarkan, Siti Nurholifah, siswi program DT kecantikan
SMAN 1 Kapongan. Menurut dia, sebelum terjadi wabah pun, orang merias
wajah tidak setiap hari. “Ga pas-pas sebulan full juga, tergantung adanya
klien,” kata Lipa —panggilan Siti Nurholifah.
Untuk merias wajah (make up), Lipa menetapkan tarif Rp 30.000 per ­kepala.
Itu sekadar make up untuk kliennya yang akan menari, pasukan ­pengibar
­bendera (paskib), atau pemain drumband. Untuk klien yang minta dirias ­tangan
dan kakinya dengan henna atau pacar kuku, tarifnya lebih ­mahal. “Saya ­sempet
meminta ongkos antara Rp 70.000 sampai Rp 90.000 per orang,” kata Lipa.
Ongkos sebesar itu dikenakan pada klien yang merias lengkap, wajah,
­tangan, dan kaki, untuk kepentingan hajat perkawinan. Selain membuka usaha
merias sendiri, Lipa juga membantu guru pembimbingnya jika mendapat klien
hajat perkawinan. Biasanya merias penerima tamu dan keluarga mempelai.
Ayu Firnanda, siswi SMAN 1 Dukun, Lamongan, juga punya pengalaman
menarik untuk diungkap. Dengan modal keterampilan yang masih ­dipelajari
di program DT, Ayu sudah dapat menabung dari hasil merias wajah kliennya.
Memang tidak banyak, berkisar antara Rp 30.000-Rp 50.000 per orang
­tergantung tingkat kesulitan riasnya. Yang jelas, nama Ayu sudah mulai dikenal
sebagai perias. Para tetangga sering minta bantuan merias kalau ada acara di
lingkungannya. Seperti acara pentas seni atau hajat yang butuh rias wajah, Ayu
pasti ikut. Lumayan, dapat uang saku tambahan! n
59
Pandemi COVID-19 telah me­morak­poran­
dakan­segala sendi ­kehidupan, tak terkecuali
­bidang pendidikan. Semua ­proses ­pembelajaran
dilaksanakan secara online ­termasuk program
DT. Program andalan Dinas Provinsi Jawa Timur
dan ITS Surabaya ini pun terimbas. Tapi tak
banyak yang menyadari ada hikmah di balik
musibah ini, yang diperoleh ­penyelenggara
­progam DT.
Salah satu hikmahnya, tiga sekolah DT
­masing-masing SMA Negeri 1 Kalidawir,
­Tulungagung; SMA Negeri 1 Karas, Magetan;
dan SMA Negeri 1 Berbek, Nganjuk diper-
2.6
Dipercaya
MembuatAPD
MENGHASILKAN PRODUK NYATA
60 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
caya oleh Dinas Pendidikan Jatim untuk membuat Alat Pelindung Diri (APD).
­Sebenarnya ada 14 sekolah yang telah menyatakan kesanggupannya untuk
menerima order APD. Tapi karena bahan baku yang ada di Dinas Pendidikan
Jatim sudah habis dibagi pada tiga sekolah tersebut, maka 11 sekolah lainnya
urung mengerjakan pembuatan APD itu.
Sebuah pengalaman paling berharga dan jarang diperoleh sekalipun
­mengambil kursus menjahit. Pengalaman langka ini tidak akan didapat jika
tidak ada Corona.
Proses pembuatan APD di SMA Negeri 1 Karas diawali dengan ­memberikan
pelatihan kepada enam siswa yang sudah dipilih oleh trainer tata busana.
­Kenapa hanya enam orang siswa? Hal ini untuk tetap mematuhi aturan ­social
distancing dan phsycal distancing. Pelatihan dilaksanakan di sekolah dan
­untuk memudahkan siswa dalam membuat APD, trainer pun membuat tutorial
­pembuatan APD.
Meski dalam kondisi puasa dan di tengah pandemi tak menyurutkan niat
siswa untuk berkarya, dengan tetap menjaga jarak, memakai masker serta
mencuci tangan dengan hand sanitizer, mereka semangat untuk menjahit baju
sebanyak 80 set APD, terdiri dari baju, sepatu dan tas tempat untuk ­menyimpan.
“Kami memberikan waktu kepada enam siswa dan satu trainer antara
pukul 08.00 sampai pukul 13.00 tiap harinya di sekolah. Alhamdulillah
dalam waktu lima hari ke-80 baju APD itu selesai. Ini pengalaman baru
bagi siswa kami dalam menjahit APD. Kepercayaan ini menjadi motivasi
tersendiri buat kami juga siswa,” kata Kepala SMA Negeri 1 Karas, Bahtiar
Kholili S. Pd., M.M. Pd.
Ketika pembuatan APD dikomunikasikan kepada orangtua siswa yang
­terlibat dan siswa harus datang ke sekolah, kata Bahtiar menambahkan, ­tidak
ada masalah, mereka memahami dan memberi dukungan. “Selama ini kami
memang selalu berkomunikasi dengan para walimurid tentang aktivitas DT
di sekolah. Hal yang menantang bagi kami justru menjaga keamanan dan
­keselamatan siswa selama membantu pengerjaan APD, sebab di Kab. ­Magetan
cukup banyak warga yang terinfeksi. Trainer selalu mengingatkan ­terkait
­protokol kesehatan yang harus dilakukan dan mengharuskan siswa tidak
­mengunjungi tempat lain selain rumah dan ruang DT tata busana,” katanya.
Siti Kurniah S.Pd., Guru Bahasa Jawa yang dipercaya untuk menjadi trainer
sekaligus mendampingi dalam pembuatan APD mengatakan, keputusannya
hanya melibatkan 6-7 siswa selain untuk mematuhi protokol COVID-19 juga
61
mempertimbangkan jarak rumah siswa dengan sekolah serta kecakapan dari
masing-masing siswa.
“Memang rata-rata keterampilan siswa sudah memadai, tapi jarak ­antara
rumah dan sekolah menjadi pertimbangan pula untuk mengikutsertakan
­mereka dalam pembuatan APD,” katanya.
Lain lagi cerita dari dilakukan oleh SMA Negeri 1 Berbek, Nganjuk. ­Sebanyak
6 siswa tata busan juga terlibat dalam pembuatan APD dari Dinas Pendidikan
Jatim. Pihak sekolah menggandeng DUDI Sekar Sari, milik Gemi Asih, di Desa
Tempel Wetan, Kec. Loceret, Nganjuk, yang kerap dijadikan tempat magang
siswa tata busana, didampingi trainer tata busana SMA Negeri I Berbek, Nunik
Sugiarti, S. Pd.
“Kami memilih kerja sama dengan DUDI, agar siswa kami bisa ­belajar
­langsung bagaimana suasana dan sistem DUDI bekerja saat menerima
­pesanan dalam jumlah banyak dan ditentukan waktunya. Pengalaman di DUDI
itu biar bisa dirasakan oleh siswa yang terlibat,” kata Kepala SMA Negeri 1
Berbek, Drs. Gunardi, M.M.,M. Pd.
Dalam kondisi pandemi saat ini ia tidak bisa melibatkan semua siswa,
­karena itu siswa yang terpilih adalah mereka yang telah mendapatkan izin dari
orangtua dan jarak antara rumah dengan lokasi DUDI tidak terlalu jauh.
“Awalnya kami tawarkan kepada siswa yang sudah terampil dan mampu
memproduksi. Kami berharap setelah Corona selesai, keenam siswa dan
­trainer yang terlibat dalam pembuatan APD akan membagi pengalamannya
ke peserta tata boga lainnya,” katanya.
Sementara Yaumurina, Guru Bidang Studi Ekonomi SMA Negeri 1 ­Kalidawir,
Tulungagung, yang juga trainer tata busana mengatakan, ia menyiapkan
­pembuatan APD di sekolah dengan tetap mempertimbangkan jumlah siswa
yang terbatas, tidak bergerombol.
Meski dalam kondisi puasa dan di tengah pandemi
COVID-19, tak menyurutkan niat siswa untuk
berkarya, dengan tetap menjaga jarak, memakai masker
serta mencuci tangan dengan hand sanitizer. Mereka
semangat untuk menjahit baju APD, yang terdiri dari
baju, sepatu dan tas tempat untuk menyimpan.
‘‘ ‘‘
MENGHASILKAN PRODUK NYATA
62 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
“Kami mengerjakannya di sekolah dan siswa wajib menggunakan ­masker
dan mencuci tangan dengan hand sanitizer yang sudah disediakan pihak
­sekolah,” katanya.
Agar pengerjaannya bisa cepat dan sisitematis, tiap siswa diberi ­tugas
­masing-masing yang berbeda, ada yang bertugas memotong bahan,
­pemasangan resleting, menjahit bagian lengan, bagian elastik, dan bagian
kepala dikerjakan. Tiap siswa mengerjakan berbeda-beda.
Di SMA Negeri 1 Kalidawir, sebagaimana dituturkan Kepala Sekolah, Agung
Ismiharto, S.Kom., M. Pd. Selain membuat APD, siswanya dilibatkan pula dalam
pembuatan masker dan disinfektan secara mandiri. “Sebelum mendapatkan
program DT pada tahun ini, kami sudah melakukannya secara mandiri setahun
sebelumnya,” katanya. n
63
Tidak henti untuk berkarya dan berinovasi.
Inilah yang dilakukan para pengelola program
DT yang telah digagas sejak 2018 silam. ­Progam
itu yang sudah diterapkan di 157 sekolah (SMA/
MA) di Jawa Timur itu kini dikembangan lagi
dengan menyiapkan voucher cipta kerja.
Pameran DT pada 29 Desember 2019 di
­Jatim Expo Surabaya telah membuka mata ­publik
tentang arti strategisnya program ini. Gubernur
Jatim, Khofifah Indar Parawansa ­menyampaikan
kekagumannya pada karya siswa SMA/MA DT
yang dipertunjukkan di acara tersebut. Program
ini telah nyata dapat ­mempersiapkan peserta
2.7
SiapkanVoucher
CiptaKerja
MENGHASILKAN PRODUK NYATA
64 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
65
­didik SMA/MA setelah lulus untuk siap memasuk ke dunia kerja atau ­membekali
diri mereka menjadi wirausaha. Buktinya? Beberapa hasil praktik mereka telah
diterima masyarakat.
Atas hasil semua itu, penyelenggara DT mulai berpikir bagaimana agar
apa yang telah dihasilkan sekolah bersama siswanya dapat terus bersamai
­tumbuh dan membesar. Berinovasi inilah yang ditawarkan penyelenggara
­lewat ­peluncuran voucher cipta kerja.
Voucher cipta kerja merupakan strategi penggalangan dana crowd funding
yang dilakukan oleh program DT sebagai modal kerja. Dana dikumpulkan dari
masyarakat kemudian dibelikan alat dan bahan untuk membuat produk atau
memberikan jasa kepada orang yang membutuhkan.
Sederhana konsepnya, melalui voucher cipta kerja ini, siapa pun boleh
membeli atau memilikinya. Setelah dimiliki, voucher itu bisa dibelanjakan untuk
membeli produk atau jasa yang dihasilkan oleh siswa SMA/MA DT. Tidak harus
dikonsumsi atau dinikmati sendiri oleh pemilik voucher, tapi bisa diberikan atau
disumbangkan kepada siapa pun, baik perorangan, lembaga, atau yayasan.
Melalui kepemilikan voucher itu, maka produk dan jasa dari sekolah dan
siswa SMA/MA DT akan bergulir ke konsumen dan menghidupkan proses
produksi barang dan jasa hasil program DT.
Melalui voucher cipta kerja, program DT mengajak untuk berbagi
­kepada mereka yang membutuhkan sekaligus menggerakkan dan memberi
­kepercayaan kepada peserta program DT bahwa jenis keterampilan yang
­diperolehnya dapat dijadikan bekal untuk memulai berwirausaha.
Contoh kongkret telah dijalankan oleh SMAN Ngadirejo, Pacitan, yang
mendapat voucher cipta kerja dari Lembaga Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF)
Surabaya, senilai Rp 1.750.000,- untuk pembuatan seragam Taman ­Pendidikan
Voucher cipta kerja merupakan strategi
­penggalangan dana crowd funding yang ­dilakukan
oleh program DT sebagai modal kerja.
Dana dikumpulkan dari masyarakat
kemudian ­dibelikan alat dan bahan untuk
membuat produk atau ­memberikan jasa
kepada orang ­yang ­membutuhkan.‘‘ ‘‘
MENGHASILKAN PRODUK NYATA
66 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
Al Quran (TPA) Yayasan ­Al-Khairiyah,
­Pacitan, binaan lembaga YDSF.
Seperti diketahui, program DT
adalah suatu sistem pembelajaran yang
­menggabungkan cara belajar SMA
yang ­diberi keterampilan ­tambahan.
­Penambahan keterampilan ini ­membuat
siswa siap kerja jikalau tidak ingin
­melanjutkan ­pendidikan ke perguruan
tinggi. Karena faktanya di Jawa Timur,
­lulusan SMA yang tidak melanjutkan
­kuliah jumlahnya cukup tinggi, ­mencapai
67,84%. Padahal SMA itu sejak awal
­dirancang ­sebagai satuan pendidikan yang
­menyiapkan peserta didiknya melanjutkan
studi ke jenjang yang lebih tinggi. Lalu
bagaimana dengan siswa sekolah umum
yang, karena berbagai alasan, akhirnya
tidak melanjutkan kuliah? Mereka harus
segera terjun ke ­dunia kerja dengan bekal
pengetahuan umum semata.
DT dikonsep sebagai kegiatan
­ekstrakurikuler, dengan ketentuan setiap
siswa minimal satu tahun mengikuti sistem
jalur ganda ini. Ide DT muncul ­berawal
dari keprihatinan atas tingginya potensi
­lulusan SMA yang menjadi ­pengangguran.
­Terutama mereka yang setelah lulus ­tidak
melanjutkan ke bangku kuliah. Fakta
ini menjadi permasalahan pelik bagi
­pembangunan manusia di ­Jatim, ­karena
peserta didik lulusan SMA tidak dibekali
skill dasar yang ­memadai ­untuk terjun ke
dunia kerja. Melalui Program SMA/MA DT
diharapkan bisa ­memberikan skill atau
kompetensi tambahan kepada siswa. n
67
BAGIAN TIGA
Siswa DT,
Terampil dan Pede
Orang yang kuat bukan mereka yang
selalu menang. Melainkan mereka yang
tetap tegar ketika mereka jatuh.
– Khalil Gibran –
KAHLIL GIBRAN (1883-1931). Pria satu ini dikenal sebagai salah satu pujangga atau penyair terhebat yang
pernah hidup dimuka bumi. Syair-syair  yang ditulisnya sangat indah. Lahir pada 6 Januari 1883 di Beshari,
Lebanon. Meninggal di New York City, Amerika Serikat, 10 April 1931. Salah satu karyanya yang sangat tenar
adalah sebuah buku yang berjudul The Prophet.
68 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
T
erampil dan percaya diri adalah salah satu yang hendak dicapai
dalam program DT. Membangun kepercayaan diri ini penting dan
menjadi modal utama dalam mengawali diri untuk ­berwirausaha
maupun mengisi lapangan pekerjaan. Apa yang dilakukan?
­Terus belajar dan berlatih dalam mengasah keterampilan dan membangun
­kepercayaan diri adalah kuncinya.
Itu sebabnya meski Corona melanda, sedikit pun tak ada halangan di benak
para peserta, trainer, dan pengelola DT untuk putus semangat. ­Kebijakan
­belajar dari rumah (study from home –SFH) sebagai upaya menjalankan social
distancing dan physical distancing disikapi dengan mencari berbagai cara
dan terobosan agar program pembelajaran DT tetap berjalan.
Peserta DT dipacu untuk produktif dan kreatif bukan hanya pada saat ­praktik
di ruang pelatihan, tetapi juga aktif menunggah produk mereka di media
­sosial. Harapannya pelatihan DT tidak berhenti sebatas diklat dan menambah
keterampilan semata, tetapi benar-benar sebagai langkah awal mewujudkan
bisnis mandiri yang konkret.
Jujur Diakui pandemi COVID 19, memang mengnaggu sejumlah program.
Tetapi segera melakukan penyesuaian dan penjadwalan ulang. Ternyata ­terjadi
blessing in disguise, semacam keberuntungan tersembunyi di sela musibah.
Program DT sukses dilaksanakan dengan memanfaatkan teknologi daring.
Seminar via web (webinar) juga menjadi pilihan yang efektif.
Intinya peserta DT tidak hanya terampil dan mahir membuat, tapi juga
mampu dalam hal memasarkan dan menjial. Buktinya uang saku pun ­diperoleh
para peserta DT, baik dari menjual produk maupun menawarkan jasa. n
69
Dua dari 20 siswa yang terlibat dalam
­program voucher siap kerja di SMAN 1
­Ngadirejo, ­Pacitan, memberi kesaksian. ­Intinya
mereka merasa terbantu dengan ­menguasai
­keterampilan menjahit yang dilaksanakan dalam
program DT. Selain terampil, mereka juga telah
menerima pembelajaran untuk ­berwirausaha.
Artinya, tidak hanya pandai membuat atau
menjahit, tapi juga bisa menjual produk apa
yang telah mereka buat.
Auriela Putri Widyar, siswa Kelas XI IPA 3
mengakui secara pribadi kegiatan DT bidang
tata busana telah dapat memberikan manfaat
3.1
TerampilMembuat,
PintarMenjual
SISWA DT, TERAMPIL DAN PEDE
70 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
71
signifikan untuk mengasah keterampilannya di bidang menjahit. “Saya jadi
mengetahui bagaimana cara membuat pola rok, rompi, dan rukuh. Juga,
­ukuran-ukuran detail yang harus diperhatikan, memotong kain dan cara
­menjahit yang benar,” katanya.
Selain itu, di sisi lain ia juga diajari bagaimana cara berwirausaha yang
baik dan benar, mulai dari modal, proses pembuatan, serta penentuan laba
dan harga jual. “Tidak hanya itu saja, saya juga belajar manajemen waktu
untuk mengejar target sesuai dengan waktu yang telah ditentukan,” katanya.
Jadi, peserta harus semangat dan pantang
­menyerah. “Memang ­menjahit itu dibutuhkan
ketelitian dan keuletan yang sangat tinggi, tapi
apabila kita berusaha keras dan punya niat
­untuk bisa, kita pasti akan bisa.”
Hal senada juga disampaikan, ­Mumayizah,
siswa Kelas XI IPA 4. “Saya senang bisa ikut
­kegiatan DT bidang tata busana. Dengan
­adanya DT, saya bisa mendapat pengalaman
baru di luar pengalaman di sekolah umumnya.
Ini pengalaman pertama saya belajar menjahit.
Sekarang setelah mengikuti DT, saya juga bisa
sedikit-sedikit membantu saudara saya yang
juga berprofesi sebagai penjahit, katanya.
Mumayizah mengakui, setelah ada kegiatan
pameran di Surabaya, pada Desember 2019,
sekolahnya mendapat pesanan baju TPA. “Ini
pengalaman baru lagi bagi kami. Awalnya
kami berlatih membuat rok sendiri, karena
ada pesanan itu kami bisa belajar membuat
gamis dan baju koko,” katanya sambil menjelaskan materi DT yang diikutinya
­dilaksanakan setiap Sabtu.
Siswa ini beserta teman-temannya pada awal diajari menjahit baju untuk
bagian yang mudah, lalu mengikat motif dan pewarnaan di bawah ­bimbingan
trainer DT. Selain itu diajari pula menjahit bagian-bagian yang sulit, juga
­belajar menerapkan ilmu kewirausahaan, agar baju yang kami buat bisa dijual.
“Semoga kegiatan DT bisa berlangsung di tahun-tahun yang akan datang, dan
semoga kuota yang bisa mengikuti DT lebih banyak dari tahun ini,” katanya.
SISWA DT, TERAMPIL DAN PEDE
72 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
Dra Toni Retno Antyaningsih, trainer keterampilan tata busana SMAN
1 ­Ngadirejo, Pacitan, mengatakan, kepercayaan diri siswa saat mendapat
pesanan sangat luar biasa, ini terlihat dari semangat mereka untuk berkarya.
“Hanya saja karena waktunya sudah ditentukan oleh pemesan, ­sementara
kemampuan siswa berbeda-beda, akhirnya kami konsentrasi ­kepembuatan
dan memperketat quality control,” kata guru pengampu mata pelajaran
­kewirausahaan.
Ketika sekolah menerima pesanan, Toni Retno mengenalkan model
­pengerjaan berbasis sistem konveksi, yaitu siswa yang sudah terampil diminta
untuk mengerjakan jahitan yang agak sulit, siswa yang teknik jahitnya kurang
terampil diminta untuk pengerjaan pewarnaan, dengan demikian hasil ­jahitan
berkualitas sama. “Pengalaman mengerjakan pesanan yang jumlahnya ­lebih
dari satu akan lebih lancar jika mengerjakannya seperti sistem konveksi,”
­katanya.
Pengalaman ini meniru dari usaha putranya yang memilki industri kecil
menengah sektor batik, sehingga ia bisa menularkan kepada siswanya untuk
membuat batik di samping pengetahuan tentang tata busana. n
Ini pengalaman baru bagi kami. Awalnya kami
berlatih membuat rok, karena ada pesanan kami
bisa belajar membuat gamis dan baju koko,” kata
Mumayizah, Siswa Kelas XI IPA 4.
‘‘ ‘‘
73
Bagi Siti Nurholifah, dunia tata rias ­sudah
­tidak asing. Sejak lama dia sering ­membantu
­kakak sepupunya, yang sering merias
­tetangganya. Siti mengaku, pada awalnya ia ikut
merias ­anak-anak yang ada di ­sekitar ­rumahnya.
“­Mereka anak sekolah taman ­kanak-kanak
yang akan menari di sekolah atau lomba. Juga
merias wajah anak-anak drumband SD,” kata
siswi SMAN 1 Kapongan, Situbondo ini.
Saat itu, merias hanya sebagai hobi. ­Belajar
sendiri. Alat riasnya memakai milik kakak
­sepupunya. Akibatnya dia sering dimarahi
­karena menghabiskan alat rias.
3.2
MelukisBibir
Berantakan
SISWA DT, TERAMPIL DAN PEDE
74 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
Tak ayal ketika ada program SMA DT di
­sekolahnya, dia mendaftarkan diri ­untuk ­materi
tata rias. Dia memilih tata rias ­pengantin
­yogyakarta ­berkerudung tanpa paes dan
­henna pengantin. “Saya ingin tahu cara ­merias
­pengantin wanita gaya jogyakarta,” ujar
Lipa, panggilan Siti Nurholifah, menjelaskan
­alasannya.
Ditanya pengalaman atau ­keterampilan
apa yang didapat dari program DT, siswi ini
­menyebutkan antara lain meronce bunga
­melati, ­memasang­sanggul, melukis alis, dan
melukis bibir. Kata kuncinya adalah “telaten”.
Misalnya, kalau meronce bunga melati untuk pengantin, bunga tidak ­boleh
­rusak, tak boleh rontok atau pecah. Bunga harus utuh. Karena itu, harus
­hati-hati ­merangkainya.
Begitu juga ketika memasang sanggul. Sebelum dipasang, rambut diikat
­setinggi-tingginya agar sanggul bisa terpasang rapi. Sedangkan untuk ­merias
alis,periasharustahubentuknyaterlebihdahulu.Kemudianalisdilukis­mengikuti
bentuknya. Sedangkan untuk merias bibir, jika bentuk bibir agak tebal maka
­lipstik yang melukis bibir diperkecil. Untuk bibir tipis atau kecil, melukisnya
­mengikuti bentuk bibir saja. “­Sebelumnya, saya
kalau melukis alis dan bibir sering ­berantakan,”
kata Lipa, “Sekarang sudah paham caranya,”
katanya lagi.
Dalam praktikum program DT, sulung dari
dua bersaudara ini ­mengaku, ­pernah merias
teman-teman sekolahnya saat akan menari.
Juga ­teman-temannya yang ikut drumband.
Selain itu, juga merias pengantin sesuai pilihan
di program DT.
Yang paling disukai adalah membuat
henna. Henna sebenarnya adalah nama
pewarna untuk menghiasi kuku, tangan, dan
kaki wanita. Dinamakan demikian karena
dibuat dari rumpun tumbuhan bernama henna
75
(­Lawsonia ­genus). Di Indonesia dikenal sebagai “pacar kuku”, sesuai asalnya
­yaitu ­tumbuhan pacar kuku (Lawsonia inermis). Belakangan istilah henna juga
­merujuk pada seni melukis tubuh nonpermanen (tattoo temporary). “Saya suka
melukis tangan pengantin perempuan pakai pacar kuku itu,” katanya.
Beruntung kegiatan rias-merias putri Massuri ini didukung ­orangtuanya.
­Bahkan ibunya —Yusmiati— ikut membantu mempromosikan keahlian ­putrinya
ke tetangga atau kerabat. Istilah Lifa, mereka bagian “menangani klien”. ­Yakni
membantu Lifa bicara dengan orang yang membutuhkan jasa rias. Bagai ­gayung
bersambung, para tetangga pun merasa gembira Lipa pandai ­merias. “Mereka
senang dengan adanya perias yang rumahnya dekat, agar tidak ­jauh-jauh lagi
kalau mau merias wajah ketika ada acara tertentu,” katanya beralasan.
Menurut Dwi Nur Hasanah, pembimbing materi tata rias di SMAN 1
­Kapongan, rata-rata alumni program DT tahun lalu (tahun ajaran 2018-2019)
sudah banyak yang membuka usaha sendiri. “Padahal sekarang mereka masih
kelas XII,” katanya. Ada nada bangga dalam ucapannya.
Mereka sudah dapat dilepas untuk merias teman-temannya menari,
­drumband, wisuda, atau rias cantik lainnya. “Untuk rias pengantin, ­mereka
biasanya mengasisteni saya,” kata Dwi yang sehari-hari mengajar mata
­pelajaran muatan lokal, Bahasa Madura ini.
Bagi Siti Nurholifah, mengikuti program DT tidak hanya mendapatkan
­keterampilan membuat orang jadi cantik. Dia juga menjadi tahu ­bagaimana
memasarkan hasil usaha merias. “Untuk promosinya, hasil kerja merias
­anak-anak tari dan hasil melukis henna itu diposting ke media sosial,” katanya.
Apa yang dikatakan Lipa tidak keliru. Dalam program DT ini ­memang
­disarankan memanfaatkan media sosial untuk membangun jejaring ­pemasaran.
Alih-alih anak muda sekarang sangat akrab dengan WhatsApp, Facebook,
Twitter, atau Instagram.
Lipa tampaknya optimistis akan menggeluti dunia tata rias untuk masa
­depannya. “Bisa bekerja sendiri tanpa membebani orang lain. Yang penting
saya juga sudah mengetahui bagaimana cara pemasarannya,” katanya. n
SISWA DT, TERAMPIL DAN PEDE
Sebelumnya, saya kalau melukis alis dan ­bibir
sering berantakan. Sekarang sudah paham
caranya,” kata Siti Nurholifah, siswi SMAN 1
Kapongan, Situbondo.
‘‘ ‘‘
76 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
77
Sesungguhnya proses belajar akan terus
berlangsung sepanjang hayat. Sebagai calon
entepreneur, peserta DT harus terus ­mengasah
potensi diri, memperkaya wawasan, dan
­senantiasa menambah ketrampilan. Kendala
Pandemi COVID-19 tidak menyurutkan ­mereka
untuk aktif menimba ilmu. Apalagi pihak
­Dinas Pendidikan Provinsi Jatim bekerja sama
­dengan ITS ­memfasilitasi dengan mengadakan
­pembelajaran secara daring.
Pada 21 April 2020 pukul 08.00 mereka
3.3
TerusBelajar
Lewat Webinar
SISWA DT, TERAMPIL DAN PEDE
78 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
berkesempatan mengikuti seminar melalui situs web (webinar) melalui ­aplikasi
Zoom dengan topik Strategi Sukses Mempersiapkan Diri Menjadi Pekerja
­Mandiri. Seminar daring massal perdana ini dikuti 285 siswa SMA/MA yang
berada di berbagai penjuru kota di Jawa Timur. Jumlah ini masih ditambah
lagi dengan 600 siswa yang mengikuti pelajaran melalui youtube live.
Jangan tergesa berprasangka sambil bilang, “tentu saja bisa jalan karena
semua pesertanya pasti siswa milenial yang familiar dengan gadget.” Anda
salah. Yang ikut webinar ini adalah remaja desa yang bersekolah di SMA/MA
pinggiran desa di tingkat kabupaten, siswa peserta program DT.
Seperti diketahui DT adalah program ketrampilan tambahan bagi di
­sekolah-sekolah SMA/MA yang mayoritas siswanya (85% ke atas) tidak
­melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Mereka rata-rata berasal dari
keluarga kelas menengah ke bawah.
Lalu bagaimana mereka keren bisa ikut bergabung via Zoom? Itulah
keunggulan “the power of kepepet.” Kalau tidak punya alat ya pinjam. Ada
yang memakai laptop milik laboratorium komputer sekolah, ada yang pinjam
smarphone trainernya, gurunya, saudara, atau tetangga.
79
Kepala SMAN 1 Pronojiwo Lumajang, Drs Hendro Supratikno, M.M.Pd,
­mengakui, 95% siswa peserta DT di sekolahnya tidak memiliki laptop. Siswa
yang menjadi peserta webinar terpaksa harus datang ke sekolah, tentu
­dengan tetap mematuhi ketentuan physical distancing. “Kami memanfaatkan
­laboratoriun komputer sekolah untuk mengikutinya,” katanya berterus terang.
Ya pada akhirnya yang penting adalah satu: pokoknya bisa mendaftar dan
ikut bergabung, ikut menimba ilmu. Apalagi ilmu yang dibagikan sangat ­relevan
95% siswa peserta DT di sekolah saya tidak
­memiliki laptop. Siswa yang menjadi peserta
webinar terpaksa harus datang ke sekolah, tentu
dengan tetap mematuhi ketentuan physical
­distancing. Kami memanfaatkan laboratoriun
komputer sekolah untuk mengikutinya,” kata
­Kepala SMAN 1 Pronojiwo Lumajang,
Drs Hendro Supratikno, M.M.Pd.
‘‘ ‘‘
SISWA DT, TERAMPIL DAN PEDE
80 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
dan kontekstual denga keadaan kehidupan yang makin kompetitif. Pak Setiyo
Agustiono, fasilitator DT dari ITS memotivasi siswa untuk ­mengembangkan diri
menjadi seorang entepreneur.
Pada saat belajar di rumah, anak-anak diharap banyak membuat produk
untuk menyempurnakan produk dan menambah konten portofolio. ­Selain itu
juga aktif mempromosikan produknya secara offline maupun online.
Sedang nara sumber lain, Prasetyo Adi, seorang praktisi digital branding,
founder kawabiki desain branding, berbagi pengalaman mencari penghasilan
di dunia online. “Bikin bisnis saat ini sangat mudah.Tinggal mau apa gak,”
katanya.
Bahkan Khunainnin Mutidzul Qiram, siswa SMAN 1 Panji Sitobondo, juga
sempat berbagi pengalaman tentang suksesnya memproduksi bakpia rasa
mangga. Dijelaskan, ide itu berasal dari makalahnya yang diikutkan lomba
ilmiah, membuat kuliner dengan memasukkan unsur lokalitas, maka dipilihnya
81
bakpia dengan selai mangga. Produk itu kemudian diberi merek bangga alias
bakpia rasa mangga. Setelah diproduksi, kue bangga itu ditawarkan ke teman
di sekolah dan melalui medsos. Ternyata lumayan laris. Oleh karena itu dia
menyemangati teman-teman sesama peserta DT agar tetap semangat. ­“Jangan
gampang putus asa, asah terus bakat yang ada pada dirimu,” katanya.
Khunainnin mengaku senang dapat mengikuti webinar. ­Menurutnya,
­teknisnya baik, dirinya diarahkan pelaksana DT mulai dari awal ­hingga
dapat bergabung ke aplikasi Zoom dan dapat mengikuti acara dengan
­lancar. “­Moderatornya baik. Semua materinya juga sangat menarik, tentang
­entrepreneur. Materi Pak Agus, Pak Prasetyo, dan Pak Fajar, saya ­menyukainya,”
katanya.
Ratusan pertanyaan yang masuk melalui chating web menjadi ­indikator
­betapa mereka sangat antusias mengikuti pembelajaran daring yang
­berlangsung dua jam itu. Di antara mereka adalah siswa dari SMAN1 ­Punung
SISWA DT, TERAMPIL DAN PEDE
82 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
Pacitan, SMAN1 Tugu Trenggalek, SMAN1 Bungkal Ponorogo, SMAN ­Wungu
Madiun, SMAN Tongas Probolinggo, SMAN1 Abunten Sumenep, dan ­banyak
lagi yang lainnya. Mereka adalah sebagian kecil dari peserta DT yang ­jumlahnya
14 ribu siswa lebih, dari 157 sekolah di 28 kabupaten di Jatim.
Muncul beberapa pertanyaan senada yang menarik yang untuk ­direnungkan
bersama. Mereka menulis begini: “Saya sangat ingin menjadi wirausaha tetapi
dilarang orangtua saya. Mereka maunya saya nanti bekerja jadi pegawai. Apa
yang harus saya lakukan?”
Rupanya selera zaman tengah berubah, tapi sayang sebagian dari siswa itu
masih terkungkung oleh “selera lama” orangtuanya. n
83
Setiap zaman punya cara tersendiri dalam
berdagang. Dulu orang menjajakan ­barang
dengan keliling kampung door to door. Lalu
­meningkat melakukan publikasi dengan
­menyebar brosur di perempatan jalan atau
­menempelnya di tiang listrik. Kini memasuki era
4.0 yang penuh digitalisasi, maka cara ­berjualan
pun bergeser melalui jalur online.
Oleh karena itu remaja sekolah SMA umum,
tidak hanya siswa SMK jurusan Teknologi
­Informasi, perlu dibekali dengan ­kecakapan
­digital marketing, untuk modal di masa
­mendatang yang kian kompetitif.
3.4
TerampilBikin
CopyWriting,ItuPenting
SISWA DT, TERAMPIL DAN PEDE
84 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
Apalagi bagi siswa SMA sekolah pinggiran yang berencana tidak ­melanjutkan
kuliah karena alasan biaya. Tentu sangat bermanfaat bila mau ­mempelajarinya.
Seperti yang dilakukan oleh ratusan siswa peserta ­program DT Jawa Timur ini,
Selasa (28/4) siang. Program pemberdayaan dari Dinas Pendidikan ­Provinsi
Jatim bekerja sama dengan ITS ini dilaksanakan dalam bentuk seminar.
­Karena kondisi sedang pandemi corona, maka proses ­pembelajarannyapun
dilaksanakan secara daring dengan menggunakan ­aplikasi Zoom.
Sebanyak 343 siswa SMA dari berbagai penjuru di Jatim ­bersemangat
mengikuti sharing ilmu keren dari Prasetyo Adi, narasumber praktisi dan
­founder Kawakibi Digital Branding. Pada saat yang bersamaan acara webinar
ini juga disaksikan oleh sekitar 600 siswa melalui Youtube live. Selama 1,5
jam brand aktivist ini berbagi ilmu tentang bagaimana membuat teks iklan
(copywriting) khususnya caption promosi produk dan e-poster untuk keperluan
mempublikasikan produk ke medsos.
85
Sungguh pelatihan ini sangat relevan, karena pada beberapa bulan terakhir
siswa DT tersebut telah praktik membuat suatu produk maupun jasa, mulai dari
bidang kuliner, tata kecantikan, desain grafis, hingga servis sepeda motor.
Kini saatnya mereka mengunggah hasil karyanya ke dunia maya, dengan
tampilan yang lebih eye catching, menarik perhatian, karena mereka telah
mendapat bimbingan membuat copy writing, membuat narasi promotif, dan
menampilkan gambar/poster yang memikat calon pembeli. Apalagi media
­sosial saat ini disebut-sebut sebagai medium yang powerfull untuk berdagang.
SISWA DT, TERAMPIL DAN PEDE
86 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
Sedikit lebih beda, itu lebih baik dari-
pada sedikit lebih baik.”
Panji Pragiwaksono
‘‘
‘‘
“Membuat kata-kata dalam copy writing itu boleh hiperbolic (agak
­berlebihah-pen) untuk membangkitkan imajinasi pembaca. Tetapi jangan
­sampai berbohong,” kata Prasetyo berbagi kiat.
Ditambahkan, calon konsumen harus diberi alasan yang kuat mengapa
mereka harus membeli produk kita. Untuk memancing minat mereka juga
­perlu diimingi-imingi bonus yang relevan, misalnya mangkok cantik untuk
pembeli bakso.
Upayakan meminta testimoni dari pelanggan yang pernah membeli produk
Anda, kemudian diunggah ke medsos untuk membangun kepercayaan ­publik.
“Akhirnya jangan lupa, pada setiap copy writing hendaknya diberi call to
­action. Bisa dengan menggunakan kata beli sekarang, klik di sini, atau ambil
kesempatan ini sekarang,” pesannya.
Salah satu rahasia sukses jualan online, adalah berupaya menghadirkan
produk yang beda atau unik dibanding produk sejenis dari kompetitor. Ini
dapat dijadikan sebagai keunggulan komparatif. Pembedanya bisa dari ­unsur
rasa, bahan baku, atau kemasannya. Tentu yang dimaksud beda itu tidak ­harus
beda banget. Beda tetapi masih sesuai dengan kebutuhan pasar. “Sedikit lebih
beda itu lebih baik daripada sedikit lebih baik,” katanya menirukan statemen
Panji Pragiwaksono.
Sedang untuk membuat e-poster yang menampilkan visual produk, dia
­menyarankan beberapa kiat. Yaitu, tampilkan detail dan gambar produk. Lalu
buatlah kata dasar yang kuat, tambahkan infomasi/berita yang menarik, dan
tonjolkan diferensiasi produk.
“Membuat kata dengan rima bunyi yang berulang, dapat menarik
­perhatian orang. Misalnya untuk produk kuliner rendang, kita bisa ­memainkan
­peribahasa: berakit-rakit ke hulu, berendang-rendang ke Padang,” katanya
memberi contoh.
Program pembelajaran model webinar gratis ini tidak hanya dilaksanakan
satu dua kali saja tetapi berlangsung secara berkala dari April hingga Mei
2020, setiap Selasa dan Sabtu pukul 09.00 WIB sampai 10.30 WIB. Sasaran
87
88 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
peserta webinar tidak hanya siswa, tetapi juga trainer, operator, administrasi,
dan kepala sekolah pelaksana DT. Narasumber diambil dari praktisi dunia
usaha dunia industri. Peserta dibatasi 500 orang setiap kali webinar, seusai
mengikuti mereka mendapatkan sertifikat.
Materi yang dibahas meliputi mahir fotografi dan videografi, merintis ­bisnis
sejak SMA, ruang karir program SMA DT, mengelola DT Mart, manajemen
training, dan terampil membuat laporan adminitrasi DT. Sedang goal dari
semua program ini adalah percepatan terciptanya kerja mandiri bagi lulusan
SMA/MA DT. n
89
Kearifan lokal menjadi branding. Nyaris
semua produksi mencantumkan kearifan atau
muatan lokal yang dikandung, baik tersirat
maupun tersurat. Di dunia pendidikan ada mata
pelajaran muatan lokal, seperti bahasa daerah.
Di bidang seni-budaya tidak terbilang kearifan
lokal yang ditampilkan, mulai dari seni murni,
seni pertunjukan, hingga seni turistik —untuk
­kepentingan pariwisata.
Ciri khas daerah yang sangat lokalistik ­serta
paling mudah diidentifikasi adalah busana
dan kuliner. Keduanya langsung dapat dilihat
dan ­dirasakan. Sekarang orang tidak tabu lagi
3.5
CerdikMengangkat
PotensiLokal
SISWA DT, TERAMPIL DAN PEDE
90 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
tampil mengenakan busana daerah sebagai busana resmi. Orang memakai
beskap jawa, baju bodo, ulos, kebaya sunda, kain belanga, atau pesaan
madura, bukan hanya dalam kemeriahan karnaval. Pada upacara peringatan
Hari Kemerdekaan RI di Istana Negara pun undangan banyak yang memakai
busana daerah.
Perkara kuliner demikian pula. Setiap daerah memiliki masakan khas. Baik
masakan untuk makanan utama maupun makanan ringan. Orang ­sudah
hapal kalau dodol identik buah tangan dari Garut. Ada lagi buah tangan
­jenang ­kudus, bakpia yogyakarta, pie susu bali, krupuk udang surabaya, getuk
pisang kediri, dan seterusnya. Pada program DT materi tata boga, makanan
­bermuatan lokal pun diajarkan.
Murahnya harga ayam potong di daerah Bondowoso telah ­menginspirasi
siswa DT di SMAN 1 Tamanan, Bondowoso untuk membuat abon ayam.
Bahan :
1.	 1 kg daging ayam bagian
dada
2.	 20 gram (5 siung) bawang
merah
3.	 25 gram (7 siung) bawang
­putih
4.	 15 gram laos
5.	 10 gram jahe
6.	 60 gram cabe merah (6 biji)
7.	 Satu sendok teh ketumbar
8.	 ½ sendok teh jinten
9.	 6 lembar daun jeruk purut
10.	 200 cc santan (½ butir ­kelapa)
11.	5 sendok makan penuh gula
pasir
12.	1 sendok makan garam tidak
penuh
Cara memasak :
1.	Ayam direbus setengah
­masak setelah dingin diambil
­dagingnya di suwir suwir kurang
lebih ½ cm kemudian ­ditumbuk
di alat tumbuk kayu kecil, ­kalau
tidak punya pakai cobek di
kucek satu arah, tapi hasilnya
lebih bagus ditumbuk.
2.	 Haluskan semua bumbu kecuali
daun jeruk
3.	Tumis bumbu dan daun jeruk,
tambahkan 3 sendok makan
Resep
Pembuatan
Abon Ayam
91
Melalui arahan Dra Sri Indah Yani, trainer masakan Indonesia, peserta
­keterampilan tata boga diminta untuk memikirkan produk lokal apa yang
bisa dibuat dan dimodifikasi untuk konsumsi masyarakat. “Tugas itu kami
berikan setelah seluruh macam olahan makanan ­Indonesia hasil ­pelatihan
dari Surabaya sudah selesai kami praktikkan. Hasilnya luar biasa,
­masyarakat menyukai hasil olahan abon ayam yang kami buat,” katanya.
Ide awal itu kami dilemparkan kepada siswa, tentang bagaimana
­memanfaatkan nilai jual ayam yang tetap tinggi di tengah harga ayam
potong mengalami penurunan tajam. Siswa sepakat untuk menjadikan
­dagang ayam sebagai abon yang bisa disimpan dan bertahan lama.
“Kami bangga keterampilan tata boga bisa menghasilkan ­makanan
­olahanlokalyangdiminatisekaligusmenjadialternatifdalam­memanfaatkan
turunnya harga ayam potong,” katanya. n
92 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
minyak goreng
4.	Setelah harum masukkan
­santan, gula, garam aduk
­sampai ­mendidih
5.	Masukkan ayam yang sudah
ditumbuk, goreng dengan api
agak kecil dibolak balik seperti
menggoreng serundeng kelapa,
setelah kering matikan api dan
angkat
93
Pada setiap momentum selalu ada peluang.
Orang yang bisa memanfaatkan momentum
sekaligus mampu mengadaptasikannya, adalah
orang yang akankeluar sebagai pemenang.
­Inilah yang dialami beberapa siswa DT bersama
trainernya saat menghadapi momentum Idul
Fitri 1441 Hijriah.
Tentu tidak sekadar memanfaatkan
­momentum, dukungan dari kepala sekolah juga
sangat menentukan akan keberhasilan usaha
ini. Ini yang dilakukan di SMAN 1 ­Tanggul,
­Jember. Siswanya diajak untuk menyiapkan
kue lebaran dan menyodorkan kepada kepala
3.6
Memanfaatkan
MomentumLebaran
SISWA DT, TERAMPIL DAN PEDE
94 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
­sekolah untuk memberikan woro-woro kepada guru jika keterampilan tata
boga DT menerima pesanan.
Berawal dari kerja sama dengan guru mata pelajaran Pendidikan Prakarya
dan Kewirausahaan  (PKWU), kelas   double track tata boga diminta ­menyiapkan
produk minuman, salad, dan kue kering. Siswa DT yang memproduksi dan
siswa yang mengambil pelajaran PKWU diminta untuk memasarkan. Berkat
dukungan kepala sekolah, kerja sama ini berjalansukses.
Kerja sama itu pun berlanjut, kepala sekolah mendukung ­pengadaan ­alat
serta berbagai kebutuhan siswa DT dan produknya menjadi makanan dan
minuman “wajib” setiap sekolah mengadakan acara.
“Pada momen Ramadankami kelas tata boga mendapatkan proyek
­pemesanan 120 toples kue kering dari seksi usaha sekolah,” kata Dewi
­Sulsityaning Utami, Guru Matematika yang dipercaya menjadi trainer tata
boga.
Tapi karena kondisi pandemi Corona, sekolah tidak bisa melibatkan semua
siswa tata boga. Proyek pembuatan kue kering untuk memenuhi pesanan
­dilakukan hanya oleh lima siswa, tentu dengan didukung penuh orangtua yang
merasakan dampak positif dari kegiatan DT.
Proyek pemenuhan pesanan itu diselesaikan dalam waktu seminggu
­termasuk pengemasan dan pengepakan. “Kami juga bekerja sama dengan
­kelas desain grafis untuk membuatkan stiker kuenya. Alhamdulillah dari proyek
ini akhirnya sekarang kami mendapatkan banyak orderan kue kering dari
berapa guru untuk Lebaran,” katanya.
Diungkapkan Dewi, ditengah pandemi Corona, banyak siswanya yang
mempraktikkan keterampilannya dalam membuat minuman dan kue lalu
­menjualnnya, sehingga denganbanyakwaktu di rumah, siswa bisa ­mendapatkan
penghasilan sendiri walau tidak terlalu besar jumlahnya.
Dihubungi terpisah, Kepala SMAN 1 Tanggul, Dora Indriana, S.Pd, M.Pd
mengatakan, dukungan yang diberikan kepada program DT semata-­mata
karena impian dan cita-citanya untuk mengembangkan SMA 1 Tanggul dari sisi
nonakademik. “Di sekolah kami tidak lebih dari 20% lulusan yang ­melanjutkan
kulaih setelah lulus SMA. Untuk itu saat saya mendapatkan ­kepercayaan
­menjadi kepala sekolah, maka tugas saya membangun kepercayaan pada wali
murid, jika lulusan sekolah kami juga mampu mandiri, kreatif, dan ­inovatif.
Saya melihat program DT arahnya ke sana dan jelas, maka saya dukung
­secara total,” katanya.
95
Sebagi kepala sekolah, Dora selalu mendukung dan mengarahkan ­setiap
kegiatan DT untuk menjadi lebih baik.“Urusan danabiar saya yang ­memikirkan.
Semua kebutuhan dan ide baik siswa maupun trainer, kami ­sinergikan
­dengan potensi yang ada di sekolah. Kemauan dan kerja tim adalah kunci
­keberhasilan,” katanya.
Hal sama dilakukan oleh Ika Wahyu Lestari, Siswa Kelas XI MIPA 2 SMA
­Negeri 1 Pule, Trenggalek, bersama dua rekannya Yanti Dewi dan Sefia Tri,
mereka memanfaatkan momentum Lebaran. Usai mengikuti ­keterampilan
tata boga pastry bakery dan merasa telah mampu melakukan inovasi
dalam membuat kue-kue kering, Ika menawarkan produknya melalui media
­sosialmenjelang Lebaran.Ia juga menitipkan hasil kue keringnya di toko dekat
rumahnya di Desa Pule, Trenggalek. Kini untuk memproduksi keu-kue itu tidak
lagi di sekolah, tapi buat di rumahnya.
Hasilnya dia memperoleh banyak pesanan dan memperoleh ­penghasilan
cukup lumayan. “Saya merasakan benar manfaat dari ketarampilan yang
­diberikan dalam program DT. Saya kini bisa membuktikan dan memperoleh
hasil lumayan.Saya yakin dengan kerja keras dan pantang menyerah, usaha
tidak pernah menghiantai hasil,” katanya. n
Dukungan yang diberikan kepada program DT
semata-mata karena impian dan cita cita saya
untuk mengembangkan SMA 1 Tanggul dari
sisi nonakademik.Di sekolah kami tidak lebih
dari 20% lulusan yang melanjutkan kuliah.
Dora Indriana, S.Pd, M.Pd.
Kepala SMA Negeri 1 Tanggul
‘‘ ‘‘
SISWA DT, TERAMPIL DAN PEDE
96 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRISemua Berkiprah demi Kesuksesan Bersama
Seorang trainer sedang
menerima pelatihan dalam
kegiatan ToT untuk keterampilan
bidang tata boga.
97
Keterampilan dan kepercayaan diri saja
­tidak cukup. Agar usaha berhasil, awali ­setiap
­kegiatan dengan ucapan bismillah. Yang
­berpesan demikian bukan ulama atau guru
mengaji. Pesan tersebut disampaikan siswa
­double track.
Begitulah Ilmia Agustin menyampaikan
­pengalaman mengikuti DT. Siswi SMAN 1
­Kedundung, Sampang, ini mengikuti ­materi
tata boga makanan ringan dan ­minuman.
­Motivasinya, ingin punya usaha sendiri
­membuat kue kering. Jika usaha berhasil,
dia ingin ­membahagiakan orangtua dengan
­memberangkatkan haji.
3.7
KakiSudahMelangkah,
JalanKianTerbuka
SISWA DT, TERAMPIL DAN PEDE
98 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
Tekad Ilmi sangat kuat. Untuk mengawali karir sebagai pengusaha kue, dia
pinjam duit OSIS. Minta modal dari orangtua adalah mustahil. Bahkan ibunya
tidak setuju, karena tidak percaya kalau anaknya bisa memasak. Ilmi pantang
mundur. Kekurangan modal itu pun dia tutup dengan meminjam dari SMA DT
serta membeli oven dari uang tabungan.
Sesungguhnya keikutsertaan Ilmi di program DT awalnya iseng-iseng saja.
Menjadi serius saat dia mengikuti pelatihan memasak kue berbahan baku
umbi yang diselenggarakan Disperindag Kab. Sampang. Dari pelatihan itu dia
­terpilih bersama lima siswa lain ikut lomba di tingkat kabupaten. Setelah lomba
dia dapat pesanan kue pie susu dan tentu saja memperoleh pendapatan.
“Sejak itu saya bertekad —karena tidak dapat melanjutkan pendidikan
ke perguruan tinggi— saya yakin DT akan mengubah nasib saya dengan
­membuat kue kering,” katanya optimistis.
Kiat Ilmi sederhana saja, jangan ragu-ragu karena tidak yakin dapat
­memproduksi sesuatu. Asal kegiatan halal, awali usaha dengan mengucapkan
basmalah. Bahkan bukan tabu bagi Ilmi menjajakan kue buatannya ke teman
sekolah atau tetangga rumah.
Noya Fita Indriya juga punya pengalaman yang layak dicatat. Alasan dia
ikut DT karena ingin memperdalam pengetahuan rias panggung. Saat ­kelas
X SMAN 1 Karas Magetan, dia sudah mengikuti kegiatan ­ekstrakurikuler
­kecantikan. Alasan kedua, ingin mendapatkan penghasilan sendiri. Dia
­melihat kakak kelasnya yang pernah ikut DT sudah punya penghasilan. Ia pun
­menekuni keterampilan merias wajah.
Dalam dua semester berjalan, siswi ini sudah banyak melayani ­pelanggan.
Merias wisudawati, peserta karnaval, photo shot, dan untuk foto album.
­Hasilnya sejak ikut DT, dia sudah mengumpulkan sekitar Rp 1,9 juta. Terbanyak
­pelanggannya adalah anak muda, yaitu teman sekolah dan tetangga rumah.
Dengan hasil sedemikian Noya semakin percaya diri. ­Penghasilannya
­selama ini dia investasikan untuk membeli piranti make up. Untuk ­menjadi
­perias ­profesional, dia merasa perangkat tata riasnya belum memadai.
­Ketidaklengkapan peralatan tata rias jadi kendala tersendiri, banyak ­pelanggan
batal dirias dan mereka pindah ke perias yang lebih profesional.
Berbeda dengan pengalaman Vidia Putri Damayanti. Kendala awal yang
­dihadapi justru dari orangtuanya sendiri. “Mereka tidak percaya kalau saya
bisa memotong rambut,” kata siswi SMAN 1 Tanggul, Kab. Jember ini.
Putri pantang menyerah. Setelah mengerti teori dan praktik potong ­rambut,
99
dia membeli peralatannya seharga Rp 900 ribu. Dia merealisasikan buka
­salon di rumahnya. Hal itu sesuai motivasinya mengikuti program DT. Dia
ingin ­memiliki penghasilan sendiri dan tidak tergantung orangtua. Kini Putri
—“­sambil sekolah”— mulai merasakan hasil usahanya. Pelanggannya ­bukan
hanya teman sekolah, juga saudara dan tetangganya. Namun Putri terus
­berusaha agar suatu saat dapat membuka salon kecantikan rambut di tempat
strategis agar lebih banyak dikenal pelanggan.
Gantungkan Cita
Adanya program SMA DT dapat meyakinkan para siswa menggantungkan
cita-cita lewat keterampilan yang dipelajari. Mutiara Dewi Ayu Antika sejak kecil
punya angan-angan memiliki restoran yang besar. Dengan mengikuti materi
tata boga makanan ringan dan minuman dalam program DT, Mutiara bukan
mustahil suatu ketika bisa merealisasikan angan-angannya tersebut.
Dalam praktik, siswi SMAN 1 Kalitidu, Bojonegoro, ini bukan hanya diajari
cara masak-memasak menu yang sedang up to date. Mutiara juga dikenalkan
standar layanan restoran, bagaimana mengatur makanan di meja, menata
piring, sendok, garpu, sampai celemek kostumer. Selain itu, dia juga diajar
membuka jaringan dengan DUDI, serta kiat pemasaran secara off line maupun
on line dengan media sosial yang marak belakangan ini.
Bukan tidak mungkin setamat SMA, siswi yang tinggal di Desa
­Prajekan, ­Ngasem, Kab. Bojonegoro ini benar-benar mampu menggapai
­angan-angannya. Membuka rumah makan atau paling tidak sebuah kedai
­kecil dengan menu mutakhir. Karena sejak ikut DT bersama teman-teman
praktiknya, dia sudah menanamkan investasi senilai Rp 3 juta untuk praktik
tata boga dan menuai keuntungan bersih sekitar Rp 800 ribu.
Mendapatkan keuntungan finansial memang harapan para (dan calon)
­pengusaha. Dengan laba tersebut, Ilmi kelak dapat memberangkatkan
­orangtua menunaikan ibadah haji, atau Mutiara dapat membantu keuangan
orangtua, atau Putri tidak perlu minta uang saku lagi.
Dwi Lestari dari SMAN 1 Sampung Ponorogo mengawali kisah
Semuanya sudah tersedia dan mudah.
­Tinggal niat dan percaya diri. Dari semua itu
yang ­terpenting kita selalu berdoa!
‘‘
‘‘
SISWA DT, TERAMPIL DAN PEDE
100 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
­pengalamannya dengan kiat, mengikuti DT harus punya soft skill yaitu sikap
­disiplin, tanggung jawab, teliti, ramah, sopan, dan komunikatif. Dwi ­mengambil
materi tata busana. Menurut dia, kegiatan tata busana membosankan serta
membuatnya gampang jenuh. Apalagi ketika mengambil ukuran pakaian
­kostumer, membuat desain, juga membuat serta memotong pola, susah dan
harus teliti. Belum lagi saat menjahit, butuh ekstra konsentrasi. “Jika hasilnya
tidak sesuai pesanan pasti kena komplain,” katanya.
Karena itu, menjadi desainer harus komunikatif. Saat memasarkan aktif
promosi agar orang tahu kalau dirinya dapat membuat busana. Ketika jadi,
dia harus pandai melayani komplain jika kostumer merasa pesanannya ­tidak
sesuai. Mereka harus dihadapi secara baik-baik. Dilihat dulu apa benar yang
dikomplain. Kalau benar ya diperbaiki dan dibuatkan sesuai permintaan
­kostumer.
Sejauh ini bersama trainer dan siswa peserta DT, mereka membuat
­komunitas Oemah Jahit (OJ) sebagai branding. Mereka memproduksi busana
muslim seperti hijab, mukena, gamis, cardigan, rok dan blus, serta ­masker.
Produksi mereka diberi label OJ. Dengan label tersebut menjadi wadah
­pemasaran sekaligus memotivasi siswa lebih kreatif dan produktif.
Memang belum banyak yang dapat dilakukan OJ, apalagi dengan adanya
wabah Corona. Produk yang dibuat terbatas hijab, bros, dan masker, yang
­dijual secara eceran dan berdasar pesanan beberapa lembaga juga dibagi
gratis pada masyarakat tidak mampu. Omzet penjualan mereka selama ini
mencapai Rp 4,76 juta. Kesan Dwi terhadap program DT terutama dapat mem-
buat produk busana sekaligus memasarkan dan mendapatkan penghasilan.
Selain itu, dia memiliki pengalaman mengelola komunitas OJ sekaligus belajar
membuat keputusan secara cepat dan tepat.
Jadi, jangan ragu lagi untuk mulai usaha produksi sesuatu. Semua harus
percaya diri dengan skill atau keterampilan yang dimiliki. Untuk meyakinkan
konsumen sekarang lebih mudah dengan jaringan media sosial karena ­tidak
harus bertatap muka. Begitupun Mutiara membagi kiatnya memasarkan produk
hasil praktik DT yakni waktu memasak tahapannya dipotret untuk ­dipromosikan
ke media sosial.
Semuanya sudah tersedia dan mudah. Tinggal niat dan percaya diri.
Dan mungkin perlu diingat pesan Ilmi di depan, jangan lupa baca bismillah.
­Sebagaimana dikatakan oleh Dwi Lestari, “Dari semua itu yang terpenting kita
selalu berdoa!” n
101
BAGIAN EMPAT
Jejaring
Mulai Terbentuk
Kejujuran itu gratis,
sementara ketidakjujuran
selalu berbayar.
– Michael Josephson –
MICHAEL JOSEPHSON adalah profesor dibidang pendidikan karakter yang berpengaruh dan terkenal
untuk kepemudaan dan perilaku etis dalam bisnis. Menulis lebih dari selusin buku dan studi besar termasuk
survei dua tahunan dan laporan tentang Etika ­Pemuda Amerika (sejak 1992 laporan ini memberikan tolok
ukur untuk mengukur ­nilai-nilai, sikap dan perilaku siswa sekolah menengah).
102 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
ukum Metcalfe tentang efek dari jaringan telekomunikasi, yang
­dirumuskan secara matematis sebagai R= ½ (n2
-n), dimana R
adalah banyaknya jaringan dan n adalah jumlah titik, dapat
­digunakan untuk menjelaskan tentang betapa pentingnya dalam
membangun jejaring.
Pada pelaksanaan program DT yang bertujuan menyiapkan keterampilan
peserta didik untuk mampu bersaing menjadi wirausahawan atau bersaing
di dunia kerja, mengenalkan bagaimana membangun jejaring (networking)
adalah hal penting. Itu sebabnya banyak sekolah yang memutuskan ­mengambil
trainer dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI).
Banyak nilai plus bisa diperoleh, selain siswa bisa belajar bagaimana ­dunia
kerja sesungguhnya; di tempat usaha trainer sekaligus juga bisa dibuat ­tempat
magang siswa atau bahkan ada DUDI yang merekrut langsung siswa DT.
Bagi DUDI mereka juga tidak direpotkan lagi untuk melakukan training agar
bisa menyesuaikan dengan irama kerja sesungguhnya, karena sudah teruji
­sebelumnya.
Jejaring bisnis adalah proses membangun hubungan simbiosis mutualisme,
saling menguntungkan antara dua atau lebih institusi, seperti sekolah dengan
DUDI atau sekolah dengan koperasi atau kelompok masyarakat lain.
Dengan memiliki networking yang luas, kesempatan untuk mendapat klien
baru, bahkan pekerjaan baru menjadi hal yang mudah. Pada sebagian orang,
keterampilan bersosialiasi adalah sesuatu yang alamiah. Namun, kebanyakan
orang harus berusaha mengatasi rasa tidak percaya dirinya untuk bertemu
orang-orang baru. Melalui jejaring yang sudah mulai terbentuk antara sekolah
dengan DUDI harapannya ke depan berbagai hambatan bisa diatasi dan siswa
dapat memperoleh manfaat. n
H
103
Program DT termasuk “paket ­komplet”. Dia
bukan hanya program pelatihan ­ketrampilan
atausejenisekstrakurikulerbiasa.­BahkanDTdari
awal telah dirancang menjadi ­sebuah ­ekosistem
yang memungkinkan siswa ­berkembang
­potensi dan keterampilannya ­sekaligus dapat
­memasarkan karyanya.
Pembekalan keterampilan kepada siswa
hanyalah tahap awal dari serangkaian ­kegiatan
berikutnya yang saling terkait dan ­menunjang.
Agar tidak berhenti hanya sebatas ­pelatihan
maka program DT menggandeng dunia
­usaha dan dunia industri (DUDI) sebagai ­mitra
4.1
Libatkan356Mitra
DuniaUsaha
JEJARING MULAI TERBENTUK
104 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
kerja. Jejaring ini tentu bermanfaat karena akan terjadi kerja sama saling
­menguntungkan atau simbiosis mutualisme.
Bermitra dengan DUDI membuat aktivitas DT menjadi konkret dan ­prospektif.
Pihak DUDI mengambil peran sebagai penyedia trainer, memberi ­kesempatan
peserta DT untuk magang dan praktik di tempat usaha mereka. Bahkan mereka
juga siap merekrut lulusan DT bila dirasa membutuhkan. ­Sebagian DUDI juga
mengambil peran sebagai klien yang memesan produk dan jasa dari siswa DT.
Sebagian lagi mendukung dengan membeli voucher kerja agar program DT
dapat berkembang.
Berdasar catatan di penyelanggara DT, hingga saat ini DUDI yang telah
bermitra dengan sekolah pelaksana DT cukup banyak, sedikitnya ada 356
­perusahaan dari berbagai bidang usaha (lihat gambar 4.1). Mereka terdiri
dari badan usaha besar (perseroan terbatas), perusahaan menengah, hingga
­usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang radius domisilinya tidak jauh dari
sekolah DT yang mengajak bermitra.
Dari jumlah ratusan tersebut ternyata sebagian besar merupakan usaha
yang bergerak di bidang jasa tata boga, yaitu sebanyak 104 badan usaha
­(setara dengan 29,2%). Mereka adalah pengusaha rumah makan, depot,
­katering, cafe, perusahaan roti, industri kue rumahan, toko makanan ­minuman,
­koperasi siswa, hingga warung kopi.
Berikutnya adalah perusahaan yang bergerak di bidang multimedia,
­sebanyak 88 perusahaan (24,7%), mereka antara lain membuka usaha
­advertising, percetakan, digital printing, jasa desain grafis, video syuting, foto
studio, hingga toko/servis komputer.
Gambar: 4.1
Distribusi Mitra DUDI Berdasar Bidang Keahlian DT.
105
Bidang Tata Kecantikan DT terbukti juga mampu memikat pihak DUDI ­untuk
berkolaborasi. Sedikitnya ada 68 pengusaha (19,1%) yang aktif ­berinteraksi
dengan DT. Mereka adalah pemilik salon kecantikan, SPA, jasa tata rias
­pengantin, make up artis, griya rias, perusahaan kosmetik, hingga sanggar
tari.
Sejumlah perusahaan besar turut berpartisipasi demi membekali peserta DT
agar memiliki skill mumpuni untuk memasuki dunia kerja, mengingat mereka
tidak berencana melanjutkan kuliah karena alasan ekonomi keluarga.
Salah satu yang perlu disebut adalah keterlibatan bengkel AHASS Honda di
beberapa daerah untuk program DT bidang keahlian teknik kendaraan ringan
(TKR). Bengkel resmi Honda ini antara lain bermitra dengan SMAN 1 Balen
­Bojonegoro, SMAN1 Tapen Bondowoso, SMAN 1 Bantur Malang, SMAN1
­Sumber Pucung Malang, SMAN1 Pronojiwo Lumajang, SMAN1 Wungu ­Madiun,
dan SMAN 1 Parang Magetan.
Jumlah DUDI bidang TKR yang berjejaring dengan DT sebanyak 53 badan
usaha. Mereka ada bengkel mobil, bengkel sepeda motor, toko suku cadang
kendaraan, hingga Balai Latihan Kerja (BLK) Ponorogo.
Dari sekian banyak ketrampilan dan keahlian yang dikembangkan DT,
­hanya bidang Elektro yang relatif masih sedikit jalinan jejaringnya dengan
DUDI. Baru ada empat badan usaha (setara 1,1%) yang bergabung yaitu
­servis elektro As Salam dengan SMAN 3 Sampang, usaha pemasangan CCTV
JEJARING MULAI TERBENTUK
106 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
­dengan SMAN 1 Ketapang, Dedy Servis Elektro dan Fariz Elektro dengan SMAN
1 Pademawu dan SMAN 1 Pakong Pamekasan.
Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa ada beberapa sekolah yang
aktif membangun jejaring sehingga mereka mampu menggandeng sejumlah
DUDI. Contohnya SMAN1 Ngronggot Nganjuk telah bekerja sama dengan
sembilan mitra usaha mulai dari usaha salon, toko/servis komputer, toko roti,
hingga griya busana.
Demikian juga SMAN 1 Tambakrejo Bojonegoro dapat bermitra dengan
lima bengkel motor di sekitarnya, serta dengan dua studio video shooting dan
photo. SMAN 1 Paiton Probolinggo berhasil bekerja sama dengan LPK ­Selaras
PT Paiton Operationa & Maintenance (POMI) Paiton Energy, serta dengan
PT Berkah Prima Media dan Percetakan Delta Paiton untuk pen­gembangan
DT bidang Multimedia. Berikutnya SMAN1 Slahung Ponoroga juga mampu
­menggandeng tujuh ­mitra DUDI yang sebagian besar dimanfaatkan untuk
maksimalisasi bidang Tata Boga. n
Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa
ada beberapa sekolah yang aktif membangun
jejaring sehingga mereka mampu menggandeng
sejumlah DUDI.
‘‘ ‘‘
107
Rasanya cukup beralasan ketika beberapa
sekolah memilih mengambil trainer dari ­praktisi
atau dari dunia usaha dan dunia ­industri
(DUDI). SMAN 1 Dongko misalnya, tiga ­bidang
­keterampilan masing-masing tata boga, tata
kecantikan, dan teknik elektro, sepenuhnya
­diserahkan mitra DUDI.
Alasan mereka sederhana, karena pihak
sekolah ingin siswa peserta DT ­mendapatkan
bekal lebih, maka ketiga trainernya pun
­dicarikan dari praktisi DUDI. “Diharapkan
yang memberikan keterampilan benar-benar
orang yang mengerti dan menjalani usaha
4.2
Bergandengan dengan
DuniaUsaha
JEJARING MULAI TERBENTUK
108 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
­sesuai ­bidangnya,” katanya memberi alas an,” kata Kepala SMAN 1 Dongko,
­Trenggalek, Agus Sugiarto, S.Pd., Kepala SMA Negeri 1 Dongko.
Ketiga trainer itu masing-masing Dhendy Eko Darmawan pemilik ­Salon
­Dhekda Makeup yang diminta untuk mengajar bidang keterampilan ­kecantikan.
Lalu ada Jeminem diminta menjadi trainer tata boga, seorang pengelola
­Koperasi Wanita dalam program pemberdayaan wanita di Kec. Dongko yang
sehari-hari menjadi trainer UMK untuk bidang tata boga. Satu lagi, Fahrul
Anam, pemilik jasa servis Anam Elektronik.
Dalam perjalanannya, kini sudah ada beberapa siswa yang bisa diterima
magang di DUDI juga membuka usaha sendiri. Tifah Catering, salah satu
­catering terbesar di Kec. Dongko menjadi mitra DUDI-nya.
Agus mencari DUDI untuk tempat magang siswa yang telah dinyatakan
­mahir dalam mengikuti jenis keterampilan. Beberapa siswa bahkan ketika
­magang telah memperoleh gaji layaknya mereka sebagai pekerja. Ini ­dialami
Ambar Sinta Pramudita, yang menjalani magang di Tifah Catering. “Saya
bangga bisa diterima magang di sini. Ke depan dari pengalaman ini saya
berkeinginan untuk membuka usaha seperti ini,” katanya.
Sebagian besar siswanya memang tinggal di pegunungan, tapi ­tidak
­menyurutkan bagi Agus Sugiarto, untuk menyiapkan siswanya mandiri
Bekerja sama membuat kue.
109
­berwirausaha. Itu sebabnya ketika ada program DT, ia langsung ­memutuskan
tiga bidang keterampilan —yang diharapkan bakal menjadi pegangan
­tambahan siswa untuk berwirausaha— diambilnya.
Kec. Dongko, Trenggalek berjarak 30-an km arah selatan dari pusat kota
Trenggalek. Daerahnya pegunungan, sebagian besar lulusan SMA Negeri
Dongko tidak melanjutkan ke perguruan tinggi setelah tamat. Baru ­belakangan
alumninya ada yang diterima di perguruan tinggi. Tahun ini 10 siswa kelas
12 dinyatakan diterima melalui jalur SNMPTN, sisanya mereka membantu
­orangtua bekerja atau mencari pekerjaan di kota.
Itu pulalah ketika program DT diluncurkan, Agus merasa tertantang ­untuk
membuktikan jika siswanya kelak bisa menjadi lebih mandiri dan mampu
­berwirausaha, karena program DT menjanjikan keterampilan dan sertifikasi
bagi para pesertanya.
Sebelum ada program DT, Agus memberi tambahan keterampilan
­Bahasa Inggris kepada para siswanya, karena kebetulan ia berlatar belakang
­pendidikan S1 Pendidikan Bahasa Inggris dari Universitas Muhammadiyah
Malang. “Alhamdulillah siswa kami, meski berada cukup jauh dari pusat kota
Trenggalek, pernah beberapa kali memperoleh juara dalam lomba debat
­Bahasa Inggris. Kini melalui program DT kami berharap, sekolah kami dikenal
karena kemandirian siswanya dalam berwirausaha,” katanya.
Bengkel Honda
Sementara di SMAN 1 Pronojiwo, dari enam keterampilan di sekolah itu,
dua di antaranya diasuh oleh mitra DUDI, masing-masing Taylor Private
­untuk keterampilan tata busana, dan bengkel AHASS Honda Pronojiwo untuk
­keterampilan teknik kendaraan ringan (TKR).
Sisanya masing-masing desain grafis, editing video, tata boga, dan
­keterampilan tata rias panggung atau artis, diambilkan dari guru yang ­memang
telah berpengalaman dibidangnya. Trainer tata rias panggung ­misalnya,
Karena ingin memberi bekal lebih kepada
peserta DT, maka beberapa sekolah sngaha
­mengambil trainer DT dari kalangan praktisi
dunia usaha maupun dunia industri.
‘‘ ‘‘
JEJARING MULAI TERBENTUK
110 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
­diambilkan dari guru yang memiliki keterampilan sebagai pelatih tari sekaligus
sebagai penari.
“Kami benar-benar mengharapkan program DT ini menjadi jalan ke luar
bagi siswa yang tidak melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi setelah lulus
nanti. Dengan bekal keterampilan sekaligus sertifikat yang dimiliki, siswa bisa
lebih mandiri dan punya nilai jual,” kata Drs. Hendro Supratikno, M. Pd., yang
baru setahun dipercaya menjadi kepala sekolah di SMA Negeri 1 Pronojiwo.
Sebelumnya dipercaya di SMKN Tempeh, Lumajang.
Lokasi SMA Negeri 1 Pronojiwo terletak di lereng Gunung Semeru, sekitar
35 km arah selatan dari pusat kota Lumajang. Siswanya umumnya ­bermukim di
lereng-lereng gunung. Kendalanya, selain 95% siswanya tidak memiliki ­laptop
atau komputer, budaya belajar mereka amat rendah. Siswa tidak ­dituntut ­untuk
belajar oleh orangtua mereka, jika mereka ada di rumah, orangtua lebih
­cenderung menyuruh mereka pergi ke kebun, sehingga sebenarnya banyak
siswa yang bersekolah hanya untuk menghindari pekerjaan yang orangtua
mereka berikan.
Terdorong ingin memberi bekal lebih, Hendro juga menjadikan program
DT sebagai salah satu usaha untuk menyiapkan peserta didik mereka ­menjadi
wirausahawan kelak setelah lulus. Kebetulan juga sebelumnya ia ­dipercaya
­menjadi kepala sekolah kejuruan (SMK), di mana kemampuan praktik siswa
menjadi lebih dominan dan menjalin kerja sama dengan DUDI menjadi
­keharusan, sehingga ia merasa tertantang untuk menjadikan DT sebagai
­program unggulan di sekolahnya, sekaligus untuk menyiapkan peserta didik
menjadi mandiri dalam berwirausaha.
“Dalam kondisi Pandemi COVID-19 seperti ini menjadi tantangan tersendiri
bagi sekolah kami, selain jaringan internet susah, dikarenakan rumah siswa
masih banyak yang dipelosok dan di lereng-lereng gunung, juga kesulitan
siswa dalam mendapat bahan-bahan dan alat yang dibutuhkan untuk praktik,”
katanya.
Karena itu, Yustini Cicik Isworini, S.Ag., salah seorang guru mata pelajaran
seni budaya yang dipercaya mengawal keterampilan tata boga menyatakan
ia tidak membebani siswa harus praktik makanan atau minuman apa yang
harus dibuat. Intinya apa yang ada di rumah dan sekitarnya dijadikan bahan
untuk praktik. Hasilnya, siswa lebih berkreasi untuk membuat berbagai produk
makanan dan minuman dari bahan baku yang ada di rumah. n
111
Punya keterampilan belum tentu membuat
seorang siswa percaya diri. Untuk memupuk
kepercayaan diri, paling tepat sasaran adalah
langsung terjun ke lapangan. Belajar sambil
praktik. Program DT pun merambah lapangan
yang dimaksud dengan menggandeng dunia
usaha dan dunia industri (DUDI) terkait.
Menurut Kepala SMA Negeri 1 Dringu,
­Kabupaten Probolinggo, Atim Suzianah, M.Pd.,
pihaknya bekerja sama dengan DUDI untuk
magang siswa peserta program DT agar dapat
­mempercepat keterampilan siswa, sekaligus
memupuk anak agar memiliki kepercayaan atas
keterampilan yang dimiliki.
4.3
BersamaDUDI
SiswaCepatTerampil
JEJARING MULAI TERBENTUK
112 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
Seorang trainer sedang
menerima pelatihan dalam
kegiatan ToT untuk keterampilan
bidang tata boga.
113
Tidak tanggung-tanggung. Semua rombel program DT SMA ini
­menggandeng DUDI. Ada pun materi yang diselenggarakan adalah ­Multimedia
­masing-masing satu rombel (digital grafis dan video grafis), tata rias hijab
(dua rombel), tata boga (masing-masing satu rombel masakan Indonesia dan
­pastry/bakery), dan tata busana (menjahit, satu rombel).
DUDI yang digandeng nyaris semua mudah dihubungi pihak sekolah.
Ada yang karena anak pemilik DUDI tersebut sekolah di SMAN 1 Dringu.
Alasan lain, DUDI yang menjadi tempat magang adalah milik staf pengajar
atau ­pegawai tata usaha sekolah.Yang jelas, DUDI yang digandeng adalah
­profesional di ­bidangnya.
Seperti DUDI bidang Multimedia desain grafis, ­sehari-hari ­memang
­memproduksi pembuatan baner, poster, sablon, atau akrilik. Materi video
­grafis menggandengDunia Lutfis, sebuah lapak jaringan Youtube di Kota
­Probolinggo. Hasilnya, antara lain ketika SMAN 1 Dringu mengadakan pensi
(pentas seni siswa), dekorasi panggung, publikasi, dan dokumentasi, semua
dikerjakan siswa yang magang Multimedia.
Para siswa digilir, pekan pertama magang ke DUDI, pekan berikutnya
­praktik di sekolah.Begitu berselang-seling. Dengan pola semacam itu, ­kegiatan
magang menguntungkan program DT, karena relatif peralatan DUDI lebih
lengkap, dan siswa menjadi tahu bagaimana bekerja secara profesional di
­bidangnya. “Karena itu, kemampuan pengetahuan dan keterampilan siswa
JEJARING MULAI TERBENTUK
114 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
jadi lebih cepat berkembang,” kata Rio Djuharnoko, operator program DT
SMAN 1 Dringu.
Di bidang Tata boga, para siswa bahkan sudah diajak memasarkan
­hasil ­keterampilan memasak. DUDI tempat magang adalah sebuah sekolah
­integral di Kota Probolinggo. Secara berkala mereka mengirim pasokan nasi
dan lauknya untuk kantin sekolah. Harga penjualannya disesuaikan dengan
­kantong siswa. Laba berjualan nasi ini, selain untuk uang lelah siswa ­magang,
juga ­dimasukkan kas untuk membeli kebutuhan memasak selanjutnya.
“­Diharapkan mereka nantinya tidak tergantung modal dari sekolahlagi ,” ujar
Rio yang sehari-hari bekerja di lab komputer sekolah.
Materitata rias pengantin hijab bahkan melibatkan tiga DUDI yaitu Sony
Family Salon, Liza Family Salon, dan Widya Salon. Setiap kali pelatihan, siswa
digilir magang dari satu salon ke salon yang lain. Perias dan modelnya pun
bergilir antara satu siswa dengan siswa yang lain.Menurut Atim Suzianah, jika
DUDI mendapat klien untuk dirias, para siswa juga membantu mempersiapkan
peralatan yang diperlukan, membantu merias, meronce bunga, melukis hiasan
tangan dan kaki henna, serta operasional tata rias lainnya sampai selesai.
Kemudahan menggandeng DUDI juga menjadi alasan SMAN 4 ­Bangkalan.
Menurut operator program DT, Indi Shofi Fikria, S.Pd., materi tata rias di ­sekolahnya
menggandeng Muslimah Wedding sebagai DUDI karena selama ini sudah saling
kenal. “Kami sering pinjam baju ke Muslimahuntuk latihan dan pameran,” kata Indi
menjelaskan latar belakang hubungan dengan DUDI tata riasnya.
Tahunajaran 2019-2020, SMAN 4 Bangkalan mendapat empat rombel
­kegiatan DT. Selain dua rombel Tata rias pengantin hijab, juga mendapat satu
rombel Multimedia editing video dan satu rombel Tata boga aneka masakan
nusantara. Keuntungansekolah melibatkan DUDI —untuk tata rias— antaralain
siswa DT dijadikan model ketika Muslimah Wedding mengadakan pelatihan.
DUDI yang digandeng nyaris semua mudah
dihubungi pihak sekolah. Ada yang karena anak
­pemilik DUDI tersebut sekolah di SMAN 1
Dringu. Alasan lain, DUDI yang menjadi tempat
magang adalah milik staf pengajar atau pegawai tata
usaha sekolah.Yang jelas, DUDI yang digandeng
adalah profesional di bidangnya.‘‘ ‘‘
115
­Selama ini DUDI menjadi penyedia jasa sewa baju pengantin dan aksesoris,
juga ­sebagai penyedia alat-alat dan bahan pelatihan, serta menjadi pemateri
­peatihan tata rias. “Trainer kami ada yang pernah ikut event pelatihan yang
diadakan Muslimah Wedding,” katanya.
Berbeda sedikit dengan DUDI yang digandeng beberapa sekolah. SMAN
1 Dringu sejak tahun pertama program DT sudah mendapat ­rombel tata
­busana. Saat itu, mereka menggandeng DUDI sebuah toko busana. ­Trainer
yang ­mengajar tata busana menganggap tempat magang itu kurang
­prospektif. Ketika tahun berikut sekolah mendapat rombel tata busana lagi,
sang ­trainersegeraberinisiatif membuka usaha pembuatan busana sendiri
bernamaD&T Clothes.
Usaha ini bukan hanya melatih siswa magang meningkatkan ­keterampilan
jahit-menjahit. D&T Clothes bahkan membantu kualitas dan kemampuan
siswa lebih kreatif dalam mencipta produk garmen. “Saya sebenarnya ingin
­menjadikan usaha ini sebagai studio tata busana siswa SMA Dringu, terutama
untuk siswa yang ikut program double track,” kata Mochamad Nuskah, S.Pd.,
pemilikD&T Clothes.
Alasannya cukup masuk akal, karena selama ini Nuskah menjadi trainer tata
busana dan sehari-hari mengajar di SMAN 1 Dringu. Dia paham ­kebutuhan
siswa binaannya dalam program DT, yaitu menjadikan mereka mampu
­memasarkan produk keterampilan mereka.Hal itu sudah diawali, sejak Januari
2020 menerima order kebutuhan sekolah, tali kalung gordon, tas wisuda kit,
juga kostum kegiatan pawai dan kesenian di sekolah.
Menurut Nuskah,para siswa harus berani terjun langsung ­menangani
­konsumen. DUDI yang dia kelola membantu siswa mencari konsumen
­sekaligusmarketing. Dia berharap, para siswa berani menerima order dan
melakukan pemasaran. Apalagi anak sekarang dianggap canggih dalam
pemasaran online. Untuk penjahitan tidak harus di tempat DUDI, mereka bisa
mengerjakan di rumah masing-masing.
Sehubungan praktik mencari order, D&T Clothes juga menyeleksi siswa yang
magang. Dari satu rombel, tidak semua siswa memiliki keterampilan sama.
Mereka yang memiliki kualifikasi lebih baik diberi beban menjahit yang ­berbeda
dengan siswa yang kurang terampil. “Kalau siswa kurang terampil kita beri
pekerjaan seperti yang sudah terampil, khawatir kualitasnya berbeda,” kata
Nuskah yang menjadi pimpinan Sanggar Seni Gita Taruna SMAN 1 Dringu.
Selama ini, selain melayani kepentingan sekolah, para siswa dengan D&T
JEJARING MULAI TERBENTUK
116 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
Clothes juga menerima pesanan pembuatan baju siswa, baju daerah untuk
kegiatan seni dan pawai, juga masker yang sedang marak selama dilanda
wabah. “Sebagian masker dijual dan kita bagikan untuk orang yang tidak
mampu,” kata staf pengajar seni budaya ini.
Terkait nama D&T Clothes, apakah memang sinergi dari SMADT?
­“Inspirasinya memang dari double track.Tapi singkatannya saya ambil dari
‘duit tambahan’. Saya maksudkanuang saku untuk para siswa yang ikut tata
busana. Kalau kemudian disingkat jadi DT ya apa boleh buat?!” kata Nuskah,
alumnus IKIP Negeri Malang ini tertawa. n
117
Kelemahan umum siswa peserta program DT
—diakui atau tidak— adalah ­keterbatasan ­modal
dan kurang percaya diri kalau ­disuruh ­berjualan.
Untuk yang tidak bermodal, ­beruntung saat
praktik di sekolah, peralatan dan bahan baku
disediakan sekolah. Begitu wabah ­melanda dan
harus belajar dari rumah, mereka pun ­harus
mengupayakan modal ­sendiri guna membeli
­bahan dan menyediakan peralatan praktik.
Nasib siswa DT ibarat jatuh tertimpa tangga.
Karena program ini menyasar ­sekolah-sekolah
pinggiran dengan siswa yang secara ekonomis
berada pada posisi marginal pula.
4.4
Sukses
‘BelajarMenjadiBos’
JEJARING MULAI TERBENTUK
118 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
Di beberapa sekolah, siswa —terutama materi praktik tata boga— ­patungan
dengan kelompok kerjanya untuk membeli bahan baku. Yang dipakai ­patungan
tentu saja uang saku sehari-hari. Toh, uang saku tersebut “tidak hangus”
malah mendapat banyak keuntungan. Mereka bukan saja dapat melakukan
praktik dan membuat laporan kerja kepada trainer DT, produk yang mereka
­hasilkan bisa dijual langsung kepada teman sekolah atau tetangga rumah.
Tidak ­melalui unit usaha sekolah atau DT Mart.
Menjual hasil praktik DT di luar sekolah sudah biasa terjadi. ­Banyak siswa
malahan membuka praktik on line dan menjual produk barang ­maupun jasa
sesuai keterampilannya. Kepala SMAN 1 Kalitidu, Bojonegoro, Dra ­Musyarofah,
M.Pd., membeberkan kenyataan tersebut pada pertemuan “­Sharing
­Pengelolaan DT Mart Menuju Kemandirian Sekolah” yang dilakukan secara
on line, 16 Mei 2020. ”Siswa saya sudah banyak yang melakukan,” katanya.
­Kendati demikian, kepala sekolah di ujung barat Kab. Bojonegoro ini tidak
marah. Ia justru bangga. Dengan demikian, siswanya sudah ­memandirikan diri
sendiri sebagaimana tujuan program DT.
Praktik membuat kue, didampingi buku modul double track.
119
Sharing pengelolaan DT Mart yang diselenggarakan Pelaksana Program
Double Track Dinas Pendidikan Jawa Timur dan ITS bermaksud menjaring
­masukan dari pengalaman sekolah yang melaksanakan program double
track. Narasumber pertemuan dari empat sekolah yang dipilih secara ­purposif,
­mewakili wilayah Jawa Timur. Masing-masing SMAN 4 Bangkalan wakil wilayah
Madura, SMAN 1 Tanggul Kab. Jember dari wilayah timur, SMAN 1 Karas
­Kabupaten Magetan (selatan), dan SMAN 1 Kalitidu Kab. Bojonegoro (barat).
Secara off line hampir semua narasumber berbagi pengalaman strategi
pemasaran hasil produk mereka tidak jauh berbeda. Antara lain, ­mengikuti
bazar di sekolah sendiri atau sekolah lain, penitipan konsinyasi produk di
mini market atau outlet sekitar sekolah, memberi garansi terhadap produk,
­mengikuti pameran di instansi terkait, membuat kartu nama, atau membuka
lapak di arena car free day (CFD). Para siswa DT SMAN 1 Tanggul malah
dibekali surat jalan dari sekolah untuk memasarkan hasil produknya di CFD
Alun-alun Jember —sekitar 31 km dari Kec. Tanggul. “Saya buatkan surat
­jalan dengan tembusan kecamatan, dinas pariwisata, sampai bupati, sebagai
­pemberitahuan bahwa para siswa belajar menjadi wirausaha,” kata Kepala
SMAN 1 Tanggul, Dora Indriana S.Pd, M.Pd, antusias.
Percepatan pemasaran produk DT SMAN Tanggul patut disimak. Untuk
meretas rasa tidak percaya diri siswa untuk berjualan, pada program per-
tama semester ganjil tahun ajaran 2019-2020, sekolah yang berlokasi di Jl.
­Pemandian, Desa Patemon, Kec. Tanggul ini membuat terobosan dengan
membuat hastag “Belajar Jadi Bos”. Program ini merupakan kolaborasi antara
program DT dengan mata pelajaran PKWU (Prakarya dan Kewirausahaan).
Di dalam kerja sama itu program DT menyediakan produk berupa ­barang
dan jasa untuk mendukung kesuksesan ujian praktik siswa peserta mata
­pelajaran PKWU. Rincian produk yang dipasok adalah makanan dan ­minuman
(produk DT makanan ringan), kerudung, blus, dan rok (tata busana), jasa
Untuk meretas rasa tidak percaya diri siswa DT untuk
berjualan, SMA Tanggul ­Jember ­membuat terobosan
dengan ­membuat ­hastag “Belajar Jadi Bos”. Program ini
­merupakan kolaborasi antara program DT dengan mata
­pelajaran PKWU (Prakarya dan ­Kewirausahaan).
‘‘ ‘‘
JEJARING MULAI TERBENTUK
120 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
­pembuatan iklan (videografi), jasa pembuatan katalog produk (fotografi), dan
kaos (desain grafis).
Hasil program “Belajar Jadi Bos” ternyata luar biasa. Dalam satu ­semester
mampu menangguk keuntungan total Rp 15.098.000. Artinya, per bulan
mendapatkan laba Rp 2,5 juta, sesuatu yang sangat berarti bagi sebuah
­pembelajaran. Pada semester kedua keberhasilan mendapatkan laba ­tersebut
tersaput wabah. Padahal sampai diberlakukan SFH, siswa DT SMA Tanggul
sudah mendapatkan laba —hanya— dari pembuatan masker Rp 685 ribu saja.
Belum lagi DT makanan ringan yang menyiapkan kue kering untuk ­lebaran
­yaitu: semprit, chocolate cookies, nastar, putri salju, thumbrit nutela, gula
palen, sebanyak 186 toples, sudah mendapat laba bersih Rp 2,6 juta. Padahal
sampai 10 hari sebelum Idul Fitri masih banyak yang pesan kue kering untuk
lebaran. Untuk itu, Dora mengimbau trainer dan para siswa yang membuat
kue tersebut di rumah masing-masing.
SMAN 1 Kalitidu yang merintis program “Pengusaha Kecil” juga mendapat
berkah dari wabah virus Corona. Omzet penjualan produk kegiatan DT per
­bulan meningkat rata-rata 75%. Kecuali rias pengantin dan ­multimedia. ­Adapun
rincian peningkatan omzet tersebut tata boga dari Rp 675.000 ­menjadi Rp
1.100.000; teknik kendaraan ringan (TKR) dari Rp 300.000 ­menjadi Rp400.000;
tata busana dari Rp 550.000 meningkat jadi Rp 950.000; ­sedangkan omzet
tata rias dan multimedia masing-masing menurun Rp 50.000 per bulan. “Rias
pengantin sepi, karena setiap hajat undangannya dibatasi ­tidak lebih dari 10
orang,” kata Musyarofah.
Menurut Kepala SMAN 1 Kalitidu ini, sebelum muncul wabah pihak ­operator
DT sekolah sudah membuat MoU (memorandum of understanding) dengan
lembaga-lembaga terkait untuk menjalin kerja sama menangani perkawinan,
mulai menyewakan gedung tempat resepsi, dokumentasi foto dan video, tata
rias pengantin berhijab, bikin undangan, hingga katering makanan, yang
­kesemuanya ditangani siswa DT.
Terobosan lain sekolah yang berdomisili di Desa Wotan Ngare, Kec. Kalitidu
ini, adalah mengoptimalkan tenaga trainer dari guru tidak tetap dan ­pegawai
tidak tetap (GTT/PTT). Alasannya bukan hanya meningkatkan kesejahteraan
GTT/PTT dari honor trainer, tapi juga memudahkan koordinasi, ilmu yang
­diperoleh dari pelaksana program DT tidak keluar dari sekolah, dan lebih
jauh diharapkan mereka akan melanjutkan sebagai tenaga pengajar kegiatan
­keterampilan siswa. n
121
Sejak awal program DT dirancang ­sebagai
program yang berkelanjutan. Bahkan ­sudah
­terpikirkan andaikata suatu saat nanti
­pendanaan dari Pemerintah dikurangi atau
­dihentikan, maka diharapkan program DT tetap
dapat ­berjalan secara mandiri. Oleh karena
itu DT dibangun sebagai sebuah ­ekosistem
­terpadu dengan ­memanfaatkan teknologi
­informasi, membangun kerja sama dengan
DUDI, serta berjejaring dengan sesama sekolah
­penyelenggara DT maupun alumni peserta DT.
Arya Yudhi Wijaya, anggota tim pengelola
DT, mengemukakan, terdapat tiga strategi cipta
4.5
DTMartIncar
PasarKomunitas
JEJARING MULAI TERBENTUK
122 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
kerja alumni yang bakal dijalankan dalam program DT. Pertama, pembinaan
calon tenaga terlatih alumni DT melalui kerja sama produksi bersama dengan
mitra usaha. Kedua, penguatan pasar komunitas dengan mendirikan DT Mart.
Ketiga, mengajak partipasi untuk membeli produk DT dengan menerbitkan
Voucher Cipta Kerja.
DT Mart adalah tempat memasarkan produk barang dan jasa hasil ­produksi
siswa DT. Pada dasarnya DT Mart tidak merujuk pada suatu lokasi atau ­tempat
tertentu, karena keberadaannya tidak memiliki batas geografis. Secara fisik
DT Mart berbentuk ruang toko yang menjual barang retail yang berdiri di
­sekolah-sekolah penyelanggara program DT. Mirip koperasi siswa. Sedangkan
secara virtual, DT Mart adalah outlet yang dibuka secara online yang dapat
diakses oleh pengguna internet, sehingga dapat menjangkau calon konsumen
lebih luas.
Program DT telah menyiapkan sejumlah laman berdasarkan jenis ­komoditas
yang dipasarkan. Seperti DT Bakery, DT Food, DT Catering, DT Fashion, DT
­Motor, DT Electric, DT Beauty, dan DT Multimedia.
123
Semua menyadari bahwa untuk langsung bertarung di pasar bebas tidaklah
mudah. Meski sudah terampil, peserta DT bagaimanapun adalah para pemula
di dunia bisnis. Produk dan jasa yang mereka tawarkan tidak akan langsung
dapat memenuhi standar kualitas pasar. Oleh karena itu harus ada bantuan
dan dukungan moral untuk mengorbitkan karya mereka, harus ada langkah
keberpihakan (afirmasi) agar produk mereka dikenali dan laku di pasar.
Salah satu caranya adalah dengan menggarap pasar komunitas. Sebuah
pasar yang memiliki kedekatan fisik maupun psikis dengan siswa DT sebagai
perintis usaha. Secara alami telah terbukti bahwa konsumen potensi produk
DT adalah sesama siswa di lingkungan sekolah masing-masing. Ini potensi
yang cukup besar mengingat jumlah siswa di satu sekolah SMA/MA ­tidaklah
­sedikit. Belum ditambah dengan jumlah jajaran dewan guru dan staf tata ­usaha
­sekolah yang dapat diimbau atau “dimobilisasi” untuk membeli produk/jasa
DT karya siswa mereka sendiri.
Komunitas berikutnya adalah walimurid dan tetangga siswa di sekitar
rumahnya. Mereka termasuk kelompok yang relatif mudah digaet dengan
­menyajikan produk dan jasa siswa DT melalui medsos maupun grup WA.
Pasar komunitas lainnya adalah institusi maupun lembaga kemasyarakatan
yang memiliki kepedulian dengan pengembangan budaya entepreneur dalam
dunia pendidikan. Program coorporate social responsibility (CSR) mereka dapat
diminta dengan menggunakan pemesanan secara langsung maupun dengan
melalui skema pembelian voucher cipta kerja.
Sebagai contoh Yayasan A ingin menyumbangkan pakaian seragam ke
panti asuhan B. Maka Yayasan dapat memesan ke DT fashion agar diproduksi
sejumlah seragam dengan membayar dengan nilai sesuai harga pesanan.
Dengan cara ini maka siswa DT mendapatkan pengalaman berproduksi dan
Sebelum alumni DT saling bersaing dengan
sesamanya, saya usul sebaiknya dibentuk alumni
DT, agar mereka bisa mendapatkan job bersama.
Dengan kebersamaan alumni DT dapat saling
evaluasi dan meningkatkan mutu produk sesuai
perkembangan zaman.
Bahtiar Kholili, SPd, MMPd,
Kepala SMAN 1 Karas.
‘‘ ‘‘
JEJARING MULAI TERBENTUK
124 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
125
berbisnis. Produk tata busana DT menjadi laku meski yang pengguna seragam
tersebut belum membeli berdasar kemauannya.
“Pada tahap, awal harga pemesanan baju seragam yang dipatok
­sebaiknya jangan langsung setara dengan harga seragam di pasaran. Bisa
­ditawarkan dengan harga agak murah, karena produk pemula. Baru pada
tahap ­berikutnya, bila produk siswa DT sudah membaik, maka harganya bisa
­diangkat ­pelan-pelan hingga akhirnya mencapai nilai keekonomian yang
­wajar,” kata Fajar Baskoro, anggota TIM penyelenggara DT.
Sementara itu Kepala SMAN 1 Karas, Bahtiar Kholili, SPd, M.MPd,
­berpendapat sistem jaringan komunikasi modern telah mampu meniadakan
hambatan dan batas-batas geografis tersebut. Bahkan, sekarang transaksi
­antara penjual dengan pembeli tanpa harus bertatap muka secara langsung.
Diakui, selama ini keberhasilan online marketing DT karena faktor ­jalinan
hubungan baik antara penjual dengan pelanggan yang berada di satu
­komunitas sekolah, sehingga mudah mengarahkan konsumen melakukan
transaksi. Siswa DT di sekolahnya sangat aktif membangun personal branding
dalam promosi produk dan jasa di media sosial, seperti mengisi Instagram
sekolah, ruangdagang.net, What’sApp —baik berupa story maupun grup,
JEJARING MULAI TERBENTUK
126 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
­mulai grup kelas, sekolah, alumni, dasawisma (dawis) PKK, arisan, dan grup
apapun yang dapat diikuti. Mereka mengelola akun media sosial dengan baik
dan rutin, seperti memosting foto katalog produk dan jasa, sehingga orang
yang melihat postingan tersebut tertarik. Kemudian mereka mengajak warga
sekolah memfollow dan memviralkan.
Pada akhirnya DT Mart memang diperlukan sebagai outlet untuk
­menampung hasil produk siswa peserta kegiatan keterampilan ini. Para siswa
nantinya yang tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi diharapkan
menekuni bidang keterampilannya. Bukan tidak mungkin suatu ketika alumni
program DT justru menjadi agen dari berbagai kegiatan yang membutuhkan
keterampilan mereka.
Sebelum para alumni saling bersaing dengan sesamanya, ­barangkali
­usulan Bahtiar Kholili patut digarisbawahi, yakni membentuk komunitas ­alumni
DT. ­Alasannya sederhana, agar para alumni bisa mendapatkan job bersama.
­Dengan kebersamaan tersebut sesama alumni DT dapat ­melakukan evaluasi
­untukmeningkatkanprodukyangdisesuaikandenganmengikuti­perkembangan
zaman dan memberi pelayanan yang memuaskan kepada pelanggan.
Jika demikian adanya, DT Mart menjadi semacam lapak “pujasera” (pusat
jajan serba ada). Bukan hanya melayani penjualan kue dan makanan, tapi
lebih itu —banyak layanan yang dapat diberikan dan produk yang dihasilkan.
Bukan mustahil DT Mart akan menjelma menjadi sebuah pasar raya! n
127
BAGIAN LIMA
Trainer Tumpuan
Harapan
Inovasi adalah hal yang
membedakan antara pemimpin
dengan pengikut.
– Steve Jobs –
STEVEN PAUL JOBS nama panjangnya adalah tokoh paling terkenal ­dibalik berdiri dan suksesnya
perusahaan Apple. Dia dikenal ­sebagai ­perintis atau Pendiri Apple Computer. Lahir di California, AS, 24
­Februari 1955 dan meninggal di kota yang sama pada usia 56 ­tahun, 5 ­Oktober 2011, setelah bergulat
dengan kanker pangkreas yang telah mengerogoti tubuhnya selama beberapa tahun terakhir.
128 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
eruntunglah sekolah yang memiliki trainer kratif sekaligus ­inovatif
dan ­peduli. Di tengah keterbatasan pelaksanaan DT akibat
­pandemi ­COVID-19, mereka masih bisa berkreasi, sehingga
­target 90 jam tatap muka yang direncanakan pada ­semester
­genap 2019-2020 dapat tercapai. ­Sesungguhnya di tangan ­trainerlah ­tumpuan
pelaksanaan DT ini bisa ­terlaksana dengan baik.
Banyak ide muncul malah ketika SFH, dan trainer pasti lebih tahu tentang
kondisi itu. Kegiatan kelompok tata busana menyiapkan dan menjual masker
buatan siswa misalnya, atau mengusulkan membuat layanan jasa servis online,
adalah ide-ide yang muncul dari trainer yang memang bersentuhan langsung
dengan para siswa DT. n	
B
129
Pandemi COVID-19 adalah peristiwa
yang mengguncangkan dunia dan seisinya.
­Getarannya jauh lebih dahsyat ­dibandingkan
dengan pandemi abad sebelumnya. ­Pandemi
saat ini melibas hampir semua negara, ­termasuk
semua negara maju, bahkan ­merepotkan
­negara adikuasa. Konon krisis yang bakal
­terjadi bakal melebihi daripada krisis kesehatan,
kemanusiaan, ekonomi, dan sosial sebelumnya.
Bagaimana dengan pembelajaran pada
­program DT di saat pandemi melanda
­Indonesia. Pada awalnya untuk memotong
­penyebaran ­Corona, sekolah diliburkan dan
5.1
SFHMenantang
KreativitasTrainer
TRAINER TUMPUAN HARAPAN
130 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
pola ­belajar dari rumah berjalan selama tiga pekan. Tapi karena ­kondisinya
belum ­kondusif, kegiatan belajar dari rumah diperpanjang. Pembelajaran
­program DT tentu terpengaruh, apalagi pembelajaran baru berjalan beberapa
pekan, karena itu penyelenggara menyepakati untuk melakukan kegiatan study
from home atau SFH.
Tentu banyak kendala yang dihadapi. Dari persoalan infrastruktur TIK yang
belum memadai di beberapa sekolah, lokasi siswa yang sebagian besar tinggal
di pegunungan dan daerah susah sinyal, hingga tidak semua siswa memiliki
alat komunikasi memadai. Banyak yang mengatakan bahwa belajar daring
dari rumah bikin repot dan tidak efektif.
Prof Muchlas Samani dalam artikelnya The Power of Kepepet, ­Belajar
dari Rumah (Kompas.Com,10 April 2020) mengatakan, ada tiga pilihan
­pembelajaran terkait pandemik COVID-19. Pertama, tetap belajar di sekolah
dengan risiko tertular Corona. Kedua, sekolah dihentikan dan nanti dilanjutkan
setelah wabah selesai dengan risiko masa sekolah molor, dan ketiga, belajar
dari rumah dengan risiko seperti yang kita alami sekarang. Akhirnya belajar
dari rumah terpaksa ditempuh, karena itulah pilihan yang terbaik. Jadi kalau
belajar dari rumah banyak hambatan adalah hal wajar, kalau hasilnya tidak
sebaik pembelajaran model tatap muka yang harus dimaklumi.
Tapi di lapangan, di sekolah penyelenggaran program DT ditemukan
­dampak positif dalam keterpaksaan belajar dari rumah. Ini diakui trainer
­keterampilan tata boga dari SMA Negeri 1 Dongko, Trenggalek, Jeminem.
Menurutnya, SFH telah memunculkan inovasi dan kreativitas pada diri trainer
maupun siswa.
“Meskipun dilakukan di rumah, antusiasme siswa dalam belajar pastry ­bakery
tidak turun. Mereka tetap semangat dalam melakukan praktik, ­mengadakan
diskusi, dan aktif bertanya kepada saya sebagai trainer,” katanya.
Pemilik tempat pelatihan UMK di rumahnya ini mengakui, pandemi
­COVID-19 telah memberikan dampak pada proses belajar-mengajar DT.
­Karena itu, SFH menjadi alternatif agar proses belajar mengajar untuk tetap
dapat berjalan. Kegiatan SFH-DT dilakukan oleh siswa di rumah ­masing-­masing
dengan praktik membuat kue-kue sederhana yang dapat dibuat di rumah
­dengan alat seadanya.
“Saya sebagai trainer mengarahkan siswa melalui handphone untuk
­menjawab pertanyaan-pertanyaan dari siswa yang merasa kesulitan dalam
praktik. Saya juga mempersiapkan alat yang dapat dipinjam jika siswa
131
­membutuhkan alat untuk praktik. Kebetulan rumah saya menjadi tempat
­pelatihan UMK bidang tata boga,” katanya.
Sebagai bukti bahwa siswa telah melakukan praktik, siswa ditugaskan untuk
mendokumentasikan resep, bahan, alat dan proses pembuatan, selanjutnya
dikirim pada trainer dan dimasukkan log book.
Kondisi dalam pandemi COVID-19, telah menambah pengalamannya
­sebagai trainer pada program DT. “Terpilih menjadi trainer DT tata boga
adalah pengalaman yang luar biasa bagi saya. Dengan adanya program
ini, saya bisa menyampaikan ilmu yang saya miliki kepada siswa SMA dan
­menjadi sangat bermanfaat untuk mereka. Sekarang ditambah dengan kondisi
­pandemi Corona, sehingga harus menjalankan SFH,” katanya.
Bagi pengelola koperasi wanita dalam program pemberdayaan wanita di
Kec. Dongko ini, dirinya tidak merasa khawatir akan tersaingi dengan ­menjadi
trainer, justru sebaliknya ia merasa bangga dapat memberikan ilmu yang
­dimilikinya kepada siswa SMA. “Kalau peserta DT mahir dan jauh lebih ­pintar,
itu artinya ilmu saya tersampaikan dengan baik. Apalagi kini sudah ada siswa
yang dapat membuka usahanya sendiri,” kata Penyuluh Swakarsa bidang
­pertanian ini.
Ibu dua putra ini berharap, ke depan para siswa yang belajar melalui
­program DT tata boga dapat mengaplikasikan ilmu dan kemampuannya untuk
menjadi manusia yang produktif.
Soal manfaat SFH diakui juga oleh Ma’rifatul Khoiriyah, siswa kelas XI MIPA
2 tata boga SMAN 1 Dongko. “Dengan pembelajaran SFH saya bisa lebih
mandiri, tidak selalu dipandu oleh trainer. Juga bisa mengombinasikan ­materi
yang saya dapat dari trainer dengan yang saya peroleh melalui internet ­seperti
YouTube dan google,” katanya yang mengaku mengerjakan pesanan bolu
­kukus coklat saat mengikuti SFH.
Meskipun dilakukan di rumah, antusiasme siswa
dalam belajar pastry bakery tidak surut. ­Mereka
tetap semangat dalam melakukan praktik,
mengadakan diskusi, dan aktif bertanya kepada
saya sebagai trainer,” kata Jeminem, trainer
keterampilan tata boga SMA Negeri 1 Dongko,
Trenggalek.‘‘ ‘‘
TRAINER TUMPUAN HARAPAN
132 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
Ma’rifatul yang telah mulai merintis usaha tata boga kecil-kecilan
­mengatakan, lewat DT sangat banyak ilmu yang dia dapat, mulai dari cara
memasak yang benar, aman dan higienis, termasuk memasarkan produk yang
berhasil dibuat. “Berkat DT sekarang saya bisa membuat bermacam kue dan
mulai memasarkannya di lingkungan sekitar,” katanya.
Diakui Agus Sugiarto, S.Pd., Kepala SMA Negeri 1 Dongko, Trenggalek,
sebenarnya di awal pelaksanaan SFH juga agak ada kendala, masalahnya
anak-anak kami tinggal di pegunungan, sehingga tidak semua ada jaringan
internet. Tapi berawal dari grup WA keterampilan akhirnya bisa dijalankan
dengan baik. n
133
Melakukan kerja praktik di musim wabah,
memang gampang-gampang sulit. Hal itu
­dirasakan Nur Jannah, S.Pd., guru SMAN 1
Panji, Kab. Situbondo, yang mengajar ­program
DT materi tata boga. Selain teori, materi ini
juga mengajarkan praktik. Tak pelak, dia
­harus ­praktik lebih dulu di rumahnya —­sambil
­menyuting dalam bentuk video ­langkah-langkah
yang ­dilakukan— sebelum materi ­diajarkan.
­Mulai dari menyiapkan bahan sampai
­menyajikan ­hasil olahan. Setelah selesai praktik,
video dibagikan ke grup WA siswa tata boga.
Celakanya, tidak semua siswa tata boga
5.2
PedulidanInovatif
TRAINER TUMPUAN HARAPAN
134 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
SMAN 1 Panji berkecukupan. Program DT memang menyasar sekolah-­sekolah
“pinggiran” yang dianggap memiliki siswa rentan melanjutkan ­pendidikan
ke perguruan tinggi. Ketika menerima tugas, beberapa di antara siswa
­mengeluhkan tidak punya dana untuk membeli bahan guna praktik tata boga
sesuai tugas. Nur Jannah memberi tawaran bantuan dana, asalkan mereka
bersedia mengambil sendiri ke rumah gurunya.
“Sampai sekarang belum ada yang ke rumah saya untuk mengambil
­bantuan tersebut,” kata Nur Jannah yang sehari-hari mengajar mata pelajaran
Fisika untuk kelas XII MIPA ini.
Selama bulan Ramadan di Situbondo biasa ada “pasar kaget” yang ­digelar
di sepanjang kaki lima. Mereka menjual aneka makanan dan minuman ­untuk
buka puasa dan persiapan sahur. Salah satu peserta program DT minta izin Nur
Jannah ikut berjualan di sana. Bukan menjual produksi hasil praktik study from
home (SFH) selama wabah, tapi membantu pedagang pasar kaget, ­sebagai
pelayan. Alasannya, untuk membuat laporan kerja DT selama SFH, karena
dia tidak punya dana untuk membuat kue sendiri. “Saya tidak bisa melarang.
­Akhirnya dia bikin laporan sesuai apa yang dikerjakan,” kata Nur terharu.
Sebelum diberlakukan SFH para siswa setiap pekan praktik DT di ­sekolah.
Bahan baku dan peralatan disediakan sekolah. Siswa tidak ­mengeluarkan dana
sepeser pun. Mereka tinggal mempelajari resep makanan lantas ­mengolah
­bahan mentah menjadi makanan siap saji. Satu rombel (kelas) terdiri atas
135
20 siswa dibagi 4-5 kelompok. Masing-masing kelompok mendapat tugas
­membuat makanan berbeda satu dengan yang lain.
SMAN Panji mendapatkan materi tata boga jenis bakery. Mereka pernah
mengadakan pertemuan praktik tatap muka langsung empat kali. Antara lain
membuat macaroni scotel, susu goreng, kue bihun nanas, roti kukus santan
nanas, bolu batik, kue rangin panggang, wafle, kurma cokelat, poferjest, salad
buah, dan cheese oreo. Antara satu dengan kelompok yang lain mendapat
tugas berbeda. Setelah kue matang, mereka saling mencicipi masakan buatan
temannya.
Pada saat SFH, Nur Jannah pernah mempraktikkan pembuatan es krim.
“Tapi siswa-siswi menawar untuk berkreasi dengan idenya sendiri-sendiri,”
­katanya.
Nur Jannah tidak melarang muridnya membuat makanan sesuai ­kemauan
dan kemampuannya. Malah didorong agar lebih produktif dan kreatif.
­Pasalnya, kebanyakan siswa apalagi di daerah masih belum percaya diri (PD)
atas kemampuannya.
Ketidakpedean siswa itu sering ditemukan Nur terkait program DT.
­Diceritakan, suatu hari ia mendapat laporan, salah satu siswanya berjualan
kue secara on line. Sebenarnya, Nur sejak awal sudah menyarankan anak
­didiknya menjual hasil praktiknya. Namun masih dipasarkan di lingkungan
sekolah. Suatu hari salah seorang teman Nur membaca promosi muridnya di
TRAINER TUMPUAN HARAPAN
136 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
137
media sosial. Dia pun membeli kue yang ditawarkan. Kemudian teman Nur
memberitahu dan mengatakan bahwa kue buatan muridnya enak.
Nur sendiri tidak tahu. Dia hanya menerima unggahan berupa gambar siswa
yang bersangkutan dengan hasil produksinya untuk laporan DT. Gambar kue
yang diunggah pun hasil kreasi siswa sendiri, bukan resep dari program DT.
Lantas Nur melacak siswa yang bersangkutan. Dia mengaku masih
­coba-coba. Kue yang dijual tidak banyak jumlahnya. Karena modal hanya dari
uang saku sehari-hari. Justru Nur merasa bangga. Ia pun memotivasi siswa
tersebut agar tidak takut melangkah.
“Jika ingin sukses harus berani melangkah dan siap gagal. Tapi, kalau ­gagal
harus segera bangkit kembali dari kegagalan,” kata Nur Jannah ­menirukan
pesan yang pernah disampaikan kepada siswanya.
Setelah dipantau ternyata bukan hanya seorang siswa saja yang berjualan
kue. Mereka berkelompok. Bahkan menurut guru yang hobi bikin masakan
dan sering dibawa ke sekolah untuk disajikan ke sesama kolega ini, kelompok
tersebut sudah berencana membuat kue untuk dijual menjelang lebaran. “Yang
penting jangan patah semangat, karena usaha yang sungguh-sungguh tidak
akan membohongi hasil yang kalian dapat,” katanya filosofis memotivasi para
siswa tersebut.
Di mata para siswa program DT, Nur Jannah dikenal sebagai guru yang
cool, sabar, dan telaten. “Beliau sabar ketika mengajari kami setiap membuat
olahan. Bahkan mengawasi kami satu per satu dan memberikan bimbingan
memasak, mulai dari proses awal menyediakan bahan yang akan diolah,
hingga akhir saat bagaimana cara menyajikan hasil olahan tersebut,” ujar
Ramzatul Widad menceritakan kepedulian gurunya itu.
Lebih dari itu, Widad menambahkan, guru tersebut juga ­mengajari ­siswanya
agar dapat mandiri, agar tidak selalu bergantung gurunya. Dia ­memberi ­contoh,
untuk pembuatan olahan kue yang pertama, para siswa ­masih ­dibimbing oleh
Nur Jannah. Pada praktik olahan kue selanjutnya para siswa harus dapat
­mempraktikkan dengan kelompoknya masing-masing.
“Agar materi ajaran Bu Nur pada kami dapat dipraktikkan sendiri.
Beliau­­hanya mengawasi dan mengingatkan jika kami lupa melakukan
­langkah-­langkah dalam mengolah kue tersebut,” ujar siswa kelas XI MIPA-1 ini.
Ide Baru
Selain peduli pada siswa, Nur Jannah juga terbuka menerima hal-hal baru.
TRAINER TUMPUAN HARAPAN
138 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
Dia sering mencoba-coba membuat resep olahan baru. Ketika praktik ­memasak
salad buah ada siswa yang tidak suka mayones. Saus mayones biasa berbahan
utama minyak nabati, telur ayam, dan cuka. Ada juga yang hanya ­menggunakan
kuning telur saja, atau sari buah lemon, atau mustard sebagai perasa.
Pada saat praktik tersebut, seorang siswa mengatakan tidak suka ­mayones.
Mereka berdiskusi mencoba resep baru. Akhirnya ditemukan resep baru
­mayones tersebut diganti dengan olahan yakult yang berbahan dasar yoghurt
atau susu asam. Hasilnya semua suka. Biaya produksinya pun lebih murah dan
mudah didapatkan.
Bahan:
100 gr margarin;
80 gr tepung terigu;
1 butir telur;
Mangga sesuai kebutuhan.
Membuat Vla:
2 butir kuning telur;
2 saset susu kental manis;
tepung maizena (secukup).
Cara Membuat:
1.	Campurkan semua bahan
­margarin, terigu, dan telur jadi
satu. Aduk sampai kalis;
2.	Kalau sudah kalis ratakan di
teflon lalu panggang dengan
Resep
Pie Mangga
139
Di lain kesempatan, menjelang SFH, Nur Jannah bermaksud ­mempraktikkan
materi pie mangga. “Resep kue itu merupakan inspirasi bersama antara saya
dengan para siswa,” katanya.
Praktik bersama di sekolah belum sempat dilakukan keburu diliburkan
karena wabah. Para siswa dipersilakan mempraktikkan sendiri di rumah
­masing-masing. Tidak semua melakukan. Selain terkendala beaya produksi,
siswa yang lain memilih untuk mempraktikkan bikin kue yang sesuai dengan
kemampuan keuangan mereka.
Nur Jannah sendiri sempat mencoba membuat resep hasil keroyokan
­tersebut. Sebenarnya, resep tersebut tidak beda jauh dengan pie susu yang
populer sebagai oleh-oleh dari Bali. Bedanya, di atas pie susu diberi taburan
buah mangga. Ketika Nur mempraktikkan pie susu itu di Situbondo sedang
tidak musim mangga. Ia kesulitan mencari mangga. Karena itu, taburan
­mangga diganti pasta mangga yang banyak dijual di toko-toko kue. Pasta yang
dimaksud adalah selai mangga.
Berbeda dengan salah satu siswanya, Desti Rahmatillah. Ia juga
­mempraktikkan membuat pie mangga di rumah. Hasilnya ternyata tidak
­optimal. Masih diperbaiki lagi. Saat itu, mangga di atas pienya ternyata
kurang menarik jika hanya sebagai toping. Desti akan mencoba lagi. “Namun
­mangganya diproses untuk dijadikan vla,” katanya berencana.
Adapun kue-kue kreasi siswanya yang direkomendasi Nur Jannah ­cukup
TRAINER TUMPUAN HARAPAN
api yang kecil. Tidak usah di
tutup;
3.	Selama dipanggang adonan
ditusuk-tusuk dengan garpu su-
paya tidak mengembang;
4.	Membuat vla, ­campurkan
semua bahan jadi ­satu.
­Maizena ­dilarutkan dulu lalu
­dicampurkan semua jadi satu;
5.	Kalau pie sudah setengah
matang masukkan adonan vla
di atasnya, lalu tunggu kurang
lebih 15 menit masih dengan
api yang kecil;
6.	Iris buah mangga sesuai selera
lalu ditaburkan di atas pie yang
sudah matang. Bisa ­dimasukkan
kulkas agar rasanya semakin
enak;
7.	Potong pie sesuai selera dan
­sajikan.
140 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
banyak, antara lain: minuman sehat jahe kunir, puding cokelat biskuit, ­brownies
cokelat keju, dalgona coffee, es lidah buaya, french toast, brownies choco, kue
bawang, es krim oreo desthroyed, dan kue lapis kukus. “Memang tidak semua
ide sendiri. Kebanyakan mengambil dari resep yang sedang populer, dan
­diunduh dari media sosial,” kata Nur memaklumi. Yang penting mereka sudah
mencoba. n
Resep
Prol Roti
Bahan:
3 butir telur
¼ kg Mentega
3 ons Gula
2 gelas Santan
1 ½ ons Tepung Segitiga
1 kg Kentang
1 bungkus Roti Tawar
3 Panili
Pewarna Makanan
Cara membuat
l	Masukan telur, mentega, gula
dan santan.
l	Kemudian aduk hingga merata.
l	Selanjutnya masukkan tepung,
kentang yang sudah ­dihaluskan,
roti, panili, dan pewarna
­makanan, lalu aduk.
l	Lalu cetak adonan ke dalam
­wadah dan kukus + ½ jam
141
Luar biasa. Inilah keterpaksaan yang
­membawa berkah. Betapa tidak, jika saja tidak
ada Pandemi COVID-19, mungkin para trainer
DT tidak segera berpikir untuk memanfaatkan
media sosial (baca: e-learning) untuk media
pembelajaran.
Inilah salah satu manfaat yang bisa
­diperoleh. Sedikitnya ada dua dampak positif
dalam ­keterpaksaan belajar dari rumah (study
from home —SFH) melalui e-learning. ­Pertama,
trainer, operator bahkan siswa terpaksa ­belajar
menggunakan medsos untuk pembelajaran
maupun praktik DT. Jika selama ini medos ­hanya
digunakan untuk ngobrol, sekarang ­digunakan
untuk pembelajaran.
5.3
BersiasatdiTengah
Keterbatasan
TRAINER TUMPUAN HARAPAN
142 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
Kedua, baik trainer, operator bahkan siswa kini terbiasa menggunakan hp/
laptop/desktop untuk belajar. Jika ini menjadi kebiasaan akan menjadi pintu
bagaimana mereka mencari sumber belajar dengan perangkat tersebut. Suatu
kemampuan penting yang selama ini belum berkembang pada diri siswa.
­Bukankah sekarang ini berbagai informasi dapat diperoleh dengan mudah di
internet.
Dua hal itu akan dapat mempercepat kesiapan kita menghadapi pola
­pendidikan di era digital.
Awalnya gugup dan gagap, tapi kini justru sebaliknya ingin ­kembali ­mencoba
dan mencoba lagi. Inilah yang dirasakan para trainer dalam ­menjalankan di
masa pandemi. Seperti diakui Siti Kurniah S.Pd. Guru Bahasa Jawa SMAN
1 Karas, pembelajaran SFH yang dilakukannya selalu didahului dengan
­memberikan video tutorial yang diambilkan dari youtube. Setelah siswa mengerti
kemudian mereka diminta untuk membuat dan ­mendokumentasikannya seperti
tutorial yang pernah mereka lihat.
“Dari tutorial yang mereka buat itulah penilaian yang kami berikan.
­Manfaatnya dobel, selain siswa bisa mempraktikkan, mereka juga bisa berbagi
Peserta ToT bidang Keterampilan Tata Rias Rambut dari beberapa SMA Peserta double track
saat mengikuti pelatihan sebelum mereka terjun menjadi trainer di sekolah masing-masing.
143
tentang cara membuat apa yang telah dipraktikan melalui medsos,” katanya.
Beruntung di SMAN 1 Karas, pembelajaran DT sudah dimulai sejak awal
semester tiap Sabtu dan Minggu, sehingga ketika ada kebijakan pembelajaran
harus dilakukan di rumah, siswa tinggal menyisakan 18 jam pelajaran tatap
muka, dan itu sebagian besar bisa dilakukan dengan praktik mandiri.
“Untuk bidang tata busana saya mengarahkannya membuat masker,
­dimulai dengan memberikan video tutorial. Hasil karya mereka saya tawarkan
ke sekolah dan Alhamdulillah sekolah memesan masker sebanyak 800 biji.
Selain itu saya juga ikut memasarkan ke masyarakat hingga sekarang total
penjualan sekitar 1.000 masker,” katanya.
Meski harus menyiapkan materi lebih awal dalam bentuk panduan dan
­kisi-kisi apa yang harus dilakukan siswa, sehingga trainer dituntut lebih kreatif,
program SFH menurut Wayuti, S.Sos, trainer keterampilan masakan Indonesia
dari SMA Negeri 1 Slahung, Ponorogo, hasilnya lebih bagus, karena siswa
lebih mandiri dan tidak seperti saat praktik di sekolah selalu bertanya sesama
teman. “Siswa cukup antusias mengikuti SFH, karenanya saya mendukung SFH
dan mengapresiasinya sebagai langkah positif untuk mejawab kekurangan
jam tatap muka program DT,” katanya.
Dalam pengalamannya, ternyata ekspresi siswa dalam kreasi lebih ­menonjol,
tidak ada rasa sungkan bertanya jika ada yang tidak ada ­dimengerti. Mereka
lebih leluasa bertanya melalui chatting atau WA. Berbeda saat ­pembelajaran
tatap muka berlangsung. Hanya saja, Wahyuti harus benar-benar bisa
­meyakini terhadap apa yang akan dikerjakan oleh siswa. “Memberi ­dukungan
dan ­kepercayaan sekaligus memotivasi siswa, menjadi cara tersendiri dan
­membutuhkan effort luar biasa,” katanya.
Kendala utama dalam pelaksanaan SFH adalah sinyal di daerah yang
­tidak stabil dan bahkan kadang hilang. Belum lagi ada beberapa siswa yang
­memang tidak memiliki alat komunikasi memadai, sehingga mereka terpaksa
pinjam. Rekan Wahyuti, Eni Setyo Rini S.Pd yang menjadi trainer keterampilan
Awalnya gugup dan gagap, tapi kini justru
­sebaliknya ingin kembali mencoba dan
­mencoba lagi. Inilah yang dirasakan para
trainer dalam menjalankan SFH di masa
pandemi COVID-19.
‘‘ ‘‘
TRAINER TUMPUAN HARAPAN
144 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
tata kecantikan, menceritakan jika SFH tidak hanya menuntut dirinya harus
kreatif, tapi juga harus memikirkan bisa atau tidaknya tugas yang diberikan ke
siswa direalisasikan.
Keterbatasan bahan baku dan peralatan menjadi kendala selain sinyal.
Oleh karena itu, ia harus benar-benar memberikan penugasan yang logis dan
bisa dilakukan dengan keterbatasan yang ada di rumah.
Kendala keterbatasan alat dan bahan juga diungkapkan Dhendy Eko
­Darmawan, pemilik salon Dhekda Makeup, yang menjadi mitra DUDI SMA
­Negeri 1 Dongko, Trenggalek. Pembelajaran saat pandemi susah-susah
­gampang. “Saat diminta praktik di rumah masing-masing, kesulitan akan
­ditemui, karena keterbatasan alat yang dimiliki siswa. Selama wabah ini siswa
saya kasih tugas untuk merias dengan alat seadanya, dan ­mengkominasikannya
dengan materi tulis, melukis, atau membuat alis di atas kertas,” katanya.
Itulah gambaran SFH di DT, ada positif ada pula negatifnya. Sander Tamm
(2019) sebagai mana ditulis oleh Rochmat Wahab (2020), telah ­mengidentifikasi
sejumlah kelemahan e-learning,
(1) 	umpan balik terbatas;
(2) 	dapat menyebabkan isolasi sosial;
(3) 	menuntut motivasi diri yang kuat dan keterampilan mengelola waktu;
(4) 	kurangnya pengembangan keterampilan komunikasi; dan
(5) 	tidak dapat diakses oleh populasi yang tidak memiliki hp/laptop/desktop
dan lainnya termasuk sinyal atau jaringan.
Yang juga penting di samping kelemahan-kelemahan tersebut adalah
­bahwa pendidikan bukanlah transfer informasi atau pengetahuan saja, tetapi
juga transfer nilai. Sehingga e-learning memiliki keterbatasan untuk transfer
nilai.
Plus-minus memang selalu ada, tapi dengan mengetahui plus-minus itu
diharapkan kita bisa mengoptimalkan dampak positifnya dan meminimalkan
dampak negatifnya secara simultan. n
145
Trainer merupakan pilar penting dalam
pelaksanaan program DT. Pemilihan istilah
“trainer”, bukan “guru”, sangatlah tepat karena
titik tekan program DT memang melatih siswa
agar memiliki keterampilan maupun ­keahlian
tertentu, yang diharapkan nantinya dapat
­dijadikan sebagai bekal meraih kesuksesan
setelah lulusan sekolah nanti.
Porsi praktik lebih banyak ketimbang ­teori.
Maka peran trainer menjadi sentral karena
­hadir selama siswa melaksanakan praktik DT.
Tidak hanya hadir tetapi memberi contoh,
­mendemonstrasikan, dan menularkan karakter
positif yang harus dipunyai bila ingin menjadi
sosok profesional di bidangnya.
5.4
SemangatTinggi
TrainerDT
TRAINER TUMPUAN HARAPAN
146 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
Jumlah seluruh trainer yang terlibat dalam kegiatan DT tahun pelajaran
2019-2020 ini sebanyak 704 orang. Mereka memberikan pelatihan DT di 157
sekolah yang tersebar di penjuru Jawa Timur.
Trainer DT direkrut dari dua sumber. Yaitu dari internal jajaran guru sendiri
dan dari ekternal yang berasal dari dunia praktisi. Guru yang ditugasi ­menjadi
trainer tentulah merupakan personel pilihan yang berkompeten di bidang
­keahlian yang diampu.
Beberapa guru yang menjadi trainer DT mengaku mereka memang tidak
memiliki sertififikat formal yang sama dengan bidang yang diampu, tetapi
­keahlian pribadi mereka cukup dapat diandalkan. Umpamanya ada trainer
tata boga dipegang oleh guru yang sudah terbiasa praktik masak, bahkan
sempat memasarkannya.
Atau ada guru Matematika atau Biologi tetapi secara pribadi sejak dulu dia
senang melakukan rias-merias. Demikian juga ada guru olahraga yang gemar
meng”oprek” sepeda motor, diangkat menjadi trainer TKR, dan banyak guru
yang pandai komputer atau teknologi informasi dipercaya menjadi ­training
­bidang keahlian Desain Grafis.
Selain itu ada juga trainer dari unsur guru, tetapi guru dari sekolah lain.
­Misalnya di SMAN1 Kasiman Bijonegoro, trainer tata busana dipegang dari guru
dari SMK yang memang ahli di bidang itu. Trainer dari internal ­sekolah tidak
selalu dari unsur guru, bisa juga dari tenaga nonkependidikan, ­sekolah yang
bersangkutan, sepanjang mereka mumpuni. Contohnya Mohammad ­Yusuf
Pembina mengevaluasi dengan jeli hasil kerja peserta ToT.
147
trainer keterampilan rias pengantin dari SMAN 2 Sampang, ­sehari-harinya
bekerja menjadi staf tata usaha.
Sedangkan trainer dari unsur praktisi juga menarik untuk dicatat. Mereka
berasal dari praktisi yang umumnya berada dan eksis di sekitar sekolah DT. Di
antaranya adalah pemilik bengkel servis sepeda motor, jasa katering, pemilik
konvensi atau pengusaha salon rias pengantin.
Yang mengesankan, secara umum para trainer praktisi DT memiliki
­kepedulian yang tinggi. Mereka rela berbagi ilmu, mau menyisihkan waktu
minimal sepekan dua kali untuk mengajari siswa. Padahal honor yang mereka
terima dari program DT tidak lebih tinggi dibanding dengan penghasilan yang
mereka dapatkan jika pada jam-jam mengajar DT itu digunakan untuk bekerja
di tempat usahanya sendiri.
Kesediaan menjadi trainer tersebut antara lain disebabkan mereka adalah
alumnus dari sekolah yang bersangkutan. Mereka mengaku merasa ­nyaman
dan punya tanggung jawab moral untuk membimbing adik-adiknya. Yang
­menarik, umumnya mereka tidak takut nanti bakal tersaingi oleh lulusan
DT yang dididiknya. Mereka begitu percaya bahwa rezeki sudah ada yang
­mengatur, rezeki tidak akan tertukar. Bahkan tidak sedikit trainer praktisi ini
siap akan akan merekrut anak asuhnya bila sudah lulus nanti.
Tentu ada perbedaan dalam cara dan gaya mengajar yang dilakukan
oleh trainer guru dan oleh trainir praktisi. Keduanya memiliki sisi kelebihan
dan kekurangan masing-masing. Tetapi sepanjang proses belajar mengajar
­berjalan efektif, maka perbedaan itu tidak menjadi masalah.
Berdasar amatan di beberapan sekolah, terlihat trainer yang berasal dari
guru umumnya lebih sistematis dalam mengajar, penjelasan teorinya juga
­detail. Begitu banyak ilmu yang ingin ditransfer ke siswa, sehingga mereka
mengaku merasa kurang dengan jatah durasi 90 jam pelatihan itu.
Trainer DT direkrut dari dua sumber.
Yaitu dari internal jajaran guru sendiri
dan dari ekternal yang berasal dari dunia
praktisi. Guru yang ditugasi menjadi trainer
­tentulah merupakan personel pilihan yang
­berkompeten di bidang keahlian yang
diampu.‘‘ ‘‘
TRAINER TUMPUAN HARAPAN
148 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
Sedangkan trainer dari praktisi lebih mengandalkan pengalaman dalam
melatih peserta DT. Memang tidak banyak deskripsi yang bisa diutarakan.
­Tetapi cara mereka memberi contoh, cara mereka memegang alat dan
­mengerjakan tugas sangat efektif dan efisien, sebuah pertanda bahwa ­mereka
ekspert di bidangnya. Semua keprigelan yang dipertontonkan akan menjadi
panduan konkret yang berguna bagi siswa. Soal durasi pelatihan, praktisi
­lebih mudah beradaptasi dan fleksibel dengan jatah pelatihan yang dirancang
­penyelenggara DT.
Training of Trainers
Agar terjadi persamaan persepsi dan keseiramaan langkah, maka ­sebelum
terjun menjadi trainer mereka mengikuti Training of Trainers (ToT) di ­Surabaya
beberapa hari lamanya. Mereka dikarantina untuk ­berkegiatan bersama, ­praktik
bersama, mengikuti arahan narasumber, serta saling ­berbagi ­pengalaman.
ToT sudah pernah dilaksanakan dua kali, sesuai dengan jumlah angkatan
­program DT. Antarcalon trainer saling berbagai ilmu dan ­kesempatan. Mereka
yang sudah pernah ikut ToT pada tahun sebelumnya lebih banyak ­mengambil
peran “tut wuri handayani”, sedang calon trainer angkatan baru didorong
­untuk berinisiatif dan lebih diberi kesempatan untuk berpraktik.
Dra. Yuningsih, guru SMAN1 Galis, Pamekasan, mengaku senang ­diberi
kepercayaan menjadi trainer Tata Kecantikan DT di sekolahnya. Apalagi
­sudah diikutkan menjadi peserta ToT hingga dua kali. “Saya menyerap banyak
­pelajaran dari ToT,” kata guru Matematika ini. Kini dia terampil melatih siswa
belajar rias pengantin Yogyakarta berkerudung tanpa paes dan ­pengantin
muslim modifikasi. Modifikasi yang dimaksud adalah memberi variasi pada
hijab dengan menambahkan hiasan, mahkota, hingga manik-manik.
Agar terjadi persamaan persepsi dan
­keseiramaan langkah, maka sebelum terjun
menjadi trainer mereka mengikuti ­Training
of Trainers (ToT) di Surabaya beberapa
hari lamanya. Mereka dikarantina untuk
­berekegiatan bersama, praktik bersama,
mengikuti arahan narasumber, serta saling
berbagi pengalaman.
‘‘ ‘‘
149
Sekolah kami di pinggiran. Anak-anak tidak punya alat-alat tersendiri. Jadi
untuk praktik nunggu jadwal training di sekolah. “Tapi saya bangga karena
anak-anak sudah dapat melakukan make-up untuk diri sendiri dan untuk
orang lain,” katanya.
Menurutnya, peserta DT dijaring berdasar minat mereka sendiri. ­Sehingga
sangat enak mengajarinya. Diberi umpat sedikit mereka sudah menyambut.
“Bahkan karena terlalu antusias mereka jadi berlebihan dalam merias. Bikin
alisnya terlalu tebal. Sak karepe dewe, gak sesuai tekniknya. Tapi setelah
­diarahkan mereka menjadi bisa,” katanya dengan nada bangga.
Dra Rika adalah trainer tata kecantikan di SMAN1 Gondang Wetan,
­Pasuruan, meskipun dia dikenal sebagai guru Biologi. Dirinya mengaku sejak
lama belajar rias secara otodidak, karena sejak kecil sudah suka berdandan.
Rika juga aktif menekuni dunia modelling, sehingga tidak terlalu sulit untuk
bertugas sebagai trainer. Apalagi kini sudah mendapat bekal dari ToT dan aktif
brosing tutorial tata rias di internet.
Seperti halnya di sekolah lainnya, siswa DT di SMAN1 Gondang Wetan juga
antusias mengikutinya. Mereka sadar bahwa mereka siswa pilihan. Bayangkan
tata kecantikan yang hanya satu rombongan belajar dengan 40 peserta ini
merupakan “anak saringan” dari 120 lebih siswa yang mendaftar.
Menurutnya kendala yang dihadapi adalah minimnya sarana yang dimiliki
siswa. Bila mereka diminta membeli alat kerja yang nantinya untuk kepentingan
mereka sendiri, mereka masih keberatan. “Di tempat kami prospek bisnis tata
kecantikan cukup menjanjikan, karena belum banyak saingannya. Memang
masalahnya butuh modal awal untuk melengkapi alat kerja mereka. Mungkin
nanti kita bisa bekerja sama saling membantu,” katanya. n
TRAINER TUMPUAN HARAPAN
150 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
Peserta ToT Keterampilan
Boga (pembuatan roti) saat
mengikuti kegiatan
pembekalan di Surabaya.
151
BAGIAN ENAM
Tantangan
di Tengah Wabah
Pemimpin adalah orang yang mengetahui
suatu cara; menjalankan dan sekaligus
menunjukkan cara tersebut.
– John C. Maxwell –
JOHN CALVIN MAXWELLM lahir di  Garden City, Michigan  pada tahun 1947 adalah seorang penulis
dan  pembicara  yang telah ­menulis lebih dari  60  buku, terutama berfokus pada  kepemimpinan. ­­Buku-
bukunya­ telah terjual lebih dari sembilan belas juta kopi, beberapa di New York Times Best Seller List.
152 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
emua sendi kehidupan di dunia ini terganggu dengan adanya
­Pandemi COVID-19, tidak terkecuali program DT. Tapi tidak ­harus
­kemudian berpangku tangan dan pasrah dengan keadaan. ­Inilah
yang ­dilakukan oleh ­penyelenggara program DT. Melakukan ­berbagai
terobosan, ibarat pepatah tak ada rotan akar pun jadi.
Tapi faktanya terobosan yang dilakukan bukan hanya menemukan
cara baru dalam menyampaikan materi dan praktik keterampilan DT, tapi
­membawa manfaat lebih. Siswa, Kepala sekolah, Trainer dan operator sekolah
kini ­makin akrab dengan pola pembelajaran dan koordinasi melalui daring.
Sebelum ­tidak pernah terbayangkan siswa yang berasal dari daerah pinggiran
kota ­kabupaten yang tinggal di kaki gunung bisa berakrab ria dengan yang
namanya fasilitas webinar, seminar melalui onilne.
Inilah manfaat yang diperoleh di tengah keterpaksaan karena Pandemi
COVID-19. Awalnya memang terlihat kaku dan gugup. Tapi setelah dilakukan
beberapa kali, malah seperti ketagihan, ingin lagi dan lagi. n
S
153
Mungkin ini sebentuk keberuntungan
­terselubung, blessing in disguise. Pandemi
­Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang
masih mengkhawatirkan ini ternyata punya
sisi manfaat. Tanpa serbuan Corona mungkin
­pembelajaran online tidak segera ­memasyarakat
dan meeting secara daring (dalam jejaring) ­tidak
terselenggara semasif sekarang ini.
Pandemi COVID-19 membuat semua orang
diimbau tinggal di rumah, melakukan ­aktivitas
produktif dari rumah alias Work from Home
(WFH). Sekolah diliburkan dua pekan bahkan
kemudian diperpanjang, pesan menjaga jarak
6.1
MeetingLewat
AplikasiZoom
TANTANGAN DI TENGAH WABAH
154 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
(phisical distancing) diberlakukan, kegiatan yang bersifat kerumunan banyak
orang juga dilarang demi memutus matarantai virus yang sudah melanda
­dunia ini.
Banyak kegiatan dan event besar dibatalkan. Otomatis banyak ­agenda
­pertemuan jadi terhambat pelaksanaannya. Lalu orang mencari solusi
­dengan melirik kecanggihan teknologi informasi berupa komunikasi daring.
­Sebetulnya daring bukanlah teknologi yang benar-benar baru. Teleconference,
­videoference (vicon) telah banyak dilakukan oleh pejabat, aparat TNI/Polri,
pengusaha, pekerja kreatif startup, maupun akademisi di perguruan tinggi.
Tetapi gara-gara Corona, pertemuan online menjadi banyak dilakukan
orang. Aplikasi meeting online seperti Zoom, Hangouts, GoToMeeting, ezTalks
Free, GoToWebinar, Join.me, TeamLink, atau Online Meeting ramai-ramai
diunduh dari playstore. Terjadi percepatan pembelajaran dan pemanfaatan
teknologi online. Sejumlah pihak yang sebetulnya belum siap, mau tidak mau
dipaksa oleh keadaan untuk mempraktikkannya. Dan terbukti tidak serumit
yang diduga. Tentu terdapat kekurangan di sana sini, tetapi secara bertahap
akan familiar dengan sendirinya.
Dosen dan guru mengadakan pembelajaran daring, pengusaha
­menjalankan agenda rapat juga secara online. Demikian juga dengan
­penyelenggara ­program SMA/MA Double Track Jawa Timur, yang sudah
­memasuki tahun kedua ini.
Koordinasi masal yang biasanya dilakukan secara manual secara berkala
di kantor Dinas Pendidikan Provinsi Jatim di Jl. Gentengkali Surabaya, untuk
sementara ditiadakan. Sebagai gantinya, pertemuan tersebut dilaksanakan
­secara daring.
Pada tanggal 1 hingga 3 April 2020 kegiatan yang dikemas dalam tajuk
Focus Group Discussion (FGD) sukses digelar. Pertemuan hari pertama diikuti
oleh para operator dan trainer DT yang berada di berbagai penjuru provinsi
Jatim, sebanyak 75 orang peserta.
Hari kedua dilaksanakan lagi FGD, kali ini pesertanya para kepala ­sekolah
SMA/MA pelaksana DT, dengan jumlah peserta sebanyak 90 orang. FGD
daring dimulai pukul 09.00. Selain kepala sekolah, bergabung pula Dra. Ety
­Prawesti, M.Si, Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan
Provinsi ­Jatim, Dra. Anny Saulina, M.Si, Bidang PPSMA, dan Alfian Majdi, M.Pd,
Kasi Kurikulum SMA bidang kurikulum. Sedang dari unsur ITS terlihat hadir Dr.
Hozairi yang bertindak sebagai moderator, anggota tim IT Fajar Baskoro dan
155
Arya Yudhi Wijaya, Serta M. Zainul Asrori, selaku penanggungjawab program
DT dari ITS.
Karena ini meeting daring perdana maka suasana canggung agak terasa
pada awalnya. Mungkin karena belum terbiasa. Ada beberapa peserta yang
terlambat bergabung karena alasan teknis. Kendala kecil timbul di ­sana-sini
seperti sambungan internet yang putus-nyambung. Satu atau dua peserta
­terlihat masih gagap dengan berseru “gambarku ora muncul” atau peserta lain
mengeluh “swarane kok lirih banget.”
Terdengar simpang siur arus pembicaraan karena beberapa peserta
­ingin berbicara dalam waktu yang bersamaan. Tapi itu hanya berlangsung
­beberapa saat sebelum akhirnya dipandu oleh moderator dengan tertib. Yang
ingin ­berpendapat dipersilakan mengangkat tangan, kemudian moderator
TANTANGAN DI TENGAH WABAH
Karena meeting daring perdana, maka suasana
canggung agak terasa pada awalnya. Mungkin
karena belum terbiasa. Tapi itu hanya berlangsung
beberapa saat sebelum akhirnya dipandu oleh
­moderator dengan tertib.
‘‘ ‘‘
156 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
­memberikan kesempatan kepadanya. Setelah itu moderator melempar ­kepada
peserta untuk memberikan tanggapan. Dengan demikian diskusi menjadi
­mengalir efektif.
Segera suasana FGD berkembang hidup. Peserta merasa seperti tengah
bertemu dalam satu ruangan yang nyata padahal itu semua hanya virtual.
­Berbagai usulan dan masukan tentang program DT bermunculan. Kendala
dan curhat juga mewarnai perbincangan. Semua peserta dapat mendengar
dan berkesempatan untuk berpendapat dan menyanggah. Joke-joke lucu juga
terdengar, “blangkon Sampeyan apik, aku pesen yo.”
Cukup menarik mencermati gerakan dan ekspresi masing-masing peserta
FGD yang muncul secara bersamaan di layar laptop. Ada yang berbusana
­formal, ada pula yang berbusana kasual, ada yang mengenakan masker ­mulut.
Posenya pun bermacam-macam, dari yang bergaya santai, aktif ­bergerak,
bahkan ada yang beranjak meninggalkan kursi karena keperluan tertentu.
Latar belakang tempat peserta berada, yang terekam lewat kamera,
juga menarik untuk dilihat. Ada yang bergabung FGD melalui laboratorium
­komputer sekolah, ada yang dari ruang dinas, di ruang tamu rumah. Ada pula
yang menggunakan background outdoor, sehingga terlihat hamparan sawah
menghijau di belakang kepala. Bagi peserta yang melek teknologi, dapat
menampilkan background virtual dengan gambar animasi indah yang terus
berubah-ubah.
Tidak terasa diskusi telah berlangsung sekitar 1,5 jam. Satu hal yang ­terlihat
pasti, betapa efektif dan efisiennya pertemuan daring itu. Mempertemukan 90
orang kepala sekolah dari segala penjuru Jatim secara fisik ke satu titik di
­Surabaya tentu butuh waktu, tenaga, dan biaya yang besar.
Mereka yang berasal dari SMA di pinggiran Kabupaten Pacitan, Bojonegoro,
Banyuwangi, maupun Sumenep perlu menempun perjalanan darat sekian jam
untuk dapat sampai di tempat pertemuan. Ketika pertemuan selesai mereka
harus menempuh perjalanan pulang yang panjang lagi. Melalui vicon seperti
Melalui vicon seperti ini semua dapat terselenggara
dengan lebih mudah. Begitu pertemuan daring
ditutup, seketika itu pula peserta sudah berada
­di domisilinya masing-maisng, sehingga dapat
­melanjutkan kegiatan produktif lainnya.
‘‘ ‘‘
157
ini semua dapat terselenggara dengan lebih mudah. Begitu pertemuan daring
ditutup, seketika itu pula peserta sudah berada di domisilinya masing-masing,
sehingga dapat melanjutkan kegiatan produktif lainnya.
Sementara petugas admin ataupun notulis rapat segera mengetik ­hasil
­pertemuan tersebut lalu hasilnya diunggah ke grup WhatsApp ­anggota.
­Semoga pengalaman baik ini dapat dijadikan pola atau model untuk
­pertemuan-pertemuan sejenis di masa mendatang, meskipun pandemi
­COVID-19 sudah berlalu.
FGD di hari ketiga mengambil topik Rapat FGD Trainer SMA DT dengan
peserta para trainer DT sebanyak 137 trainer. Sejumlah trainer ­melaporkan
bahwa proses pembelajaran DT untuk beberapa bidang keahlian sudah
­mencapai 100% atau setara dengan 90 jam pelajaran. Namun ada juga
yang masih terlaksana 70% hingga 80%. Untuk itu mereka mengambil inisiatif
­kreatif, melakukan improvisasi penugasan dengan model study from home/
SFH (belajar dari rumah). Kata kunci yang dipakai adalah fokus kepada ­hal-hal
yang dapat dikerjakan terlebih dahulu, selebihnya akan dikerjakan sambil ­jalan
sambil menunggu situasi normal kembali. n
TANTANGAN DI TENGAH WABAH
158 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
Sutoyo, Pemilik Panda Salon
di Ponorogo, yang dipercaya
menjadi trainer oleh di SMA Negeri 1
Jetis, Ponorogo untuk keterampilan
tata rias rambut.
159
Manusia punya rencana, tapi realitas bisa
berbeda. Program kegiatan DT sudah ­dijadwal
sedemikian rupa sehingga di akhir semester
semua yang dicanangkan dapat terlaksana.
Tetapi ternyata di tengah jalan musibah datang.
Pandemi COVID-19 memaksa semua sekolah
harus diliburkan demi menghindari kerumunan
dan untuk memotong mata rantai penularan
­virus Corona.
Anjuran agar siswa belajar di rumah
­terdengar enak di telinga, tetapi ternyata ­tidak
sederhana pelaksanaannya. Pihak sekolah pun
mencari solusi alternatif dengan ­melakukan
6.2
SejumlahKendala
diTengahCorona
TANTANGAN DI TENGAH WABAH
Tampilan salah satu model pengantin hasil karya peserta ToT.
160 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
pembelajaran secara daring. Tetapi pembelajaran daring membutuhkan
­sejumlah prasyarat antara lain, adanya jaringan internet dan perangkat gadget
atau laptop. Padahal tidak semua siswa memiliki prasyarat tersebut. Kalo pun
sekolah punya fasilitas pembelajaran daring, siswa tidak semuanya memiliki
alat komunikasi atau handphone pintar.
Sekolah-sekolah pelaksana DT umumnya merupakan sekolah pinggiran,
yang jauh dari pusat kota, sehingga masih muncul keluhan buruknya sinyal
internet di kawasan tersebut.
“Gara-gara Corona, skedul jadi berantakan,” kata Bahtiar Kholili S. Pd.,
M.M. Pd., Kepala Sekolah SMAN 1 Karas Magetan. Pihaknya sudah mencoba
menerapkan pembelajaran daring, melalui grup WhatsApp, tetapi masalahnya
tidak semua siswa atau walimurid punya smartphone. Sebagian handphone
siswa masih belum android, sehingga tidak bisa dibuat bergabung ke grup WA.
Hal senada juga dikeluhkan Drs. Agus Sugiarto. M. Pd., Kepala SMA 2
­Karangan Trenggalek. “Di tempat kami sinyal buruk. Juga sebagian murid kami
tergolong kelas menengah ke bawah. Mereka tidak punya laptop, ­hapenya juga
jadul. Siswa peserta DT yang punya smartphone cuma lima anak,” ­katanya.
Hambatan jaringan juga dialami beberapa SMA di Pacitan seperti SMAN1
Tegalombo, SMAN1 Ngadirojo, dan SMAN 1 Nawangan Pacitan, mereka
­kesulitan memberi penugasan via online dan melakukan pelaporan secara
­daring. Budi Hartono, operator DT SMAN 1 Lenteng Sumenep dan Zainul
­operator MA Darul Ulum Pamekasan juga mengeluhkan hal yang sama.
Kendala berikutnya adalah masalah keterbatasan alat kerja. Semua
­bidang keahlian DT membutuhkan peralatan kerja. Ketrampilan tata boga
­membutuhkan oven, mixer dan lain-lain, keterampilan TKR membutuhkan
sepeda motor dan peralatan servis, Tata busana butuh mesin jahit dan ­bahan
kain, keterampilan Multimedia membutuhkan perangkat komputer dengan
spesifikasi yang lumayan tinggi.
Dalam kondisi normal, semua peralatan tersebut disediakan di sekolah,
­sehingga siswa tinggal praktik saja. Tetapi ketika COVID-19 melanda, dan
siswa harus belajar di rumah, maka muncul sejumlah persoalan.
“Anak-anak Multi Media itu butuh praktik. Apalagi semester ini materinya
adalah troubleshooting,” kata Sujiono, S.Pd., M.Si Plt. Kelapa SMA2 Sampang.
“Untuk TKR, kami mengalami kendala peralatan. Anak-anak tidak punya alat
untuk praktik servis sepeda motor,” kata Dwi Retno Susanti, S. Pd., M. Pd.,
­Kepala SMAN1 Kapongan, Situbondo.
161
Demikian juga yang dialami SMAN Mumbulsari Jember. Drs. Wahid
­Lestiyono, M.M, selaku kepala sekolah menginformasikan, untuk kegiatan
praktik videografi, para siswa tidak punya peralatan sendiri. “Anak-anak kami
sebetulnya sudah mendapat dua job untuk syuting pengajian, tapi dibatalkan
karena wabah Corona,” katanya.
Saat melakukan SFH, sejumlah peserta DT mencoba mengerjakan tugas di
warung kopi yang ada wifie gratisnya. Tapi sayang, pekerjaan belum tuntas,
sudah keburu dibubarkan oleh polisi yang melakukan razia.
Beberapa pengelola sekolah mengaku, untuk program keterampilan Multi
Media atau Elektro tidak dapat dikebut pelaksanaannya karena trainer yang
bersangkutan umumnya juga sibuk sebagai teknisi dalam pelaksanaan ­Ujian
Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Mengingat begitu banyak hambatan
di lapangan, maka Siti Nurmala, S. Pd., M. M. , Kepala Sekolah SMAN1
­Balongpanggang Gresik berharap ada perpanjangan waktu dalam pelaksaan
DT.
Tetapi tidak semua sekolah mengalami kendala berat. Bahkan ada ­sekolah
yang mengaku proses pembelajaran DT untuk beberapa keahlian sudah
­berjalan 100%. Seperti program Tata Busana di SMAN1 Berbek Nganjuk, Tata
Boga di SMAN 1 Jenangan Ponorogo, dan Tata Kecantikan di SMAN 1 ­Dolopo
Madiun sudah tuntas 100% sebelum Corona datang. Untuk program yang
­sudah tuntas ini, tentu saja tidak diperlukan lagi kegiatan school from home
(SFH).
Pada umumnya bidang Tata Boga yang relatif dapat berjalan lancar. Para
kepala sekolah trainer berinisiatif dengan memberi tugas sederhana kepada
siswa yang memungkinkan untuk dikerjakan di rumah dengan menggunakan
peralatan yang dimiliki.
“Terpaksa praktiknya hanya menggoreng dan mengukus saja, karena siswa
kami tidak punya mikser dan open. Sedangkan untuk tata rias siswa kami ­sudah
Di tempat kami sinyal buruk. Juga sebagian
murid kami tergolong kelas menengah ke bawah.
Mereka tidak punya laptop, hapenya juga jadul.
Siswa peserta DT yang punya smartphone cuma
lima anak,” kata Agus Sugiarto. M. Pd.,
Kepala SMA 2 Karangan Trenggalek.
‘‘ ‘‘
TANTANGAN DI TENGAH WABAH
162 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
sering menerima job untuk merias anak-anak yang mau wisuda, kadang sam-
pai kewalahan, tapi saat COVID-19 ini banyak yang dibatalkan,” kata Reny
Yulis Wiyanti, Kepala SMAN 1 Karangan, Trenggalek.
Untuk Tata Boga di SMA Bareng Jombang, siswa mendapat tugas ­individu
(setara 6 jam pelajaran) kepada siswa untuk praktik memasak dengan menu
­bebas. Sedang tugas kelompok (3 jam pelajaran) dilakukan beberapa siswa
yang rumahnya berdekatan. “Untuk tugas kelompok, perwakilan siswa
­mengambil bahan-bahan di sekolah. Sedang untuk tugas individu mereka
­belanja sendiri, nanti dapat di-reimburse, diganti 50% oleh sekolah. Anak-anak
tidak keberatan karena nanti hasil masakannya kan dikonsumsi sendiri,” kata
Ahmad, S. Pd., M.T., Kepala Sekolah.
Namun dalam keterbatasan sarana prasarana sejumlah langkah telah
diambil agar program DT tetap berjalan, meskipun tidak begitu maksimal.
Prinsipnya, lakukan apa yang dapat dilakukan. Siswa DT bidang elektro bisa
praktik memperbaiki kipas angin miliknya, atau praktik memasang kabel di
mushola. Bisa juga siswa diminta menggambar jaringan listrik di rumahnya.
Maka trainer harus kreatif menciptakan penugasan agar siswa DT tetap dapat
belajar sesuai bidang keterampilan yang diambilnya, betapapun minimnya
­bobot penugasan itu.
Yang menggembirakan, ternyata sejumlah sekolah melaporkan, siswa
peserta DT sudah ada yang mampu menghasilkan uang, mereka menjual
karya dan jasanya melalui media sosial, ada yang berjualan pada hari minggu
di areal car free day, ada pula yang menawarkan jasa servis sepeda motor ke
tetangga maupun melalui WA. n
Tetapi tidak semua sekolah mengalami kendala
berat. Bahkan ada sekolah yang mengaku proses
pembelajaran DT untuk beberapa keahlian sudah
berjalan 100% sebelum Corona datang.
‘‘ ‘‘
163
Selalu ada cara di saat kita ­terhambat
­kendala. Maka program DT harus tetap ­jalan
kendati ada wabah Corona. Memang ­tidak
­mudah. Juga kadang tidak ­memuaskan
­hasilnya jika ­dibandingkan dengan hasil yang
didapat dalam kondisi normal. Maka ­dituntut
adanya kreativitas dan inovasi di kepala
­sekolah dan trainer untuk menciptakan model
­pembelajaran dan ­penugasan yang feasibel,
dapat ­dilaksanakan anak saat berada di rumah.
Trainer perlu membuat panduan tugas, praktik
pembuatan produk, atau praktik mereparasi
yang memungkinkan untuk dikerjakan siswa
dari rumah.
6.3
PraktikDT
diRumah,Bisa!
TANTANGAN DI TENGAH WABAH
Peserta ToT bidang keterampilan desain model busana,
saat sedang menyiapkan mesin jahit untuk digunakan.
164 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
Keluhan umum yang muncul adalah ketiadaan alat yang dapat dibuat
­praktik siswa di rumah, karena semua sarana dan peralatan berada di ­sekolah.
Padahal pepatah lama mengatakan, kalau tidak ada rotan akar pun jadi.
­Artinya, selalu ada anternatif meskipun pilihan yang kedua, kualitasnya tidak
sebagus pilihan pertama.
Untuk Tata Boga, biasanya dikerjakan peserta DT di sekolah dengan
­peralatan relatif lengkap, ada oven, mikser, dan bahan-bahan yang akan
­dimasak. Ketika harus praktik di rumah, umumnya peralatan yang dimiliki
walimurid amat terbatas. Namun, betapapun, tetap ada yang dapat dikerjakan.
Sejumlah trainer memberi kebebasan siswanya untuk praktik memasak
dengan menu yang dapat dikerjakan. Kemudian trainer memberi bimbingan
melalui WhatsApp. Seperti yang dilakukan Nurul Hikmah siswa Kelas XI IPA1
SMAN1 Gapura, Sumenep,yang bersemangat membuat nuget pisang coklat.
Juga Muhammad Soleh Kelas XI IPS 4 SMAN1 Gondangwetan, Pasuruan, yang
bersemangat membuat lapis singkong.
Saat praktik siswa diminta memotret bahan dan alat yang dibutuhkan,
proses memasak, dan produk yang dihasilkan. Dokumentasi kemudian dikirim
Tiga siswa SMA Negeri 1 Kendal, Ngawi peserta DT Keterampilan Desain Mode Busana saat
mengikuti kegiatan di sekolah.
165
ke trainer lalu diteruskan ke operator untuk diunggah ke-logbook pelaporan.
Laporan ini dapat dianggap sebagai pelaksanaan pembelajaran DT.
Pihak sekolah diminta memperkirakan konversi praktik mandiri tersebut
­dengan jam pelajaran. Misalnya untuk satu kali praktik SFH dapat ­disetarakan
dengan satu kali pertemuan tatap muka atau setara dengan enam jam
­pelajaran. Untuk ketrampilan teknik kendaraan ringan (TKR) juga demikian.
Keluhan ­tidak adanya perkakas dan kendaraan yang dapat ­digunakan
­untuk ­praktik bisa ­disiasati dengan penugasan yang mengarah kepada
­pendalaman ­pemahaman siswa terhadap konsep tertentu, pengayaan
­pengetahuan, ­perencanaan servis, pelayanan masyarakat, hingga penciptaan
pasar ­komunitas.
Misalnya siswa diminta menggambarkan langkah-langkah atau tahapan
melakukan reparasi sepeda motor di atas selembar kertas. Jadi perlu diingat,
bahwa materi pembelajaran DT tidak seluruhnya bersifat praktik.
Praktik sederhana toh dapat dilakukan peserta DT TKR. Umpamanya,
­membongkar kendaraan sendiri dengan meminjam perkakas dari tetangga
yang memiliki bengkel motor. Hal ini dilakukan Muhammad Danu ­Prasetyo
siswa Kelas XI IPS2 SMAN1 Kedungadem, Bojonegoro, praktik mengganti oli
sepeda motor di teras rumah.
Yodi Dwi Saputra siswa Kelas XI IPS 1 ­memperbaiki koil dan David ­Aldiansyah
siswa kelas XI MIPA 2 memperbaiki master rem cakram. Sedang siswa SMAN 1
Plumpang, Tuban, praktik mengganti oli motor dengan menggunakan skema
voucher cipta kerja, sehingga dapat menawarkannya dengan murah. Ganti oli
hanya Rp. 10.000,-
Anak-anakpesertakeahlianlistrikdanelektrojugadapatberbuat­banyaksaat
berada di rumah. Misalnya memperbaiki alat-alat rumah tangga ­setrika, ­kipas
angin, blender yang rusak. Bisa juga diberi tugas membuat gambar ­instalasi
dan skema jaringan listrik di rumah sendiri, praktik membuat alat ­sederhana.
Siswa SMAN1 Dander, Bojonegoro, praktik memasang kamera pemantau atau
Closed Circuit Television (CCTV) di rumah warga Desa ­Sumberarum.
Untuk bidang Multi Media, Rifka Wandari siswa Kelas XI MIPA2 dan ­Siska Dwi
Riani Kelas XI IPS1, keduanya siswi SMAN1 Tugu, Trenggalek, ­melaksanakan
SFH dengan praktik membuat komik dengan aplikasi Microsoft Word. ­
Sedangkan Siti Nur Faise siswa Tata Rias SMAN1 Kapongan, Situbondo,
praktik makeup minimalis untuk terima tamu resepsi pernikahan. Selalu ada
cara, agar program DT dapat tetap berjalan meski tengah ­dilanda wabah. n
TANTANGAN DI TENGAH WABAH
166 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
167
Pandemi COVID-19 memang menjadi
­musuh bersama, tak kecuali bagi sekolah DT.
Itu ­sebabnya tanpa komanda dan instruksi
dari ­Dinas Pendidikan Jawa Timur mereka
­menyadari untuk ikut serta melawan ­COVID-19
di ­daerahnya masing-masing. Bermodal
­keterampilan yang dimiliki lewat DT, beberapa
sekolah menggelar kepeduliannya lewat bakti
sosial, dalam melawan virus wabah.
Di Kab. Magetan, OSIS SMA Negeri 1 ­Plaosan
memprakarsai kegiatan bakti sosial di seki-
tar sekolah. Meski dalam suasana ­belajar dari
rumah (SFH), sebagian pengurus OSIS tergerak
6.4
BerbagiMasker
danSusuJahe
TANTANGAN DI TENGAH WABAH
168 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
untuk ikut melakukan kegiatan sosial berbagi masker kain dan ­minuman susu
jahe produk DT.
Dipilihnya minuman kesehatan susu jahe karena di sekitar Kecamatan
­Plaosan banyak peternak sapi perah, terutama di Desa Singolangu dan
Getas Anyar, yang setiap hari mampu menghasilkan susu murni. Mereka
­membagikannya secara gratis kepada masyarakat sekitar, terutama di pasar
tradisional dan Terminal Plaosan, yang tak jauh dari lokasi sekolah.
Berbekal pendanaan terbatas dari penyisihan dana kegiatan OSIS dan
­donasi yang dihimpun dari guru, akhirnya dapat disiapkan 200 paket masker
dan susu jahe untuk dibagikan.
Kegiatan ini melibatkan 6 siswa dan 4 orang guru Pembina, dilaksanakan
pada 22 April 2020. Sasaran pemberian masker dan minuman susu jahe
adalah para tukang ojek, juru parkir, sopir angkot, para pedagang, dan
­pengunjung pasar. Sebelum kegiatan bakti sosial dilaksanakan pihak sekolah
telah berkoordinasi dengan instansi terkait termasuk jajaran kepolisian, ­Polsek
Plaosan dan Koramil Plaosan agar pelaksanaan kegiatan berjalan tertib, aman,
dan terkendali.
Selain memberikan masker dan susu jahe, OSIS SMA Negeri 1 Plaosan juga
memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya ­menjaga diri
dari penularan wabah COVID-19 dengan cara selalu menjaga ­kebersihan,
mencuci tangan pakai sabun, memakai masker jika ke luar rumah, dan tetap
tinggal di rumah setelah pulang dari pasar. Kegiatan ini disambut gembira
­masyarakat di lokasi. “Semoga kegiatan ini bermanfaat untuk masyarakat,
sekaligus membangun kepedulian siswa serta mengenalkan DT ke ­masyarakat,”
kata Aris Sudarmono, M. Pd., Kepala SMA Plaosan.
Masih di Kab. Magetan, keikutsertaan sekolah DT dalam melawan
­COVID-19 juga dilakukan oleh SMA Negeri 1 Sukomoro. Sekolah ini ­bekerja
sama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam hal penyediaan
masker. Awalnya, kata Sri Sayekti, guru Bahasa Inggris yang dipercaya ­menjadi
Selain memberikan masker dan minuman
susu jahe, OSIS SMA Negeri 1 Plaosan juga
­memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang
pentingnya menjaga diri dari penularan wabah
COVID-19.
‘‘ ‘‘
169
170 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
171
trainer tata busana, melalui aktivitas SFH memberi tutorial melalui video
­tentang bagaimana tata cara membuat masker kain via WhatsApp, lalu peserta
DT ­diminta membuat dengan peralatan alat seadanya yang dimiliki di rumah,
hasilnya dikirim ke sekolah.
“Ternyata hasilnya bagus dan tidak mengecewakan. Nah ketika ada ­pesanan
dari Disperindag untuk pembuatan masker kain dalam jumlah ­banyak, kami
diskusikan dengan mitra kerja di DUDI, yang sebelumnya pernah bekerja sama
dengan Disperindag dalam pembuatan pakaian kerja, mereka setuju untuk
mengerjakan pembuatan masker,” katanya.
Melalui kesepakatan itulah lalu siswa DT peserta tata boga, dikumpulkan
dan diminta untuk mengerjakan pesanan. Tiap siswa diberi tugas minimal 10
masker. Kain dan tali karet sudah disiapkan, siswa tinggal menjahit. Hasilnya
dalam waktu singkat terkumpul sejumlah masker siap pakai. “­Alhamdulillah
kami bisa memenuhi jumlah pesanan yang diminta dan menghasilkan ­transaksi
lumayan, meski dalam kondisi SFH,” kata Sri Sayekti.
Selain sekolah ini, beberarapa sekolah bahkan ada yang terlibat dan ikut
serta dalam gerakan satu juta masker untuk program Cipta Kerja yang ­dinisiasi
oleh ITS dan Dinas Pendidikan Jawa Timur. Sedikitnya ada 20-an sekolah
­terlibat untuk menyiapkan sejuta masker ini.
Dalam ikut serta melawan COVID-19, tidak hanya masker yang diproduksi,
hand sanitizer juga dibuat oleh beberapa sekolah DT. Sebut saja misalnya SMA
Negeri 1 Kademangan, Blitar. Memanfaatkan laboratorium Biologi di sekolah
itu, Drs. Slamet, M.Pd, Kepala SMA Negeri 1 Kademangan, mengikutsertakan
siswa DT dalam memproduksi hand sanitizer, juga dalam membuat masker,
jamu, dan alat alat pelindung diri (APD).
“Kegiatan ini merupakan respons cepat kami dalam melaksanakan ­imbauan
dari Dinas Pendidikan Jatim, agar sekolah bekerja sekuat tenaga ­untuk
­berkontribusi positif sesuai peran masing-masing saat COVID-19,” ­katanya.
Di bawah bimbingan guru biologi dan kimia siswa diajak untuk membuat
hand sanitizer berbahan baku alkohol dan tanaman lidah buaya. n
Dalam ikut serta melawan COVID-19, tidak
hanya masker yang diproduksi, hand sanitizer
juga dibuat oleh beberapa sekolah DT. Sebut saja
misalnya SMA Negeri 1 Kademangan, Blitar.
‘‘ ‘‘
TANTANGAN DI TENGAH WABAH
172 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
LAMPIRAN: SMA/MA PENYELENGGARA DOUBLE TRACK (TAHUN PELAJARAN 2019-2020)
NO	 NAMA SEKOLAH	 KABUPATEN
	 MM	 ELEK	 TKR	 BO	 BUSA	 RI	 LIS	 AWAL	ASLI
				 TRO		 GA	 NA	 AS	TRIK
1	 SMAN 1 KAMAL	 BANGKALAN	 40	 0	 40	 20	 20	 20	 0	 140	 140
2	 SMAN 1 AROSBAYA	 BANGKALAN	 0	 0	 0	 68	 0	 38	 0	 120	 106
3	MA DARUSSALAM	 BANGKALAN	80	0	 0	0	0	0	0	80	80
4	 SMAN 4 BANGKALAN	 BANGKALAN	 20	 0	 0	 20	 0	 40	 0	 80	 80
5	 MA NURUL KHOLIL	 BANGKALAN	 20	 0	 20	 0	 20	 0	 0	 60	 60
6	 SMAN 1 BLEGA	 BANGKALAN	 0	 0	 0	 40	 0	 20	 0	 60	 60
7	SMAN 1 KOKOP	 BANGKALAN	20	0	 0	40	0	0	0	60	60
8	MA AL-HAMIDIYAH	 BANGKALAN	 0	0	 0	40	0	0	0	40	40
9	SMAN 3 BANGKALAN	 BANGKALAN	20	0	20	0	0	0	0	40	40
10	 SMAN 1 WONGSOREJO	 BANYUWANGI	 0	 0	 40	 60	 0	 20	 0	 120	 120
11	 SMAN 1 KADEMANGAN	 BLITAR	 20	 0	 20	 20	 20	 20	 0	 100	 100
12	 SMAN 1 KESAMBEN	 BLITAR	 20	 0	 20	 20	 20	 20	 0	 100	 100
13	 SMAN 1 PONGGOK	 BLITAR	 20	 0	 20	 0	 0	 20	 0	 60	 60
14	 SMAN 1 BALEN	 BOJONEGORO	 20	 0	 20	 60	 20	 20	 0	 140	 140
15	 SMAN 1 KALITIDU	 BOJONEGORO	 40	 0	 20	 40	 20	 20	 0	 140	 140
16	SMAN1 KEDUNGADEM	 BOJONEGORO	40	 0	 20	40	20	20	0	140	140
17	 SMAN 1 SUGIHWARAS	 BOJONEGORO	 60	 0	 0	 40	 0	 40	 0	 140	 140
18	SMAN 1 DANDER	 BOJONEGORO	20	0	40	40	0	0	20	120	120
19	SMAN 1 NGRAHO	 BOJONEGORO	40	0	20	40	0	0	20	120	120
20	 SMAN 1 KASIMAN	 BOJONEGORO	 20	 0	 20	 20	 0	 20	 0	 80	 80
21	SMAN1 TAMBAKREJO	 BOJONEGORO	40	0	40	0	0	0	0	80	80
22	 SMAN 1 BUBULAN	 BOJONEGORO	 0	 0	 20	 0	 20	 0	 0	 40	 40
23	SMAN 1 GONDANG	 BOJONEGORO	20	0	20	20	0	0	0	60	60
24	SMAN 1 MALO	 BOJONEGORO	20	0	20	0	0	0	0	40	40
25	SMAN 1 BONDOWOSO	 BONDOWOSO	20	0	20	20	0	0	0	60	60
26	SMAN 1 PRAJEKAN	 BONDOWOSO	40	0	 0	20	0	0	0	60	60
27	SMAN 1 PUJER	 BONDOWOSO	40	0	 0	0	0	0	0	40	40
28	 SMAN 1 SUKOSARI	 BONDOWOSO	 40	 0	 0	 0	 20	 0	 0	 60	 60
29	SMAN 1 TAMANAN	 BONDOWOSO	20	0	20	20	0	0	0	60	60
30	SMAN 1 TAPEN	 BONDOWOSO	20	0	20	0	0	0	0	40	40
31	SMAN GRUJUGAN	 BONDOWOSO	20	0	 0	0	0	20	0	40	40
32	 SMAN 1 KEDAMEAN	 GRESIK	 40	 0	 20	 40	 0	 40	 0	 140	 140
33	 SMAN 1 BALONGPANGGANG	 GRESIK	 20	 0	 20	 20	 0	 20	 0	 80	 80
34	 SMAN 1 DUKUN	 GRESIK	 20	 0	 0	 0	 0	 20	 0	 40	 40
-	SMA CONTOH JATIM	 JATIM	 0	0	 0	0	0	0	39	40	39
35	 SMAN 1 TANGGUL	 JEMBER	 60	 0	 0	 20	 40	 17	 0	 140	 137
36	SMAN ARJASA	 JEMBER	 20	0	20	60	0	20	0	120	120
37	SMAN MUMBULSARI	 JEMBER	 60	0	20	40	0	0	0	120	120
38	SMAN PAKUSARI	 JEMBER	 40	0	 0	40	0	40	0	120	120
39	 SMAN PLUS SUKOWONO	 JEMBER	 0	 0	 20	 0	 0	 40	 0	 60	 60
40	SMAN KESAMBEN	 JOMBANG	 100	0	 0	40	0	0	0	140	140
PAGU	 JUMLAH
173
NO	 NAMA SEKOLAH	 KABUPATEN
	 MM	 ELEK	 TKR	 BO	 BUSA	 RI	 LIS	 AWAL	ASLI
				 TRO		 GA	 NA	 AS	TRIK
41	SMAN PLANDAAN	 JOMBANG	 20	 0	 0	31	 0	18	0	 80	69
42	SMAN PLOSO	 JOMBANG	 0	0	 0	120	0	0	0	120	120
43	 SMAN BANDARKEDUNGMULYO	JOMBANG	 60	0	 0	40	0	0	0	100	100
44	SMAN KABUH	 JOMBANG	 0	0	 0	60	40	0	0	100	100
45	SMAN BARENG	 JOMBANG	 20	0	 0	20	0	0	0	40	40
46	 SMAN 1 KANDANGAN	 KEDIRI	 20	 20	 20	 40	 0	 40	 0	 140	 140
47	 SMAN 1 KANDAT	 KEDIRI	 20	 0	 20	 40	 20	 20	 20	 140	 140
48	 SMAN 1 PURWOASRI	 KEDIRI	 20	 20	 20	 40	 0	 20	 20	 140	 140
49	SMAN 1 NGADILUWIH	 KEDIRI	 0	0	40	100	0	0	0	140	140
50	SMAN 1 PUNCU	 KEDIRI	 80	0	40	0	0	0	0	120	120
51	 SMAN 1 PLOSOKLATEN	 KEDIRI	 0	 0	 0	 40	 20	 20	 20	 100	 100
52	 SMAN 1 MOJO	 KEDIRI	 0	 0	 0	 20	 0	 40	 0	 60	 60
53	 SMAN 1 KEDUNGPRING	 LAMONGAN	 20	 0	 20	 60	 20	 20	 0	 140	 140
54	 SMAN 1 BLULUK	 LAMONGAN	 40	 0	 0	 40	 0	 20	 0	 100	 100
55	 SMAN 1 KEMBANGBAHU	 LAMONGAN	 20	 0	 0	 60	 20	 0	 0	 100	 100
56	 SMAN 1 SEKARAN	 LAMONGAN	 20	 0	 0	 60	 20	 0	 0	 100	 100
57	 SMAN 1 KUNIR	 LUMAJANG	 0	 0	 60	 20	 20	 20	 0	 120	 120
58	 SMAN 1 PRONOJIWO	 LUMAJANG	 40	 0	 20	 20	 20	 20	 0	 120	 120
59	SMAN KLAKAH	 LUMAJANG	 20	0	20	60	0	0	0	100	100
60	SMAN 1 JATIROTO	 LUMAJANG	 20	0	20	40	0	0	0	80	80
61	 SMAN 1 DOLOPO	 MADIUN	 20	 0	 20	 40	 0	 20	 0	 100	 100
62	 SMAN 1 SARADAN	 MADIUN	 40	 0	 20	 0	 0	 40	 0	 100	 100
63	 SMAN 1 WUNGU	 MADIUN	 20	 20	 20	 20	 0	 20	 0	 100	 100
64	 SMAN 1 KARAS	 MAGETAN	 20	 0	 20	 40	 20	 40	 0	 140	 140
65	 SMAN 1 BARAT	 MAGETAN	 40	 0	 0	 40	 20	 20	 0	 120	 120
66	SMAN 1 SUKOMORO	 MAGETAN	 20	20	 0	20	40	20	0	120	120
67	 SMAN 1 PARANG	 MAGETAN	 20	 0	 20	 20	 20	 0	 0	 80	 80
68	 SMAN 1 PLAOSAN	 MAGETAN	 20	 0	 0	 20	 0	 20	 0	 60	 60
69	 SMAN 1 SUMBERPUCUNG	 MALANG	 20	 0	 20	 40	 20	 40	 0	 140	 140
70	 SMAN 1 NGANTANG	 MALANG	 20	 0	 0	 20	 20	 0	 20	 80	 80
71	SMAN 1 BANTUR	 MALANG	 40	0	40	0	0	0	0	80	80
72	SMAN 1 SUMBERMANJING	MALANG	 20	0	20	20	0	0	0	60	60
73	SMAN 1 TUREN	 MALANG	 20	0	20	0	0	0	0	40	40
74	SMAN 1 PAGAK	 MALANG	 20	0	 0	20	0	0	0	40	40
75	 SMAN 1 NGORO	 MOJOKERTO	 60	 0	 0	 40	 20	 20	 0	 140	 140
76	 SMAN 1 DAWARBLANDONG	 MOJOKERTO	 20	 0	 0	 40	 20	 40	 0	 120	 120
77	 SMAN 1 BERBEK	 NGANJUK	 0	 0	 0	 80	 20	 40	 0	 140	 140
78	 SMAN 1 NGRONGGOT	 NGANJUK	 40	 0	 0	 20	 20	 20	 0	 100	 100
79	SMAN 1 NGRAMBE	 NGAWI	 20	20	 0	40	20	20	20	140	140
80	SMAN 1 JOGOROGO	 NGAWI	 40	20	 20	20	20	20	0	140	140
81	 SMAN 1 KENDAL	 NGAWI	 20	 0	 20	 20	 20	 20	 0	 100	 100
82	SMAN 1 KWANDUNGAN	 NGAWI	 20	0	 0	20	0	0	0	40	40
PAGU	 JUMLAH
SMA/MA PENYELENGGARA DOUBLE TRACK (
174 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA
AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
NO	 NAMA SEKOLAH	 KABUPATEN
	 MM	 ELEK	 TKR	 BO	 BUSA	 RI	 LIS	 AWAL	ASLI
				 TRO		 GA	 NA	 AS	TRIK
83	 SMAN 1 NGADIROJO	 PACITAN	 20	 0	 20	 80	 20	 0	 0	 140	 140
84	 SMAN 1 PUNUNG	 PACITAN	 40	 0	 0	 20	 0	 20	 0	 80	 80
85	SMAN 1 TEGALOMBO	 PACITAN	 20	0	20	40	0	0	0	80	80
86	 SMAN 1 TULAKAN	 PACITAN	 20	 0	 0	 0	 40	 20	 0	 80	 80
87	SMAN 2 NGADIROJO	 PACITAN	 20	0	20	20	0	0	0	60	60
88	 SMAN 1 NAWANGAN	 PACITAN	 0	 0	 20	 0	 20	 0	 0	 40	 40
89	 SMA NEGERI 1 GALIS	 PAMEKASAN	 20	 0	 0	 40	 20	 20	 20	 120	 120
90	 SMAN 1 WARU 	 PAMEKASAN	 0	 0	 0	 80	 40	 0	 0	 120	 120
91	 SMAN 1 PADEMAWU	 PAMEKASAN	 20	 20	 0	 40	 0	 20	 0	 100	 100
92	 MA DARUL ULUM BANYUANYAR	PAMEKASAN	40	 0	 0	20	20	 0	0	 80	80
93	 MA MIFTAHUL ULUM PANYEPEN	PAMEKASAN	 0	 0	 0	20	20	 0	0	 40	40
94	 SMAN 1 PAKONG	 PAMEKASAN	 20	 20	 0	 0	 0	 0	 0	 40	 40
95	 SMAN 1 GONDANGWETAN	 PASURUAN	 80	 0	 0	 40	 0	 20	 0	 140	 140
96	SMAN 1 TOSARI	 PASURUAN	 40	0	 0	20	0	0	0	60	60
97	SMAN 1 PULUNG	 PONOROGO	 20	20	 20	20	20	20	20	140	140
98	 SMAN 1 BADEGAN	 PONOROGO	 40	 0	 0	 20	 40	 40	 0	 140	 140
99	 SMAN 1 SLAHUNG	 PONOROGO	 40	 0	 0	 80	 0	 20	 0	 140	 140
100	 SMAN 1 SAMBIT	 PONOROGO	 20	 0	 0	 80	 0	 20	 0	 120	 120
101	 SMAN 1 BABADAN	 PONOROGO	 40	 0	 0	 20	 20	 20	 0	 100	 100
102	SMAN 1 BALONG	 PONOROGO	20	0	 0	60	0	0	0	80	80
103	SMAN 1 BUNGKAL	 PONOROGO	20	0	20	20	0	0	0	60	60
104	SMAN 1 JENANGAN	 PONOROGO	20	0	 0	40	0	0	0	60	60
105	SMAN 1 NGRAYUN	 PONOROGO	20	0	20	20	0	0	0	60	60
106	 SMAN 1 SAMPUNG	 PONOROGO	 0	 0	 0	 0	 20	 20	 20	 60	 60
107	 SMAN 1 JETIS	 PONOROGO	 0	 0	 0	 20	 0	 20	 0	 40	 40
108	SMAN 1 KAUMAN	 PONOROGO	20	0	 0	20	0	0	0	40	40
109	 SMAN 1 SOOKO	 PONOROGO	 20	 0	 0	 0	 0	 15	 0	 40	 35
110	 SMAN 1 DRINGU	 PROBOLINGGO	 40	 0	 0	 40	 20	 40	 0	 140	 140
111	 SMAN 1 PAITON	 PROBOLINGGO	 20	 0	 20	 40	 0	 20	 20	 120	 120
112	 SMAN 1 BESUK	 PROBOLINGGO	 40	 0	 0	 20	 0	 20	 0	 80	 80
113	 SMAN 1 SUKAPURA	 PROBOLINGGO	 0	 0	 20	 20	 20	 20	 0	 80	 80
114	SMAN 1 LUMBANG	 PROBOLINGGO	20	0	 0	20	0	0	0	40	40
115	 SMAN 1 TONGAS	 PROBOLINGGO	 20	 0	 0	 20	 0	 20	 0	 60	 60
116	 SMAN 1 SUMBER	 PROBOLINGGO	 20	 0	 0	 0	 0	 20	 0	 40	 40
117	 SMAN 3 SAMPANG	 SAMPANG	 20	 20	 20	 20	 0	 60	 0	 140	 140
118	 SMAN 1 KETAPANG	 SAMPANG	 20	 0	 0	 20	 20	 20	 20	 100	 100
119	 SMAN 1 SRESEH	 SAMPANG	 20	 0	 20	 20	 20	 20	 0	 100	 100
120	 SMAN 1 TORJUN	 SAMPANG	 40	 0	 20	 0	 20	 20	 0	 100	 100
121	 MA MIFTAHUL ULUM	 SAMPANG	 20	 0	 0	 20	 20	 20	 0	 80	 80
122	 SMAN 1 BANYUATES	 SAMPANG	 0	 0	 20	 0	 0	 20	 20	 60	 60
123	SMAN 1 KEDUNGDUNG	 SAMPANG	 20	0	20	20	0	0	0	60	60
124	 SMAN 2 SAMPANG	 SAMPANG	 20	 0	 20	 0	 0	 20	 0	 60	 60
PAGU	 JUMLAH
175
NO	 NAMA SEKOLAH	 KABUPATEN
	 MM	 ELEK	 TKR	 BO	 BUSA	 RI	 LIS	 AWAL	ASLI
				 TRO		 GA	 NA	 AS	TRIK
125	MA BUSTANUL ULUM	 SAMPANG	 0	0	 0	20	20	0	0	40	40
126	SMAN 1 OMBEN	 SAMPANG	 20	0	 0	20	 0	0	0	40	40
127	SMAN 4 SAMPANG	 SAMPANG	 14	0	 0	16	 0	0	0	40	30
128	 MA AL MUBAROK	 SAMPANG	 20	 0	 0	 0	 0	 0	 0	 20	 20
129	SMAN PANJI	 SITUBONDO	 40	20	 0	 20	 20	40	 0	140	140
130	 SMAN 1 KAPONGAN	 SITUBONDO	 20	 0	 60	 0	 0	 20	 0	 100	 100
131	 SMAN 1 SUBOH	 SITUBONDO	 60	 0	 40	 0	 0	 0	 0	 100	 100
132	SMAN 1 BESUKI	 SITUBONDO	 40	0	 0	20	 0	20	0	80	80
133	 SMAN 1 BANYUPUTIH	 SITUBONDO	 20	 0	 18	 0	 0	 19	 0	 60	 57
134	SMAN 1 AMBUNTEN	 SUMENEP	 0	0	 20	60	 0	0	0	80	80
135	SMAN 1 BLUTO	 SUMENEP	 0	0	 20	 0	60	0	0	80	80
136	SMAN 1 GAPURA	 SUMENEP	 0	0	 20	40	20	0	0	80	80
137	SMAN 2 SUMENEP	 SUMENEP	 20	0	 0	20	 0	40	0	80	80
138	MA AL KARIMIYYAH	 SUMENEP	 20	0	 0	20	20	0	0	60	60
139	SMAN 1 LENTENG	 SUMENEP	 20	0	 20	20	 0	0	0	60	60
140	SMAN 1 MASALEMBU	 SUMENEP	 0	0	 0	20	20	0	0	40	40
141	 MA ASWAJ AMBUNTEN	 SUMENEP	 20	 0	 0	 0	 0	 20	 0	 40	 40
142	 SMAN 1 KAMPAK	 TRENGGALEK	 40	 0	 40	 20	 20	 20	 0	 140	 140
143	 SMAN 1 KARANGAN	 TRENGGALEK	 60	 0	 0	 40	 20	 20	 0	 140	 140
144	 SMAN 1 PULE	 TRENGGALEK	 40	 20	 0	 40	 0	 20	 0	 120	 120
145	 SMAN 1 TUGU	 TRENGGALEK	 20	 0	 40	 40	 0	 0	 0	 100	 100
146	SMAN 1 BENDUNGAN	 TRENGGALEK	20	0	 0	20	 0	20	0	60	60
147	SMAN 1 DONGKO	 TRENGGALEK	 0	20	 0	20	 0	20	0	60	60
148	 SMAN 1 MUNJUNGAN	 TRENGGALEK	 0	 0	 20	 60	 0	 20	 0	 100	 100
149	SMAN 2 KARANGAN	 TRENGGALEK	20	0	 0	20	 0	0	0	40	40
150	 SMAN 1 BANGILAN	 TUBAN	 120	 0	 0	 0	 0	 0	 0	 120	 120
151	 SMAN 1 JATIROGO	 TUBAN	 20	 0	 0	 80	 20	 0	 0	 120	 120
152	SMAN 1 MONTONG	 TUBAN	 20	20	 0	20	 0	20	0	80	80
153	SMAN 1 GRABAGAN	 TUBAN	 0	0	 20	20	20	0	0	60	60
154	SMAN 1 PLUMPANG	 TUBAN	 0	0	 20	40	 0	0	0	60	60
155	SMAN 1 SENORI	 TUBAN	 20	0	 0	 0	20	0	0	40	40
156	 SMAN 1 CAMPURDARAT	 TULUNGAGUNG	 20	 0	 20	 60	 20	 20	 0	 140	 140
157	 SMAN 1 KALIDAWIR	 TULUNGAGUNG	 40	 0	 40	 20	 20	 20	 0	 140	 140
	 Jumlah 		 3814	 280	 1798	 4295	 1380	2037	 279	14020	13973
PAGU	 JUMLAH
SMA/MA PENYELENGGARA DOUBLE TRACK (

More Related Content

PDF
Profil Wirausaha Alumni Program Double Track - Cetak
PDF
Kondisi smk pada masa pandemi covid
PDF
Full buku 2-double track dalam gambar
PDF
Buku DT-3 Membangun Entrepreneur melalui KUS
PDF
Executive Summary Double Track 2021 - 1
PDF
Buletinpdf
PDF
Summary 2021
PDF
Full buku 1- double track -inovasi jatim siap kerja
Profil Wirausaha Alumni Program Double Track - Cetak
Kondisi smk pada masa pandemi covid
Full buku 2-double track dalam gambar
Buku DT-3 Membangun Entrepreneur melalui KUS
Executive Summary Double Track 2021 - 1
Buletinpdf
Summary 2021
Full buku 1- double track -inovasi jatim siap kerja

What's hot (19)

PDF
Pedoman pemba tik_dan_drb_2021
PPTX
Sma double track festival 2019
PDF
Majalah Produk Double Track
PDF
Capaian Double Track 2021
PDF
Exe summary sept 2020 testimoni
PDF
Exe summary sept 2020 produk
PDF
Profil Alumni Double track tahun 2021
PPTX
Evaluasi sma double track 2021
PDF
Profil dan Produk Siswa Double Track 2021
PPTX
Indikator keberhasilan program sma double track
PDF
1 Executive summary 2019
PPTX
Template presentasi
PDF
Full - buku zonasi-- nov 2018 a5 cs5
PDF
Majalah april fix
PDF
Buletin Double Track 2
PDF
3 Exe summary sept 2020-1
PDF
VR Millealab full
PDF
Profil Wirausaha Alumni Program Double Track - LowRes
PDF
Executive summary festival
Pedoman pemba tik_dan_drb_2021
Sma double track festival 2019
Majalah Produk Double Track
Capaian Double Track 2021
Exe summary sept 2020 testimoni
Exe summary sept 2020 produk
Profil Alumni Double track tahun 2021
Evaluasi sma double track 2021
Profil dan Produk Siswa Double Track 2021
Indikator keberhasilan program sma double track
1 Executive summary 2019
Template presentasi
Full - buku zonasi-- nov 2018 a5 cs5
Majalah april fix
Buletin Double Track 2
3 Exe summary sept 2020-1
VR Millealab full
Profil Wirausaha Alumni Program Double Track - LowRes
Executive summary festival
Ad

More from Fajar Baskoro (20)

PPTX
Pengembangan Basis Data untuk Web Application.pptx
PPTX
Presentasi untuk video Pitch Deck Vlog Pervekt SMK 2025.pptx
PPTX
Sosialisasi Program Digital Skills Unicef 2025.pptx
PDF
DIGITAL SKILLS PROGRAMME 2025 - VERSI HZ.pdf
PDF
Digital Skills - 2025 - Dinas - Green Marketplace.pdf
PDF
Pemrograman Mobile menggunakan kotlin2.pdf
PPTX
Membangun Kewirausahan Sosial Program Double Track.pptx
PPTX
Membangun Kemandirian DTMandiri-2025.pptx
PDF
Panduan Entry Nilai Rapor untuk Operator SD_MI 2025.pptx (1).pdf
PDF
JADWAL SISTEM PENERIMAAN MURID BARU 2025.pdf
PPTX
Seleksi Penerimaan Murid Baru 2025.pptx
PPTX
Pengembangan Program Dual Track 2025-2.pptx
PPTX
Pengembangan Program Dual Track 2025-1.pptx
PDF
PETUNJUK PELAKSANAAN TEKNIS FESV RAMADHAN 2025.pdf
PPTX
Pengembangan Entrepreneur Vokasi Melalui PERFECT SMK-Society 50 .pptx
PPTX
PERFECT SMK 6 - Strategi Pelaksanaan.pptx
PPTX
Program Dual Track Kalimantan Timur 2025.pptx
PDF
Contoh Proposal konveksi untuk Program Magang Kewirausahaan.pdf
PPTX
Pengembangan Program Digital Skills - 2025.pptx
PPTX
PPT-Proyek Magang Kewirausahaan Double Track.pptx
Pengembangan Basis Data untuk Web Application.pptx
Presentasi untuk video Pitch Deck Vlog Pervekt SMK 2025.pptx
Sosialisasi Program Digital Skills Unicef 2025.pptx
DIGITAL SKILLS PROGRAMME 2025 - VERSI HZ.pdf
Digital Skills - 2025 - Dinas - Green Marketplace.pdf
Pemrograman Mobile menggunakan kotlin2.pdf
Membangun Kewirausahan Sosial Program Double Track.pptx
Membangun Kemandirian DTMandiri-2025.pptx
Panduan Entry Nilai Rapor untuk Operator SD_MI 2025.pptx (1).pdf
JADWAL SISTEM PENERIMAAN MURID BARU 2025.pdf
Seleksi Penerimaan Murid Baru 2025.pptx
Pengembangan Program Dual Track 2025-2.pptx
Pengembangan Program Dual Track 2025-1.pptx
PETUNJUK PELAKSANAAN TEKNIS FESV RAMADHAN 2025.pdf
Pengembangan Entrepreneur Vokasi Melalui PERFECT SMK-Society 50 .pptx
PERFECT SMK 6 - Strategi Pelaksanaan.pptx
Program Dual Track Kalimantan Timur 2025.pptx
Contoh Proposal konveksi untuk Program Magang Kewirausahaan.pdf
Pengembangan Program Digital Skills - 2025.pptx
PPT-Proyek Magang Kewirausahaan Double Track.pptx
Ad

Recently uploaded (20)

PDF
2. ATP Fase F - PA. Islam (1)-halaman-1-digabungkan.pdf
PPTX
Aminullah Assagaf_B34_Statistik Ekonometrika.pptx
PDF
BukuKeterampilanMengajar-MNCPublishing2019.pdf
PPTX
Pengimbasan pembelajaran mendalam (deep learning
DOCX
Lembar Kerja 02 analisis studi kasus Inkuiri Kolaboratif.docx
PPTX
Tools of Digital Media in Marketing Era Digital 4.0_WEBINAR PDPTN "Digital Ma...
PDF
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Indonesia Kelas 6 Kurikulum Merdeka
PDF
Modul Ajar Deep Learning Matematika Kelas 6 Kurikulum Merdeka
PPTX
Sistem Pencernaan Manusia IPAS Presentasi Pendidikan Hijau Kuning Bingkai Ilu...
PDF
Modul Ajar Deep Learning Pendidikan Pancasila Kelas 6 Kurikulum Merdeka
PPTX
Inkuiri_Kolaboratif_Pembelajaran_Mendalam (1).pptx
PDF
PPT Materi Kelas Mempraktikkan Prinsip Hermeneutika (MPH) 2025
PDF
Ilmu tentang pengembangan teknologi pembelajaran
PDF
RPP Pelajaran Mendalam deep learning IPA
PDF
Aminullah Assagaf_B34_Statistik Ekonometrika Terapan_22 Agus 2025.pdf
PDF
IN1.2.E. kelompok 2.docx kerangka pembelajaran mendalam.pdf
PDF
Modul Ajar Deep Learning Seni Rupa Kelas 6 Kurikulum Merdeka
PPT
Inkuiri Kolaboratif bagi guru di Satuan Pendidikan .ppt
PDF
Aminullah Assagaf_B34_Statistik Ekonometrika.pdf
PPTX
Ulangan Harian Kelas 7 Merancang Percobaan, Metode ilmiah SMP IBRAHIMY 1 Suko...
2. ATP Fase F - PA. Islam (1)-halaman-1-digabungkan.pdf
Aminullah Assagaf_B34_Statistik Ekonometrika.pptx
BukuKeterampilanMengajar-MNCPublishing2019.pdf
Pengimbasan pembelajaran mendalam (deep learning
Lembar Kerja 02 analisis studi kasus Inkuiri Kolaboratif.docx
Tools of Digital Media in Marketing Era Digital 4.0_WEBINAR PDPTN "Digital Ma...
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Indonesia Kelas 6 Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Deep Learning Matematika Kelas 6 Kurikulum Merdeka
Sistem Pencernaan Manusia IPAS Presentasi Pendidikan Hijau Kuning Bingkai Ilu...
Modul Ajar Deep Learning Pendidikan Pancasila Kelas 6 Kurikulum Merdeka
Inkuiri_Kolaboratif_Pembelajaran_Mendalam (1).pptx
PPT Materi Kelas Mempraktikkan Prinsip Hermeneutika (MPH) 2025
Ilmu tentang pengembangan teknologi pembelajaran
RPP Pelajaran Mendalam deep learning IPA
Aminullah Assagaf_B34_Statistik Ekonometrika Terapan_22 Agus 2025.pdf
IN1.2.E. kelompok 2.docx kerangka pembelajaran mendalam.pdf
Modul Ajar Deep Learning Seni Rupa Kelas 6 Kurikulum Merdeka
Inkuiri Kolaboratif bagi guru di Satuan Pendidikan .ppt
Aminullah Assagaf_B34_Statistik Ekonometrika.pdf
Ulangan Harian Kelas 7 Merancang Percobaan, Metode ilmiah SMP IBRAHIMY 1 Suko...

Buku Double Track 3 - Akselerasi Cipta Kerja

  • 2. AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRIVOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA Cetakan Pertama, Mei 2020 xiv + 175 halaman, 17,6 X 25 cm ISBN: 978-623-92390-3-9 Pengarah: Wahid Wahyudi Mochamad Ashari Penanggung Jawab: M. Zainul Asrori Ety Prawesti Penulis Naskah: Sukemi, Adriono, Rusdi Zaki Editor Naskah: Fajar Baskoro, Arya Yudhi Wijaya Pemasok Data: Anny Saulina, M. Yusuf Heru Wicaksono, Setiyo Agustiono, Hozairi, Bekti Cahyo Hidayanto Desain Cover: Condro Wiratmoko Desain Isi: Sulistyorini Foto: Dokumentasi Sekolah Peserta Double Track Dokumen Tim IT Double Track ITS Penerbit: PT Pendar Asa Komunika Jl. Jatisari Permai III Blok F 55 Pepelegi, Waru, Sidoarjo, Jawa Timur Mobile Phone: 08123587792 Diterbitkan untuk Pelaksana Program Double Track Dinas Pendidikan Jawa Timur dan ITS Copyrigth 2020 pada Pelaksana Program Double Track Dinas Pendidikan Jawa Timur dan ITS @Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip dan menggandakan sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari Pelaksana Program Double Track Dinas Pendidikan Jatim dan ITS Isi di Luar Tanggung Jawab Percetakan 2 SMA DOUBLE TRACK SIAPKAN KETERAMPILAN AGAR TIDAK JADI PENGANGGURAN AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
  • 3. iii Buku berjudul Akselarasi Cipta Kerja ­Mandiri, Voucher Cipta Kerja sebagai Awal Berwirausaha ini merupakan buku ketiga tentang program SMA/MA Double Track (DT) di Provinsi Jawa Timur. Tahun sebelumnya telah diluncurkan dua buku sejenis dengan judul SMA Double Track, Inovasi Jatim Siapkan Lulusan Siap Kerja dan SMA Double Track dalam Gambar. Jadi buku yang ada di hadapan Anda ini merupakan ­informasi lanjutan tentang pelaksanaan DT yang sudah memasuki tahun ketiga, pada 2020 ini. Buku pertama lebih banyak berisi tentang pengenalan program DT, maksud dan tujuan KataPengantar Tim Penulis KATA PENGANTAR
  • 4. serta latar belakang yang mendasari lahirnya kebijakan program ­unggulan ini. Kemudian disusul dengan uraian pelaksanaan program afirmatif DT di ­sejumlah sekolah. Di samping itu juga berisi tentang foto-foto antusiasme peserta DT dalam melakukan praktik dan mengeksplorasi potensi mereka, ­termasuk foto karya kreatif siswa. Pada buku kali ini akan disajikan kegiatan lanjutan serta perkembangan dari pelaksanaan DT di lapangan. Berdasar pengamatan terlihat telah terjadi perkembangan yang signifikat. Siswa yang berminat mengikuti program DT membludak, sehingga sekolah penyelenggara DT terpaksa melakukan seleksi ketat. Program DT juga makin bergema di masyarakat dan produk-produknya mulai dilirik publik. Fokus dari program DT pada tahun ketiga ini adalah melakukan ­percepatan agar tercipta usaha kerja mandiri. Peserta DT dipacu untuk produktif dan kreatif bukan hanya pada saat praktik di ruang pelatihan, tetapi juga aktif ­mengunggah produk mereka di media sosial. Didorong turut berpartisipasi dalam ­pameran-pameran serta bersemangat terjun di arena Car Free Day (CFD) Minggu pagi. Harapannya pelatihan DT tidak berhenti sebatas diklat dan menambah keterampilan semata, tetapi benar-benar sebagai langkah awal mewujudkan bisnis mandiri yang konkret. Tapi di saat program DT berlangsung setengah jalan, tidak terduga ­pandemi COVID 19 datang melanda. Sejumlah program menjadi terganggu. Tetapi segera dilakukan penyesuaian dan penjadwalan ulang. Ternyata terjadi ­blessing in disguise, semacam keberuntungan tersembunyi di sela musibah. Program DT sukses dilaksanakan dengan memanfaatkan teknologi daring. Seminar via web (webinar) juga menjadi pilihan yang efektif. ­Pengalaman-pengalaman ­bersiasat dalam menjalankan program pembelajaran di tengah pandemi ­corona turut mewarnai buku ini. Dalam kesempatan ini tim penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut berkontribusi dalam penyusunan hingga penerbitan buku ini. Semoga semua masukan tersebut membawa manfaat bagi pengembangan pendidikan dan penciptaan lapangan kerja, terutama di Provinsi Jawa Timur. Surabaya, Mei 2020 Tim Penulis iv VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
  • 5. Luar biasa! Itulah kesan pertama saya ketika membuka kegiatan Festival SMA/MA Double Track di Jatim Expo, 29 Desember tahun 2019 lalu. Saya ingat benar apa yang saya sampaikan dalam mengapresiasi peserta DT saat itu. Saya katakana, “Saya rasa ini akan menjadi cahaya baru di tahun 2020. Saya berharap anak-anak punya harapan, dari hal kecil bisa menuai hasil yang besar di masa mendatang.” Harapansayaituterbuktidansaya­meyaksikan sekaligus merasakannya ­sendiri ­ketika Jawa Timur dilanda pandemi ­COVID-19, di mana ke- butuhan akan hand sanitizer dan ­masker langka KataSambutan Gubernur Provinsi Jawa Timur vKATA SAMBUTAN
  • 6. vi VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI di pasaran, tiba-tiba sekolah program DT datang untuk ­memberikan bantuan dalam bentuk pembuatan hand sanitizer dan masker ­serta pembuatan alat pelindung diri (APD). Program DT benar-benar telah menjadi cahaya baru, membantu Pemerintah Jatim dalam ikut serta ­memerangi pandemi Corona. DT adalah suatu sistem pembelajaran yang menggabungkan cara ­belajar SMA yang diberi keterampilan keterampilan tambahan. Penambahan ini ­membuat siswa siap kerja jika tidak ingin melanjutkan pendidikan ke ­perguruan tinggi. Sistem DT dikonsep sebagai kegiatan ekstrakurikuler, dengan ketentuan setiap siswa minimal satu tahun mengikuti sistem DT. DT muncul dari keprihatinan atas tingginya potensi lulusan SMA yang ­menjadi pengangguran. Terutama mereka yang setelah lulus tidak ­melanjutkan ke bangku kuliah. Fakta ini menjadi permasalahan tersendiri bagi ­pembangunan manusia di Jatim, karena peserta didik lulusan SMA banyak yang tidak dibekali skill dasar untuk terjun ke dunia kerja. Melalui DT diharapkan bisa memberikan skill atau kompetensi tambahan kepada siswa. Selain itu, DT diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan serta menanggulangi lahirnya pengangguran terbuka dari lulusan SMA yang tidak melanjutkan ke pendidikan tinggi. Faktanya, DT benar-benar telah menunjukkan hasil yang positif. ­Keterampilan siswa dalam ikut serta dalam pembuatan hand sanitizer, masker, dan APD dalam ikut serta melawan COVID-19 adalah buktinya. Karena itu kita berharap siswa DT dapat terus mengembangkan ­keterampilannya untuk bekal berwirausaha atau pun bekerja secara mandiri. Saya yakin keterampilan yang telah dimiliki dan ketekunan, ditambah dengan kerja keras didalam menjalankannya, akan membuat lulusan program DT ikut berkontribusi dalam menekan angka pengangguran terbuka di Jawa Timur. Semoga! Aamiin. Surabaya, Mei 2020 Gubernur Provinsi Jawa Timur Hj. Khofifah Indar Parawansa, M.Si
  • 7. vii Alhamdulillah di tengah pandemi COV- ID-19, aktivitas dunia pendidikan di Jawa Timur tetap berjalan. Memang ada beberapa fokus ­perhatian yang sebelumnya telah ­direncanakan ­mengalami pergeseran, itu karena kita ­lebih ­memilih dan mengutamakan bagaimana ­melawan Virus Corona, agar pandemi ini cepat teratasi. Program SMA Double Track (DT) yang ­menjadi salah satu program unggulan di ­lingkungan ­Dinas Pendidikan Jawa Timur tetap ­menjadi ­perhatian, meski dalam ­pelaksanaannya harus sedikit bergeser dari Pengantar Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur PENGANTAR
  • 8. ­jadwal semula, ­menyesuaikan dengan pelaksanaan belajar dari rumah atau yang dikenal ­dengan study from home (SFH). Saat memasuki pelaksanaan DT pada awal semester genap tahun ­2019-2020 tidak ada sedikit pun keraguan jika program ini bakal ­diperpanjang ­pelaksanaannya, kami optimistis akan berjalan sesuai rencana. Tapi ­memasuki bulan ketiga, Corona datang, bukan hanya sektor pendidikan saja yang ­mengalami kendala, hampir semua sektor merasakan akibatnya. Tapi saya merasa bersyukur, meski mengalami kendala, DT tetap ­berjalan. Bahkan di luar dugaan, sekolah DT ikut berkontribusi dalam melawan Corona. Beberapa sekolah ikut menyelesaikan kelangkaan masker dan hand sinitezer di pasaran. Mereka juga berinisiatif menggelar bakti sosial membagi-­bagikan masker, hand sanitizer, secara gratis di lingkungan sekolah masing-­masing. Sebuah kepedulian yang perlu diacungi jempol di tengah keprihatinan ­masyarakat akan pandemi COVID-19 ini. viii VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
  • 9. Belakangan,beberapasekolahbersediauntukmemproduksi(baca:menjahit) alat pelindung diri (APD). Sungguh saya mengapresiasinya kesediaan itu, ­hanya saja karena bahan baku yang disediakan Dinas Pendidikan Jatim ­terbatas, ­sehingga hanya beberapa sekolah saja yang ikut ambil bagian. Hasilnya ­bagus, tidak kalah dengan APD yang ada di pasaran yang dikerjakan oleh penjahit atau perusahaan profesional. Sebagai salah satu program inovasi di Dinas Pendidikan Jatim, maka yang harus dimunculkan adalah adanya perubahan dan kreativitas dari ­pelaksanaan, dan ini telah dibuktikan melalui keikutsertaan dan kesiapsiagaan dalam ­menghadapi pandemik. Bukan hanya dalam menghasilkan produk yang dibutuhkan masyarakat, tapi juga dalam upaya memenuhi taget ­capaian ­pembelajaran yang telah ditetapkan, yakni 90 jam pelajaran tatap muka. ­Melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi sekolah DT telah mampu “mengampanyekan” pembelajaran melalui metode daring. Melihat begitu besarnya animo dari guru, trainer, operator, dan juga siswa —merupakan unsur utama dalam penyelenggaraan DT— dalam mengikuti pembelajaran lewat daring, saya optimistis kalau Jawa Timur menjadi salah satu provinsi yang sukses dalam mengembangkan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Ini dibuktikan dari apa yang telah dilakukan oleh sekolah-sekolah DT, yang nyata-nyata bukan sekolah dengan siswa kelas menengah-atas, juga ­berada bukan di ibukota kabupaten, sudah mampu menyelenggarakan PJJ. Kisah-kisah yang tergambar dalam buku ini —sebagian besar ­bercerita ­tentang kondisi program DT pada pandemi COVID-19— adalah salah satu bukti nyata tak terbantahkan, jika pelaksanaan DT benar-benar sangat ­inovatif dan inspiratif. Menjawab kebutuhan generasi melenial akan proses ­pembelajaran sebagai merdeka belajar. Memang kita tidak boleh menutup mata terhadap masih ditemukan kekurangan di sana-sini. Tapi saya yakin, seiring dengan berjalannya waktu, ke depan kekurangan-kekurangan itu dapat diperbaiki bersama. Kisah yang tertuang dalam buku ini telah memberikan gambaran bahwa DT —sebagaimana niat di awal penyelenggaraannya— telah menjadi salah satu cara dalam upaya mengurangi an­gka pengangguran terdidik setelah kelak siswa menyelesaikan studinya di jenjang SMA/MA, sekaligus telah ­memotivasi siswa bahwa masa depan mereka cerah dan mampu mandiri, dari bekal ­keterampilan yang diperoleh melalui program DT. Semoga buku ini membawa manfaat sekaligus menjadi penyemangat dan ixPENGANTAR
  • 10. x VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI mengisnpirasi bagi sekolah DT lainnya untuk bisa mengikuti langkah positif yang terekam dalam buku ini. Terima kasih. Surabaya, Mei 2020 Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Dr. Ir. Wahid Wahyudi, MT 
  • 11. Ini adalah buku kedua yang disusun sebagai bagian dari pertanggungjawaban publik terkait dengan kerja sama antara Institut Tekknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya dengan ­Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur dalam penyelenggaraan Program Double Track (DT). Tentu pada buku kedua ini ­harapannya ­mampu memotret hasil dan ­berkembangan yang luar biasa dalam pelaksanan DT, ­mengingat ­pengalaman tahun sebelumnya telah ­membuktikan program ini telah ­berhasil sebagaimana yang diharapkan di awal ­penandatanganan MoU. SekapurSirih Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya xiSEKAPUR SIRIH
  • 12. Optimisme ini bisa dilihat saat kegiatan Festival SMA/MA Double Track di Jatim Expo, Surabaya di akhir tahun kemarin, tepatnya pada 29 Desember 2019. Itulah salah satu bukti nyata atas keberhasilan DT. Melalui festival itu, masyarakat apresiatif terhadap hasil yang telah dicapai. Siswa pun tampil ­dengan percaya diri memamerkan hasil karyanya yang diperoleh melalui ­pelatihan keterampilan DT. Harus dikatakan dengan jujur, harapan itu belum tercapai ­seluruhnya, ­karena memasuki pelaksanaan DT pada semester genap tahun ­2019-2020, pandemi COVID-19 memasuki wilayah Indonesia. Target 90 jam tatap muka dalam pembelajaran teori dan praktik pun terganggu, berjalan tidak ­semulus yang direncanakan. Langkah antisipasi segera diambil. Pilihannya ­menggunakan pembelajaran dalam jejaring (daring) dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Pelan tapi pasti target pun terpenuhi melalui perpanjangan waktu pelaksanaan. Sudah barang tentu hasilnya tidak sesempurna andai negeri ini tidak dilanda pandemi. Tapi justru pada kondisi pandemi COVID-19 ini lah, penyelenggara DT ­menemukan terobosan di luar dugaan. Kini istilah pembelajaran daring, ­seminar melalui web (webinar) bukan barang baru lagi bagi sekolah-sekolah DT dan warganya (Baca: kepala sekolah, trainer, siswa, dan operator), karena mereka telah beberapa kali melakukannya. Saya berharap setelah wabah berlalu, kita dapat mengambil ­pelajaran dari penyelenggaraan DT di era pandemi COVID-19 ini. Semoga apa yang telah diusahakan ini dicatat sebagai bagian dari amal kebajikan kita bersama. Aamiin. Surabaya, Mei 2020 Rektor ITS Prof. Ir. Mochammad Ashari, M.Eng, PhD xii VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
  • 13. l Kata Pengantar Tim Penulis........................iii l Kata Sambutan Gubernur Provinsi Jatim......v l Pengantar Kepala Dinas Pendidikan.......... vii Provinsi Jawa Timur l Sekapur Sirih Rektor ITS Surabaya...............xi l Daftar Isi................................................. xiii BAGIAN SATU: MENEGUHKAN TUJUAN........1 1.1. Termotivasi Festival Akhir Tahun.............. 3 1.2. Meningkat Hampir Dua Kali Lipat............ 7 1.3. Program DT Tetap Dilanjutkan.............. 15 1.4. Masyarakat Mulai Melirik...................... 20 1.5. Harus Berjalan di Tengah Wabah.......... 25 1.6. Jalankan ‘Study from Home’ (SFH)........ 29 BAGIAN DUA: MENGHASILKAN PRODUK NYATA............ 33 2.1. Hasilkan Ribuan Produk dan Portofolio....39 2.2. Membuka Jasa Servis Online................. 43 DaftarIsi xiiiSEKAPUR SIRIH
  • 14. 2.3. Produksi Masker Anticorona................................................................47 2.4. Nasi Bakar DT Diborong Sekdaprov....................................................51 2.5. Perkaya Pengalaman, Meretas Harapan..............................................55 2.6. Dipercaya Membuat APD....................................................................59 2.7. Siapkan Voucher Cipta Kerja...............................................................63 BAGIAN TIGA: SISWA DT, TERAMPIL DAN PEDE.....................................67 3.1. Terampil Membuat, Pintar Menjual......................................................69 3.2. Melukis Bibir Berantakan.....................................................................73 3.3. Terus Belajar Lewat Webinar...............................................................77 3.4. Terampil Bikin Copy Writing, Itu Penting...............................................83 3.5. Cerdik Mengangkat Potensi Lokal........................................................89 3.6. Memanfaatkan Momentum Lebaran....................................................93 3.7. Kaki Sudah Melangkah, Jalan Kian Terbuka.........................................97 BAGIAN EMPAT: JEJARING MULAI TERBENTUK....................................101 4.1. Libatkan 356 Mitra Dunia Usaha.......................................................103 4.2. Bergandengan dengan Dunia Usaha.................................................107 4.3. Bersama DUDI Siswa Cepat Terampil................................................111 4.4. Sukses ‘Belajar Menjadi Bos’.............................................................117 4.5. DT Mart Incar Pasar Komunitas........................................................ 121 BAGIAN LIMA: TRAINER TUMPUAN HARAPAN....................................127 5.1. SFH Menantang Kreativitas Trainer................................................... 129 5.2. Peduli dan Inovatif............................................................................133 5.3. Bersiasat di Tengah Keterbatasan......................................................141 5.4. Semangat Tinggi Trainer DT..............................................................145 BAGIAN ENAM: TANTANGAN DI TENGAH WABAH..............................151 6.1. Meeting Lewat Aplikasi Zoom............................................................153 6.2. Sejumlah Kendala di Tengah Corona................................................159 6.3. Praktik DT di Rumah, Bisa!................................................................163 6.4. Berbagi Masker dan Susu Jahe..........................................................167 l Lampiran: SMA/MA Penyelenggara Double Track...........................172 (Tahun Pelajaran 2019-2020) xiv VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
  • 15. Inovasi Pembelajaran SMA/MA di Jawa Timur 1 BAGIAN SATU Meneguhkan Tujuan Dunia yang hina ini diberikan kepadamu untuk sementara. Tersedia sebuah tangga yang dengannya engkau dapat bercita-cita. – Jalaluddin Rumi – NAMA lengkapnya adalah Maulana Jalaluddin Rumi. Ia ­lebih ­dikenal dengan sebutan Jalaluddin Rumi serta lebih akrab ­disapa dengan panggilan Rumi. Ia seorang penyair sufi yang ­lahir di Balkh ­(sekarang Samarkand) pada 6 Rabiul ­Awwal ­tahun 604  atau 30 September 1207 M. Jalaluddin Rumi ­meninggal dunia pada ­17 ­Desember 1273. Jasadnya dikuburkan di samping makam ­ayahnya di Konya.
  • 16. 2 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI da tiga ­tujuan dalam program Double Track (DT). Pertama, ­untuk ­meningkatkan ­kompetensi dan kemampuan peserta didik SMA yang ­berencana tidak ­melanjutkan ke ­perguruan tinggi dalam menguasai salah satu ­bidang ­keterampilan tertentu ­dengan ­memanfaatkan kearifan lokal. Kedua, ­membangun kepercayaan diri peserta didik dalam berwirausaha atau bekerja dengan bekal keterampilan yang dikuasai, dan ketiga, membangun jaringan dunia sekolah dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI). Dari tiga tujuan itulah diharapkan potensi pengangguran lulusan SMA, yang berasal dari siswa yang tidak melanjutkan kuliah, dapat dikurangi. Program DT adalah suatu sistem pembelajaran yang menggabungkan cara belajar SMA yang diberi keterampilan tambahan. Penambahan keterampilan ini membuat siswa siap kerja jikalau tidak ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Ide DT muncul berawal dari keprihatinan atas tingginya potensi lulusan SMA yang menjadi pengangguran. Terutama mereka yang setelah lulus tidak melanjutkan ke bangku kuliah. Karena faktanya di Jawa Timur, lulusan SMA yang tidak melanjutkan kuliah jumlahnya cukup tinggi, mencapai 67,84%. Fakta ini menjadi permasalahan pelik bagi pembangunan manusia di ­Jatim, karena peserta didik lulusan SMA tidak dibekali skill dasar yang ­memadai ­untuk terjun ke dunia kerja. Melalui Program SMA/MA DT diharapkan bisa ­memberikan skill atau kompetensi tambahan kepada siswa. Dalamperjalanannya,DTtelahmemberikandorongandan­motivasi­tersendiri baik bagi sekolah maupun siswa dalam menjalani kegiatan ­pembelajaran di sekolah. Meski dikemas dalam kegiatan ekstrakurikuler, DT telah menarik ­minat siswa yang luar biasa besar untuk mengikutinya. ­Sejauh ini belum ada kegiatan ekstrakurikuler yang pesertanya begitu ­antusias dalam mengikuti pembelajarannya, juga belum ada kegiatan ekstrakurikuler yang bermanfaat nyata secara ekonomi bagi para pesertanya. DT telah ­membuktikannya. Inilah program inovasi di Dinas Pendidikan Jatim yang merupakan ­penjabaran riil dari Program CETAR (cepat, efektif, tanggap, transparan, dan responsif) yang diusung oleh Pemerintah Jatim di bawah ­kepemimpinan ­Gubernur Khofifah Indar Parawansa dan Wakil Gubernur Emil Elestianto ­Dardak. n A
  • 17. 3MENEGUHKAN TUJUAN Festival SMA/MA Double Track di ­Jatim Expo, Surabaya di akhir tahun, tepatnya pada 29 ­Desember 2019, adalah momentum awal dalam meneguhkan cita-cita atau tujuan ­diselanggarakannya program DT. Pagi itu, pameran di buka secara resmi oleh Gubernur Jatim, Khofifah Indar ­Parawansa. ­Sebanyak 157 SMA dan MA di 28 ­kabupaten mengisi stan yang disediakan oleh Dinas ­Pendidikan Jatim dengan berbagai macam produk dan jenis jasa keterampilan. Para guru, trainer, dan siswa bersemangat menyambut ­pameran yang diadakan dalam sehari, di akhir tahun itu. 1.1 TermotivasiFestival AkhirTahun
  • 18. 4 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI Berbagai macam keahlian dan kompetensi mulai tata boga, tata busana, tata rias, hingga teknik kendaraan ringan (TKR) dan produk unggulan lainnya yang dipamerkan menjadi motivasi tersendiri bagi para peserta. Hadir dalam pembukaan tersebut, Plt. Kepala Dinas Pendidikan Jatim, ­Rektor ITS Surabaya, dan jajaran lain di lingkungan Pemprov Jatim. Dalam ­sambutannya Gubernur menyambut baik sekaligus mengapresiasi ­pelaksanaan program DT tersebut. Pameran akhir tahun 2019 itu telah membuka sebagian besar mata ­pengunjung tentang strategisnya program ini. Gubernur Jatim Khofifah ­Indar Parawansa menyampaikan kekagumannya pada karya siswa SMA/MA DT yang dipertunjukkan dalam acara tersebut. Gubernur memuji program ini ­layak ­dilanjutkan, dipertahankan, dan ditingkatkan. Ditambahkan, program ini telah nyata dapat mempersiapkan peserta didik SMA/MA setelah lulus untuk siap memasuki ke dunia kerja atau membekali diri mereka menjadi wirausaha. Buktinya? Beberapa hasil praktik mereka telah diterima masyarakat dan bahkan dipesan untuk berbagai macam keperluan seperti rapat, pernikahan, pengajian dan lainnya, dalam jumlah cukup besar. “Kami bangga bisa mengikuti acara pameran ini. Meskipun kepastian pelaksanaannya relatif mepet, siswa antusias menyiapkannya,” kata Wahyuti, Trainer masakan Indonesia dari SMA Negeri 1 Slahung, Ponorogo.
  • 19. 5 Gubernur Khofifah memastikan bahwa peserta DT memiliki kemampuan siap kerja. Mereka sudah mendapat bekal untuk praktik. ”Mereka juga bisa membuka usaha sendiri,” katanya. Karena itu, Pemprov Jatim akan menyiapkan sarana dan prasarana yang mendukung peserta program DT untuk membuka lapangan kerja. Dengan demikian, lulusan SMA yang tidak kuliah dan tidak bekerja di perusahaan bisa mendapatkan modal usaha, membuka lapangan kerja sendiri, sekaligus dapat menyerap tenaga kerja. Dengan begitu, angka pengangguran di Jatim bisa turun. ”Mereka menjadi bagian dalam menyelesaikan permasalahan di Jawa Timur,” tuturnya (Jawa Pos, 30 Desember 2019). Gubernur yakin program itu bisa menjadi rujukan bagi daerah lain. ­Penanganan masalah harus menggunakan konsep kolaborasi. Pemprov ­bersama lembaga pendidikan memberikan pengalaman tambahan untuk bekal setelah lulus sekolah. “Kita harapkan setiap tahun sekitar 800 ribu angkatan kerja baru di Jatim itu akan terserap 600 ribuan. Saya ingin kita semua menjadikannya sebagai energi baru, potensi baru, skill baru bagi penciptaan lapangan kerja,” katanya. Meski demikian program DT harus membangun sinergitas dengan program millenial job center (MJC) dan program one pesantren one product (OPOP) yang juga diinisiasi oleh Pemprov Jatim.  “Karena anak-anak muda sangat friendly dengan proses digitalisasi, harapan kita mereka akan masuk market place,” jelas mantan menteri sosial ini. Pemprov Jatim siap memberi support kepada lulusan SMA DT yang ingin membuka usaha ketika lulus nanti. Mereka bisa memanfaatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang berjumlah Rp 190 triliun dari ABPN. Beban bunganya cukup ringan, yaitu 6 persen. Yang jelas semua pihak perlu mendukung agar lulusan DT agar siap masuk ke dunia kerja secara mandiri. Orang-orang yang ingin merias diri untuk acara hajatan tidak perlu antre ke salon, tetapi bisa didatangi langsung ke rumah Saya ingin kita semua menjadikannya ­sebagai energi baru, potensi baru, skill baru bagi ­penciptaan lapangan kerja,” kata Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa. ‘‘ ‘‘ MENEGUHKAN TUJUAN
  • 20. 6 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI oleh para lulusan SMA/MA. Ini dapat menjadi cahaya baru di tahun 2020. Anak-anak akan punya harapan. Dari hal kecil bisa menuai hasil yang besar di masa mendatang. Feri Jingga, trainer desain grafis di SMAN 1 Tapen, Bondowoso ­mengungkapkan, tahun pertama sekolahnya membuka kesempatan untuk 40 siswa untuk menambah ketrampilan di peminatan TKR dan desain grafis. “Kami baru ambil dua peminatan karena yang diminati anak-anak dan pasarnya ada di Bondowoso, ya dua itu,”ungkapnya. Ditambahkan, para siswa bisa mengembangkan hobi mereka dengan ­menghasilkan produk. Seperti desain grafis yang sempat mendapat ­pesanan untuk produk papercraft, stiker, kaos, hingga flatboard. “Untuk TKR ada ­laboratorium yang dinamakan Smantap Cyrcles Garage dan kini sudah ­membuat carbo hibrid,” katanya. n
  • 21. 7 Sebelum membahas lebih jauh tentang ­kiprah dan capaiannya, ada baiknya pembaca mengetahui terlebih dahulu gambaran umum tentang tekad awal, besaran peserta, dan ­dilaksanakan dimana saja program afirmatif DT di Jawa Timur. Dari awal DT memang diarahkan kepada sekolah-sekolah yang lulusannya banyak yang tidak melanjutkan kuliah, sebab lulusan ­mereka sangat membutuhkan bekal keahlian untuk memasuki dunia kerja. Ini berarti sasaran DT adalah sekolah-sekolah pinggiran yang berada di luar kota-kota besar di Provinsi Jawa Timur. 1.2 MeningkatHampir DuaKaliLipat MENEGUHKAN TUJUAN
  • 22. 8 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI Karena keterbatasan dana, maka tidak mungkin semua sekolah ­pinggiran menjadi sasaran DT. Oleh karena itu ditentukan persyaratan tertentu, yaitu sekolah yang benar-benar membutuhkan. “Sasaran DT adalah SMA yang ­lulusannya banyak yang tidak melanjutkan kuliah, yaitu sebanyak 60% ke atas,” ujar Dra. Ety Prawesti, M.Si, Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kemudian dilakukan sosialisasi kepada para kepala sekolah SMA Negeri disusul dengan membuka pendaftaran bagi sekolah yang berminat mengikuti program DT. Ternyata mendapat sambutan hangat. Pendaftarnya melebihi kuota yang tersedia. Maka dilakukan seleksi dengan mengacu kepada skala prioritas yaitu sekolah yang benar-benar membutuhkannya. Bagi sekolah yang jumlah siswa peminatnya melebihi kuota, tetap bisa ­menjalankan DT secara mandiri di internal sekolah, tetapi tentu saja ­lulusannya tidak mendapatkan sertifikat seperti peserta DT resmi. Demikian pula jika ada sekolah yang ingin menyelenggarakan secara mandiri, dipersilahkan ­sebagai bagian dari pelaksanaan manajemen berbasisi sekolah (MBS). ­Untuk ­menyebut salah satu contoh sekolah yang menyelenggarakan kegiatan DT ­secara ­mandiri adalah SMA Negeri 1 Purwoharjo, Banyuwangi. Sekolah yang berlokasi di Desa/Kecamatan Purwoharjo itu, mempoklamirkan diri sebagai sekolah ­double track mandiri. Program double track mandiri ini merupakan bentuk inovasi dari Gambar: 1.1 Sebaran Penerima Program DT Tahun 2019-2020 di Jawa Timur.
  • 23. 9 SMA 1 Purwoharjo. “Double track adalah ikhtiyar sekolah dalam melengkapi keterampilan siswa. Setiap siswa akan diberi keterampilan ­tambahan demi ­menyiapkan siswa siap kerja, bila tidak melanjutkan ke ­perguruan tinggi,” kata Kepala SMA Nenegi 1 Purwoharjo, H. Rodiwanto. (Jawa Pos, Radar ­Banyuwangi, 8 Oktober 2019). Secara umum sekolah-sekolah tersebut kebanyakan berada di Pulau ­Madura (Sampang, Pamekasan, Bangkalan, Sumenep), daerah “tapal kuda” Jatim ­(Pasuruan, Probolinggo, Situbondo), dan daerah kantong-kantong daerah yang warganya banyak yang bekerja keluar negeri sebagai TKI/TKW ­(Pacitan, Trenggalek, Ngawi, Bojonegoro dan lain-lain). Sekolah sasaran DT tidak hanya SMAN, tetapi juga melibatkan beberapa Madrasah Aliyah (MA) di Madura. Program DT tahun pertama (2018/2019) diikuti oleh 86 sekolah dan ­melibatkan 9.009 siswa, di 19 kabupaten Provinsi Jatim. Kabupaten yang ­paling banyak menerima manfaat DT adalah Sampang sebanyak 12 SMA/ MA, Ponorogo sebanyak 10 SMA, Bojonegoro sebanyak 9 SMA, dan Sumenep sebanyak 7 SMA/MA. Setelah berjalan selama satu tahun, program DT semakin dikenal oleh ­masyarakat. Peminatnya juga meningkat. Untuk mengantisipasi hal ­tersebut dan untuk menjaga keberlanjutan program maka pada tahun kedua (2019/2020) jumlah sekolah sasaran DT ditambah secara signifikan, ­hampir dua kali lipat. Jika tahun pertama hanya melibatkan 86 sekolah maka ­tahun kedua ­meningkat menjadi 157 sekolah (tepatnya 148 SMAN dan 9 MA). ­Jumlah siswa DT ­mencapai sekitar 14.043siswa, tersebar di 28 Kabupaten. Kabupaten yang ­paling banyak menerima DT tahap kedua adalah ­Kabupaten ­Ponorogo Gambar: 1.2 Perbandingan DT Tahap 1 dengan Tahap 2 MENEGUHKAN TUJUAN
  • 24. 10 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI ­sebanyak 13 sekolah, Sampang sebanyak 12 sekolah, dan ­Bojonegoro ­sebanyak 11 sekolah (lihat Gambar 1.2). Sebaran peserta DT tahun kedua juga semakin merata, menyebar ke ­hampir semua kawasan kabupaten yang ada di Jawa Timur. Mencipta Ekosistem BiladilihatsekilasprogramDTseolahhanyamerupakankegiatan­menambah keterampilan pada siswa SMA/MA di luar jam efektif sekolah. ­Padahal DT ­bukan sekadar ini. Program ini telah disiapkan secara ­komprehensif dan ­dirancang “compatible” dengan era revolusi industri 4.0. “Double Track yang kami siapkan merupakan upaya terpadu, bukan ­sekadar memberi keterampilan kepada siswa, tetapi mencipta sebuah ­ekosistem yang memungkinkan siswa dapat membangun bisnis yang berjejaring dengan ­dunia maya. DT membuat market place tersendiri melalui aplikasi,” kata Fajar ­Baskoro, S.Kom, M.Kom, fasilitator Tim IT ITS. Dikatakan, selama ini salah kaprah yang sering terjadi adalah siswa ­diikutkan suatu pendidikan dan pelatihan. Setelah terampil mereka dilepaskan begitu saja. Lulusan diklat mencari atau menunggu lowongan pekerjaan yang sesuai dengan keterampilannya. Program DT bukan semacam program BOS (Biaya Operasional Sekolah), tetapi diharapkan berkelanjutan, meskipun andai nanti kucuran dana untuk program DT sudah tidak diturunkan lagi. DT merancang sebagai ekosistem dalam siklus tiga tahunan. ­Pertama, ­mengadakan pelatihan disertai sertifikasi. Sekolah penyelenggara DT ­berperan sebagai pusat pelatihan keterampilan. Kedua, sekolah sebagai pusat ­pengembangan produk. Ketiga, menciptakan transaksi riel di pasar
  • 25. 11 ­konvensional maupun dalam market place. Melalui bendera DT Mart akan ­terbentuk pasar komunitas yang prospektif. Oleh karena itu dalam DT telah disiapkan sejumlah aplikasi yang dapat mendukung terciptanya ekosistem usaha yang diinginkan. Proses DT ­dimulai dari siswa (kelas XI) mendaftarkan diri sebagai peserta. Pendaftaran siswa ­dilakukan oleh pihak sekolah secara daring ke www.admindt.net. Setelah itu peserta melaksanakan serangkaian training sesuai dengan keahlian yang ­diminati. Training dilakukan di sekolah siswa yang bersangkutan pada ­jam-jam di luar jam efektif sekolah. Biasanya dilaksanakan pada hari Jumat siang, ­Sabtu, dan Minggu. Selain mendapat bimbingan langsung dari trainer, ­peserta DT dapat memperkaya wawasan dengan belajar mandiri secara daring di ­laman www.ruangtraining.net. Di sana tersedia segala macam materi tutorial penunjang yang dapat dipelajari dan diunduh, secara gratis. Seusai melaksanakan pelatihan, peserta dapat mengikuti proses ­sertifikasi yang ada di www.ruangujian.net. Setelah menggenggam ­sertifikat ­keterampilan, siswa tidak boleh pasif. Mereka harus kreatif menciptakan produk atau jasa sesuai passion-nya, merintis menjadi wirausaha mandiri dengan aktif klik www.ruangdagang.net. Bagi yang ingin berkarier sebagai karyawan atau pekerja sebuah ­perusahaan dapat aktif berselancar di www.ruangkarir.net. Peserta yang telah ­menyelesaikan proses training otomatis akan terdata secara otomatis ­sebagai calon pekerja di www.ruangkarir.net, dengan berbagai portofolio yang ­diperoleh selama mengikuti program DT. Dalam laman tersebut terdapat dua fitur yang saling mencari dan membutuhkan yaitu fitur calon pekerja dan fitur perusahaan pencari tenaga kerja. Ada banyak jenis keterampilan dan keahlian yang dapat dijadikan bekal bagi lulusan SMA agar kelak mereka dapat meniti karir dengan baik dan bisa merintis menjadi wirausahawan. Setidaknya ada tujuh keterampilan dengan 17 DT merancang sebagai ekosistem dalam siklus tiga tahunan. Pertama, mengadakan pelatihan disertai sertifikasi. Kedua, sekolah sebagai pusat ­pengembangan produk. Ketiga, menciptakan ­transaksi riel di pasar konvensional maupun dalam market place. Melalui bendera DT Mart akan ­terbentuk pasar komunitas yang prospektif.‘‘ ‘‘ MENEGUHKAN TUJUAN
  • 26. 12 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI bidang keahlian yang diajarkan dalam program DT. Bidang-bidang tersebut dirinci sebagai berikut: 1. Multimedia (MM) • Animasi • Desain grafis • Fotografi • Video Editing • Operator Komputer 2. Teknik Elektro (TE) • Membuat Sound System • Membuat Alat Digital 3. Teknik Listrik (TL) • Instalasi Jaringan Komputer • Instalasi Listrik - CCTV 4. Tata Boga (TBO) • Pengelolahan Pastry Bakery • Pembuatan Makanan Indonesia 5. Tata Busana (TBU) • Merancang Mode Busana 6. Tata Kecantikan (TK) • Tata Rias Pengantin Hijab Gambar: 1.3 Sebaran Bidang Keterampilan Program DT 2019-2020
  • 27. 13 • Tata Kecantikan Rambut • Terapis Kecantikan • Merias Wajah Panggung 7. Teknik Kendaraan Ringan (TKR) • Pemeliharaan dan Perbaikan Sepeda Motor. Pada tahun pelajaran 2019-2020 dari tujuh keterampilan tersebut tiga ­kelas yang terbanyak adalah bidang Tata Boga dengan 4.295 peserta, kelas Multimedia sebanyak 3.814 siswa, dan Tata Kecantikan 2.037 siswa. Untuk kelas keterampilan TKR diminati 1.798 siswa dan Tata Busana dikuti 1.380 siswa. Sedang dua kelas keterampilan yang paling sedikit pesertanya adalah Teknik Elektro sebanyak 280 siswa dan Teknik Listrik dengan 279 siswa (lihat gambar 1.3). n MENEGUHKAN TUJUAN
  • 28. 14 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI Siswa Kelas XI SMAN 1 Kasiman membekali diri dengan keterampilan menjahit.
  • 29. 15 Program DT bakal berumur panjang. ­Keinginan para kepala sekolah ­penyelenggara program DT agar program ini bisa ­terus ­berlanjut mendapat respons positif dari ­Kepala Dinas ­Pendidikan Provinsi Jawa Timur, Dr. Ir. Wahid Wahyudi, MT. Dipastikan DT akan terus ­dilanjutkan meski dalam kondisi APBD yang ­sedang dalam kondisi sulit akibat ­wabah ­COVID-19. Jaminan ini disampaikan ­langsung kepada Ketua Pelaksana DT dari ITS, ­Muhammad Zainul Asrori dan tim penulis buku DT, saat menghadap untuk keperluan meminta kata sambutan buku DT jilid dua ini. 1.3 ProgramDT TetapDilanjutkan MENEGUHKAN TUJUAN
  • 30. 16 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI Ada alasan kuat Dinas Pendidikan Jatim akan melanjutkan program ini, satu di anatarnya adalah bukti di lapangan jika program ini benar-benar telah ­menyiapkan peserta didik untuk memiliki keterampilan dan ­kompetensi ­sebagai bekalbekerjamaupunberwirausaha.“Sayasudahbanyakmelihatdan­mendengar akan apa yang telah dicapai DT. Ini penting, siswa harus diberi ­motivasi akan masa depannya,” kata alumnus ITS Jurusan Teknik Sipil tahun 1982 itu. Selain alasan itu, sebagai program unggulan Dinas Pendidikan Jatim, program DT juga telah mendapatkan apresiasi dan penghargaan di tingkat regional maupun nasional. Di tingkat regional tercatat telah memperoleh penghargaan sebagai program inovasi pelayanan publik. Sedang di tingkat nasional, Kemendikbud sudah mengakui jika program DT merupakan program
  • 31. 17 unggulan yang sangat bagus dan akan diadopsi serta diterapkan di seluruh Indonesia. Kadis Wahid memberikan apresiasi kepada tim ITS yang selama ini telah bekerja sama dengan SMA-SMA di Jatim dalam program DT. ­Harapannya ­programiniakanmenjadiprogramnasionaldanmenjadiprogram­percontohan. Karena data menunjukkan lulusan SMA di Jatim yang tidak melanjutkan kuliah cukup tinggi, mencapai 67%. Artinya, lulusan tersebut butuh lapangan kerja, oleh karena itu mereka ­harus diberi kompetensi tertentu agar saat lulus SMA dan mereka mencari kerja atau mencipta kerja sesuai dengan bidang dan ­keterampilannya, sesuai ­dengan kompetensi yang dimiliki. MENEGUHKAN TUJUAN
  • 32. 18 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI Program ini akan terus dikembangkan dari tahun ke tahun, untuk itu kerja sama dan koordinasi antara sekolah dengan tim ITS serta dengan DUDI perlu terus ditingkatkan secara rutin. Karena dengan perkembangan teknologi ­digital dunia yang cepat berubah, harapannya program DT dapat mengantarkan alumninya yang tidak kuliah, bisa bekerja di DUDI. “Saya bangga sampai saat ini sudah ada sekitar 356 DUDI yang telah ­menjalin kerja sama dengan 157 sekolah peserta DT. Kami sangat berharap DUDI menyambut program DT ini untuk dimanfaatkan sebagai upaya ikut berkontribusi dalam mencapai pertumbuhan ekonomi di Jatim,” katanya. Sebagai pasar besar nasional, karena Jawa Timur sebagai pusat ­aktivitas ekonomi provensi-provensi yang ada di Indonesia Timur. Hampir 80% ­kebutuhan barang-barang pokok masyarakat yang ada di Indonesia bagian Timur berasal dari Jawa Timur, sehingga DUDI di Jatim sangat terbuka lebar. Wahid melihat rencana kepindahan ibu kota negara dari Jakarta ke ­Kalimantan Timur sesungguhnya menjadi peluang besar bagi Jatim, tentu saja juga bagi siswa SMA program DT. Ke depan pria kelahiran 27 Januari 1963, yang sebelumnya ­menjabat ­sebagai Kepala Dinas Perhubungan dan LLAJ Jatim ini akan meminta ­pengelola DT untuk memantau para alumni DT setelah lulus, mereka bekerja di mana, berwirausaha apa, dalam kurun waktu enam bulan hingga satu tahun setelah lulus. “Dengan penelusuran ini akan terlihat outcome dari program DT, ­sehingga layak dan memenuhi persyaratan untuk dilanjutkan,” katanya. Tahun depan, di tengah kondisi APBD yang mengalami tekanan ­akibat ­Corona, minimal pelaksanaan DT akan sama seperti tahun ini. Terkait ­keterampilan yang diberikan, Wahid meminta untuk dilakukan ­penyesuaian-penyesuaian dengan mengacu pada perubahan akan kebutuhan masyarakat dan DUDI. Melalui cara ini ke depan tidak ada lagi disparitas atau kesenjangan ­terhadap pemenuhan keterampilan peserta didik di tingkat sekolah ­menengah dalam upaya menyiapkan diri menjadi wirausahawan atau pun mengisi ­lapangan pekerjaan. Tahun depan, di tengah kondisi APBD yang ­mengalami tekanan akibat Corona, minimal ­pelaksanaan DT akan sama seperti tahun ini. ‘‘ ‘‘
  • 33. 19 Di tempat terpisah Kepala Bidang Pembinaan SMA, Ety Prawesti, ­menekankan akan pentingnya pemenuhan jam tatap muka yang telah ­ditentukan, yakni 120 jam tatap muka selama pelaksanan satu tahun. “Jika pada pandemi ­COVID-19 ini mengalami kendala, lewat aplikasi pendukung DT, yang ­disebut ­Doubletrack Support System (DSS), ITS telah menyediakan fasilitas aplikasi ­ruangtraining.net, ruangujian.net, ruangkarir.net, dan ruangdagang.net., ­sehingga tak ­menemui hambatan dalam pelaksanaan. Tapi nanti setelah kondisi normal, tatap muka dalam bentuk pelatihan maupun praktik harus dilakukan sebagai bentuk ­pendalaman kepada siswa,” katanya. Ety mengungkapkan, adanya Corona menjadi pembelajaran penting dalam memilihdanmenentukanmodelpembelajaran.KarenatidakhanyaDTsajayang terkena dampaknya, proses pembelajaran lainnya juga ­terdampak. ­Program DT melalui DSS sebenarnya merupakan model pembelajaran berkelanjutan, tidak putus ketika program selesai. Para alumni masih tetap bisa menambah pengetahuan keterampilannya melalui aplikasi ruangtraining.net. n MENEGUHKAN TUJUAN
  • 34. 20 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI Ajang pameran akhir tahun 2019 ­membuktikan jika produk dan jasa yang ­dihasilkan siswa sekolah DT mulai banyak yang 1.4 Masyarakat MulaiMelirik
  • 35. 21MENEGUHKAN TUJUAN dilirik masyarakat. Salah satu buktinya, order yang diterima oleh SMAN 1 ­Ngadirejo, ­Pacitan untuk menggarap baju seragam siswa TPA. Di bidang jasa, bidang keterampilan Teknik ­Kendaraan Ringan (TKR) banyak siswa DT yang telah menawarkan jasa perawatan dan ­penggantian oli motor kepada guru, siswa, dan masyarakat, dan terbukti banyak diminati. Di berbagai kesempatan baik tingkat ­kabupaten maupun provinsi upaya ­mengenalkan produk dan jasa hasil DT lewat pameran pun digelar dan selalu ­mendapatkan positif dari pengunjung. Pada pameran yang diselenggarakan oleh ­Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) Kota dan Kab. Pasuruan dan Probolinggo di SMAN 1 Grati, mendapat sambutan hangat dari masyarakat.
  • 36. 22 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI Lewat berbagai kegiatan kini pogram SMA DT semakin eksis. Pesertanya ­aktif mengikuti pameran di berbagai tempat. Bukti lain masyarakat sudah ­mulai ­melirik adalah pesanan produk DT di tengah Pandemi COVID-19. ­Banyak pesanan dan peluang yang diraih oleh sekolah dan siswa DT ­diminati ­masyarakat. Produk hand sanitizer made in SMA DT habis diborong oleh ­Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Apresiasi datang dari Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dan pejabat di tingkat kabupaten serta satuan kerja pemerintah daerah (SKPD) lainnya. Madrasah Aliyah (MA) Bustanul Ulum, Kab. Sampang, misalnya, ­menyumbangkan masker karya siswa DT sebanyak 300-an buah ke Kepala Kantor Departemen Agama Kab. Sampang. Mengambil momentum langkanya masker di pasaran, beberapa sekolah memiliki ide untuk membuat masker dari kain dan telah kebanjiran pesanan. Sedikitnya ada 23 sekolah yang telah menjalankan keterampilan tata busana, ikut memproduksi masker baik untuk lingkungan sekolah, memenuhi pesanan masyarakat dan instansi, serta dijual langsung ke masyarakat. Dari sekitar 23 sekolah tersebut terutama sekolah yang berada di ­Kabupaten ­Jember dan Sumenep, telah menerima orderan dari program cipta kerja yang diinisiasi ITS bersama Dinas Pendidikan Jatim dalam rangka membuat satu juta masker untuk dibagikan ke masyarakat. “Kami telah menggalang dana untuk pembuatan satu juta masker dan akan dibagikan di lingkungan sekolah DT. Dari dana yang telah terhimpun, nantinya pembuatan masker diserahkan kepada sekolah DT yang siap memproduksi, kata Dr Hozairi, selaku koordinator program DT Jatim. Diungkapkan, ia mempercayakan pembuatan masker kepada ­sekolah-sekolahDT,karenakualitasdanhasilyangselamaini­diproduksi­sekolah itu sudah memenuhi standar dan bagus. “Karena itu kami ­memberikan modal agar mereka bisa berusaha dan berkesempatan untuk bisa ­mempraktikkan keterampilan yang ia perolah saat mengikuti DT,” katanya. Kepercayaan juga datang dari Dinas Pendidikan Jatim yang­mempercayakan­ pembuatan alat pelindung diri (APD), kepada sekolah DT. Saat pendataan ada sekitar 14 sekolah yang siap menerima tawaran pembuatan APD. Tapi karena bahan yang tersedia terbatas, akhirnya hanya ada tiga sekolah, ­masing-masing SMA Negeri 1 Kalidawir, Tulungagung, SMA Negeri 1 Karas, Magetan, dan SMA Negeri 1 Berbek, Nganjuk. Kepercayaan masyarakat juga bisa ditunjukkan dari beberapa produk dan
  • 37. 23 jasa yang ditawarkan siswa DT melalui offline maupun online. ­Responsnya luar biasa. Melalui berbagai platform aplikasi yang tersedia, jasa dan produk dari siswa DT sudah mulai dikenalkan ke masyarakt dan pasar ­komunitas. DT ­sendiri menyiapkan platform www.ruangdagang.net, yang berupa ­aplikasi online yang mewadahi peserta DT yang tertarik di bidang usaha atau ­enterpreneur dengan menempatkan produk dan jasa di dalam jaringan ­marketplace DT Mart atau Usaha Sekolah Online (USO). Di portal ini dapat ditemukan ­produk-produk kreativitas yang berkualitas sekaligus dapat melakukan transaksi online. n Kepercayaan datang dari Dinas Pendidikan Jatim yang mempercayakan pembuatan alat pelindung diri (APD), kepada sekolah DT. Saat pendataan ada sekitar 14 sekolah yang siap menerima tawaran pembuatan APD. Tapi karena bahan yang tersedia terbatas, akhirnya hanya ada tiga sekolah. ‘‘ ‘‘ MENEGUHKAN TUJUAN
  • 38. 24 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
  • 39. 25MENEGUHKAN TUJUAN Manusia boleh merencanakan, tapi ­Tuhan yang menentukan. Kalimat ini pas ­untuk ­menggambarkan pelak- sanaan ­program DT ­tahun pelajaran 2019-2020. ­Mulanya ­pelaksanaan DT tahap kedua ini ­dimulai pada awal ­semester, pertengahan tahun 2019 ­kemarin. Saat itu ­sudah ditentukan ­— sebagaimana­pelaksanaan tahun-ta- hun ­sebelumnya— capaian pembelaja- ran untuk masing-masing ­keterampilan dinyatakan tuntas setelah mencapai 90 jam pelajaran tatap muka. Tidak sedikit 1.5 HarusBerjalan diTengahWabah
  • 40. 26 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI pun tanda-tanda akan ­terpengaruh Pandemi COVID-19, proses pembelajaran pun sudah disusun dan disepakati sedemikian rupa baik oleh pihak sekolah, ­trainer, maupun siswa. Serangkaian kegiatan pertemuan dengan kepala sekolah dilakukan, ­agenda kegiatan pameran, praktikum, dan juga monitoring evaluasi, telah pula ­ditentukan waktu pelaksanaannya. Tapi rencana tinggal rencana, fakta ­berkata lain, pertengan Maret 2020, Virus corona sebagaimana diumumkan oleh ­Presiden sampai juga di Indonesia. Pasien anak dan ibu asal ­Depok, Jawa Barat, diidentifikasi sebagai pasien nomor satu dan nomor dua. Hari ke hari ­jumlah penderita terus jumlahnya terus bertambah, hingga untuk ­mengantisipasi ­meluasnya virus tersebut di lingkungan lembaga ­pendidikan, Menteri ­Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Anwar ­Makarim, mengeluarkan Surat Edaran, No. 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan ­Pendidikan dalam Masa Darurat Corona Virus Disease (COVID-19), yang mengatur tentang proses belajar dari rumah. Program sekolah DT yang telah disusun pun terdampak. Berhenti dan terus jalan? Sebagian sekolah sudah ada yang menyelesaikan separoh dari target yang telah ditetapkan. Sebagian lagi ada yang hanya tinggal melaksanakan praktikum, tapi masih ada sebagian kecil lainnya baru melaksanakan kegiatan sekitar 30 persen dari taget 90 jam tatap muka. Ada beberapa alasan dikemukakan. Ada yang sekolah mengaku ­kewalahan karena berbarengan dengan menyiapkan pelaksanaan ujian sekolah dan ujian nasional berbasis komputer, sehingga petugas dalam hal ini para operator sekolah (merangkap operator DT), sibuk mengerjakan pekerjaan tambahan tersebut. Setelah Surat Edaran Mendikbud menyatakan bahwa pelaksanaan ujian nasional ditiadakan, maka kesadaran untuk melanjutkan program DT ­terfasilitasi. Tapi tidak semudah yang dibayangkan, karena siswa sudah ­telanjur beraktivitas dan belajar di rumah. Pelaksana Program DT, dalam hal ini ITS kemudian mencarikan solusi. ­Memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) ­disusunlah kerangka kerja untuk menyelesaikan taget 90 jam tatap muka. ­Aplikasi telekonferensi Zoom menjadi salah satu aplikasi yang dipilih. ­Popularitas Zoom melesat sejak berbagai negara di dunia memberlakukan pembatasan, akibat pandemi virus corona. Termasuk di Indonesia, Zoom menjadi ­alternatif program DT untuk melakukan koordinasi dan menggelar meeting/rapat ­daring. Kegiatan pertama melakukan koordinasi online dengan para operator.
  • 41. 27MENEGUHKAN TUJUAN ­Tujuannya untuk memastikan apakah kegiatan study from home (SFH) berjalan baik dan bagaimana pengisian logbook yang belum memenuhi target. Selain dengan operator, koordinasi lewat fasilitas daring juga dilakukan dengan trainer dan kepala sekolah. Selain digunakan untuk berkoordinasi, ­aplikasi meeting juga dimanfaatkan untuk menambah pengetahuan siswa ­melalui seminar melalui situs web (webinar) yang dikuti oleh ratusan siswa. Dalam beberapa kali pertemuan lewat daring terungkap beberapa ­persoalan belum tercapainya target pertemuan 90 jam tatap muka dalam semester ini. Seperti dikemukakan Irfan Hilmi, trainer dari SMAN 1 Banyuputih, Situbondo. Banyak siswa yang tidak memiliki HP dan terbatasnya peralatan serta bahan untuk praktik yang dimiliki siswa, juga karena operator memiliki beban kerja lain, selain bertugas memasukan hasil kegiatan ke dalam logbook, menjadikan kegiatan DT terhambat saat pandemi corona. Selain itu, kendala lainnya adalah tidak semua siswa yang mengikuti DT memiliki alat komunikasi memadai; sulitnya sinyal atau jaringan untuk siswa yang tinggal di daerah pegunungan dan terpencil. Hal sama juga terungkap saat digelarnya pertemuan online bersama ­kepala sekolah. Ada beberapa kegiatan yang sudah selesai dilakukan tetapi belum ­dimasukkan ke dalam logbook, karena rumah operator berjauhan ­dengan trainer, sementara aktiivitas sekolah sebagian besar sudah berlangsung di rumah. Terhadap berbagai persoalan tersebut, beberapa kesepakatan pun ­ditentukan antara lain bahwa dalam rangka menghadapi kondisi wabah ­corona, maka kegiatan pelatihan diadakan di rumah masing-masing melalui kegiatan study from home (SFH). SFH dilakukan dengan cara trainer ­membuat panduan tugas praktik/pembuatan produk yang memungkinkan dikerjakan di rumah masing-masing. Aktivitas SFH didokumentasikan baik proses, bahan, maupun produk, lalu dikumpulkan pada trainer dan dihitung sebagai ­aktivitas Sebagian sekolah sudah ada yang menyelesaikan separoh target yang telah ditetapkan. Sebagian lagi ada yang hanya tinggal melaksanakan praktikum, tapi masih ada sebagian kecil lainnya malah baru melaksanakan kegiatan sekitar 30 persen dari target 90 jam tatap muka. ‘‘ ‘‘
  • 42. 28 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI satu kali pertemuan, sementara operator mengumpulkan dari trainer, lalu trainer mengonversikan jumlah jam yang dibutuhkan untuk pengerjaan ­tugas ­menjadi jam pelajaran tatap muka di presensi kehadiran dengan ­konversi ­sekali praktik atau tatap muka sama dengan enam jam pelajaran, dan ­kemudian ­operator mengunggah ke logbook. “Dalam kegiatan koordinasi online, kami bukan sedang mencari ­persoalan tapi lebih pada mencari solusi terhadap persoalan yang dihadapi ­sekolah dan siswa. Ketika bahan atau alat untuk praktik tidak ada maka jalan ­keluarnya ­memberikan tugas kepada siswa dengan menekankan pada ­upaya ­pengembangan produk, pemenuhan kebutuhan lingkungan dan penciptaan pasar komunitas, sementara fokus pelatihan pada pengayaan pengetahuan, perencanaan servis, atau pelayanan masyarakat,” kata Fajar Baskoro, ­fasilitator tim IT dari ITS. Kesimpulannya: apa pun kondisinya, program DT harus diupayakan tetap berjalan. n
  • 43. 29MENEGUHKAN TUJUAN Menyusul Surat Edaran (SE) Menteri ­Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) ­Nadiem Anwar Makarim, No. 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan dalam masa darurat COVID-19, yang salah satunya ­mengatur tentang proses belajar dari rumah, program sekolah DT pun melaksanakannya. SE itu juga berisi tentang keputusan pembatalan ujian nasional (UN) Tahun 2020. Bagaimana caranya sekolah-sekolah DT mengimplentasikan proses belajar dari rumah? istilah yang disepakati adalah study from home (SFH). Berbagai cara dilakukan sesuai dengan 1.6 Jalankan‘Studyfrom Home’(SFH)
  • 44. 30 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI kondisi di lapangan. Artinya, antara satu sekolah DT dengan lainnya berbeda, bergantung pada potensi dan kemampuan masing-masing sekolah, termasuk jenis keterampilan yang menjadi pilihan di sekolah tersebut. Targetnya 90 jam pelajaran tetap tercapai di akhir program. Mengacu pada SE tersebut bahwa proses belajar dari rumah dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: belajar dari rumah melalui ­pembelajaran daring/jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh ­capaian yang telah ditetapkan; SFH dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan ­hidup antara lain mengenai pandemi COVID-19; aktivitas dan tugas ­pembelajaran SFH dapat bervariasi antarsiswa, sesuai minat dan kondisi masing-masing, ­termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses/fasilitas belajar di rumah; bukti atau produk aktivitas SFH diberi umpan bailik yang bersifat kualitatif dan berguna bagi trainer, dalam bentuk fortopolio. “SFH yang kami jadikan acuan adalah SE Mendikbud. Intinya proses ­pembelajaran maupun praktikum pada sekolah DT tidak boleh terhenti karena pandemi,” kata Fajar Baskoro, fasilitator DT bidang IT. Fajar menjelaskan, dalam kondisi wabah ini, kegiatan pelatihan diadakan melalui blended learning, kombinasi pembelajaran tatap muka dan melalui daring. Pola pelatihan berfokus pada pengembangan produk, pemenuhan ­kebutuhan lingkungan dan penciptaan pasar komunitas. Sedangkan fokus pelatihan pada proses pengayaan pengetahuan, perencanaan, dan pelayanan pada masyarakat. “Menghadapi kondisi seperti ini, maka kegiatan pelatihan diadakan di rumah masing-masing melalui SFH, dengan cara trainer membuat panduan ­tugas praktik atau pembuatan produk yang memungkinkan dikerjakan di rumah siswa,” katanya. Dalam kondisi Pandemi COVID-19, kegiatan pelatihan diadakan melalui blended ­learning, ­kombinasi pembelajaran tatap muka dan ­melalui daring. Pola pelatihan berfokus pada ­pengembangan produk, pemenuhan kebutuhan lingkungan dan penciptaan pasar komunitas. ‘‘ ‘‘
  • 45. 31MENEGUHKAN TUJUAN SedangaktivitasSFH,didokumentasikanbaikproses,bahanyang­digunakan, maupun produk yang dihasilkan, lalu hasil dokumentasi itu ­dikumpulkan ­kepada trainer dan dihitung sebagai aktivitas satu kali ­pertemuan. Idealnya satu kali tatap muka ekivalen dengan delapan jam perlajaran. “Operator ­mengumpulkan dari trainer lalu meng-upload ke logbook, setelah sebelumnya oleh trainer dikonversikan dari jumlah jam yang ­dibutuhkan ­untuk pengerjaan tugas, menjadi jam pelajaran tatap muka melalui presensi ­kehadiran,” ­katanya. Dalam konsep SFH, pembelajaran DT ditekankan untuk tidak mencari ­masalah, melainkan mencari jalan keluar. Jika tidak ada produk yang bisa ­dihasilkan, maka bisa dilakukan model pengayaan dengan merencanakan. Jadi, model SFH dari yang mudah dahulu lewat merencanakan, kemudian berturut-turut melaksanakan, mendokumentasikan, dan terakhir melaporkan dengan membuat diskripsi singkat apa yang telah dipraktikkan. “Jangan menuntut ideal seperti kondisi normal. Ini kondisi di mana ­antara trainer, peserta DT, kepala sekolah, operator, tidak berjumpa ­karena ­menjalankan physical distancing. Jadi lakukan yang bisa dilakukan lebih ­dahulu,” katanya. n Peserta Double Track T SMAN 1 Kalitidu praktik membuat kue.
  • 46. 32 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI Aneka produk buatan peserta DT bidang multimedia dan fotografi.
  • 47. 33 NELSON MANDELA terlahir dengan nama Nelson Rolihlahia Mandela. Ia dilahirkan di Mvezo, Afrika Selatan, pada 18 Juli 1918 dan meninggal pada 5 Desember 2013. Dikenal sebagai salah satu tokoh perdamaian paling terkenal di dunia yang berasal dari Afrika Selatan. Ia juga dikenal sebagai pejuang kemerdekaan melalui kegiatan anti apartheid. Ia menjadi presiden pertama kulit hitam Afrika Selatan dan merupakan tokoh peraih Nobel Perdamaian. BAGIAN DUA Menghasilkan Produk Nyata Saya menyukai teman yang memiliki pikiran terbuka karana mereka akan melayanimu untuk melihat segala masalah dari berbagai sudut pandang. – Nelson Mandela –
  • 48. 34 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI S ejak awal DT disiapkan bagi lulusan SMA/MA yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan di perguruan tinggi untuk siap memasuki dunia kerja atau berwirausaha, oleh karena itu penekanannya bukan semata pada kecakapan atau mahir berketerampilan, tapi juga menghasilkan produk nyata, entah produk berupa barang atau sekadar produk dalam bentuk portofolio di bidang jasa. Produk dan portofolio dari para peserta ini dapat ditelusur melalui ­jejak ­digital yang telah disiapkan penyelenggara melalui Doubletrack Support ­System (DSS). DSS adalah sistem dalam mendukung kegiatan DT yang ­berbasis pada peningkatan keterampilan (skill) untuk menekan angka ­pengangguran ­lulusan SMA dan menaikkan IPM Jawa Timur. DSS merupakan platform ­aplikasi yang memfasilitasi peserta DT melakukan kegiatan berupa pelatihan dan ­pengembangan skill secara terprogram, terkontrol dan dimanage secara ­elektronika. Dengan menggunakan DSS siswa akan terpantau kegiatannya, diamati bakat dan kemampuannya, dan diakhir kegiatan untuk mendapatkan sertifikat dan portofolio yang menyatakan level kemampuan siswa. DSS terdiri dari lima aplikasi. Pertama, aplikasi admindt.net yang merupkan aplikasi pengelolaan data sekolah penyelenggara DT yang terdiri dari data siswa peserta program, absen dan aktivitas kegiatan proses pelatihan dan ­foto-foto kegiatan pelatihan. Siswa SMA Negeri 1 Kasiman, Kabupaten Bojonegoro sedang mengikuti pembelajaran keterampilan bidang multimedia.
  • 49. 35 Kedua, apalikasi ruangtraining.net, dalam bentuk portal pelatihan yang ditujukan bagi anak muda Indonesia dengan menawarkan beragam pilihan pengembangan diri untuk mengikuti pelatihan ketrampilan meliputi bidang ­desain grafis, fotografi, videografi, fashion technology, tata boga, ­kelistrikan. Pada potral ini tersedia beragam modul cetak, video tutorial, dan ­informasi tempat pelatihan di seluruh wilayah Jawa Timur bekerja sama dengan ­sekolah-sekolah, pondok pesantren, kursus, dan balai latihan kerja. Ketiga, ruangujian.net, adalah portal aplikasi untuk ujian sertifikasi ­berbasis CBT (Computer Based Testing) untuk mengetahui level kompetensi calon ­tenaga kerja yang telah mengikuti pelatihan. Tersedia berbagai level ujian yang bisa diikuti secara online. Kelulusan ditentukan oleh kualitas pengetahuan dan ­ketrampilan yang dievaluasi langsung oleh tim ahli melalui aplikasi. Peserta yang lulus dapat mengikuti private challenge sekaligus mendapatkan point dan sertifikat. Keempat, ruangkarir.net, merupakan portal layanan sebagai tempat ­menemukan beragam informasi karir yang menarik, pembuatan CV digital, ­resume, dan portofolio yang memuat produk hasil karya,dapat digunakan untuk mendapatkan pekerjaaan yang sesuai dengan yang diharapkan. Pada portal ini perusahaan atau dunia usaha dan dunia industri bisa ­mengiklankan ­lowongan pekerjaan yang tersedia dan memilih talenta-talenta yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan baik kompetensi, lokasi, maupun bidang ­ketrampilan. Kelima, ruangdagang.net. Berupa aplikasi online yang mewadahi peserta pelatihan yang tertarik dibidang usaha atau enterpreneur. Sarana ­pengembangan diri dan melatih peserta pelatihan yang tertarik di bidang ­kewirausahaan dengan menempatkan produk dan jasa di dalam jaringan marketplace Usaha Sekolah Online (USO). Pada portal ini dapat ­ditemukan produk-produk kreativitas yang berkualitas sekaligus dapat melakukan ­transaksi online.n MENGHASILKAN PRODUK NYATA
  • 50. 36 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
  • 52. 38 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI Siswa peserta keterampilan bidang Kecantikan, sedang merancang wajah calon model yang akan dirias. Ini lakukan sebagi langkah awal sebelum melakukan rias wajah.
  • 53. 39 Karena berbasis pada praktik, maka ­aktivitas dan proses pembelajaran DT ­selalu ­menghasilkan banyak produk dan jasa yang nyata. Sejumlah produk sebagai hasil dari ­praktik keterampilan tersebut kemudian ­dijual ke ­warga sekolah sendiri, bisa kepada rekan sesama siswa maupun kepada guru dan staf tata uaha sekolah, kantin sekolah dan ­koperasi ­sekolah. Tidak hanya itu kadang juga ­dipromosikan ­melalui media sosial, sehingga dapat menjangkau wilayah yang lebih luas di luar pagar sekolah. Sampai sekarang, dari 14.043 siswa peserta 2.1 Hasilkan Ribuan ProdukdanPortofolio MENGHASILKAN PRODUK NYATA
  • 54. 40 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI DT, tercatat telah menghasilkan 1.096 produk barang maupun jasa dari 150 materi pembelajaran. Selain itu, program DT di 157 SMA/MA di 28 ­Kabupaten di Provinsi Jawa Timur ini juga sukses menghasilkan 6.614 ­portofolio dari ­berbagai macam kategori. Portofolio tersebut berisi dokumentasi ­produk-produk yang dihasilkan oleh kreativitas siswa peserta DT. Dari 18 jenis keahlian, portofolio terbanyak ada di bidang desain grafis ­sebanyak 1.519 buah. Kemudian bidang merancang moda busana yang ­mampu menghasilkan 1.050 portofolio. Tata rias pengantin berhijab juga menghasilkan portofolio lumayan banyak yaitu sebanyak 700 buah. Sedang untuk bidang keahlian yang belum menghasilkan portifolio adalah bidang membuat dan desain alat digital, merancang busana muslim, dan bidang makanan-minuman ringan (gambar 2.1). Gambar: 2.1 Portofolio Per Kategori
  • 55. 41 Produk barang dan jasa peserta DT tidak sekadar didokumentasikan ­untuk kepentingan portofolio semata, tetapi juga benar-benar ­dipasarkan ke ­konsumen. Sebagai contoh siswa di SMAN 4 Sampang Madura aktif ­menawarkan sejumlah produk hasil dari mengikuti pelatihan DT Tata Boga ke arena Car Free Day yang diselenggarakan di Jalan Syamsul Arifin dan Jalan Wijaya Kusuma Sampang, setiap minggu pada bulan Januari 2020 Beberapa dagangan yang dijual antara lain bakso campur, piscok, es milk mangga antigalau, sambel daun ubi, pecel, dan spageti. Stan siswa DT ini cukup menarik pengunjung CFD. Sambil berolahraga ­mereka melihat-lihat karya siswa dan berkenan membelinya. Bagi siswa semua ini merupakan pengalaman yang berharga, ternyata hasil olahannya bisa ­dijual dan menghasilkan uang. Dalam satu kali buka lapak di CFD ­keuntungan ­bersih yang mereka dapatkan sekitar Rp 300 ribu hingga Rp330 ribu. ­Lumayan, bukan? Peserta DT dari SMAN4 Bangkalan Madura dan SMAN 1 Bareng Jombang tidak mau ketinggalan. Mereka berpartisipasi aktif membuka booth pameran di lobi Bappeda Provinsi Jawa Timur yang bertema harmonisasi vokasi dan Jatim cerdas menuju pertumbuhan berkualitas. Ketika pandemi Covid-19 melanda Indonesia, siswa DT juga berkontribusi nyata. Mereka siap menjawab permintaan Pemerintah Provinsi Jatim yang akan memaksimalkan peran SMA DT dan SMK dalam memproduksi hand sanitizer (cairan pencuci tangan) secara massal. Hand sanitizer tersebut akan dibagikan kepada masyarakat luas. “Sebanyak 79 SMA Double Track dan 92 SMK yang punya kompetensi farmasi dan kimia industri di Jawa Timur akan membuat hand sanitizer dan sabun antiseptik yang seluruhnya ditujukan dalam rangka memerangi ­pandemi Covid-19,” kata Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, di Gedung ­Grahadi, 29 Maret lalu. Meski pun hand sanitizer diproduksi massal namun komposisi dan cara pembuatannya tetap sesuai standar industri sehingga mutu dan kualitasnya Dari 14.043 siswa peserta DT di 157 SMA/MA telah dihasilkan 1096 produk barang/jasa dan 6.614 portofolio. ‘‘ ‘‘ MENGHASILKAN PRODUK NYATA
  • 56. 42 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI tetap terjamin. Agar dapat terkendali maka proses pembuatannya dikoordinasi oleh Dinas Pendidikan Provinsi. Sedang sumber dana berasal dari dana BOS, BPOPP, serta CSR. n SUMBER FOTO: HUMAS PEMPROV. Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa dan Wahid Wahyudi Kadis Pendidikan Provinsi Jatim memeriksa hand sanitizer produksi siswa SMA/SMK.
  • 57. 43 Berikut cerita pembelajaran program DT yang berjalan di tengah pandemik. Awalnya ­memang belum terpikir untuk membuka jasa servis ­online, tapi gara-gara serbuan ­COVID-19 yang memaksa orang untuk melakukan ­pembatasan dan pemberlakuan belajar daring, akhirnya terpikir untuk membuka layanan jasa yang memanfaatkan dunia maya. Inilah yang terjadi pada peserta program DT di SMA Negeri 1 Dongko, Trenggalek. Dari peserta DT, sebanyak tiga siswa telah ­berhasil membuka jasa servis secara secara online. “­Kebetulan mereka memilik alat komunikasi 2.2 MembukaJasa ServisOnline MENGHASILKAN PRODUK NYATA
  • 58. 44 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI yang memadai dan momentum study from home mereka manfaatkan untuk membuka jasa secara online,” Fahrul Anam, Trainer keterampilan Teknik ­Elektro. Fahrul Anam menceritakan, di awal pelaksanaan DT ada 20 siswa yang ­layak untuk mengikuti program elektronik, mereka adalah siswa yang ­menyatakan tidak akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, karena berbagai keterbatasan. Pada semester pertama mereka diberi teori dan praktik untuk ­memperbaiki peralatan elektronik rumah tangga, diantaranya rice cooker, blender, ­mixer, kompor listrik, kulkas, istalasi listrik, power amplifer, kulkas, mesin cuci, sedot debu, jam dinding digital, TV tabung, TV LED, lampu emergency, lampu ­cetralit, lampu LED, penyepulan speaker, pembuatan cas aki, pembuatan ­charger ­handphone dari Travo 3 ampere, pembuatan charger handphone dari aki ­motor, perbaikan kelistrikan sepeda motor, dan lainnya, sehingga pada ­semester dua siswa mempunyai inisiatif membuka jasa layanan servis elektronik. “Alasanyapesertaberinisiatifmembukausahaini,karenasekarang­pekerjaan atau aktivitas masyarakat serba online. Meskipun telah ­membuka servis online, siswa juga masih mendirikan tempat servis di rumahnya ­masing-masing yang bekerja sama dengan penyedia jasa Anam Elektronik dan Gana Elektronik,” katanya. Dua penyedia jasa itu, di samping sebagai tempat praktik siswa DT juga ­dijadikan untuk magang peserta, sebelum bisa mandiri membuka usaha. “Untuk membekali siswa dalam berusaha membuka jasa servis, saya kerap memberikan pengetahuan tentang dasar-dasar manajerial, bagaimana dalam menerima order, mengerjakan dan memberikan layanan jasa,” kata Fahrul Alam, trainer dari mitra sekolah pemilik servis Anam Elektronik ini. Bagi Fahrul meski memiliki usaha jasa servis, ia tidak khawatir akan ­tersaingi oleh siswanya. Justru sebaliknya, melalui cara menjadi trainer ia dapat ­menambah networking dan pengalaman. “Soal rezeki sudah ada yang mengatur. Justru setelah menjalani sebagai trainer orderan yang saya terima malah semakin bertambah,” kata alumnus STKIP PGRI TUlungagung, Jurusan Pendidikan Matematika ini. Dia meyakini dengan berbagi ilmu yang menjadi bagian dari bisnis yang ­dimilikinya, kemanfataannya akan bertambah demikian pula dengan ­rezekinya. “Kini saya tidak hanya menerima jasa servis, siswa-siswa yang membuka jasa sejenis kadang meminta bantuan konsultasi ke saya,” katanya.
  • 59. 45MENGHASILKAN PRODUK NYATA Dua siswa peserta DT sedang melakukan praktik keterampilan Teknik Kendaraan Ringan.
  • 60. 46 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI Apa yang diungkapkan Fahrul dibenarkan salah satu siswanya yang telah sukses membuka jasa servis online. Yoga Tama Margianto nama siswa yang duduk di kelas 11. “Alhamdulillah sedikit demi sedikit saya sudah bisa dan sudah mencoba untuk membuka servis alat elektronik. Untuk di servis alat ­elektronik saya bekerja sama dengan Gana Elektronik sebagai penyedia ­peralatan dan komponen elektronik, jika mendapatkan kesulitan saya minta bantuan kepada Jasa Servis Anam Elektronik yang tidak lain merupakan pembina dari program DT di sekolah,” katanya. Seperti keinginan awal Yoga saat memilih keterampilan bidang teknik ­elektro, dia ingin bisa memperdalam ilmu elektronika. “Sekarang saya ­sudah bisa menerima orderan. Memang sejak di bangku SMP saya sudah ikut ­penyedia jasa sound system milik Arafah Audio sampai sekarang, karena ­penasaran ­itulah saya memilih keterampilan teknik elektro,” katanya, yang kini membuka layanan servis melalui WhatsApp. Hal sama juga diungkapkan Billy Lafi Aula, siswa kelas 11 IPS 1. “Setelah mendapat pengetahuan dan sedikit praktik bongkar pasang peralatan ­elektronika, sekarang saya sudah membuka servis di rumah. Melayani lewat ­offline maupun online. Saya juga menerima panggilan untuk memperbaiki alat-alat elektronik seperti receiver digital dan lainnya,” katanya. Berapa tarif yang dipatok? “Besar kecilnya tarif bergantung pada ­komponen yang digunakan dan alat apa yang diperbaiki serta jarak tempuh. Sejak saya membuka jasa ini, sudah menerima upah sebesar Rp 400 ribuan, dengan modal awal yang dibutuhkan seperti avometer dan solder thenol,” katanya. Bagi Billy, keterampilan elektronika adalah pengalaman yang sangat ­berharga yang diperoleh dalam program DT, karena sebelumnya ia belum mengetahui sama sekali. “Bermodal keterampilan itulah saya bisa membuka jasa servis dengan tarif antara Rp 25 ribu hingga Rp 50 ribu, belum termasuk komponen,” katanya. Riyan Prasetyo juga mengungkapkan hal sama, siswa kelas 11 ini ­mengatakan, keikutsertaan pada bidang keterampilan elektronik berniat agar bisa memperbaiki alat elektronika di rumah. “Tapi setelah bisa saya kemudian menawarkan jasa servis online dengan tarif sekali datang untuk ­memperbaiki sebesar Rp 30 ribu. Tapi bergantung pada jarak juga, kalau melebihi dua ­kilometer, saya meminta tambahan biaya Rp 10 ribu,” katanya. n
  • 61. 47 “Kita ingin setiap warga yang harus ke luar rumah wajib pakai masker,” kata Presiden Joko Widodo saat rapat dengan Gugus Tugas ­Percepatan Penanganan Corona, Senin 6 April 2020. Tapi bukan lantaran itu jika beberapa ­sekolah DT mengambil peran untuk ikut serta memproduksi masker dan APD dalam melawan pandemik COVID-19, seperti yang dilakukan oleh SMA Negeri 1 Sampung, Ponorogo. Disampaikan Bambang Setyawan, Guru BK yang ditunjuk sebagai operator dalam ­pelaksanaan DT, sepekan setelah ­pemberlakuan 2.3 ProduksiMasker Anticorona MENGHASILKAN PRODUK NYATA
  • 62. 48 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI kebijakan belajar dari rumah (school from home/SFH), muncul ide ­untuk ­membuat masker bagi siswa DT bidang tata ­busana. Ide itu muncul jauh ­sebelum ­Presiden ­menyampaikan keinginannya ­bahwa ­setiap warga yang ke luar rumah harus ­menggunakan masker. Melalui koordinasi singkat via grup WA Oemah Jahit milik SMA Negeri 1 ­Sampung, dipilihlah tema Seribu Masker untuk ­Negeri. Pembuatan masker awalnya ditujukan ­untuk ikut serta menyukseskan kebijakan ­menjaga jarak (sphysical distancing) dalam ­menghadapi penyebaran COVID-19, ­dibagikan kepada masyarakat sekitar dan siswa ­kelas XII ketika hendak menghadapi UN. Namun dalam perkembangannya UN ditiadakan dan ­kebijakan belajar Merias wajah, harus memerhatikan ciri khas wajah klien.
  • 63. 49 di rumah diperpanjang, maka produk masker pertama berjumlah 50 masker ditawarkan melalui media sosial. “Animo masyarakat sangat luar biasa, 50 masker langsung habis diborong bahkan semakin banyak yang memesan,” kata Bambang. Oleh karena itu, dengan mempertimbangkan kebijakan “bekerja dan ­belajar dari rumah” tim pengelola memutuskan untuk memulai produksi ­masker dari rumah siswa peserta DT. “Sepuluh mesin jahit dikirim ke rumah 10 siswa peserta DT, baik kelas XII maupun kelas XI. Proses pengerjaan masker direncanakan berlangsung selama kegiatan belajar di rumah dan mungkin akan diteruskan sesuai dengan kebutuhan ­masyarakat,” katanya. Target di awal adalah 100 masker dalam satu ­pekan. ­Namun dengan ­adanya peningkatan permintaan dan ­bertambah juga keterampilan siswa dalam memproduksi masker, dalam sepekan ditarget mampu membuat 500 ­masker. Target ini disesuaikan dengan jumlah permintaan masker. Ada tiga spesifikasi masker yang dibuat siswa DT ini. Pertama, masker katun dua ­lapis, berbahan katun motif dan katun toyobo ­dengan lubang di ­tengahnya, sehingga bisa diberi tisu. Bahan katun sangat nyaman dan ­tidak ­pengap ­apabila digunakan beraktivitas di dalam ­maupun luar ruangan. ­Tersedia ­berbagai ­pilihan warna dan motif dengan harga Rp 25 ribu untuk satu pak (isi lima buah). Sedangkan untuk yang berbahan toyobo dua lapis, dijual dengan harga Rp 30 ribu untuk tiap lima buah. Kedua, masker jenis katun toyobo tiga ­lapis, produk ini merupakan kelas premium, memang tidak terdapat tempat tisu, namun di dalamnya sudah ­terdapat kain hero. Masker ini dijual dengan harga Rp 10 ribu untuk setiap satu pak. Kelebihan masker jenis ini, selain bisa dicuci berkali-kali, juga ­nyaman dipakai, meski dibuat dalam tiga lapis. Tidak pengap dan sangat protektif ­terhadap debu dan droplet (cipratan) batuk dan bersin. Jenis ketiga, berbahan kain spunbond, satu lapis dan dua lapis. Masker dengan kain spundbond harga bahan ­relatif lebih murah, dibandingkan dua bahan lainnya. ­Namun ­mempunyai kelebihan, di antaranya tahan terhadap debu dan cipratan air, sehingga sangat direkomendasikan ­untuk orang umum (nonmedis) yang lebih berpotensi tertular ­Corona. Daya tahan masker ini berkisar antara 3-5 kali ­pemakaian dan dapat dicuci ulang. Dari kerja di rumah tersebut, per Senin, 13 April 2020 masker yang telah didistribusikan sebanyak 800 buah. ­­Di ­antaranya 500 masker proyek dari ­Kepala SMAN 1 Sampung untuk dibagikan ke pada warga sekolah dan ­sekitar. MENGHASILKAN PRODUK NYATA
  • 64. 50 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI ­Sisanya, 300 masker dipesan oleh konsumen baik melalui offline ­maupun ­online. Untuk ­pengiriman luar kota, sudah dikirim antara lain ke Madiun, Ngawi, Magetan, Pati Jawa Tengah, Surabaya, dan Singaraja Bali. Untuk tingkat produktivitas, dalam ­sepekan siswa mampu ­menghasilkan 500-700 ­masker. Sehingga ­apabila ada yang membutuhkan ­masker ­dengan ­harga wajar dalam jumlah sedikit ­maupun banyak, siswa DT SMAN 1 ­Sampung siap membuat dan ­mengirimkan ke seluruh wilayah Indonesia. Kegiatan evaluasi dilaksanakan setiap hari. Caranya, setiap siswa ­melaporkan ­jumlah produk masker yang dihasilkan, maksimal ­pukul 17.00 ­setiap harinya, ­sedangkan ­bagian ­marketing akan ­menentukan besok pagi akan dikirim ke mana. “Dalam proses pembuatan ­masker, kami ­sangat menjaga ­prinsip ­physical ­distancing. Masker yang ­sudah jadi diambil oleh petugas sekolah dari ­rumah-rumah siswa peserta DT, ­kemudian barulah dikirim ke pemesan,” ­katanya. Apabila bahan habis, siswa bisa ­mengambil bahan ke sekolah dengan tetap koordinasi ­melalui grup WA ­Oemah Jahit. Total pemasukan dari ­pembuatan masker mulai pertengahan Maret hingga pertengahan April 2020 ini mencapai Rp 3.124.000. Bambang mengatakan, motif utama dalam pembuatan masker ini adalah ­belajar dan ­berbagi. “Kami selaku pengelola ­ingin ­memotivasi ­lulusan dan siswa DT SMAN 1 ­Sampung untuk terus berkarya sesuai ­dengan kebutuhan ­masyarakat. Barulah kemudian ­menimbulkan rasa empati dan simpati untuk ­berbuat lebih dengan kemampuan yang dimiliki, sehingga individu ­tersebut bermanfaat bagi orang lain,” katanya. Lebih jauh, untuk jangka panjangnya siswa didorong untuk berfikir kritis, kreatif, inovatif, mampu berkomunikasi,dan berkolaborasi dengan ­sumberdaya yang ada, baik itu rekan maupun dunia usaha, sehingga pada akhirnya ­menemukan solusi dari setiap permasalahan yang ada di sekitar mereka. n
  • 65. 51 Program SMA Double Track (DT) semakin eksis saja. Pesertanya aktif mengikuti pameran di berbagai tempat. Seperti yang dilakukan SMAN 4 Bangkalan, Madura. Dengan bangga para siswa peserta DT membuka stan di lobi ­Kantor Badan Perencanaan Pembangunan ­Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa Timur di Jl. Pahlawan 102, Surabaya, Jumat (13/3) siang. Mereka berpartisipasi meramaikan pameran bertema Harmonisasi Vokasi dan Jatim Cerdas Menuju Pertumbuhan Berkualitas. Sebelumnya, pada 12 Maret, SMAN 1 ­Gondangwetan Pasuruan sebagai SMA DT juga 2.4 NasiBakarDT DiborongSekdaprov MENGHASILKAN PRODUK NYATA
  • 66. 52 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI mengikuti pameran yang diselenggarakan Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) Kota dan Kab. Pasuruan dan Probolinggo di SMAN 1 Grati. Tampil percaya diri, SMAN 4 Bangkalan menyajikan produk kuliner ­andalan antara lain nasi bakar dan somay (dua item olahan makanan ­Nusantara ini merupakan materi yang diajarkan trainer DT). Untuk minuman favoritnya ­mereka menyuguhkan es krim serai, dawet, dan es kuwut (kelapa muda). ­Sedang anak-anak DT Tata Kecantikan unjuk kebolehan praktik make over ­wajah pengantin. Tidak sia-sia. Terbukti booth DT mart ini menyedot perhatian ­pengunjung. Mereka tertarik menyaksikan peragaan rias dan rela antre untuk membeli makanan dan minuman. Bahkan Sekretaris Daerah Provinsi Jatim Dr. Ir Heru Tjahjono, MM, saat meninjau pameran, juga terpikat. Bukan sekadar ­mampir melihat-lihat stan, tetapi berkenan memborong nasi bakar sebanyak 50 ­bungkus. Stok langsung habis. Indi Sofi Fikria, S.Pd, selaku operator DT SMAN4 Bangkalan, mengatakan, para siswa sangat bersemangat mengikuti program terobosan double track ini. “Anak-anak sudah cukup terampil. Mereka sudah menerima orderan secara
  • 67. 53 freelance, lewat medsos. Ada juga yang sudah buka usaha sendiri di rumah walau kecil-kecilan,” katanya. Pihak sekolah juga mulai ramai mendapat pesanan makanan minuman. ­Biasanya orderan berasal dari warga yang hendak mengadakan pengajian. Permintaan akan jasa rias juga prospektif. Anak-anak DT sudah aktif ­merias untuk kebutuhan wisuda sekolah, mulai dari anak TK sampai siswa SMA. Kadang juga merias untuk kebutuhan karnaval, kebiasan yang sangat disukai orang Madura. Salah satu siswa DT tata kecantikan, Selfia, sekarang sudah membuka salon di rumahnya sendiri. Annissa Makrumah, siswa kelas XI IPA 1, terlihat sibuk menarik tuas alat pres penutup gelas plastik. Lalu menyerahkan gelas berisi aneka minuman itu Sering terjadi, sehari sebelum praktik DT, ­teman-teman sudah banyak yang mendesak: ­“Besok praktik DT bikin apa? Aku pesan makanannya ya. Jangan lupa. ‘‘ ‘‘ MENGHASILKAN PRODUK NYATA
  • 68. 54 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI kepada pembeli. Hari itu laku keras. Semua dagangan habis terjual sebelum waktu shalat Jumat tiba. “Saya dulu awalnya coba-coba aja masuk Tata Boga. Ternyata setelah masuk, seru banget, saya jadi senang karena mendapat keterampilan masak. Saya bisa mengembangkan passion saya. Kalau makanan sudah jadi kita foto lalu dimasukkan IG dan WA. Banyak yang pesan,” katanya. Ditambahkan, seringkali terjadi, sehari sebelum praktik DT, ­teman-temannya sudah banyak yang mendesak: “Besok praktik DT bikin apa, Nis? Aku pesan makanannya ya. Jangan lupa.” Begitulah, DT di SMAN4 Bangkalan telah menjadi sesuatu yang berarti. Semangat kewirausahaan terasa bertumbuh di sana. Salah satu indikatornya, banyak siswa kelas X yang sudah tidak sabar ikut bergabung, padahal program DT ini masih dikhususkan bagi siswa kelas XI. Masyarakat sekitar juga mulai mengenal manfaat DT. Calon pendaftar pada musim penerimaan peserta didik baru juga meningkat. “Saya mau sekolah ke SMAN4 saja, karena ada praktik masak-masaknya, ada rias mantennya,” kata warga sebagaimana ditirukan oleh Annisa. n
  • 69. 55 Ayu Firnanda mengaku, sejak lama sudah hobi merias wajah. Biasanya merias ­anak-anak tetangganya yang tampil pada acara ­kesenian di sekolah atau peringatan hari besar di ­desanya. Begitu di sekolahnya ada program DT, Ayu langsung daftar ikut materi kecantikan —tata rias pengantin berhijab. “Ini sesuai hobi dan skill saya,” ujarnya, “Di sini saya dapat menambah wawasan tentang kecantikan.” Memang banyak perbedaan merias yang pernah dia lakukan secara otodidak ­dengan materi DT. Selain memperoleh teori, Ayu juga melakukan praktikum. Sebelum “turun ke 2.5 PerkayaPengalaman, MeretasHarapan MENGHASILKAN PRODUK NYATA
  • 70. 56 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
  • 71. 57MENGHASILKAN PRODUK NYATA Jalan meretas cita-cita Ayu tampaknya sudah ­terbuka. Lingkungan tetangga pun mendukung. Jika ada acara pementasan kesenian atau kegiatan yang membutuhkan rias wajah, mereka menyuruh Ayu merias pengisi acaranya. ‘‘ ‘‘ ­lapangan­”, ia harus praktik melukis objek yang akan dirias. “Awalnya kita ­disuruh mewarnai sketsa wajah secara balance. Kami juga disuruh melakukan praktik melukis alis mata di kertas,” kata siswi Kelas XI-IPS2, SMAN 1 Dukun, Lamongan ini, menceritakan pengalamannya. Selain ilmu merias bertambah, dia mendapat ilmu lain. Kalau selama ini Ayu mendapat klien secara gethok tular —promosi dari mulut ke mulut— di program DT ia diajari memasarkan tata rias secara efektif dan efisien. “Kami disuruh menyebar pamflet dan membuat akun Instagram, untuk menarik minat banyak orang,” kata putri pasangan Soekardi dengan Paninten ini. Hasilnya memang luar biasa. Klien berdatangan. Apalagi Ayu merias ­dengan cara yang benar. Mulai dari menyiapkan peralatan sampai ­merapikan area kerja. Selain itu, sebelum merias dia selalu cuci tangan. “Kebersihan ­tangan sangat penting untuk merias wajah klien,” katanya, “Jadi banyak orang ­semakin percaya bahwa saya bisa merias dengan bagus,” ujarnya ­melanjutkan. Dengan modal keterampilan yang kini dipelajari, Ayu berharap kelak dapat membuka usaha sendiri. Paling tidak salon kecantikan. Harapan tersebut tak lepas dari dukungan orangtuanya. “Sebelumnya, beliau sudah melihat skill saya. Saat saya ikut program DT kecantikan di sekolah, beliau sangat ­mendukung dan antusias saya bisa menjadi perias profesional,” kata putri kedua dari tiga orang bersaudara ini menceritakan harapan orangtuanya. Jalan meretas cita-cita Ayu tampaknya sudah terbuka. Lingkungan tetangga pun mendukung. Jika ada acara pementasan kesenian atau kegiatan yang membutuhkan rias wajah, mereka menyuruh Ayu merias pengisi acaranya. Akhir tahun ajaran adalah “musim panen” bagi peserta DT. ­Khususnya ­materi kecantikan. Begitupun untuk akhir tahun ajaran (TA) 2019-2020. ­Mereka ­berencana merias puluhan bahkan ratusan siswa kelas terakhir ­jenjang SD, SMP, SMA yang diwisuda setelah lulus ujian akhir. Namun wa- bah corona ­menggagalkan musim panen tersebut. Tahun sebelumnya —TA 2018-2019— siswa program DT SMAN 1 ­Kapongan, Situbondo, sempat
  • 72. 58 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI merias ­puluhan wisudawati SMA ­tersebut. ­Bahkan mereka juga merias siswa SD/SMP ­tetangga rumah peserta program DT, yang diwisuda di sekolahnya. “­Tahun ini tampaknya­­sekolah-sekolah tidak ­mengadakan wisuda, karena kondisinya ­tidak ­memungkinkan akibat wabah,” ujar trainer kecantikan SMAN 1 ­Kapongan, Dwi Nur Hasanah. Saat itu, siswa program DT kecantikan mendapat penghasilan ­lumayan. ­Setiap wisudawati yang dirias di sekolah dikenakan biaya Rp 35.000 per ­kepala. “Karena alat rias disediakan sekolah. Kalau yang merias di luar ­sekolah, ­rata-rata menetapkan ongkos Rp 50.000 per orang,” kata Dwi, yang sehari-hari mengajar mata pelajaran muatan lokal, Bahasa Madura ini. Saat ini banyak siswa alumni DT yang membuka usaha rias wajah dan jasa kecantikan di rumahnya. Omzetnya memang tidak dapat dipastikan. Karena banyak di antara mereka merias sekadar sambilan. Dan “klien” kecantikan memang tidak datang setiap hari. “Baru ramai kalau ada wisuda, perkawinan, atau orang punya hajat,” kata Dwi. Kenyataan itu dibenarkan, Siti Nurholifah, siswi program DT kecantikan SMAN 1 Kapongan. Menurut dia, sebelum terjadi wabah pun, orang merias wajah tidak setiap hari. “Ga pas-pas sebulan full juga, tergantung adanya klien,” kata Lipa —panggilan Siti Nurholifah. Untuk merias wajah (make up), Lipa menetapkan tarif Rp 30.000 per ­kepala. Itu sekadar make up untuk kliennya yang akan menari, pasukan ­pengibar ­bendera (paskib), atau pemain drumband. Untuk klien yang minta dirias ­tangan dan kakinya dengan henna atau pacar kuku, tarifnya lebih ­mahal. “Saya ­sempet meminta ongkos antara Rp 70.000 sampai Rp 90.000 per orang,” kata Lipa. Ongkos sebesar itu dikenakan pada klien yang merias lengkap, wajah, ­tangan, dan kaki, untuk kepentingan hajat perkawinan. Selain membuka usaha merias sendiri, Lipa juga membantu guru pembimbingnya jika mendapat klien hajat perkawinan. Biasanya merias penerima tamu dan keluarga mempelai. Ayu Firnanda, siswi SMAN 1 Dukun, Lamongan, juga punya pengalaman menarik untuk diungkap. Dengan modal keterampilan yang masih ­dipelajari di program DT, Ayu sudah dapat menabung dari hasil merias wajah kliennya. Memang tidak banyak, berkisar antara Rp 30.000-Rp 50.000 per orang ­tergantung tingkat kesulitan riasnya. Yang jelas, nama Ayu sudah mulai dikenal sebagai perias. Para tetangga sering minta bantuan merias kalau ada acara di lingkungannya. Seperti acara pentas seni atau hajat yang butuh rias wajah, Ayu pasti ikut. Lumayan, dapat uang saku tambahan! n
  • 73. 59 Pandemi COVID-19 telah me­morak­poran­ dakan­segala sendi ­kehidupan, tak terkecuali ­bidang pendidikan. Semua ­proses ­pembelajaran dilaksanakan secara online ­termasuk program DT. Program andalan Dinas Provinsi Jawa Timur dan ITS Surabaya ini pun terimbas. Tapi tak banyak yang menyadari ada hikmah di balik musibah ini, yang diperoleh ­penyelenggara ­progam DT. Salah satu hikmahnya, tiga sekolah DT ­masing-masing SMA Negeri 1 Kalidawir, ­Tulungagung; SMA Negeri 1 Karas, Magetan; dan SMA Negeri 1 Berbek, Nganjuk diper- 2.6 Dipercaya MembuatAPD MENGHASILKAN PRODUK NYATA
  • 74. 60 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI caya oleh Dinas Pendidikan Jatim untuk membuat Alat Pelindung Diri (APD). ­Sebenarnya ada 14 sekolah yang telah menyatakan kesanggupannya untuk menerima order APD. Tapi karena bahan baku yang ada di Dinas Pendidikan Jatim sudah habis dibagi pada tiga sekolah tersebut, maka 11 sekolah lainnya urung mengerjakan pembuatan APD itu. Sebuah pengalaman paling berharga dan jarang diperoleh sekalipun ­mengambil kursus menjahit. Pengalaman langka ini tidak akan didapat jika tidak ada Corona. Proses pembuatan APD di SMA Negeri 1 Karas diawali dengan ­memberikan pelatihan kepada enam siswa yang sudah dipilih oleh trainer tata busana. ­Kenapa hanya enam orang siswa? Hal ini untuk tetap mematuhi aturan ­social distancing dan phsycal distancing. Pelatihan dilaksanakan di sekolah dan ­untuk memudahkan siswa dalam membuat APD, trainer pun membuat tutorial ­pembuatan APD. Meski dalam kondisi puasa dan di tengah pandemi tak menyurutkan niat siswa untuk berkarya, dengan tetap menjaga jarak, memakai masker serta mencuci tangan dengan hand sanitizer, mereka semangat untuk menjahit baju sebanyak 80 set APD, terdiri dari baju, sepatu dan tas tempat untuk ­menyimpan. “Kami memberikan waktu kepada enam siswa dan satu trainer antara pukul 08.00 sampai pukul 13.00 tiap harinya di sekolah. Alhamdulillah dalam waktu lima hari ke-80 baju APD itu selesai. Ini pengalaman baru bagi siswa kami dalam menjahit APD. Kepercayaan ini menjadi motivasi tersendiri buat kami juga siswa,” kata Kepala SMA Negeri 1 Karas, Bahtiar Kholili S. Pd., M.M. Pd. Ketika pembuatan APD dikomunikasikan kepada orangtua siswa yang ­terlibat dan siswa harus datang ke sekolah, kata Bahtiar menambahkan, ­tidak ada masalah, mereka memahami dan memberi dukungan. “Selama ini kami memang selalu berkomunikasi dengan para walimurid tentang aktivitas DT di sekolah. Hal yang menantang bagi kami justru menjaga keamanan dan ­keselamatan siswa selama membantu pengerjaan APD, sebab di Kab. ­Magetan cukup banyak warga yang terinfeksi. Trainer selalu mengingatkan ­terkait ­protokol kesehatan yang harus dilakukan dan mengharuskan siswa tidak ­mengunjungi tempat lain selain rumah dan ruang DT tata busana,” katanya. Siti Kurniah S.Pd., Guru Bahasa Jawa yang dipercaya untuk menjadi trainer sekaligus mendampingi dalam pembuatan APD mengatakan, keputusannya hanya melibatkan 6-7 siswa selain untuk mematuhi protokol COVID-19 juga
  • 75. 61 mempertimbangkan jarak rumah siswa dengan sekolah serta kecakapan dari masing-masing siswa. “Memang rata-rata keterampilan siswa sudah memadai, tapi jarak ­antara rumah dan sekolah menjadi pertimbangan pula untuk mengikutsertakan ­mereka dalam pembuatan APD,” katanya. Lain lagi cerita dari dilakukan oleh SMA Negeri 1 Berbek, Nganjuk. ­Sebanyak 6 siswa tata busan juga terlibat dalam pembuatan APD dari Dinas Pendidikan Jatim. Pihak sekolah menggandeng DUDI Sekar Sari, milik Gemi Asih, di Desa Tempel Wetan, Kec. Loceret, Nganjuk, yang kerap dijadikan tempat magang siswa tata busana, didampingi trainer tata busana SMA Negeri I Berbek, Nunik Sugiarti, S. Pd. “Kami memilih kerja sama dengan DUDI, agar siswa kami bisa ­belajar ­langsung bagaimana suasana dan sistem DUDI bekerja saat menerima ­pesanan dalam jumlah banyak dan ditentukan waktunya. Pengalaman di DUDI itu biar bisa dirasakan oleh siswa yang terlibat,” kata Kepala SMA Negeri 1 Berbek, Drs. Gunardi, M.M.,M. Pd. Dalam kondisi pandemi saat ini ia tidak bisa melibatkan semua siswa, ­karena itu siswa yang terpilih adalah mereka yang telah mendapatkan izin dari orangtua dan jarak antara rumah dengan lokasi DUDI tidak terlalu jauh. “Awalnya kami tawarkan kepada siswa yang sudah terampil dan mampu memproduksi. Kami berharap setelah Corona selesai, keenam siswa dan ­trainer yang terlibat dalam pembuatan APD akan membagi pengalamannya ke peserta tata boga lainnya,” katanya. Sementara Yaumurina, Guru Bidang Studi Ekonomi SMA Negeri 1 ­Kalidawir, Tulungagung, yang juga trainer tata busana mengatakan, ia menyiapkan ­pembuatan APD di sekolah dengan tetap mempertimbangkan jumlah siswa yang terbatas, tidak bergerombol. Meski dalam kondisi puasa dan di tengah pandemi COVID-19, tak menyurutkan niat siswa untuk berkarya, dengan tetap menjaga jarak, memakai masker serta mencuci tangan dengan hand sanitizer. Mereka semangat untuk menjahit baju APD, yang terdiri dari baju, sepatu dan tas tempat untuk menyimpan. ‘‘ ‘‘ MENGHASILKAN PRODUK NYATA
  • 76. 62 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI “Kami mengerjakannya di sekolah dan siswa wajib menggunakan ­masker dan mencuci tangan dengan hand sanitizer yang sudah disediakan pihak ­sekolah,” katanya. Agar pengerjaannya bisa cepat dan sisitematis, tiap siswa diberi ­tugas ­masing-masing yang berbeda, ada yang bertugas memotong bahan, ­pemasangan resleting, menjahit bagian lengan, bagian elastik, dan bagian kepala dikerjakan. Tiap siswa mengerjakan berbeda-beda. Di SMA Negeri 1 Kalidawir, sebagaimana dituturkan Kepala Sekolah, Agung Ismiharto, S.Kom., M. Pd. Selain membuat APD, siswanya dilibatkan pula dalam pembuatan masker dan disinfektan secara mandiri. “Sebelum mendapatkan program DT pada tahun ini, kami sudah melakukannya secara mandiri setahun sebelumnya,” katanya. n
  • 77. 63 Tidak henti untuk berkarya dan berinovasi. Inilah yang dilakukan para pengelola program DT yang telah digagas sejak 2018 silam. ­Progam itu yang sudah diterapkan di 157 sekolah (SMA/ MA) di Jawa Timur itu kini dikembangan lagi dengan menyiapkan voucher cipta kerja. Pameran DT pada 29 Desember 2019 di ­Jatim Expo Surabaya telah membuka mata ­publik tentang arti strategisnya program ini. Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa ­menyampaikan kekagumannya pada karya siswa SMA/MA DT yang dipertunjukkan di acara tersebut. Program ini telah nyata dapat ­mempersiapkan peserta 2.7 SiapkanVoucher CiptaKerja MENGHASILKAN PRODUK NYATA
  • 78. 64 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
  • 79. 65 ­didik SMA/MA setelah lulus untuk siap memasuk ke dunia kerja atau ­membekali diri mereka menjadi wirausaha. Buktinya? Beberapa hasil praktik mereka telah diterima masyarakat. Atas hasil semua itu, penyelenggara DT mulai berpikir bagaimana agar apa yang telah dihasilkan sekolah bersama siswanya dapat terus bersamai ­tumbuh dan membesar. Berinovasi inilah yang ditawarkan penyelenggara ­lewat ­peluncuran voucher cipta kerja. Voucher cipta kerja merupakan strategi penggalangan dana crowd funding yang dilakukan oleh program DT sebagai modal kerja. Dana dikumpulkan dari masyarakat kemudian dibelikan alat dan bahan untuk membuat produk atau memberikan jasa kepada orang yang membutuhkan. Sederhana konsepnya, melalui voucher cipta kerja ini, siapa pun boleh membeli atau memilikinya. Setelah dimiliki, voucher itu bisa dibelanjakan untuk membeli produk atau jasa yang dihasilkan oleh siswa SMA/MA DT. Tidak harus dikonsumsi atau dinikmati sendiri oleh pemilik voucher, tapi bisa diberikan atau disumbangkan kepada siapa pun, baik perorangan, lembaga, atau yayasan. Melalui kepemilikan voucher itu, maka produk dan jasa dari sekolah dan siswa SMA/MA DT akan bergulir ke konsumen dan menghidupkan proses produksi barang dan jasa hasil program DT. Melalui voucher cipta kerja, program DT mengajak untuk berbagi ­kepada mereka yang membutuhkan sekaligus menggerakkan dan memberi ­kepercayaan kepada peserta program DT bahwa jenis keterampilan yang ­diperolehnya dapat dijadikan bekal untuk memulai berwirausaha. Contoh kongkret telah dijalankan oleh SMAN Ngadirejo, Pacitan, yang mendapat voucher cipta kerja dari Lembaga Yayasan Dana Sosial Al Falah (YDSF) Surabaya, senilai Rp 1.750.000,- untuk pembuatan seragam Taman ­Pendidikan Voucher cipta kerja merupakan strategi ­penggalangan dana crowd funding yang ­dilakukan oleh program DT sebagai modal kerja. Dana dikumpulkan dari masyarakat kemudian ­dibelikan alat dan bahan untuk membuat produk atau ­memberikan jasa kepada orang ­yang ­membutuhkan.‘‘ ‘‘ MENGHASILKAN PRODUK NYATA
  • 80. 66 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI Al Quran (TPA) Yayasan ­Al-Khairiyah, ­Pacitan, binaan lembaga YDSF. Seperti diketahui, program DT adalah suatu sistem pembelajaran yang ­menggabungkan cara belajar SMA yang ­diberi keterampilan ­tambahan. ­Penambahan keterampilan ini ­membuat siswa siap kerja jikalau tidak ingin ­melanjutkan ­pendidikan ke perguruan tinggi. Karena faktanya di Jawa Timur, ­lulusan SMA yang tidak melanjutkan ­kuliah jumlahnya cukup tinggi, ­mencapai 67,84%. Padahal SMA itu sejak awal ­dirancang ­sebagai satuan pendidikan yang ­menyiapkan peserta didiknya melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Lalu bagaimana dengan siswa sekolah umum yang, karena berbagai alasan, akhirnya tidak melanjutkan kuliah? Mereka harus segera terjun ke ­dunia kerja dengan bekal pengetahuan umum semata. DT dikonsep sebagai kegiatan ­ekstrakurikuler, dengan ketentuan setiap siswa minimal satu tahun mengikuti sistem jalur ganda ini. Ide DT muncul ­berawal dari keprihatinan atas tingginya potensi ­lulusan SMA yang menjadi ­pengangguran. ­Terutama mereka yang setelah lulus ­tidak melanjutkan ke bangku kuliah. Fakta ini menjadi permasalahan pelik bagi ­pembangunan manusia di ­Jatim, ­karena peserta didik lulusan SMA tidak dibekali skill dasar yang ­memadai ­untuk terjun ke dunia kerja. Melalui Program SMA/MA DT diharapkan bisa ­memberikan skill atau kompetensi tambahan kepada siswa. n
  • 81. 67 BAGIAN TIGA Siswa DT, Terampil dan Pede Orang yang kuat bukan mereka yang selalu menang. Melainkan mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh. – Khalil Gibran – KAHLIL GIBRAN (1883-1931). Pria satu ini dikenal sebagai salah satu pujangga atau penyair terhebat yang pernah hidup dimuka bumi. Syair-syair  yang ditulisnya sangat indah. Lahir pada 6 Januari 1883 di Beshari, Lebanon. Meninggal di New York City, Amerika Serikat, 10 April 1931. Salah satu karyanya yang sangat tenar adalah sebuah buku yang berjudul The Prophet.
  • 82. 68 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI T erampil dan percaya diri adalah salah satu yang hendak dicapai dalam program DT. Membangun kepercayaan diri ini penting dan menjadi modal utama dalam mengawali diri untuk ­berwirausaha maupun mengisi lapangan pekerjaan. Apa yang dilakukan? ­Terus belajar dan berlatih dalam mengasah keterampilan dan membangun ­kepercayaan diri adalah kuncinya. Itu sebabnya meski Corona melanda, sedikit pun tak ada halangan di benak para peserta, trainer, dan pengelola DT untuk putus semangat. ­Kebijakan ­belajar dari rumah (study from home –SFH) sebagai upaya menjalankan social distancing dan physical distancing disikapi dengan mencari berbagai cara dan terobosan agar program pembelajaran DT tetap berjalan. Peserta DT dipacu untuk produktif dan kreatif bukan hanya pada saat ­praktik di ruang pelatihan, tetapi juga aktif menunggah produk mereka di media ­sosial. Harapannya pelatihan DT tidak berhenti sebatas diklat dan menambah keterampilan semata, tetapi benar-benar sebagai langkah awal mewujudkan bisnis mandiri yang konkret. Jujur Diakui pandemi COVID 19, memang mengnaggu sejumlah program. Tetapi segera melakukan penyesuaian dan penjadwalan ulang. Ternyata ­terjadi blessing in disguise, semacam keberuntungan tersembunyi di sela musibah. Program DT sukses dilaksanakan dengan memanfaatkan teknologi daring. Seminar via web (webinar) juga menjadi pilihan yang efektif. Intinya peserta DT tidak hanya terampil dan mahir membuat, tapi juga mampu dalam hal memasarkan dan menjial. Buktinya uang saku pun ­diperoleh para peserta DT, baik dari menjual produk maupun menawarkan jasa. n
  • 83. 69 Dua dari 20 siswa yang terlibat dalam ­program voucher siap kerja di SMAN 1 ­Ngadirejo, ­Pacitan, memberi kesaksian. ­Intinya mereka merasa terbantu dengan ­menguasai ­keterampilan menjahit yang dilaksanakan dalam program DT. Selain terampil, mereka juga telah menerima pembelajaran untuk ­berwirausaha. Artinya, tidak hanya pandai membuat atau menjahit, tapi juga bisa menjual produk apa yang telah mereka buat. Auriela Putri Widyar, siswa Kelas XI IPA 3 mengakui secara pribadi kegiatan DT bidang tata busana telah dapat memberikan manfaat 3.1 TerampilMembuat, PintarMenjual SISWA DT, TERAMPIL DAN PEDE
  • 84. 70 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
  • 85. 71 signifikan untuk mengasah keterampilannya di bidang menjahit. “Saya jadi mengetahui bagaimana cara membuat pola rok, rompi, dan rukuh. Juga, ­ukuran-ukuran detail yang harus diperhatikan, memotong kain dan cara ­menjahit yang benar,” katanya. Selain itu, di sisi lain ia juga diajari bagaimana cara berwirausaha yang baik dan benar, mulai dari modal, proses pembuatan, serta penentuan laba dan harga jual. “Tidak hanya itu saja, saya juga belajar manajemen waktu untuk mengejar target sesuai dengan waktu yang telah ditentukan,” katanya. Jadi, peserta harus semangat dan pantang ­menyerah. “Memang ­menjahit itu dibutuhkan ketelitian dan keuletan yang sangat tinggi, tapi apabila kita berusaha keras dan punya niat ­untuk bisa, kita pasti akan bisa.” Hal senada juga disampaikan, ­Mumayizah, siswa Kelas XI IPA 4. “Saya senang bisa ikut ­kegiatan DT bidang tata busana. Dengan ­adanya DT, saya bisa mendapat pengalaman baru di luar pengalaman di sekolah umumnya. Ini pengalaman pertama saya belajar menjahit. Sekarang setelah mengikuti DT, saya juga bisa sedikit-sedikit membantu saudara saya yang juga berprofesi sebagai penjahit, katanya. Mumayizah mengakui, setelah ada kegiatan pameran di Surabaya, pada Desember 2019, sekolahnya mendapat pesanan baju TPA. “Ini pengalaman baru lagi bagi kami. Awalnya kami berlatih membuat rok sendiri, karena ada pesanan itu kami bisa belajar membuat gamis dan baju koko,” katanya sambil menjelaskan materi DT yang diikutinya ­dilaksanakan setiap Sabtu. Siswa ini beserta teman-temannya pada awal diajari menjahit baju untuk bagian yang mudah, lalu mengikat motif dan pewarnaan di bawah ­bimbingan trainer DT. Selain itu diajari pula menjahit bagian-bagian yang sulit, juga ­belajar menerapkan ilmu kewirausahaan, agar baju yang kami buat bisa dijual. “Semoga kegiatan DT bisa berlangsung di tahun-tahun yang akan datang, dan semoga kuota yang bisa mengikuti DT lebih banyak dari tahun ini,” katanya. SISWA DT, TERAMPIL DAN PEDE
  • 86. 72 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI Dra Toni Retno Antyaningsih, trainer keterampilan tata busana SMAN 1 ­Ngadirejo, Pacitan, mengatakan, kepercayaan diri siswa saat mendapat pesanan sangat luar biasa, ini terlihat dari semangat mereka untuk berkarya. “Hanya saja karena waktunya sudah ditentukan oleh pemesan, ­sementara kemampuan siswa berbeda-beda, akhirnya kami konsentrasi ­kepembuatan dan memperketat quality control,” kata guru pengampu mata pelajaran ­kewirausahaan. Ketika sekolah menerima pesanan, Toni Retno mengenalkan model ­pengerjaan berbasis sistem konveksi, yaitu siswa yang sudah terampil diminta untuk mengerjakan jahitan yang agak sulit, siswa yang teknik jahitnya kurang terampil diminta untuk pengerjaan pewarnaan, dengan demikian hasil ­jahitan berkualitas sama. “Pengalaman mengerjakan pesanan yang jumlahnya ­lebih dari satu akan lebih lancar jika mengerjakannya seperti sistem konveksi,” ­katanya. Pengalaman ini meniru dari usaha putranya yang memilki industri kecil menengah sektor batik, sehingga ia bisa menularkan kepada siswanya untuk membuat batik di samping pengetahuan tentang tata busana. n Ini pengalaman baru bagi kami. Awalnya kami berlatih membuat rok, karena ada pesanan kami bisa belajar membuat gamis dan baju koko,” kata Mumayizah, Siswa Kelas XI IPA 4. ‘‘ ‘‘
  • 87. 73 Bagi Siti Nurholifah, dunia tata rias ­sudah ­tidak asing. Sejak lama dia sering ­membantu ­kakak sepupunya, yang sering merias ­tetangganya. Siti mengaku, pada awalnya ia ikut merias ­anak-anak yang ada di ­sekitar ­rumahnya. “­Mereka anak sekolah taman ­kanak-kanak yang akan menari di sekolah atau lomba. Juga merias wajah anak-anak drumband SD,” kata siswi SMAN 1 Kapongan, Situbondo ini. Saat itu, merias hanya sebagai hobi. ­Belajar sendiri. Alat riasnya memakai milik kakak ­sepupunya. Akibatnya dia sering dimarahi ­karena menghabiskan alat rias. 3.2 MelukisBibir Berantakan SISWA DT, TERAMPIL DAN PEDE
  • 88. 74 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI Tak ayal ketika ada program SMA DT di ­sekolahnya, dia mendaftarkan diri ­untuk ­materi tata rias. Dia memilih tata rias ­pengantin ­yogyakarta ­berkerudung tanpa paes dan ­henna pengantin. “Saya ingin tahu cara ­merias ­pengantin wanita gaya jogyakarta,” ujar Lipa, panggilan Siti Nurholifah, menjelaskan ­alasannya. Ditanya pengalaman atau ­keterampilan apa yang didapat dari program DT, siswi ini ­menyebutkan antara lain meronce bunga ­melati, ­memasang­sanggul, melukis alis, dan melukis bibir. Kata kuncinya adalah “telaten”. Misalnya, kalau meronce bunga melati untuk pengantin, bunga tidak ­boleh ­rusak, tak boleh rontok atau pecah. Bunga harus utuh. Karena itu, harus ­hati-hati ­merangkainya. Begitu juga ketika memasang sanggul. Sebelum dipasang, rambut diikat ­setinggi-tingginya agar sanggul bisa terpasang rapi. Sedangkan untuk ­merias alis,periasharustahubentuknyaterlebihdahulu.Kemudianalisdilukis­mengikuti bentuknya. Sedangkan untuk merias bibir, jika bentuk bibir agak tebal maka ­lipstik yang melukis bibir diperkecil. Untuk bibir tipis atau kecil, melukisnya ­mengikuti bentuk bibir saja. “­Sebelumnya, saya kalau melukis alis dan bibir sering ­berantakan,” kata Lipa, “Sekarang sudah paham caranya,” katanya lagi. Dalam praktikum program DT, sulung dari dua bersaudara ini ­mengaku, ­pernah merias teman-teman sekolahnya saat akan menari. Juga ­teman-temannya yang ikut drumband. Selain itu, juga merias pengantin sesuai pilihan di program DT. Yang paling disukai adalah membuat henna. Henna sebenarnya adalah nama pewarna untuk menghiasi kuku, tangan, dan kaki wanita. Dinamakan demikian karena dibuat dari rumpun tumbuhan bernama henna
  • 89. 75 (­Lawsonia ­genus). Di Indonesia dikenal sebagai “pacar kuku”, sesuai asalnya ­yaitu ­tumbuhan pacar kuku (Lawsonia inermis). Belakangan istilah henna juga ­merujuk pada seni melukis tubuh nonpermanen (tattoo temporary). “Saya suka melukis tangan pengantin perempuan pakai pacar kuku itu,” katanya. Beruntung kegiatan rias-merias putri Massuri ini didukung ­orangtuanya. ­Bahkan ibunya —Yusmiati— ikut membantu mempromosikan keahlian ­putrinya ke tetangga atau kerabat. Istilah Lifa, mereka bagian “menangani klien”. ­Yakni membantu Lifa bicara dengan orang yang membutuhkan jasa rias. Bagai ­gayung bersambung, para tetangga pun merasa gembira Lipa pandai ­merias. “Mereka senang dengan adanya perias yang rumahnya dekat, agar tidak ­jauh-jauh lagi kalau mau merias wajah ketika ada acara tertentu,” katanya beralasan. Menurut Dwi Nur Hasanah, pembimbing materi tata rias di SMAN 1 ­Kapongan, rata-rata alumni program DT tahun lalu (tahun ajaran 2018-2019) sudah banyak yang membuka usaha sendiri. “Padahal sekarang mereka masih kelas XII,” katanya. Ada nada bangga dalam ucapannya. Mereka sudah dapat dilepas untuk merias teman-temannya menari, ­drumband, wisuda, atau rias cantik lainnya. “Untuk rias pengantin, ­mereka biasanya mengasisteni saya,” kata Dwi yang sehari-hari mengajar mata ­pelajaran muatan lokal, Bahasa Madura ini. Bagi Siti Nurholifah, mengikuti program DT tidak hanya mendapatkan ­keterampilan membuat orang jadi cantik. Dia juga menjadi tahu ­bagaimana memasarkan hasil usaha merias. “Untuk promosinya, hasil kerja merias ­anak-anak tari dan hasil melukis henna itu diposting ke media sosial,” katanya. Apa yang dikatakan Lipa tidak keliru. Dalam program DT ini ­memang ­disarankan memanfaatkan media sosial untuk membangun jejaring ­pemasaran. Alih-alih anak muda sekarang sangat akrab dengan WhatsApp, Facebook, Twitter, atau Instagram. Lipa tampaknya optimistis akan menggeluti dunia tata rias untuk masa ­depannya. “Bisa bekerja sendiri tanpa membebani orang lain. Yang penting saya juga sudah mengetahui bagaimana cara pemasarannya,” katanya. n SISWA DT, TERAMPIL DAN PEDE Sebelumnya, saya kalau melukis alis dan ­bibir sering berantakan. Sekarang sudah paham caranya,” kata Siti Nurholifah, siswi SMAN 1 Kapongan, Situbondo. ‘‘ ‘‘
  • 90. 76 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
  • 91. 77 Sesungguhnya proses belajar akan terus berlangsung sepanjang hayat. Sebagai calon entepreneur, peserta DT harus terus ­mengasah potensi diri, memperkaya wawasan, dan ­senantiasa menambah ketrampilan. Kendala Pandemi COVID-19 tidak menyurutkan ­mereka untuk aktif menimba ilmu. Apalagi pihak ­Dinas Pendidikan Provinsi Jatim bekerja sama ­dengan ITS ­memfasilitasi dengan mengadakan ­pembelajaran secara daring. Pada 21 April 2020 pukul 08.00 mereka 3.3 TerusBelajar Lewat Webinar SISWA DT, TERAMPIL DAN PEDE
  • 92. 78 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI berkesempatan mengikuti seminar melalui situs web (webinar) melalui ­aplikasi Zoom dengan topik Strategi Sukses Mempersiapkan Diri Menjadi Pekerja ­Mandiri. Seminar daring massal perdana ini dikuti 285 siswa SMA/MA yang berada di berbagai penjuru kota di Jawa Timur. Jumlah ini masih ditambah lagi dengan 600 siswa yang mengikuti pelajaran melalui youtube live. Jangan tergesa berprasangka sambil bilang, “tentu saja bisa jalan karena semua pesertanya pasti siswa milenial yang familiar dengan gadget.” Anda salah. Yang ikut webinar ini adalah remaja desa yang bersekolah di SMA/MA pinggiran desa di tingkat kabupaten, siswa peserta program DT. Seperti diketahui DT adalah program ketrampilan tambahan bagi di ­sekolah-sekolah SMA/MA yang mayoritas siswanya (85% ke atas) tidak ­melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Mereka rata-rata berasal dari keluarga kelas menengah ke bawah. Lalu bagaimana mereka keren bisa ikut bergabung via Zoom? Itulah keunggulan “the power of kepepet.” Kalau tidak punya alat ya pinjam. Ada yang memakai laptop milik laboratorium komputer sekolah, ada yang pinjam smarphone trainernya, gurunya, saudara, atau tetangga.
  • 93. 79 Kepala SMAN 1 Pronojiwo Lumajang, Drs Hendro Supratikno, M.M.Pd, ­mengakui, 95% siswa peserta DT di sekolahnya tidak memiliki laptop. Siswa yang menjadi peserta webinar terpaksa harus datang ke sekolah, tentu ­dengan tetap mematuhi ketentuan physical distancing. “Kami memanfaatkan ­laboratoriun komputer sekolah untuk mengikutinya,” katanya berterus terang. Ya pada akhirnya yang penting adalah satu: pokoknya bisa mendaftar dan ikut bergabung, ikut menimba ilmu. Apalagi ilmu yang dibagikan sangat ­relevan 95% siswa peserta DT di sekolah saya tidak ­memiliki laptop. Siswa yang menjadi peserta webinar terpaksa harus datang ke sekolah, tentu dengan tetap mematuhi ketentuan physical ­distancing. Kami memanfaatkan laboratoriun komputer sekolah untuk mengikutinya,” kata ­Kepala SMAN 1 Pronojiwo Lumajang, Drs Hendro Supratikno, M.M.Pd. ‘‘ ‘‘ SISWA DT, TERAMPIL DAN PEDE
  • 94. 80 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI dan kontekstual denga keadaan kehidupan yang makin kompetitif. Pak Setiyo Agustiono, fasilitator DT dari ITS memotivasi siswa untuk ­mengembangkan diri menjadi seorang entepreneur. Pada saat belajar di rumah, anak-anak diharap banyak membuat produk untuk menyempurnakan produk dan menambah konten portofolio. ­Selain itu juga aktif mempromosikan produknya secara offline maupun online. Sedang nara sumber lain, Prasetyo Adi, seorang praktisi digital branding, founder kawabiki desain branding, berbagi pengalaman mencari penghasilan di dunia online. “Bikin bisnis saat ini sangat mudah.Tinggal mau apa gak,” katanya. Bahkan Khunainnin Mutidzul Qiram, siswa SMAN 1 Panji Sitobondo, juga sempat berbagi pengalaman tentang suksesnya memproduksi bakpia rasa mangga. Dijelaskan, ide itu berasal dari makalahnya yang diikutkan lomba ilmiah, membuat kuliner dengan memasukkan unsur lokalitas, maka dipilihnya
  • 95. 81 bakpia dengan selai mangga. Produk itu kemudian diberi merek bangga alias bakpia rasa mangga. Setelah diproduksi, kue bangga itu ditawarkan ke teman di sekolah dan melalui medsos. Ternyata lumayan laris. Oleh karena itu dia menyemangati teman-teman sesama peserta DT agar tetap semangat. ­“Jangan gampang putus asa, asah terus bakat yang ada pada dirimu,” katanya. Khunainnin mengaku senang dapat mengikuti webinar. ­Menurutnya, ­teknisnya baik, dirinya diarahkan pelaksana DT mulai dari awal ­hingga dapat bergabung ke aplikasi Zoom dan dapat mengikuti acara dengan ­lancar. “­Moderatornya baik. Semua materinya juga sangat menarik, tentang ­entrepreneur. Materi Pak Agus, Pak Prasetyo, dan Pak Fajar, saya ­menyukainya,” katanya. Ratusan pertanyaan yang masuk melalui chating web menjadi ­indikator ­betapa mereka sangat antusias mengikuti pembelajaran daring yang ­berlangsung dua jam itu. Di antara mereka adalah siswa dari SMAN1 ­Punung SISWA DT, TERAMPIL DAN PEDE
  • 96. 82 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI Pacitan, SMAN1 Tugu Trenggalek, SMAN1 Bungkal Ponorogo, SMAN ­Wungu Madiun, SMAN Tongas Probolinggo, SMAN1 Abunten Sumenep, dan ­banyak lagi yang lainnya. Mereka adalah sebagian kecil dari peserta DT yang ­jumlahnya 14 ribu siswa lebih, dari 157 sekolah di 28 kabupaten di Jatim. Muncul beberapa pertanyaan senada yang menarik yang untuk ­direnungkan bersama. Mereka menulis begini: “Saya sangat ingin menjadi wirausaha tetapi dilarang orangtua saya. Mereka maunya saya nanti bekerja jadi pegawai. Apa yang harus saya lakukan?” Rupanya selera zaman tengah berubah, tapi sayang sebagian dari siswa itu masih terkungkung oleh “selera lama” orangtuanya. n
  • 97. 83 Setiap zaman punya cara tersendiri dalam berdagang. Dulu orang menjajakan ­barang dengan keliling kampung door to door. Lalu ­meningkat melakukan publikasi dengan ­menyebar brosur di perempatan jalan atau ­menempelnya di tiang listrik. Kini memasuki era 4.0 yang penuh digitalisasi, maka cara ­berjualan pun bergeser melalui jalur online. Oleh karena itu remaja sekolah SMA umum, tidak hanya siswa SMK jurusan Teknologi ­Informasi, perlu dibekali dengan ­kecakapan ­digital marketing, untuk modal di masa ­mendatang yang kian kompetitif. 3.4 TerampilBikin CopyWriting,ItuPenting SISWA DT, TERAMPIL DAN PEDE
  • 98. 84 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI Apalagi bagi siswa SMA sekolah pinggiran yang berencana tidak ­melanjutkan kuliah karena alasan biaya. Tentu sangat bermanfaat bila mau ­mempelajarinya. Seperti yang dilakukan oleh ratusan siswa peserta ­program DT Jawa Timur ini, Selasa (28/4) siang. Program pemberdayaan dari Dinas Pendidikan ­Provinsi Jatim bekerja sama dengan ITS ini dilaksanakan dalam bentuk seminar. ­Karena kondisi sedang pandemi corona, maka proses ­pembelajarannyapun dilaksanakan secara daring dengan menggunakan ­aplikasi Zoom. Sebanyak 343 siswa SMA dari berbagai penjuru di Jatim ­bersemangat mengikuti sharing ilmu keren dari Prasetyo Adi, narasumber praktisi dan ­founder Kawakibi Digital Branding. Pada saat yang bersamaan acara webinar ini juga disaksikan oleh sekitar 600 siswa melalui Youtube live. Selama 1,5 jam brand aktivist ini berbagi ilmu tentang bagaimana membuat teks iklan (copywriting) khususnya caption promosi produk dan e-poster untuk keperluan mempublikasikan produk ke medsos.
  • 99. 85 Sungguh pelatihan ini sangat relevan, karena pada beberapa bulan terakhir siswa DT tersebut telah praktik membuat suatu produk maupun jasa, mulai dari bidang kuliner, tata kecantikan, desain grafis, hingga servis sepeda motor. Kini saatnya mereka mengunggah hasil karyanya ke dunia maya, dengan tampilan yang lebih eye catching, menarik perhatian, karena mereka telah mendapat bimbingan membuat copy writing, membuat narasi promotif, dan menampilkan gambar/poster yang memikat calon pembeli. Apalagi media ­sosial saat ini disebut-sebut sebagai medium yang powerfull untuk berdagang. SISWA DT, TERAMPIL DAN PEDE
  • 100. 86 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI Sedikit lebih beda, itu lebih baik dari- pada sedikit lebih baik.” Panji Pragiwaksono ‘‘ ‘‘ “Membuat kata-kata dalam copy writing itu boleh hiperbolic (agak ­berlebihah-pen) untuk membangkitkan imajinasi pembaca. Tetapi jangan ­sampai berbohong,” kata Prasetyo berbagi kiat. Ditambahkan, calon konsumen harus diberi alasan yang kuat mengapa mereka harus membeli produk kita. Untuk memancing minat mereka juga ­perlu diimingi-imingi bonus yang relevan, misalnya mangkok cantik untuk pembeli bakso. Upayakan meminta testimoni dari pelanggan yang pernah membeli produk Anda, kemudian diunggah ke medsos untuk membangun kepercayaan ­publik. “Akhirnya jangan lupa, pada setiap copy writing hendaknya diberi call to ­action. Bisa dengan menggunakan kata beli sekarang, klik di sini, atau ambil kesempatan ini sekarang,” pesannya. Salah satu rahasia sukses jualan online, adalah berupaya menghadirkan produk yang beda atau unik dibanding produk sejenis dari kompetitor. Ini dapat dijadikan sebagai keunggulan komparatif. Pembedanya bisa dari ­unsur rasa, bahan baku, atau kemasannya. Tentu yang dimaksud beda itu tidak ­harus beda banget. Beda tetapi masih sesuai dengan kebutuhan pasar. “Sedikit lebih beda itu lebih baik daripada sedikit lebih baik,” katanya menirukan statemen Panji Pragiwaksono. Sedang untuk membuat e-poster yang menampilkan visual produk, dia ­menyarankan beberapa kiat. Yaitu, tampilkan detail dan gambar produk. Lalu buatlah kata dasar yang kuat, tambahkan infomasi/berita yang menarik, dan tonjolkan diferensiasi produk. “Membuat kata dengan rima bunyi yang berulang, dapat menarik ­perhatian orang. Misalnya untuk produk kuliner rendang, kita bisa ­memainkan ­peribahasa: berakit-rakit ke hulu, berendang-rendang ke Padang,” katanya memberi contoh. Program pembelajaran model webinar gratis ini tidak hanya dilaksanakan satu dua kali saja tetapi berlangsung secara berkala dari April hingga Mei 2020, setiap Selasa dan Sabtu pukul 09.00 WIB sampai 10.30 WIB. Sasaran
  • 101. 87
  • 102. 88 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI peserta webinar tidak hanya siswa, tetapi juga trainer, operator, administrasi, dan kepala sekolah pelaksana DT. Narasumber diambil dari praktisi dunia usaha dunia industri. Peserta dibatasi 500 orang setiap kali webinar, seusai mengikuti mereka mendapatkan sertifikat. Materi yang dibahas meliputi mahir fotografi dan videografi, merintis ­bisnis sejak SMA, ruang karir program SMA DT, mengelola DT Mart, manajemen training, dan terampil membuat laporan adminitrasi DT. Sedang goal dari semua program ini adalah percepatan terciptanya kerja mandiri bagi lulusan SMA/MA DT. n
  • 103. 89 Kearifan lokal menjadi branding. Nyaris semua produksi mencantumkan kearifan atau muatan lokal yang dikandung, baik tersirat maupun tersurat. Di dunia pendidikan ada mata pelajaran muatan lokal, seperti bahasa daerah. Di bidang seni-budaya tidak terbilang kearifan lokal yang ditampilkan, mulai dari seni murni, seni pertunjukan, hingga seni turistik —untuk ­kepentingan pariwisata. Ciri khas daerah yang sangat lokalistik ­serta paling mudah diidentifikasi adalah busana dan kuliner. Keduanya langsung dapat dilihat dan ­dirasakan. Sekarang orang tidak tabu lagi 3.5 CerdikMengangkat PotensiLokal SISWA DT, TERAMPIL DAN PEDE
  • 104. 90 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI tampil mengenakan busana daerah sebagai busana resmi. Orang memakai beskap jawa, baju bodo, ulos, kebaya sunda, kain belanga, atau pesaan madura, bukan hanya dalam kemeriahan karnaval. Pada upacara peringatan Hari Kemerdekaan RI di Istana Negara pun undangan banyak yang memakai busana daerah. Perkara kuliner demikian pula. Setiap daerah memiliki masakan khas. Baik masakan untuk makanan utama maupun makanan ringan. Orang ­sudah hapal kalau dodol identik buah tangan dari Garut. Ada lagi buah tangan ­jenang ­kudus, bakpia yogyakarta, pie susu bali, krupuk udang surabaya, getuk pisang kediri, dan seterusnya. Pada program DT materi tata boga, makanan ­bermuatan lokal pun diajarkan. Murahnya harga ayam potong di daerah Bondowoso telah ­menginspirasi siswa DT di SMAN 1 Tamanan, Bondowoso untuk membuat abon ayam. Bahan : 1. 1 kg daging ayam bagian dada 2. 20 gram (5 siung) bawang merah 3. 25 gram (7 siung) bawang ­putih 4. 15 gram laos 5. 10 gram jahe 6. 60 gram cabe merah (6 biji) 7. Satu sendok teh ketumbar 8. ½ sendok teh jinten 9. 6 lembar daun jeruk purut 10. 200 cc santan (½ butir ­kelapa) 11. 5 sendok makan penuh gula pasir 12. 1 sendok makan garam tidak penuh Cara memasak : 1. Ayam direbus setengah ­masak setelah dingin diambil ­dagingnya di suwir suwir kurang lebih ½ cm kemudian ­ditumbuk di alat tumbuk kayu kecil, ­kalau tidak punya pakai cobek di kucek satu arah, tapi hasilnya lebih bagus ditumbuk. 2. Haluskan semua bumbu kecuali daun jeruk 3. Tumis bumbu dan daun jeruk, tambahkan 3 sendok makan Resep Pembuatan Abon Ayam
  • 105. 91 Melalui arahan Dra Sri Indah Yani, trainer masakan Indonesia, peserta ­keterampilan tata boga diminta untuk memikirkan produk lokal apa yang bisa dibuat dan dimodifikasi untuk konsumsi masyarakat. “Tugas itu kami berikan setelah seluruh macam olahan makanan ­Indonesia hasil ­pelatihan dari Surabaya sudah selesai kami praktikkan. Hasilnya luar biasa, ­masyarakat menyukai hasil olahan abon ayam yang kami buat,” katanya. Ide awal itu kami dilemparkan kepada siswa, tentang bagaimana ­memanfaatkan nilai jual ayam yang tetap tinggi di tengah harga ayam potong mengalami penurunan tajam. Siswa sepakat untuk menjadikan ­dagang ayam sebagai abon yang bisa disimpan dan bertahan lama. “Kami bangga keterampilan tata boga bisa menghasilkan ­makanan ­olahanlokalyangdiminatisekaligusmenjadialternatifdalam­memanfaatkan turunnya harga ayam potong,” katanya. n
  • 106. 92 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI minyak goreng 4. Setelah harum masukkan ­santan, gula, garam aduk ­sampai ­mendidih 5. Masukkan ayam yang sudah ditumbuk, goreng dengan api agak kecil dibolak balik seperti menggoreng serundeng kelapa, setelah kering matikan api dan angkat
  • 107. 93 Pada setiap momentum selalu ada peluang. Orang yang bisa memanfaatkan momentum sekaligus mampu mengadaptasikannya, adalah orang yang akankeluar sebagai pemenang. ­Inilah yang dialami beberapa siswa DT bersama trainernya saat menghadapi momentum Idul Fitri 1441 Hijriah. Tentu tidak sekadar memanfaatkan ­momentum, dukungan dari kepala sekolah juga sangat menentukan akan keberhasilan usaha ini. Ini yang dilakukan di SMAN 1 ­Tanggul, ­Jember. Siswanya diajak untuk menyiapkan kue lebaran dan menyodorkan kepada kepala 3.6 Memanfaatkan MomentumLebaran SISWA DT, TERAMPIL DAN PEDE
  • 108. 94 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI ­sekolah untuk memberikan woro-woro kepada guru jika keterampilan tata boga DT menerima pesanan. Berawal dari kerja sama dengan guru mata pelajaran Pendidikan Prakarya dan Kewirausahaan  (PKWU), kelas double track tata boga diminta ­menyiapkan produk minuman, salad, dan kue kering. Siswa DT yang memproduksi dan siswa yang mengambil pelajaran PKWU diminta untuk memasarkan. Berkat dukungan kepala sekolah, kerja sama ini berjalansukses. Kerja sama itu pun berlanjut, kepala sekolah mendukung ­pengadaan ­alat serta berbagai kebutuhan siswa DT dan produknya menjadi makanan dan minuman “wajib” setiap sekolah mengadakan acara. “Pada momen Ramadankami kelas tata boga mendapatkan proyek ­pemesanan 120 toples kue kering dari seksi usaha sekolah,” kata Dewi ­Sulsityaning Utami, Guru Matematika yang dipercaya menjadi trainer tata boga. Tapi karena kondisi pandemi Corona, sekolah tidak bisa melibatkan semua siswa tata boga. Proyek pembuatan kue kering untuk memenuhi pesanan ­dilakukan hanya oleh lima siswa, tentu dengan didukung penuh orangtua yang merasakan dampak positif dari kegiatan DT. Proyek pemenuhan pesanan itu diselesaikan dalam waktu seminggu ­termasuk pengemasan dan pengepakan. “Kami juga bekerja sama dengan ­kelas desain grafis untuk membuatkan stiker kuenya. Alhamdulillah dari proyek ini akhirnya sekarang kami mendapatkan banyak orderan kue kering dari berapa guru untuk Lebaran,” katanya. Diungkapkan Dewi, ditengah pandemi Corona, banyak siswanya yang mempraktikkan keterampilannya dalam membuat minuman dan kue lalu ­menjualnnya, sehingga denganbanyakwaktu di rumah, siswa bisa ­mendapatkan penghasilan sendiri walau tidak terlalu besar jumlahnya. Dihubungi terpisah, Kepala SMAN 1 Tanggul, Dora Indriana, S.Pd, M.Pd mengatakan, dukungan yang diberikan kepada program DT semata-­mata karena impian dan cita-citanya untuk mengembangkan SMA 1 Tanggul dari sisi nonakademik. “Di sekolah kami tidak lebih dari 20% lulusan yang ­melanjutkan kulaih setelah lulus SMA. Untuk itu saat saya mendapatkan ­kepercayaan ­menjadi kepala sekolah, maka tugas saya membangun kepercayaan pada wali murid, jika lulusan sekolah kami juga mampu mandiri, kreatif, dan ­inovatif. Saya melihat program DT arahnya ke sana dan jelas, maka saya dukung ­secara total,” katanya.
  • 109. 95 Sebagi kepala sekolah, Dora selalu mendukung dan mengarahkan ­setiap kegiatan DT untuk menjadi lebih baik.“Urusan danabiar saya yang ­memikirkan. Semua kebutuhan dan ide baik siswa maupun trainer, kami ­sinergikan ­dengan potensi yang ada di sekolah. Kemauan dan kerja tim adalah kunci ­keberhasilan,” katanya. Hal sama dilakukan oleh Ika Wahyu Lestari, Siswa Kelas XI MIPA 2 SMA ­Negeri 1 Pule, Trenggalek, bersama dua rekannya Yanti Dewi dan Sefia Tri, mereka memanfaatkan momentum Lebaran. Usai mengikuti ­keterampilan tata boga pastry bakery dan merasa telah mampu melakukan inovasi dalam membuat kue-kue kering, Ika menawarkan produknya melalui media ­sosialmenjelang Lebaran.Ia juga menitipkan hasil kue keringnya di toko dekat rumahnya di Desa Pule, Trenggalek. Kini untuk memproduksi keu-kue itu tidak lagi di sekolah, tapi buat di rumahnya. Hasilnya dia memperoleh banyak pesanan dan memperoleh ­penghasilan cukup lumayan. “Saya merasakan benar manfaat dari ketarampilan yang ­diberikan dalam program DT. Saya kini bisa membuktikan dan memperoleh hasil lumayan.Saya yakin dengan kerja keras dan pantang menyerah, usaha tidak pernah menghiantai hasil,” katanya. n Dukungan yang diberikan kepada program DT semata-mata karena impian dan cita cita saya untuk mengembangkan SMA 1 Tanggul dari sisi nonakademik.Di sekolah kami tidak lebih dari 20% lulusan yang melanjutkan kuliah. Dora Indriana, S.Pd, M.Pd. Kepala SMA Negeri 1 Tanggul ‘‘ ‘‘ SISWA DT, TERAMPIL DAN PEDE
  • 110. 96 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRISemua Berkiprah demi Kesuksesan Bersama Seorang trainer sedang menerima pelatihan dalam kegiatan ToT untuk keterampilan bidang tata boga.
  • 111. 97 Keterampilan dan kepercayaan diri saja ­tidak cukup. Agar usaha berhasil, awali ­setiap ­kegiatan dengan ucapan bismillah. Yang ­berpesan demikian bukan ulama atau guru mengaji. Pesan tersebut disampaikan siswa ­double track. Begitulah Ilmia Agustin menyampaikan ­pengalaman mengikuti DT. Siswi SMAN 1 ­Kedundung, Sampang, ini mengikuti ­materi tata boga makanan ringan dan ­minuman. ­Motivasinya, ingin punya usaha sendiri ­membuat kue kering. Jika usaha berhasil, dia ingin ­membahagiakan orangtua dengan ­memberangkatkan haji. 3.7 KakiSudahMelangkah, JalanKianTerbuka SISWA DT, TERAMPIL DAN PEDE
  • 112. 98 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI Tekad Ilmi sangat kuat. Untuk mengawali karir sebagai pengusaha kue, dia pinjam duit OSIS. Minta modal dari orangtua adalah mustahil. Bahkan ibunya tidak setuju, karena tidak percaya kalau anaknya bisa memasak. Ilmi pantang mundur. Kekurangan modal itu pun dia tutup dengan meminjam dari SMA DT serta membeli oven dari uang tabungan. Sesungguhnya keikutsertaan Ilmi di program DT awalnya iseng-iseng saja. Menjadi serius saat dia mengikuti pelatihan memasak kue berbahan baku umbi yang diselenggarakan Disperindag Kab. Sampang. Dari pelatihan itu dia ­terpilih bersama lima siswa lain ikut lomba di tingkat kabupaten. Setelah lomba dia dapat pesanan kue pie susu dan tentu saja memperoleh pendapatan. “Sejak itu saya bertekad —karena tidak dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi— saya yakin DT akan mengubah nasib saya dengan ­membuat kue kering,” katanya optimistis. Kiat Ilmi sederhana saja, jangan ragu-ragu karena tidak yakin dapat ­memproduksi sesuatu. Asal kegiatan halal, awali usaha dengan mengucapkan basmalah. Bahkan bukan tabu bagi Ilmi menjajakan kue buatannya ke teman sekolah atau tetangga rumah. Noya Fita Indriya juga punya pengalaman yang layak dicatat. Alasan dia ikut DT karena ingin memperdalam pengetahuan rias panggung. Saat ­kelas X SMAN 1 Karas Magetan, dia sudah mengikuti kegiatan ­ekstrakurikuler ­kecantikan. Alasan kedua, ingin mendapatkan penghasilan sendiri. Dia ­melihat kakak kelasnya yang pernah ikut DT sudah punya penghasilan. Ia pun ­menekuni keterampilan merias wajah. Dalam dua semester berjalan, siswi ini sudah banyak melayani ­pelanggan. Merias wisudawati, peserta karnaval, photo shot, dan untuk foto album. ­Hasilnya sejak ikut DT, dia sudah mengumpulkan sekitar Rp 1,9 juta. Terbanyak ­pelanggannya adalah anak muda, yaitu teman sekolah dan tetangga rumah. Dengan hasil sedemikian Noya semakin percaya diri. ­Penghasilannya ­selama ini dia investasikan untuk membeli piranti make up. Untuk ­menjadi ­perias ­profesional, dia merasa perangkat tata riasnya belum memadai. ­Ketidaklengkapan peralatan tata rias jadi kendala tersendiri, banyak ­pelanggan batal dirias dan mereka pindah ke perias yang lebih profesional. Berbeda dengan pengalaman Vidia Putri Damayanti. Kendala awal yang ­dihadapi justru dari orangtuanya sendiri. “Mereka tidak percaya kalau saya bisa memotong rambut,” kata siswi SMAN 1 Tanggul, Kab. Jember ini. Putri pantang menyerah. Setelah mengerti teori dan praktik potong ­rambut,
  • 113. 99 dia membeli peralatannya seharga Rp 900 ribu. Dia merealisasikan buka ­salon di rumahnya. Hal itu sesuai motivasinya mengikuti program DT. Dia ingin ­memiliki penghasilan sendiri dan tidak tergantung orangtua. Kini Putri —“­sambil sekolah”— mulai merasakan hasil usahanya. Pelanggannya ­bukan hanya teman sekolah, juga saudara dan tetangganya. Namun Putri terus ­berusaha agar suatu saat dapat membuka salon kecantikan rambut di tempat strategis agar lebih banyak dikenal pelanggan. Gantungkan Cita Adanya program SMA DT dapat meyakinkan para siswa menggantungkan cita-cita lewat keterampilan yang dipelajari. Mutiara Dewi Ayu Antika sejak kecil punya angan-angan memiliki restoran yang besar. Dengan mengikuti materi tata boga makanan ringan dan minuman dalam program DT, Mutiara bukan mustahil suatu ketika bisa merealisasikan angan-angannya tersebut. Dalam praktik, siswi SMAN 1 Kalitidu, Bojonegoro, ini bukan hanya diajari cara masak-memasak menu yang sedang up to date. Mutiara juga dikenalkan standar layanan restoran, bagaimana mengatur makanan di meja, menata piring, sendok, garpu, sampai celemek kostumer. Selain itu, dia juga diajar membuka jaringan dengan DUDI, serta kiat pemasaran secara off line maupun on line dengan media sosial yang marak belakangan ini. Bukan tidak mungkin setamat SMA, siswi yang tinggal di Desa ­Prajekan, ­Ngasem, Kab. Bojonegoro ini benar-benar mampu menggapai ­angan-angannya. Membuka rumah makan atau paling tidak sebuah kedai ­kecil dengan menu mutakhir. Karena sejak ikut DT bersama teman-teman praktiknya, dia sudah menanamkan investasi senilai Rp 3 juta untuk praktik tata boga dan menuai keuntungan bersih sekitar Rp 800 ribu. Mendapatkan keuntungan finansial memang harapan para (dan calon) ­pengusaha. Dengan laba tersebut, Ilmi kelak dapat memberangkatkan ­orangtua menunaikan ibadah haji, atau Mutiara dapat membantu keuangan orangtua, atau Putri tidak perlu minta uang saku lagi. Dwi Lestari dari SMAN 1 Sampung Ponorogo mengawali kisah Semuanya sudah tersedia dan mudah. ­Tinggal niat dan percaya diri. Dari semua itu yang ­terpenting kita selalu berdoa! ‘‘ ‘‘ SISWA DT, TERAMPIL DAN PEDE
  • 114. 100 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI ­pengalamannya dengan kiat, mengikuti DT harus punya soft skill yaitu sikap ­disiplin, tanggung jawab, teliti, ramah, sopan, dan komunikatif. Dwi ­mengambil materi tata busana. Menurut dia, kegiatan tata busana membosankan serta membuatnya gampang jenuh. Apalagi ketika mengambil ukuran pakaian ­kostumer, membuat desain, juga membuat serta memotong pola, susah dan harus teliti. Belum lagi saat menjahit, butuh ekstra konsentrasi. “Jika hasilnya tidak sesuai pesanan pasti kena komplain,” katanya. Karena itu, menjadi desainer harus komunikatif. Saat memasarkan aktif promosi agar orang tahu kalau dirinya dapat membuat busana. Ketika jadi, dia harus pandai melayani komplain jika kostumer merasa pesanannya ­tidak sesuai. Mereka harus dihadapi secara baik-baik. Dilihat dulu apa benar yang dikomplain. Kalau benar ya diperbaiki dan dibuatkan sesuai permintaan ­kostumer. Sejauh ini bersama trainer dan siswa peserta DT, mereka membuat ­komunitas Oemah Jahit (OJ) sebagai branding. Mereka memproduksi busana muslim seperti hijab, mukena, gamis, cardigan, rok dan blus, serta ­masker. Produksi mereka diberi label OJ. Dengan label tersebut menjadi wadah ­pemasaran sekaligus memotivasi siswa lebih kreatif dan produktif. Memang belum banyak yang dapat dilakukan OJ, apalagi dengan adanya wabah Corona. Produk yang dibuat terbatas hijab, bros, dan masker, yang ­dijual secara eceran dan berdasar pesanan beberapa lembaga juga dibagi gratis pada masyarakat tidak mampu. Omzet penjualan mereka selama ini mencapai Rp 4,76 juta. Kesan Dwi terhadap program DT terutama dapat mem- buat produk busana sekaligus memasarkan dan mendapatkan penghasilan. Selain itu, dia memiliki pengalaman mengelola komunitas OJ sekaligus belajar membuat keputusan secara cepat dan tepat. Jadi, jangan ragu lagi untuk mulai usaha produksi sesuatu. Semua harus percaya diri dengan skill atau keterampilan yang dimiliki. Untuk meyakinkan konsumen sekarang lebih mudah dengan jaringan media sosial karena ­tidak harus bertatap muka. Begitupun Mutiara membagi kiatnya memasarkan produk hasil praktik DT yakni waktu memasak tahapannya dipotret untuk ­dipromosikan ke media sosial. Semuanya sudah tersedia dan mudah. Tinggal niat dan percaya diri. Dan mungkin perlu diingat pesan Ilmi di depan, jangan lupa baca bismillah. ­Sebagaimana dikatakan oleh Dwi Lestari, “Dari semua itu yang terpenting kita selalu berdoa!” n
  • 115. 101 BAGIAN EMPAT Jejaring Mulai Terbentuk Kejujuran itu gratis, sementara ketidakjujuran selalu berbayar. – Michael Josephson – MICHAEL JOSEPHSON adalah profesor dibidang pendidikan karakter yang berpengaruh dan terkenal untuk kepemudaan dan perilaku etis dalam bisnis. Menulis lebih dari selusin buku dan studi besar termasuk survei dua tahunan dan laporan tentang Etika ­Pemuda Amerika (sejak 1992 laporan ini memberikan tolok ukur untuk mengukur ­nilai-nilai, sikap dan perilaku siswa sekolah menengah).
  • 116. 102 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI ukum Metcalfe tentang efek dari jaringan telekomunikasi, yang ­dirumuskan secara matematis sebagai R= ½ (n2 -n), dimana R adalah banyaknya jaringan dan n adalah jumlah titik, dapat ­digunakan untuk menjelaskan tentang betapa pentingnya dalam membangun jejaring. Pada pelaksanaan program DT yang bertujuan menyiapkan keterampilan peserta didik untuk mampu bersaing menjadi wirausahawan atau bersaing di dunia kerja, mengenalkan bagaimana membangun jejaring (networking) adalah hal penting. Itu sebabnya banyak sekolah yang memutuskan ­mengambil trainer dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI). Banyak nilai plus bisa diperoleh, selain siswa bisa belajar bagaimana ­dunia kerja sesungguhnya; di tempat usaha trainer sekaligus juga bisa dibuat ­tempat magang siswa atau bahkan ada DUDI yang merekrut langsung siswa DT. Bagi DUDI mereka juga tidak direpotkan lagi untuk melakukan training agar bisa menyesuaikan dengan irama kerja sesungguhnya, karena sudah teruji ­sebelumnya. Jejaring bisnis adalah proses membangun hubungan simbiosis mutualisme, saling menguntungkan antara dua atau lebih institusi, seperti sekolah dengan DUDI atau sekolah dengan koperasi atau kelompok masyarakat lain. Dengan memiliki networking yang luas, kesempatan untuk mendapat klien baru, bahkan pekerjaan baru menjadi hal yang mudah. Pada sebagian orang, keterampilan bersosialiasi adalah sesuatu yang alamiah. Namun, kebanyakan orang harus berusaha mengatasi rasa tidak percaya dirinya untuk bertemu orang-orang baru. Melalui jejaring yang sudah mulai terbentuk antara sekolah dengan DUDI harapannya ke depan berbagai hambatan bisa diatasi dan siswa dapat memperoleh manfaat. n H
  • 117. 103 Program DT termasuk “paket ­komplet”. Dia bukan hanya program pelatihan ­ketrampilan atausejenisekstrakurikulerbiasa.­BahkanDTdari awal telah dirancang menjadi ­sebuah ­ekosistem yang memungkinkan siswa ­berkembang ­potensi dan keterampilannya ­sekaligus dapat ­memasarkan karyanya. Pembekalan keterampilan kepada siswa hanyalah tahap awal dari serangkaian ­kegiatan berikutnya yang saling terkait dan ­menunjang. Agar tidak berhenti hanya sebatas ­pelatihan maka program DT menggandeng dunia ­usaha dan dunia industri (DUDI) sebagai ­mitra 4.1 Libatkan356Mitra DuniaUsaha JEJARING MULAI TERBENTUK
  • 118. 104 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI kerja. Jejaring ini tentu bermanfaat karena akan terjadi kerja sama saling ­menguntungkan atau simbiosis mutualisme. Bermitra dengan DUDI membuat aktivitas DT menjadi konkret dan ­prospektif. Pihak DUDI mengambil peran sebagai penyedia trainer, memberi ­kesempatan peserta DT untuk magang dan praktik di tempat usaha mereka. Bahkan mereka juga siap merekrut lulusan DT bila dirasa membutuhkan. ­Sebagian DUDI juga mengambil peran sebagai klien yang memesan produk dan jasa dari siswa DT. Sebagian lagi mendukung dengan membeli voucher kerja agar program DT dapat berkembang. Berdasar catatan di penyelanggara DT, hingga saat ini DUDI yang telah bermitra dengan sekolah pelaksana DT cukup banyak, sedikitnya ada 356 ­perusahaan dari berbagai bidang usaha (lihat gambar 4.1). Mereka terdiri dari badan usaha besar (perseroan terbatas), perusahaan menengah, hingga ­usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang radius domisilinya tidak jauh dari sekolah DT yang mengajak bermitra. Dari jumlah ratusan tersebut ternyata sebagian besar merupakan usaha yang bergerak di bidang jasa tata boga, yaitu sebanyak 104 badan usaha ­(setara dengan 29,2%). Mereka adalah pengusaha rumah makan, depot, ­katering, cafe, perusahaan roti, industri kue rumahan, toko makanan ­minuman, ­koperasi siswa, hingga warung kopi. Berikutnya adalah perusahaan yang bergerak di bidang multimedia, ­sebanyak 88 perusahaan (24,7%), mereka antara lain membuka usaha ­advertising, percetakan, digital printing, jasa desain grafis, video syuting, foto studio, hingga toko/servis komputer. Gambar: 4.1 Distribusi Mitra DUDI Berdasar Bidang Keahlian DT.
  • 119. 105 Bidang Tata Kecantikan DT terbukti juga mampu memikat pihak DUDI ­untuk berkolaborasi. Sedikitnya ada 68 pengusaha (19,1%) yang aktif ­berinteraksi dengan DT. Mereka adalah pemilik salon kecantikan, SPA, jasa tata rias ­pengantin, make up artis, griya rias, perusahaan kosmetik, hingga sanggar tari. Sejumlah perusahaan besar turut berpartisipasi demi membekali peserta DT agar memiliki skill mumpuni untuk memasuki dunia kerja, mengingat mereka tidak berencana melanjutkan kuliah karena alasan ekonomi keluarga. Salah satu yang perlu disebut adalah keterlibatan bengkel AHASS Honda di beberapa daerah untuk program DT bidang keahlian teknik kendaraan ringan (TKR). Bengkel resmi Honda ini antara lain bermitra dengan SMAN 1 Balen ­Bojonegoro, SMAN1 Tapen Bondowoso, SMAN 1 Bantur Malang, SMAN1 ­Sumber Pucung Malang, SMAN1 Pronojiwo Lumajang, SMAN1 Wungu ­Madiun, dan SMAN 1 Parang Magetan. Jumlah DUDI bidang TKR yang berjejaring dengan DT sebanyak 53 badan usaha. Mereka ada bengkel mobil, bengkel sepeda motor, toko suku cadang kendaraan, hingga Balai Latihan Kerja (BLK) Ponorogo. Dari sekian banyak ketrampilan dan keahlian yang dikembangkan DT, ­hanya bidang Elektro yang relatif masih sedikit jalinan jejaringnya dengan DUDI. Baru ada empat badan usaha (setara 1,1%) yang bergabung yaitu ­servis elektro As Salam dengan SMAN 3 Sampang, usaha pemasangan CCTV JEJARING MULAI TERBENTUK
  • 120. 106 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI ­dengan SMAN 1 Ketapang, Dedy Servis Elektro dan Fariz Elektro dengan SMAN 1 Pademawu dan SMAN 1 Pakong Pamekasan. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa ada beberapa sekolah yang aktif membangun jejaring sehingga mereka mampu menggandeng sejumlah DUDI. Contohnya SMAN1 Ngronggot Nganjuk telah bekerja sama dengan sembilan mitra usaha mulai dari usaha salon, toko/servis komputer, toko roti, hingga griya busana. Demikian juga SMAN 1 Tambakrejo Bojonegoro dapat bermitra dengan lima bengkel motor di sekitarnya, serta dengan dua studio video shooting dan photo. SMAN 1 Paiton Probolinggo berhasil bekerja sama dengan LPK ­Selaras PT Paiton Operationa & Maintenance (POMI) Paiton Energy, serta dengan PT Berkah Prima Media dan Percetakan Delta Paiton untuk pen­gembangan DT bidang Multimedia. Berikutnya SMAN1 Slahung Ponoroga juga mampu ­menggandeng tujuh ­mitra DUDI yang sebagian besar dimanfaatkan untuk maksimalisasi bidang Tata Boga. n Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa ada beberapa sekolah yang aktif membangun jejaring sehingga mereka mampu menggandeng sejumlah DUDI. ‘‘ ‘‘
  • 121. 107 Rasanya cukup beralasan ketika beberapa sekolah memilih mengambil trainer dari ­praktisi atau dari dunia usaha dan dunia ­industri (DUDI). SMAN 1 Dongko misalnya, tiga ­bidang ­keterampilan masing-masing tata boga, tata kecantikan, dan teknik elektro, sepenuhnya ­diserahkan mitra DUDI. Alasan mereka sederhana, karena pihak sekolah ingin siswa peserta DT ­mendapatkan bekal lebih, maka ketiga trainernya pun ­dicarikan dari praktisi DUDI. “Diharapkan yang memberikan keterampilan benar-benar orang yang mengerti dan menjalani usaha 4.2 Bergandengan dengan DuniaUsaha JEJARING MULAI TERBENTUK
  • 122. 108 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI ­sesuai ­bidangnya,” katanya memberi alas an,” kata Kepala SMAN 1 Dongko, ­Trenggalek, Agus Sugiarto, S.Pd., Kepala SMA Negeri 1 Dongko. Ketiga trainer itu masing-masing Dhendy Eko Darmawan pemilik ­Salon ­Dhekda Makeup yang diminta untuk mengajar bidang keterampilan ­kecantikan. Lalu ada Jeminem diminta menjadi trainer tata boga, seorang pengelola ­Koperasi Wanita dalam program pemberdayaan wanita di Kec. Dongko yang sehari-hari menjadi trainer UMK untuk bidang tata boga. Satu lagi, Fahrul Anam, pemilik jasa servis Anam Elektronik. Dalam perjalanannya, kini sudah ada beberapa siswa yang bisa diterima magang di DUDI juga membuka usaha sendiri. Tifah Catering, salah satu ­catering terbesar di Kec. Dongko menjadi mitra DUDI-nya. Agus mencari DUDI untuk tempat magang siswa yang telah dinyatakan ­mahir dalam mengikuti jenis keterampilan. Beberapa siswa bahkan ketika ­magang telah memperoleh gaji layaknya mereka sebagai pekerja. Ini ­dialami Ambar Sinta Pramudita, yang menjalani magang di Tifah Catering. “Saya bangga bisa diterima magang di sini. Ke depan dari pengalaman ini saya berkeinginan untuk membuka usaha seperti ini,” katanya. Sebagian besar siswanya memang tinggal di pegunungan, tapi ­tidak ­menyurutkan bagi Agus Sugiarto, untuk menyiapkan siswanya mandiri Bekerja sama membuat kue.
  • 123. 109 ­berwirausaha. Itu sebabnya ketika ada program DT, ia langsung ­memutuskan tiga bidang keterampilan —yang diharapkan bakal menjadi pegangan ­tambahan siswa untuk berwirausaha— diambilnya. Kec. Dongko, Trenggalek berjarak 30-an km arah selatan dari pusat kota Trenggalek. Daerahnya pegunungan, sebagian besar lulusan SMA Negeri Dongko tidak melanjutkan ke perguruan tinggi setelah tamat. Baru ­belakangan alumninya ada yang diterima di perguruan tinggi. Tahun ini 10 siswa kelas 12 dinyatakan diterima melalui jalur SNMPTN, sisanya mereka membantu ­orangtua bekerja atau mencari pekerjaan di kota. Itu pulalah ketika program DT diluncurkan, Agus merasa tertantang ­untuk membuktikan jika siswanya kelak bisa menjadi lebih mandiri dan mampu ­berwirausaha, karena program DT menjanjikan keterampilan dan sertifikasi bagi para pesertanya. Sebelum ada program DT, Agus memberi tambahan keterampilan ­Bahasa Inggris kepada para siswanya, karena kebetulan ia berlatar belakang ­pendidikan S1 Pendidikan Bahasa Inggris dari Universitas Muhammadiyah Malang. “Alhamdulillah siswa kami, meski berada cukup jauh dari pusat kota Trenggalek, pernah beberapa kali memperoleh juara dalam lomba debat ­Bahasa Inggris. Kini melalui program DT kami berharap, sekolah kami dikenal karena kemandirian siswanya dalam berwirausaha,” katanya. Bengkel Honda Sementara di SMAN 1 Pronojiwo, dari enam keterampilan di sekolah itu, dua di antaranya diasuh oleh mitra DUDI, masing-masing Taylor Private ­untuk keterampilan tata busana, dan bengkel AHASS Honda Pronojiwo untuk ­keterampilan teknik kendaraan ringan (TKR). Sisanya masing-masing desain grafis, editing video, tata boga, dan ­keterampilan tata rias panggung atau artis, diambilkan dari guru yang ­memang telah berpengalaman dibidangnya. Trainer tata rias panggung ­misalnya, Karena ingin memberi bekal lebih kepada peserta DT, maka beberapa sekolah sngaha ­mengambil trainer DT dari kalangan praktisi dunia usaha maupun dunia industri. ‘‘ ‘‘ JEJARING MULAI TERBENTUK
  • 124. 110 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI ­diambilkan dari guru yang memiliki keterampilan sebagai pelatih tari sekaligus sebagai penari. “Kami benar-benar mengharapkan program DT ini menjadi jalan ke luar bagi siswa yang tidak melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi setelah lulus nanti. Dengan bekal keterampilan sekaligus sertifikat yang dimiliki, siswa bisa lebih mandiri dan punya nilai jual,” kata Drs. Hendro Supratikno, M. Pd., yang baru setahun dipercaya menjadi kepala sekolah di SMA Negeri 1 Pronojiwo. Sebelumnya dipercaya di SMKN Tempeh, Lumajang. Lokasi SMA Negeri 1 Pronojiwo terletak di lereng Gunung Semeru, sekitar 35 km arah selatan dari pusat kota Lumajang. Siswanya umumnya ­bermukim di lereng-lereng gunung. Kendalanya, selain 95% siswanya tidak memiliki ­laptop atau komputer, budaya belajar mereka amat rendah. Siswa tidak ­dituntut ­untuk belajar oleh orangtua mereka, jika mereka ada di rumah, orangtua lebih ­cenderung menyuruh mereka pergi ke kebun, sehingga sebenarnya banyak siswa yang bersekolah hanya untuk menghindari pekerjaan yang orangtua mereka berikan. Terdorong ingin memberi bekal lebih, Hendro juga menjadikan program DT sebagai salah satu usaha untuk menyiapkan peserta didik mereka ­menjadi wirausahawan kelak setelah lulus. Kebetulan juga sebelumnya ia ­dipercaya ­menjadi kepala sekolah kejuruan (SMK), di mana kemampuan praktik siswa menjadi lebih dominan dan menjalin kerja sama dengan DUDI menjadi ­keharusan, sehingga ia merasa tertantang untuk menjadikan DT sebagai ­program unggulan di sekolahnya, sekaligus untuk menyiapkan peserta didik menjadi mandiri dalam berwirausaha. “Dalam kondisi Pandemi COVID-19 seperti ini menjadi tantangan tersendiri bagi sekolah kami, selain jaringan internet susah, dikarenakan rumah siswa masih banyak yang dipelosok dan di lereng-lereng gunung, juga kesulitan siswa dalam mendapat bahan-bahan dan alat yang dibutuhkan untuk praktik,” katanya. Karena itu, Yustini Cicik Isworini, S.Ag., salah seorang guru mata pelajaran seni budaya yang dipercaya mengawal keterampilan tata boga menyatakan ia tidak membebani siswa harus praktik makanan atau minuman apa yang harus dibuat. Intinya apa yang ada di rumah dan sekitarnya dijadikan bahan untuk praktik. Hasilnya, siswa lebih berkreasi untuk membuat berbagai produk makanan dan minuman dari bahan baku yang ada di rumah. n
  • 125. 111 Punya keterampilan belum tentu membuat seorang siswa percaya diri. Untuk memupuk kepercayaan diri, paling tepat sasaran adalah langsung terjun ke lapangan. Belajar sambil praktik. Program DT pun merambah lapangan yang dimaksud dengan menggandeng dunia usaha dan dunia industri (DUDI) terkait. Menurut Kepala SMA Negeri 1 Dringu, ­Kabupaten Probolinggo, Atim Suzianah, M.Pd., pihaknya bekerja sama dengan DUDI untuk magang siswa peserta program DT agar dapat ­mempercepat keterampilan siswa, sekaligus memupuk anak agar memiliki kepercayaan atas keterampilan yang dimiliki. 4.3 BersamaDUDI SiswaCepatTerampil JEJARING MULAI TERBENTUK
  • 126. 112 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI Seorang trainer sedang menerima pelatihan dalam kegiatan ToT untuk keterampilan bidang tata boga.
  • 127. 113 Tidak tanggung-tanggung. Semua rombel program DT SMA ini ­menggandeng DUDI. Ada pun materi yang diselenggarakan adalah ­Multimedia ­masing-masing satu rombel (digital grafis dan video grafis), tata rias hijab (dua rombel), tata boga (masing-masing satu rombel masakan Indonesia dan ­pastry/bakery), dan tata busana (menjahit, satu rombel). DUDI yang digandeng nyaris semua mudah dihubungi pihak sekolah. Ada yang karena anak pemilik DUDI tersebut sekolah di SMAN 1 Dringu. Alasan lain, DUDI yang menjadi tempat magang adalah milik staf pengajar atau ­pegawai tata usaha sekolah.Yang jelas, DUDI yang digandeng adalah ­profesional di ­bidangnya. Seperti DUDI bidang Multimedia desain grafis, ­sehari-hari ­memang ­memproduksi pembuatan baner, poster, sablon, atau akrilik. Materi video ­grafis menggandengDunia Lutfis, sebuah lapak jaringan Youtube di Kota ­Probolinggo. Hasilnya, antara lain ketika SMAN 1 Dringu mengadakan pensi (pentas seni siswa), dekorasi panggung, publikasi, dan dokumentasi, semua dikerjakan siswa yang magang Multimedia. Para siswa digilir, pekan pertama magang ke DUDI, pekan berikutnya ­praktik di sekolah.Begitu berselang-seling. Dengan pola semacam itu, ­kegiatan magang menguntungkan program DT, karena relatif peralatan DUDI lebih lengkap, dan siswa menjadi tahu bagaimana bekerja secara profesional di ­bidangnya. “Karena itu, kemampuan pengetahuan dan keterampilan siswa JEJARING MULAI TERBENTUK
  • 128. 114 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI jadi lebih cepat berkembang,” kata Rio Djuharnoko, operator program DT SMAN 1 Dringu. Di bidang Tata boga, para siswa bahkan sudah diajak memasarkan ­hasil ­keterampilan memasak. DUDI tempat magang adalah sebuah sekolah ­integral di Kota Probolinggo. Secara berkala mereka mengirim pasokan nasi dan lauknya untuk kantin sekolah. Harga penjualannya disesuaikan dengan ­kantong siswa. Laba berjualan nasi ini, selain untuk uang lelah siswa ­magang, juga ­dimasukkan kas untuk membeli kebutuhan memasak selanjutnya. “­Diharapkan mereka nantinya tidak tergantung modal dari sekolahlagi ,” ujar Rio yang sehari-hari bekerja di lab komputer sekolah. Materitata rias pengantin hijab bahkan melibatkan tiga DUDI yaitu Sony Family Salon, Liza Family Salon, dan Widya Salon. Setiap kali pelatihan, siswa digilir magang dari satu salon ke salon yang lain. Perias dan modelnya pun bergilir antara satu siswa dengan siswa yang lain.Menurut Atim Suzianah, jika DUDI mendapat klien untuk dirias, para siswa juga membantu mempersiapkan peralatan yang diperlukan, membantu merias, meronce bunga, melukis hiasan tangan dan kaki henna, serta operasional tata rias lainnya sampai selesai. Kemudahan menggandeng DUDI juga menjadi alasan SMAN 4 ­Bangkalan. Menurut operator program DT, Indi Shofi Fikria, S.Pd., materi tata rias di ­sekolahnya menggandeng Muslimah Wedding sebagai DUDI karena selama ini sudah saling kenal. “Kami sering pinjam baju ke Muslimahuntuk latihan dan pameran,” kata Indi menjelaskan latar belakang hubungan dengan DUDI tata riasnya. Tahunajaran 2019-2020, SMAN 4 Bangkalan mendapat empat rombel ­kegiatan DT. Selain dua rombel Tata rias pengantin hijab, juga mendapat satu rombel Multimedia editing video dan satu rombel Tata boga aneka masakan nusantara. Keuntungansekolah melibatkan DUDI —untuk tata rias— antaralain siswa DT dijadikan model ketika Muslimah Wedding mengadakan pelatihan. DUDI yang digandeng nyaris semua mudah dihubungi pihak sekolah. Ada yang karena anak ­pemilik DUDI tersebut sekolah di SMAN 1 Dringu. Alasan lain, DUDI yang menjadi tempat magang adalah milik staf pengajar atau pegawai tata usaha sekolah.Yang jelas, DUDI yang digandeng adalah profesional di bidangnya.‘‘ ‘‘
  • 129. 115 ­Selama ini DUDI menjadi penyedia jasa sewa baju pengantin dan aksesoris, juga ­sebagai penyedia alat-alat dan bahan pelatihan, serta menjadi pemateri ­peatihan tata rias. “Trainer kami ada yang pernah ikut event pelatihan yang diadakan Muslimah Wedding,” katanya. Berbeda sedikit dengan DUDI yang digandeng beberapa sekolah. SMAN 1 Dringu sejak tahun pertama program DT sudah mendapat ­rombel tata ­busana. Saat itu, mereka menggandeng DUDI sebuah toko busana. ­Trainer yang ­mengajar tata busana menganggap tempat magang itu kurang ­prospektif. Ketika tahun berikut sekolah mendapat rombel tata busana lagi, sang ­trainersegeraberinisiatif membuka usaha pembuatan busana sendiri bernamaD&T Clothes. Usaha ini bukan hanya melatih siswa magang meningkatkan ­keterampilan jahit-menjahit. D&T Clothes bahkan membantu kualitas dan kemampuan siswa lebih kreatif dalam mencipta produk garmen. “Saya sebenarnya ingin ­menjadikan usaha ini sebagai studio tata busana siswa SMA Dringu, terutama untuk siswa yang ikut program double track,” kata Mochamad Nuskah, S.Pd., pemilikD&T Clothes. Alasannya cukup masuk akal, karena selama ini Nuskah menjadi trainer tata busana dan sehari-hari mengajar di SMAN 1 Dringu. Dia paham ­kebutuhan siswa binaannya dalam program DT, yaitu menjadikan mereka mampu ­memasarkan produk keterampilan mereka.Hal itu sudah diawali, sejak Januari 2020 menerima order kebutuhan sekolah, tali kalung gordon, tas wisuda kit, juga kostum kegiatan pawai dan kesenian di sekolah. Menurut Nuskah,para siswa harus berani terjun langsung ­menangani ­konsumen. DUDI yang dia kelola membantu siswa mencari konsumen ­sekaligusmarketing. Dia berharap, para siswa berani menerima order dan melakukan pemasaran. Apalagi anak sekarang dianggap canggih dalam pemasaran online. Untuk penjahitan tidak harus di tempat DUDI, mereka bisa mengerjakan di rumah masing-masing. Sehubungan praktik mencari order, D&T Clothes juga menyeleksi siswa yang magang. Dari satu rombel, tidak semua siswa memiliki keterampilan sama. Mereka yang memiliki kualifikasi lebih baik diberi beban menjahit yang ­berbeda dengan siswa yang kurang terampil. “Kalau siswa kurang terampil kita beri pekerjaan seperti yang sudah terampil, khawatir kualitasnya berbeda,” kata Nuskah yang menjadi pimpinan Sanggar Seni Gita Taruna SMAN 1 Dringu. Selama ini, selain melayani kepentingan sekolah, para siswa dengan D&T JEJARING MULAI TERBENTUK
  • 130. 116 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI Clothes juga menerima pesanan pembuatan baju siswa, baju daerah untuk kegiatan seni dan pawai, juga masker yang sedang marak selama dilanda wabah. “Sebagian masker dijual dan kita bagikan untuk orang yang tidak mampu,” kata staf pengajar seni budaya ini. Terkait nama D&T Clothes, apakah memang sinergi dari SMADT? ­“Inspirasinya memang dari double track.Tapi singkatannya saya ambil dari ‘duit tambahan’. Saya maksudkanuang saku untuk para siswa yang ikut tata busana. Kalau kemudian disingkat jadi DT ya apa boleh buat?!” kata Nuskah, alumnus IKIP Negeri Malang ini tertawa. n
  • 131. 117 Kelemahan umum siswa peserta program DT —diakui atau tidak— adalah ­keterbatasan ­modal dan kurang percaya diri kalau ­disuruh ­berjualan. Untuk yang tidak bermodal, ­beruntung saat praktik di sekolah, peralatan dan bahan baku disediakan sekolah. Begitu wabah ­melanda dan harus belajar dari rumah, mereka pun ­harus mengupayakan modal ­sendiri guna membeli ­bahan dan menyediakan peralatan praktik. Nasib siswa DT ibarat jatuh tertimpa tangga. Karena program ini menyasar ­sekolah-sekolah pinggiran dengan siswa yang secara ekonomis berada pada posisi marginal pula. 4.4 Sukses ‘BelajarMenjadiBos’ JEJARING MULAI TERBENTUK
  • 132. 118 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI Di beberapa sekolah, siswa —terutama materi praktik tata boga— ­patungan dengan kelompok kerjanya untuk membeli bahan baku. Yang dipakai ­patungan tentu saja uang saku sehari-hari. Toh, uang saku tersebut “tidak hangus” malah mendapat banyak keuntungan. Mereka bukan saja dapat melakukan praktik dan membuat laporan kerja kepada trainer DT, produk yang mereka ­hasilkan bisa dijual langsung kepada teman sekolah atau tetangga rumah. Tidak ­melalui unit usaha sekolah atau DT Mart. Menjual hasil praktik DT di luar sekolah sudah biasa terjadi. ­Banyak siswa malahan membuka praktik on line dan menjual produk barang ­maupun jasa sesuai keterampilannya. Kepala SMAN 1 Kalitidu, Bojonegoro, Dra ­Musyarofah, M.Pd., membeberkan kenyataan tersebut pada pertemuan “­Sharing ­Pengelolaan DT Mart Menuju Kemandirian Sekolah” yang dilakukan secara on line, 16 Mei 2020. ”Siswa saya sudah banyak yang melakukan,” katanya. ­Kendati demikian, kepala sekolah di ujung barat Kab. Bojonegoro ini tidak marah. Ia justru bangga. Dengan demikian, siswanya sudah ­memandirikan diri sendiri sebagaimana tujuan program DT. Praktik membuat kue, didampingi buku modul double track.
  • 133. 119 Sharing pengelolaan DT Mart yang diselenggarakan Pelaksana Program Double Track Dinas Pendidikan Jawa Timur dan ITS bermaksud menjaring ­masukan dari pengalaman sekolah yang melaksanakan program double track. Narasumber pertemuan dari empat sekolah yang dipilih secara ­purposif, ­mewakili wilayah Jawa Timur. Masing-masing SMAN 4 Bangkalan wakil wilayah Madura, SMAN 1 Tanggul Kab. Jember dari wilayah timur, SMAN 1 Karas ­Kabupaten Magetan (selatan), dan SMAN 1 Kalitidu Kab. Bojonegoro (barat). Secara off line hampir semua narasumber berbagi pengalaman strategi pemasaran hasil produk mereka tidak jauh berbeda. Antara lain, ­mengikuti bazar di sekolah sendiri atau sekolah lain, penitipan konsinyasi produk di mini market atau outlet sekitar sekolah, memberi garansi terhadap produk, ­mengikuti pameran di instansi terkait, membuat kartu nama, atau membuka lapak di arena car free day (CFD). Para siswa DT SMAN 1 Tanggul malah dibekali surat jalan dari sekolah untuk memasarkan hasil produknya di CFD Alun-alun Jember —sekitar 31 km dari Kec. Tanggul. “Saya buatkan surat ­jalan dengan tembusan kecamatan, dinas pariwisata, sampai bupati, sebagai ­pemberitahuan bahwa para siswa belajar menjadi wirausaha,” kata Kepala SMAN 1 Tanggul, Dora Indriana S.Pd, M.Pd, antusias. Percepatan pemasaran produk DT SMAN Tanggul patut disimak. Untuk meretas rasa tidak percaya diri siswa untuk berjualan, pada program per- tama semester ganjil tahun ajaran 2019-2020, sekolah yang berlokasi di Jl. ­Pemandian, Desa Patemon, Kec. Tanggul ini membuat terobosan dengan membuat hastag “Belajar Jadi Bos”. Program ini merupakan kolaborasi antara program DT dengan mata pelajaran PKWU (Prakarya dan Kewirausahaan). Di dalam kerja sama itu program DT menyediakan produk berupa ­barang dan jasa untuk mendukung kesuksesan ujian praktik siswa peserta mata ­pelajaran PKWU. Rincian produk yang dipasok adalah makanan dan ­minuman (produk DT makanan ringan), kerudung, blus, dan rok (tata busana), jasa Untuk meretas rasa tidak percaya diri siswa DT untuk berjualan, SMA Tanggul ­Jember ­membuat terobosan dengan ­membuat ­hastag “Belajar Jadi Bos”. Program ini ­merupakan kolaborasi antara program DT dengan mata ­pelajaran PKWU (Prakarya dan ­Kewirausahaan). ‘‘ ‘‘ JEJARING MULAI TERBENTUK
  • 134. 120 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI ­pembuatan iklan (videografi), jasa pembuatan katalog produk (fotografi), dan kaos (desain grafis). Hasil program “Belajar Jadi Bos” ternyata luar biasa. Dalam satu ­semester mampu menangguk keuntungan total Rp 15.098.000. Artinya, per bulan mendapatkan laba Rp 2,5 juta, sesuatu yang sangat berarti bagi sebuah ­pembelajaran. Pada semester kedua keberhasilan mendapatkan laba ­tersebut tersaput wabah. Padahal sampai diberlakukan SFH, siswa DT SMA Tanggul sudah mendapatkan laba —hanya— dari pembuatan masker Rp 685 ribu saja. Belum lagi DT makanan ringan yang menyiapkan kue kering untuk ­lebaran ­yaitu: semprit, chocolate cookies, nastar, putri salju, thumbrit nutela, gula palen, sebanyak 186 toples, sudah mendapat laba bersih Rp 2,6 juta. Padahal sampai 10 hari sebelum Idul Fitri masih banyak yang pesan kue kering untuk lebaran. Untuk itu, Dora mengimbau trainer dan para siswa yang membuat kue tersebut di rumah masing-masing. SMAN 1 Kalitidu yang merintis program “Pengusaha Kecil” juga mendapat berkah dari wabah virus Corona. Omzet penjualan produk kegiatan DT per ­bulan meningkat rata-rata 75%. Kecuali rias pengantin dan ­multimedia. ­Adapun rincian peningkatan omzet tersebut tata boga dari Rp 675.000 ­menjadi Rp 1.100.000; teknik kendaraan ringan (TKR) dari Rp 300.000 ­menjadi Rp400.000; tata busana dari Rp 550.000 meningkat jadi Rp 950.000; ­sedangkan omzet tata rias dan multimedia masing-masing menurun Rp 50.000 per bulan. “Rias pengantin sepi, karena setiap hajat undangannya dibatasi ­tidak lebih dari 10 orang,” kata Musyarofah. Menurut Kepala SMAN 1 Kalitidu ini, sebelum muncul wabah pihak ­operator DT sekolah sudah membuat MoU (memorandum of understanding) dengan lembaga-lembaga terkait untuk menjalin kerja sama menangani perkawinan, mulai menyewakan gedung tempat resepsi, dokumentasi foto dan video, tata rias pengantin berhijab, bikin undangan, hingga katering makanan, yang ­kesemuanya ditangani siswa DT. Terobosan lain sekolah yang berdomisili di Desa Wotan Ngare, Kec. Kalitidu ini, adalah mengoptimalkan tenaga trainer dari guru tidak tetap dan ­pegawai tidak tetap (GTT/PTT). Alasannya bukan hanya meningkatkan kesejahteraan GTT/PTT dari honor trainer, tapi juga memudahkan koordinasi, ilmu yang ­diperoleh dari pelaksana program DT tidak keluar dari sekolah, dan lebih jauh diharapkan mereka akan melanjutkan sebagai tenaga pengajar kegiatan ­keterampilan siswa. n
  • 135. 121 Sejak awal program DT dirancang ­sebagai program yang berkelanjutan. Bahkan ­sudah ­terpikirkan andaikata suatu saat nanti ­pendanaan dari Pemerintah dikurangi atau ­dihentikan, maka diharapkan program DT tetap dapat ­berjalan secara mandiri. Oleh karena itu DT dibangun sebagai sebuah ­ekosistem ­terpadu dengan ­memanfaatkan teknologi ­informasi, membangun kerja sama dengan DUDI, serta berjejaring dengan sesama sekolah ­penyelenggara DT maupun alumni peserta DT. Arya Yudhi Wijaya, anggota tim pengelola DT, mengemukakan, terdapat tiga strategi cipta 4.5 DTMartIncar PasarKomunitas JEJARING MULAI TERBENTUK
  • 136. 122 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI kerja alumni yang bakal dijalankan dalam program DT. Pertama, pembinaan calon tenaga terlatih alumni DT melalui kerja sama produksi bersama dengan mitra usaha. Kedua, penguatan pasar komunitas dengan mendirikan DT Mart. Ketiga, mengajak partipasi untuk membeli produk DT dengan menerbitkan Voucher Cipta Kerja. DT Mart adalah tempat memasarkan produk barang dan jasa hasil ­produksi siswa DT. Pada dasarnya DT Mart tidak merujuk pada suatu lokasi atau ­tempat tertentu, karena keberadaannya tidak memiliki batas geografis. Secara fisik DT Mart berbentuk ruang toko yang menjual barang retail yang berdiri di ­sekolah-sekolah penyelanggara program DT. Mirip koperasi siswa. Sedangkan secara virtual, DT Mart adalah outlet yang dibuka secara online yang dapat diakses oleh pengguna internet, sehingga dapat menjangkau calon konsumen lebih luas. Program DT telah menyiapkan sejumlah laman berdasarkan jenis ­komoditas yang dipasarkan. Seperti DT Bakery, DT Food, DT Catering, DT Fashion, DT ­Motor, DT Electric, DT Beauty, dan DT Multimedia.
  • 137. 123 Semua menyadari bahwa untuk langsung bertarung di pasar bebas tidaklah mudah. Meski sudah terampil, peserta DT bagaimanapun adalah para pemula di dunia bisnis. Produk dan jasa yang mereka tawarkan tidak akan langsung dapat memenuhi standar kualitas pasar. Oleh karena itu harus ada bantuan dan dukungan moral untuk mengorbitkan karya mereka, harus ada langkah keberpihakan (afirmasi) agar produk mereka dikenali dan laku di pasar. Salah satu caranya adalah dengan menggarap pasar komunitas. Sebuah pasar yang memiliki kedekatan fisik maupun psikis dengan siswa DT sebagai perintis usaha. Secara alami telah terbukti bahwa konsumen potensi produk DT adalah sesama siswa di lingkungan sekolah masing-masing. Ini potensi yang cukup besar mengingat jumlah siswa di satu sekolah SMA/MA ­tidaklah ­sedikit. Belum ditambah dengan jumlah jajaran dewan guru dan staf tata ­usaha ­sekolah yang dapat diimbau atau “dimobilisasi” untuk membeli produk/jasa DT karya siswa mereka sendiri. Komunitas berikutnya adalah walimurid dan tetangga siswa di sekitar rumahnya. Mereka termasuk kelompok yang relatif mudah digaet dengan ­menyajikan produk dan jasa siswa DT melalui medsos maupun grup WA. Pasar komunitas lainnya adalah institusi maupun lembaga kemasyarakatan yang memiliki kepedulian dengan pengembangan budaya entepreneur dalam dunia pendidikan. Program coorporate social responsibility (CSR) mereka dapat diminta dengan menggunakan pemesanan secara langsung maupun dengan melalui skema pembelian voucher cipta kerja. Sebagai contoh Yayasan A ingin menyumbangkan pakaian seragam ke panti asuhan B. Maka Yayasan dapat memesan ke DT fashion agar diproduksi sejumlah seragam dengan membayar dengan nilai sesuai harga pesanan. Dengan cara ini maka siswa DT mendapatkan pengalaman berproduksi dan Sebelum alumni DT saling bersaing dengan sesamanya, saya usul sebaiknya dibentuk alumni DT, agar mereka bisa mendapatkan job bersama. Dengan kebersamaan alumni DT dapat saling evaluasi dan meningkatkan mutu produk sesuai perkembangan zaman. Bahtiar Kholili, SPd, MMPd, Kepala SMAN 1 Karas. ‘‘ ‘‘ JEJARING MULAI TERBENTUK
  • 138. 124 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
  • 139. 125 berbisnis. Produk tata busana DT menjadi laku meski yang pengguna seragam tersebut belum membeli berdasar kemauannya. “Pada tahap, awal harga pemesanan baju seragam yang dipatok ­sebaiknya jangan langsung setara dengan harga seragam di pasaran. Bisa ­ditawarkan dengan harga agak murah, karena produk pemula. Baru pada tahap ­berikutnya, bila produk siswa DT sudah membaik, maka harganya bisa ­diangkat ­pelan-pelan hingga akhirnya mencapai nilai keekonomian yang ­wajar,” kata Fajar Baskoro, anggota TIM penyelenggara DT. Sementara itu Kepala SMAN 1 Karas, Bahtiar Kholili, SPd, M.MPd, ­berpendapat sistem jaringan komunikasi modern telah mampu meniadakan hambatan dan batas-batas geografis tersebut. Bahkan, sekarang transaksi ­antara penjual dengan pembeli tanpa harus bertatap muka secara langsung. Diakui, selama ini keberhasilan online marketing DT karena faktor ­jalinan hubungan baik antara penjual dengan pelanggan yang berada di satu ­komunitas sekolah, sehingga mudah mengarahkan konsumen melakukan transaksi. Siswa DT di sekolahnya sangat aktif membangun personal branding dalam promosi produk dan jasa di media sosial, seperti mengisi Instagram sekolah, ruangdagang.net, What’sApp —baik berupa story maupun grup, JEJARING MULAI TERBENTUK
  • 140. 126 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI ­mulai grup kelas, sekolah, alumni, dasawisma (dawis) PKK, arisan, dan grup apapun yang dapat diikuti. Mereka mengelola akun media sosial dengan baik dan rutin, seperti memosting foto katalog produk dan jasa, sehingga orang yang melihat postingan tersebut tertarik. Kemudian mereka mengajak warga sekolah memfollow dan memviralkan. Pada akhirnya DT Mart memang diperlukan sebagai outlet untuk ­menampung hasil produk siswa peserta kegiatan keterampilan ini. Para siswa nantinya yang tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi diharapkan menekuni bidang keterampilannya. Bukan tidak mungkin suatu ketika alumni program DT justru menjadi agen dari berbagai kegiatan yang membutuhkan keterampilan mereka. Sebelum para alumni saling bersaing dengan sesamanya, ­barangkali ­usulan Bahtiar Kholili patut digarisbawahi, yakni membentuk komunitas ­alumni DT. ­Alasannya sederhana, agar para alumni bisa mendapatkan job bersama. ­Dengan kebersamaan tersebut sesama alumni DT dapat ­melakukan evaluasi ­untukmeningkatkanprodukyangdisesuaikandenganmengikuti­perkembangan zaman dan memberi pelayanan yang memuaskan kepada pelanggan. Jika demikian adanya, DT Mart menjadi semacam lapak “pujasera” (pusat jajan serba ada). Bukan hanya melayani penjualan kue dan makanan, tapi lebih itu —banyak layanan yang dapat diberikan dan produk yang dihasilkan. Bukan mustahil DT Mart akan menjelma menjadi sebuah pasar raya! n
  • 141. 127 BAGIAN LIMA Trainer Tumpuan Harapan Inovasi adalah hal yang membedakan antara pemimpin dengan pengikut. – Steve Jobs – STEVEN PAUL JOBS nama panjangnya adalah tokoh paling terkenal ­dibalik berdiri dan suksesnya perusahaan Apple. Dia dikenal ­sebagai ­perintis atau Pendiri Apple Computer. Lahir di California, AS, 24 ­Februari 1955 dan meninggal di kota yang sama pada usia 56 ­tahun, 5 ­Oktober 2011, setelah bergulat dengan kanker pangkreas yang telah mengerogoti tubuhnya selama beberapa tahun terakhir.
  • 142. 128 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI eruntunglah sekolah yang memiliki trainer kratif sekaligus ­inovatif dan ­peduli. Di tengah keterbatasan pelaksanaan DT akibat ­pandemi ­COVID-19, mereka masih bisa berkreasi, sehingga ­target 90 jam tatap muka yang direncanakan pada ­semester ­genap 2019-2020 dapat tercapai. ­Sesungguhnya di tangan ­trainerlah ­tumpuan pelaksanaan DT ini bisa ­terlaksana dengan baik. Banyak ide muncul malah ketika SFH, dan trainer pasti lebih tahu tentang kondisi itu. Kegiatan kelompok tata busana menyiapkan dan menjual masker buatan siswa misalnya, atau mengusulkan membuat layanan jasa servis online, adalah ide-ide yang muncul dari trainer yang memang bersentuhan langsung dengan para siswa DT. n B
  • 143. 129 Pandemi COVID-19 adalah peristiwa yang mengguncangkan dunia dan seisinya. ­Getarannya jauh lebih dahsyat ­dibandingkan dengan pandemi abad sebelumnya. ­Pandemi saat ini melibas hampir semua negara, ­termasuk semua negara maju, bahkan ­merepotkan ­negara adikuasa. Konon krisis yang bakal ­terjadi bakal melebihi daripada krisis kesehatan, kemanusiaan, ekonomi, dan sosial sebelumnya. Bagaimana dengan pembelajaran pada ­program DT di saat pandemi melanda ­Indonesia. Pada awalnya untuk memotong ­penyebaran ­Corona, sekolah diliburkan dan 5.1 SFHMenantang KreativitasTrainer TRAINER TUMPUAN HARAPAN
  • 144. 130 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI pola ­belajar dari rumah berjalan selama tiga pekan. Tapi karena ­kondisinya belum ­kondusif, kegiatan belajar dari rumah diperpanjang. Pembelajaran ­program DT tentu terpengaruh, apalagi pembelajaran baru berjalan beberapa pekan, karena itu penyelenggara menyepakati untuk melakukan kegiatan study from home atau SFH. Tentu banyak kendala yang dihadapi. Dari persoalan infrastruktur TIK yang belum memadai di beberapa sekolah, lokasi siswa yang sebagian besar tinggal di pegunungan dan daerah susah sinyal, hingga tidak semua siswa memiliki alat komunikasi memadai. Banyak yang mengatakan bahwa belajar daring dari rumah bikin repot dan tidak efektif. Prof Muchlas Samani dalam artikelnya The Power of Kepepet, ­Belajar dari Rumah (Kompas.Com,10 April 2020) mengatakan, ada tiga pilihan ­pembelajaran terkait pandemik COVID-19. Pertama, tetap belajar di sekolah dengan risiko tertular Corona. Kedua, sekolah dihentikan dan nanti dilanjutkan setelah wabah selesai dengan risiko masa sekolah molor, dan ketiga, belajar dari rumah dengan risiko seperti yang kita alami sekarang. Akhirnya belajar dari rumah terpaksa ditempuh, karena itulah pilihan yang terbaik. Jadi kalau belajar dari rumah banyak hambatan adalah hal wajar, kalau hasilnya tidak sebaik pembelajaran model tatap muka yang harus dimaklumi. Tapi di lapangan, di sekolah penyelenggaran program DT ditemukan ­dampak positif dalam keterpaksaan belajar dari rumah. Ini diakui trainer ­keterampilan tata boga dari SMA Negeri 1 Dongko, Trenggalek, Jeminem. Menurutnya, SFH telah memunculkan inovasi dan kreativitas pada diri trainer maupun siswa. “Meskipun dilakukan di rumah, antusiasme siswa dalam belajar pastry ­bakery tidak turun. Mereka tetap semangat dalam melakukan praktik, ­mengadakan diskusi, dan aktif bertanya kepada saya sebagai trainer,” katanya. Pemilik tempat pelatihan UMK di rumahnya ini mengakui, pandemi ­COVID-19 telah memberikan dampak pada proses belajar-mengajar DT. ­Karena itu, SFH menjadi alternatif agar proses belajar mengajar untuk tetap dapat berjalan. Kegiatan SFH-DT dilakukan oleh siswa di rumah ­masing-­masing dengan praktik membuat kue-kue sederhana yang dapat dibuat di rumah ­dengan alat seadanya. “Saya sebagai trainer mengarahkan siswa melalui handphone untuk ­menjawab pertanyaan-pertanyaan dari siswa yang merasa kesulitan dalam praktik. Saya juga mempersiapkan alat yang dapat dipinjam jika siswa
  • 145. 131 ­membutuhkan alat untuk praktik. Kebetulan rumah saya menjadi tempat ­pelatihan UMK bidang tata boga,” katanya. Sebagai bukti bahwa siswa telah melakukan praktik, siswa ditugaskan untuk mendokumentasikan resep, bahan, alat dan proses pembuatan, selanjutnya dikirim pada trainer dan dimasukkan log book. Kondisi dalam pandemi COVID-19, telah menambah pengalamannya ­sebagai trainer pada program DT. “Terpilih menjadi trainer DT tata boga adalah pengalaman yang luar biasa bagi saya. Dengan adanya program ini, saya bisa menyampaikan ilmu yang saya miliki kepada siswa SMA dan ­menjadi sangat bermanfaat untuk mereka. Sekarang ditambah dengan kondisi ­pandemi Corona, sehingga harus menjalankan SFH,” katanya. Bagi pengelola koperasi wanita dalam program pemberdayaan wanita di Kec. Dongko ini, dirinya tidak merasa khawatir akan tersaingi dengan ­menjadi trainer, justru sebaliknya ia merasa bangga dapat memberikan ilmu yang ­dimilikinya kepada siswa SMA. “Kalau peserta DT mahir dan jauh lebih ­pintar, itu artinya ilmu saya tersampaikan dengan baik. Apalagi kini sudah ada siswa yang dapat membuka usahanya sendiri,” kata Penyuluh Swakarsa bidang ­pertanian ini. Ibu dua putra ini berharap, ke depan para siswa yang belajar melalui ­program DT tata boga dapat mengaplikasikan ilmu dan kemampuannya untuk menjadi manusia yang produktif. Soal manfaat SFH diakui juga oleh Ma’rifatul Khoiriyah, siswa kelas XI MIPA 2 tata boga SMAN 1 Dongko. “Dengan pembelajaran SFH saya bisa lebih mandiri, tidak selalu dipandu oleh trainer. Juga bisa mengombinasikan ­materi yang saya dapat dari trainer dengan yang saya peroleh melalui internet ­seperti YouTube dan google,” katanya yang mengaku mengerjakan pesanan bolu ­kukus coklat saat mengikuti SFH. Meskipun dilakukan di rumah, antusiasme siswa dalam belajar pastry bakery tidak surut. ­Mereka tetap semangat dalam melakukan praktik, mengadakan diskusi, dan aktif bertanya kepada saya sebagai trainer,” kata Jeminem, trainer keterampilan tata boga SMA Negeri 1 Dongko, Trenggalek.‘‘ ‘‘ TRAINER TUMPUAN HARAPAN
  • 146. 132 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI Ma’rifatul yang telah mulai merintis usaha tata boga kecil-kecilan ­mengatakan, lewat DT sangat banyak ilmu yang dia dapat, mulai dari cara memasak yang benar, aman dan higienis, termasuk memasarkan produk yang berhasil dibuat. “Berkat DT sekarang saya bisa membuat bermacam kue dan mulai memasarkannya di lingkungan sekitar,” katanya. Diakui Agus Sugiarto, S.Pd., Kepala SMA Negeri 1 Dongko, Trenggalek, sebenarnya di awal pelaksanaan SFH juga agak ada kendala, masalahnya anak-anak kami tinggal di pegunungan, sehingga tidak semua ada jaringan internet. Tapi berawal dari grup WA keterampilan akhirnya bisa dijalankan dengan baik. n
  • 147. 133 Melakukan kerja praktik di musim wabah, memang gampang-gampang sulit. Hal itu ­dirasakan Nur Jannah, S.Pd., guru SMAN 1 Panji, Kab. Situbondo, yang mengajar ­program DT materi tata boga. Selain teori, materi ini juga mengajarkan praktik. Tak pelak, dia ­harus ­praktik lebih dulu di rumahnya —­sambil ­menyuting dalam bentuk video ­langkah-langkah yang ­dilakukan— sebelum materi ­diajarkan. ­Mulai dari menyiapkan bahan sampai ­menyajikan ­hasil olahan. Setelah selesai praktik, video dibagikan ke grup WA siswa tata boga. Celakanya, tidak semua siswa tata boga 5.2 PedulidanInovatif TRAINER TUMPUAN HARAPAN
  • 148. 134 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI SMAN 1 Panji berkecukupan. Program DT memang menyasar sekolah-­sekolah “pinggiran” yang dianggap memiliki siswa rentan melanjutkan ­pendidikan ke perguruan tinggi. Ketika menerima tugas, beberapa di antara siswa ­mengeluhkan tidak punya dana untuk membeli bahan guna praktik tata boga sesuai tugas. Nur Jannah memberi tawaran bantuan dana, asalkan mereka bersedia mengambil sendiri ke rumah gurunya. “Sampai sekarang belum ada yang ke rumah saya untuk mengambil ­bantuan tersebut,” kata Nur Jannah yang sehari-hari mengajar mata pelajaran Fisika untuk kelas XII MIPA ini. Selama bulan Ramadan di Situbondo biasa ada “pasar kaget” yang ­digelar di sepanjang kaki lima. Mereka menjual aneka makanan dan minuman ­untuk buka puasa dan persiapan sahur. Salah satu peserta program DT minta izin Nur Jannah ikut berjualan di sana. Bukan menjual produksi hasil praktik study from home (SFH) selama wabah, tapi membantu pedagang pasar kaget, ­sebagai pelayan. Alasannya, untuk membuat laporan kerja DT selama SFH, karena dia tidak punya dana untuk membuat kue sendiri. “Saya tidak bisa melarang. ­Akhirnya dia bikin laporan sesuai apa yang dikerjakan,” kata Nur terharu. Sebelum diberlakukan SFH para siswa setiap pekan praktik DT di ­sekolah. Bahan baku dan peralatan disediakan sekolah. Siswa tidak ­mengeluarkan dana sepeser pun. Mereka tinggal mempelajari resep makanan lantas ­mengolah ­bahan mentah menjadi makanan siap saji. Satu rombel (kelas) terdiri atas
  • 149. 135 20 siswa dibagi 4-5 kelompok. Masing-masing kelompok mendapat tugas ­membuat makanan berbeda satu dengan yang lain. SMAN Panji mendapatkan materi tata boga jenis bakery. Mereka pernah mengadakan pertemuan praktik tatap muka langsung empat kali. Antara lain membuat macaroni scotel, susu goreng, kue bihun nanas, roti kukus santan nanas, bolu batik, kue rangin panggang, wafle, kurma cokelat, poferjest, salad buah, dan cheese oreo. Antara satu dengan kelompok yang lain mendapat tugas berbeda. Setelah kue matang, mereka saling mencicipi masakan buatan temannya. Pada saat SFH, Nur Jannah pernah mempraktikkan pembuatan es krim. “Tapi siswa-siswi menawar untuk berkreasi dengan idenya sendiri-sendiri,” ­katanya. Nur Jannah tidak melarang muridnya membuat makanan sesuai ­kemauan dan kemampuannya. Malah didorong agar lebih produktif dan kreatif. ­Pasalnya, kebanyakan siswa apalagi di daerah masih belum percaya diri (PD) atas kemampuannya. Ketidakpedean siswa itu sering ditemukan Nur terkait program DT. ­Diceritakan, suatu hari ia mendapat laporan, salah satu siswanya berjualan kue secara on line. Sebenarnya, Nur sejak awal sudah menyarankan anak ­didiknya menjual hasil praktiknya. Namun masih dipasarkan di lingkungan sekolah. Suatu hari salah seorang teman Nur membaca promosi muridnya di TRAINER TUMPUAN HARAPAN
  • 150. 136 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
  • 151. 137 media sosial. Dia pun membeli kue yang ditawarkan. Kemudian teman Nur memberitahu dan mengatakan bahwa kue buatan muridnya enak. Nur sendiri tidak tahu. Dia hanya menerima unggahan berupa gambar siswa yang bersangkutan dengan hasil produksinya untuk laporan DT. Gambar kue yang diunggah pun hasil kreasi siswa sendiri, bukan resep dari program DT. Lantas Nur melacak siswa yang bersangkutan. Dia mengaku masih ­coba-coba. Kue yang dijual tidak banyak jumlahnya. Karena modal hanya dari uang saku sehari-hari. Justru Nur merasa bangga. Ia pun memotivasi siswa tersebut agar tidak takut melangkah. “Jika ingin sukses harus berani melangkah dan siap gagal. Tapi, kalau ­gagal harus segera bangkit kembali dari kegagalan,” kata Nur Jannah ­menirukan pesan yang pernah disampaikan kepada siswanya. Setelah dipantau ternyata bukan hanya seorang siswa saja yang berjualan kue. Mereka berkelompok. Bahkan menurut guru yang hobi bikin masakan dan sering dibawa ke sekolah untuk disajikan ke sesama kolega ini, kelompok tersebut sudah berencana membuat kue untuk dijual menjelang lebaran. “Yang penting jangan patah semangat, karena usaha yang sungguh-sungguh tidak akan membohongi hasil yang kalian dapat,” katanya filosofis memotivasi para siswa tersebut. Di mata para siswa program DT, Nur Jannah dikenal sebagai guru yang cool, sabar, dan telaten. “Beliau sabar ketika mengajari kami setiap membuat olahan. Bahkan mengawasi kami satu per satu dan memberikan bimbingan memasak, mulai dari proses awal menyediakan bahan yang akan diolah, hingga akhir saat bagaimana cara menyajikan hasil olahan tersebut,” ujar Ramzatul Widad menceritakan kepedulian gurunya itu. Lebih dari itu, Widad menambahkan, guru tersebut juga ­mengajari ­siswanya agar dapat mandiri, agar tidak selalu bergantung gurunya. Dia ­memberi ­contoh, untuk pembuatan olahan kue yang pertama, para siswa ­masih ­dibimbing oleh Nur Jannah. Pada praktik olahan kue selanjutnya para siswa harus dapat ­mempraktikkan dengan kelompoknya masing-masing. “Agar materi ajaran Bu Nur pada kami dapat dipraktikkan sendiri. Beliau­­hanya mengawasi dan mengingatkan jika kami lupa melakukan ­langkah-­langkah dalam mengolah kue tersebut,” ujar siswa kelas XI MIPA-1 ini. Ide Baru Selain peduli pada siswa, Nur Jannah juga terbuka menerima hal-hal baru. TRAINER TUMPUAN HARAPAN
  • 152. 138 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI Dia sering mencoba-coba membuat resep olahan baru. Ketika praktik ­memasak salad buah ada siswa yang tidak suka mayones. Saus mayones biasa berbahan utama minyak nabati, telur ayam, dan cuka. Ada juga yang hanya ­menggunakan kuning telur saja, atau sari buah lemon, atau mustard sebagai perasa. Pada saat praktik tersebut, seorang siswa mengatakan tidak suka ­mayones. Mereka berdiskusi mencoba resep baru. Akhirnya ditemukan resep baru ­mayones tersebut diganti dengan olahan yakult yang berbahan dasar yoghurt atau susu asam. Hasilnya semua suka. Biaya produksinya pun lebih murah dan mudah didapatkan. Bahan: 100 gr margarin; 80 gr tepung terigu; 1 butir telur; Mangga sesuai kebutuhan. Membuat Vla: 2 butir kuning telur; 2 saset susu kental manis; tepung maizena (secukup). Cara Membuat: 1. Campurkan semua bahan ­margarin, terigu, dan telur jadi satu. Aduk sampai kalis; 2. Kalau sudah kalis ratakan di teflon lalu panggang dengan Resep Pie Mangga
  • 153. 139 Di lain kesempatan, menjelang SFH, Nur Jannah bermaksud ­mempraktikkan materi pie mangga. “Resep kue itu merupakan inspirasi bersama antara saya dengan para siswa,” katanya. Praktik bersama di sekolah belum sempat dilakukan keburu diliburkan karena wabah. Para siswa dipersilakan mempraktikkan sendiri di rumah ­masing-masing. Tidak semua melakukan. Selain terkendala beaya produksi, siswa yang lain memilih untuk mempraktikkan bikin kue yang sesuai dengan kemampuan keuangan mereka. Nur Jannah sendiri sempat mencoba membuat resep hasil keroyokan ­tersebut. Sebenarnya, resep tersebut tidak beda jauh dengan pie susu yang populer sebagai oleh-oleh dari Bali. Bedanya, di atas pie susu diberi taburan buah mangga. Ketika Nur mempraktikkan pie susu itu di Situbondo sedang tidak musim mangga. Ia kesulitan mencari mangga. Karena itu, taburan ­mangga diganti pasta mangga yang banyak dijual di toko-toko kue. Pasta yang dimaksud adalah selai mangga. Berbeda dengan salah satu siswanya, Desti Rahmatillah. Ia juga ­mempraktikkan membuat pie mangga di rumah. Hasilnya ternyata tidak ­optimal. Masih diperbaiki lagi. Saat itu, mangga di atas pienya ternyata kurang menarik jika hanya sebagai toping. Desti akan mencoba lagi. “Namun ­mangganya diproses untuk dijadikan vla,” katanya berencana. Adapun kue-kue kreasi siswanya yang direkomendasi Nur Jannah ­cukup TRAINER TUMPUAN HARAPAN api yang kecil. Tidak usah di tutup; 3. Selama dipanggang adonan ditusuk-tusuk dengan garpu su- paya tidak mengembang; 4. Membuat vla, ­campurkan semua bahan jadi ­satu. ­Maizena ­dilarutkan dulu lalu ­dicampurkan semua jadi satu; 5. Kalau pie sudah setengah matang masukkan adonan vla di atasnya, lalu tunggu kurang lebih 15 menit masih dengan api yang kecil; 6. Iris buah mangga sesuai selera lalu ditaburkan di atas pie yang sudah matang. Bisa ­dimasukkan kulkas agar rasanya semakin enak; 7. Potong pie sesuai selera dan ­sajikan.
  • 154. 140 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI banyak, antara lain: minuman sehat jahe kunir, puding cokelat biskuit, ­brownies cokelat keju, dalgona coffee, es lidah buaya, french toast, brownies choco, kue bawang, es krim oreo desthroyed, dan kue lapis kukus. “Memang tidak semua ide sendiri. Kebanyakan mengambil dari resep yang sedang populer, dan ­diunduh dari media sosial,” kata Nur memaklumi. Yang penting mereka sudah mencoba. n Resep Prol Roti Bahan: 3 butir telur ¼ kg Mentega 3 ons Gula 2 gelas Santan 1 ½ ons Tepung Segitiga 1 kg Kentang 1 bungkus Roti Tawar 3 Panili Pewarna Makanan Cara membuat l Masukan telur, mentega, gula dan santan. l Kemudian aduk hingga merata. l Selanjutnya masukkan tepung, kentang yang sudah ­dihaluskan, roti, panili, dan pewarna ­makanan, lalu aduk. l Lalu cetak adonan ke dalam ­wadah dan kukus + ½ jam
  • 155. 141 Luar biasa. Inilah keterpaksaan yang ­membawa berkah. Betapa tidak, jika saja tidak ada Pandemi COVID-19, mungkin para trainer DT tidak segera berpikir untuk memanfaatkan media sosial (baca: e-learning) untuk media pembelajaran. Inilah salah satu manfaat yang bisa ­diperoleh. Sedikitnya ada dua dampak positif dalam ­keterpaksaan belajar dari rumah (study from home —SFH) melalui e-learning. ­Pertama, trainer, operator bahkan siswa terpaksa ­belajar menggunakan medsos untuk pembelajaran maupun praktik DT. Jika selama ini medos ­hanya digunakan untuk ngobrol, sekarang ­digunakan untuk pembelajaran. 5.3 BersiasatdiTengah Keterbatasan TRAINER TUMPUAN HARAPAN
  • 156. 142 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI Kedua, baik trainer, operator bahkan siswa kini terbiasa menggunakan hp/ laptop/desktop untuk belajar. Jika ini menjadi kebiasaan akan menjadi pintu bagaimana mereka mencari sumber belajar dengan perangkat tersebut. Suatu kemampuan penting yang selama ini belum berkembang pada diri siswa. ­Bukankah sekarang ini berbagai informasi dapat diperoleh dengan mudah di internet. Dua hal itu akan dapat mempercepat kesiapan kita menghadapi pola ­pendidikan di era digital. Awalnya gugup dan gagap, tapi kini justru sebaliknya ingin ­kembali ­mencoba dan mencoba lagi. Inilah yang dirasakan para trainer dalam ­menjalankan di masa pandemi. Seperti diakui Siti Kurniah S.Pd. Guru Bahasa Jawa SMAN 1 Karas, pembelajaran SFH yang dilakukannya selalu didahului dengan ­memberikan video tutorial yang diambilkan dari youtube. Setelah siswa mengerti kemudian mereka diminta untuk membuat dan ­mendokumentasikannya seperti tutorial yang pernah mereka lihat. “Dari tutorial yang mereka buat itulah penilaian yang kami berikan. ­Manfaatnya dobel, selain siswa bisa mempraktikkan, mereka juga bisa berbagi Peserta ToT bidang Keterampilan Tata Rias Rambut dari beberapa SMA Peserta double track saat mengikuti pelatihan sebelum mereka terjun menjadi trainer di sekolah masing-masing.
  • 157. 143 tentang cara membuat apa yang telah dipraktikan melalui medsos,” katanya. Beruntung di SMAN 1 Karas, pembelajaran DT sudah dimulai sejak awal semester tiap Sabtu dan Minggu, sehingga ketika ada kebijakan pembelajaran harus dilakukan di rumah, siswa tinggal menyisakan 18 jam pelajaran tatap muka, dan itu sebagian besar bisa dilakukan dengan praktik mandiri. “Untuk bidang tata busana saya mengarahkannya membuat masker, ­dimulai dengan memberikan video tutorial. Hasil karya mereka saya tawarkan ke sekolah dan Alhamdulillah sekolah memesan masker sebanyak 800 biji. Selain itu saya juga ikut memasarkan ke masyarakat hingga sekarang total penjualan sekitar 1.000 masker,” katanya. Meski harus menyiapkan materi lebih awal dalam bentuk panduan dan ­kisi-kisi apa yang harus dilakukan siswa, sehingga trainer dituntut lebih kreatif, program SFH menurut Wayuti, S.Sos, trainer keterampilan masakan Indonesia dari SMA Negeri 1 Slahung, Ponorogo, hasilnya lebih bagus, karena siswa lebih mandiri dan tidak seperti saat praktik di sekolah selalu bertanya sesama teman. “Siswa cukup antusias mengikuti SFH, karenanya saya mendukung SFH dan mengapresiasinya sebagai langkah positif untuk mejawab kekurangan jam tatap muka program DT,” katanya. Dalam pengalamannya, ternyata ekspresi siswa dalam kreasi lebih ­menonjol, tidak ada rasa sungkan bertanya jika ada yang tidak ada ­dimengerti. Mereka lebih leluasa bertanya melalui chatting atau WA. Berbeda saat ­pembelajaran tatap muka berlangsung. Hanya saja, Wahyuti harus benar-benar bisa ­meyakini terhadap apa yang akan dikerjakan oleh siswa. “Memberi ­dukungan dan ­kepercayaan sekaligus memotivasi siswa, menjadi cara tersendiri dan ­membutuhkan effort luar biasa,” katanya. Kendala utama dalam pelaksanaan SFH adalah sinyal di daerah yang ­tidak stabil dan bahkan kadang hilang. Belum lagi ada beberapa siswa yang ­memang tidak memiliki alat komunikasi memadai, sehingga mereka terpaksa pinjam. Rekan Wahyuti, Eni Setyo Rini S.Pd yang menjadi trainer keterampilan Awalnya gugup dan gagap, tapi kini justru ­sebaliknya ingin kembali mencoba dan ­mencoba lagi. Inilah yang dirasakan para trainer dalam menjalankan SFH di masa pandemi COVID-19. ‘‘ ‘‘ TRAINER TUMPUAN HARAPAN
  • 158. 144 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI tata kecantikan, menceritakan jika SFH tidak hanya menuntut dirinya harus kreatif, tapi juga harus memikirkan bisa atau tidaknya tugas yang diberikan ke siswa direalisasikan. Keterbatasan bahan baku dan peralatan menjadi kendala selain sinyal. Oleh karena itu, ia harus benar-benar memberikan penugasan yang logis dan bisa dilakukan dengan keterbatasan yang ada di rumah. Kendala keterbatasan alat dan bahan juga diungkapkan Dhendy Eko ­Darmawan, pemilik salon Dhekda Makeup, yang menjadi mitra DUDI SMA ­Negeri 1 Dongko, Trenggalek. Pembelajaran saat pandemi susah-susah ­gampang. “Saat diminta praktik di rumah masing-masing, kesulitan akan ­ditemui, karena keterbatasan alat yang dimiliki siswa. Selama wabah ini siswa saya kasih tugas untuk merias dengan alat seadanya, dan ­mengkominasikannya dengan materi tulis, melukis, atau membuat alis di atas kertas,” katanya. Itulah gambaran SFH di DT, ada positif ada pula negatifnya. Sander Tamm (2019) sebagai mana ditulis oleh Rochmat Wahab (2020), telah ­mengidentifikasi sejumlah kelemahan e-learning, (1) umpan balik terbatas; (2) dapat menyebabkan isolasi sosial; (3) menuntut motivasi diri yang kuat dan keterampilan mengelola waktu; (4) kurangnya pengembangan keterampilan komunikasi; dan (5) tidak dapat diakses oleh populasi yang tidak memiliki hp/laptop/desktop dan lainnya termasuk sinyal atau jaringan. Yang juga penting di samping kelemahan-kelemahan tersebut adalah ­bahwa pendidikan bukanlah transfer informasi atau pengetahuan saja, tetapi juga transfer nilai. Sehingga e-learning memiliki keterbatasan untuk transfer nilai. Plus-minus memang selalu ada, tapi dengan mengetahui plus-minus itu diharapkan kita bisa mengoptimalkan dampak positifnya dan meminimalkan dampak negatifnya secara simultan. n
  • 159. 145 Trainer merupakan pilar penting dalam pelaksanaan program DT. Pemilihan istilah “trainer”, bukan “guru”, sangatlah tepat karena titik tekan program DT memang melatih siswa agar memiliki keterampilan maupun ­keahlian tertentu, yang diharapkan nantinya dapat ­dijadikan sebagai bekal meraih kesuksesan setelah lulusan sekolah nanti. Porsi praktik lebih banyak ketimbang ­teori. Maka peran trainer menjadi sentral karena ­hadir selama siswa melaksanakan praktik DT. Tidak hanya hadir tetapi memberi contoh, ­mendemonstrasikan, dan menularkan karakter positif yang harus dipunyai bila ingin menjadi sosok profesional di bidangnya. 5.4 SemangatTinggi TrainerDT TRAINER TUMPUAN HARAPAN
  • 160. 146 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI Jumlah seluruh trainer yang terlibat dalam kegiatan DT tahun pelajaran 2019-2020 ini sebanyak 704 orang. Mereka memberikan pelatihan DT di 157 sekolah yang tersebar di penjuru Jawa Timur. Trainer DT direkrut dari dua sumber. Yaitu dari internal jajaran guru sendiri dan dari ekternal yang berasal dari dunia praktisi. Guru yang ditugasi ­menjadi trainer tentulah merupakan personel pilihan yang berkompeten di bidang ­keahlian yang diampu. Beberapa guru yang menjadi trainer DT mengaku mereka memang tidak memiliki sertififikat formal yang sama dengan bidang yang diampu, tetapi ­keahlian pribadi mereka cukup dapat diandalkan. Umpamanya ada trainer tata boga dipegang oleh guru yang sudah terbiasa praktik masak, bahkan sempat memasarkannya. Atau ada guru Matematika atau Biologi tetapi secara pribadi sejak dulu dia senang melakukan rias-merias. Demikian juga ada guru olahraga yang gemar meng”oprek” sepeda motor, diangkat menjadi trainer TKR, dan banyak guru yang pandai komputer atau teknologi informasi dipercaya menjadi ­training ­bidang keahlian Desain Grafis. Selain itu ada juga trainer dari unsur guru, tetapi guru dari sekolah lain. ­Misalnya di SMAN1 Kasiman Bijonegoro, trainer tata busana dipegang dari guru dari SMK yang memang ahli di bidang itu. Trainer dari internal ­sekolah tidak selalu dari unsur guru, bisa juga dari tenaga nonkependidikan, ­sekolah yang bersangkutan, sepanjang mereka mumpuni. Contohnya Mohammad ­Yusuf Pembina mengevaluasi dengan jeli hasil kerja peserta ToT.
  • 161. 147 trainer keterampilan rias pengantin dari SMAN 2 Sampang, ­sehari-harinya bekerja menjadi staf tata usaha. Sedangkan trainer dari unsur praktisi juga menarik untuk dicatat. Mereka berasal dari praktisi yang umumnya berada dan eksis di sekitar sekolah DT. Di antaranya adalah pemilik bengkel servis sepeda motor, jasa katering, pemilik konvensi atau pengusaha salon rias pengantin. Yang mengesankan, secara umum para trainer praktisi DT memiliki ­kepedulian yang tinggi. Mereka rela berbagi ilmu, mau menyisihkan waktu minimal sepekan dua kali untuk mengajari siswa. Padahal honor yang mereka terima dari program DT tidak lebih tinggi dibanding dengan penghasilan yang mereka dapatkan jika pada jam-jam mengajar DT itu digunakan untuk bekerja di tempat usahanya sendiri. Kesediaan menjadi trainer tersebut antara lain disebabkan mereka adalah alumnus dari sekolah yang bersangkutan. Mereka mengaku merasa ­nyaman dan punya tanggung jawab moral untuk membimbing adik-adiknya. Yang ­menarik, umumnya mereka tidak takut nanti bakal tersaingi oleh lulusan DT yang dididiknya. Mereka begitu percaya bahwa rezeki sudah ada yang ­mengatur, rezeki tidak akan tertukar. Bahkan tidak sedikit trainer praktisi ini siap akan akan merekrut anak asuhnya bila sudah lulus nanti. Tentu ada perbedaan dalam cara dan gaya mengajar yang dilakukan oleh trainer guru dan oleh trainir praktisi. Keduanya memiliki sisi kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tetapi sepanjang proses belajar mengajar ­berjalan efektif, maka perbedaan itu tidak menjadi masalah. Berdasar amatan di beberapan sekolah, terlihat trainer yang berasal dari guru umumnya lebih sistematis dalam mengajar, penjelasan teorinya juga ­detail. Begitu banyak ilmu yang ingin ditransfer ke siswa, sehingga mereka mengaku merasa kurang dengan jatah durasi 90 jam pelatihan itu. Trainer DT direkrut dari dua sumber. Yaitu dari internal jajaran guru sendiri dan dari ekternal yang berasal dari dunia praktisi. Guru yang ditugasi menjadi trainer ­tentulah merupakan personel pilihan yang ­berkompeten di bidang keahlian yang diampu.‘‘ ‘‘ TRAINER TUMPUAN HARAPAN
  • 162. 148 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI Sedangkan trainer dari praktisi lebih mengandalkan pengalaman dalam melatih peserta DT. Memang tidak banyak deskripsi yang bisa diutarakan. ­Tetapi cara mereka memberi contoh, cara mereka memegang alat dan ­mengerjakan tugas sangat efektif dan efisien, sebuah pertanda bahwa ­mereka ekspert di bidangnya. Semua keprigelan yang dipertontonkan akan menjadi panduan konkret yang berguna bagi siswa. Soal durasi pelatihan, praktisi ­lebih mudah beradaptasi dan fleksibel dengan jatah pelatihan yang dirancang ­penyelenggara DT. Training of Trainers Agar terjadi persamaan persepsi dan keseiramaan langkah, maka ­sebelum terjun menjadi trainer mereka mengikuti Training of Trainers (ToT) di ­Surabaya beberapa hari lamanya. Mereka dikarantina untuk ­berkegiatan bersama, ­praktik bersama, mengikuti arahan narasumber, serta saling ­berbagi ­pengalaman. ToT sudah pernah dilaksanakan dua kali, sesuai dengan jumlah angkatan ­program DT. Antarcalon trainer saling berbagai ilmu dan ­kesempatan. Mereka yang sudah pernah ikut ToT pada tahun sebelumnya lebih banyak ­mengambil peran “tut wuri handayani”, sedang calon trainer angkatan baru didorong ­untuk berinisiatif dan lebih diberi kesempatan untuk berpraktik. Dra. Yuningsih, guru SMAN1 Galis, Pamekasan, mengaku senang ­diberi kepercayaan menjadi trainer Tata Kecantikan DT di sekolahnya. Apalagi ­sudah diikutkan menjadi peserta ToT hingga dua kali. “Saya menyerap banyak ­pelajaran dari ToT,” kata guru Matematika ini. Kini dia terampil melatih siswa belajar rias pengantin Yogyakarta berkerudung tanpa paes dan ­pengantin muslim modifikasi. Modifikasi yang dimaksud adalah memberi variasi pada hijab dengan menambahkan hiasan, mahkota, hingga manik-manik. Agar terjadi persamaan persepsi dan ­keseiramaan langkah, maka sebelum terjun menjadi trainer mereka mengikuti ­Training of Trainers (ToT) di Surabaya beberapa hari lamanya. Mereka dikarantina untuk ­berekegiatan bersama, praktik bersama, mengikuti arahan narasumber, serta saling berbagi pengalaman. ‘‘ ‘‘
  • 163. 149 Sekolah kami di pinggiran. Anak-anak tidak punya alat-alat tersendiri. Jadi untuk praktik nunggu jadwal training di sekolah. “Tapi saya bangga karena anak-anak sudah dapat melakukan make-up untuk diri sendiri dan untuk orang lain,” katanya. Menurutnya, peserta DT dijaring berdasar minat mereka sendiri. ­Sehingga sangat enak mengajarinya. Diberi umpat sedikit mereka sudah menyambut. “Bahkan karena terlalu antusias mereka jadi berlebihan dalam merias. Bikin alisnya terlalu tebal. Sak karepe dewe, gak sesuai tekniknya. Tapi setelah ­diarahkan mereka menjadi bisa,” katanya dengan nada bangga. Dra Rika adalah trainer tata kecantikan di SMAN1 Gondang Wetan, ­Pasuruan, meskipun dia dikenal sebagai guru Biologi. Dirinya mengaku sejak lama belajar rias secara otodidak, karena sejak kecil sudah suka berdandan. Rika juga aktif menekuni dunia modelling, sehingga tidak terlalu sulit untuk bertugas sebagai trainer. Apalagi kini sudah mendapat bekal dari ToT dan aktif brosing tutorial tata rias di internet. Seperti halnya di sekolah lainnya, siswa DT di SMAN1 Gondang Wetan juga antusias mengikutinya. Mereka sadar bahwa mereka siswa pilihan. Bayangkan tata kecantikan yang hanya satu rombongan belajar dengan 40 peserta ini merupakan “anak saringan” dari 120 lebih siswa yang mendaftar. Menurutnya kendala yang dihadapi adalah minimnya sarana yang dimiliki siswa. Bila mereka diminta membeli alat kerja yang nantinya untuk kepentingan mereka sendiri, mereka masih keberatan. “Di tempat kami prospek bisnis tata kecantikan cukup menjanjikan, karena belum banyak saingannya. Memang masalahnya butuh modal awal untuk melengkapi alat kerja mereka. Mungkin nanti kita bisa bekerja sama saling membantu,” katanya. n TRAINER TUMPUAN HARAPAN
  • 164. 150 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI Peserta ToT Keterampilan Boga (pembuatan roti) saat mengikuti kegiatan pembekalan di Surabaya.
  • 165. 151 BAGIAN ENAM Tantangan di Tengah Wabah Pemimpin adalah orang yang mengetahui suatu cara; menjalankan dan sekaligus menunjukkan cara tersebut. – John C. Maxwell – JOHN CALVIN MAXWELLM lahir di  Garden City, Michigan  pada tahun 1947 adalah seorang penulis dan  pembicara  yang telah ­menulis lebih dari  60  buku, terutama berfokus pada  kepemimpinan. ­­Buku- bukunya­ telah terjual lebih dari sembilan belas juta kopi, beberapa di New York Times Best Seller List.
  • 166. 152 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI emua sendi kehidupan di dunia ini terganggu dengan adanya ­Pandemi COVID-19, tidak terkecuali program DT. Tapi tidak ­harus ­kemudian berpangku tangan dan pasrah dengan keadaan. ­Inilah yang ­dilakukan oleh ­penyelenggara program DT. Melakukan ­berbagai terobosan, ibarat pepatah tak ada rotan akar pun jadi. Tapi faktanya terobosan yang dilakukan bukan hanya menemukan cara baru dalam menyampaikan materi dan praktik keterampilan DT, tapi ­membawa manfaat lebih. Siswa, Kepala sekolah, Trainer dan operator sekolah kini ­makin akrab dengan pola pembelajaran dan koordinasi melalui daring. Sebelum ­tidak pernah terbayangkan siswa yang berasal dari daerah pinggiran kota ­kabupaten yang tinggal di kaki gunung bisa berakrab ria dengan yang namanya fasilitas webinar, seminar melalui onilne. Inilah manfaat yang diperoleh di tengah keterpaksaan karena Pandemi COVID-19. Awalnya memang terlihat kaku dan gugup. Tapi setelah dilakukan beberapa kali, malah seperti ketagihan, ingin lagi dan lagi. n S
  • 167. 153 Mungkin ini sebentuk keberuntungan ­terselubung, blessing in disguise. Pandemi ­Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang masih mengkhawatirkan ini ternyata punya sisi manfaat. Tanpa serbuan Corona mungkin ­pembelajaran online tidak segera ­memasyarakat dan meeting secara daring (dalam jejaring) ­tidak terselenggara semasif sekarang ini. Pandemi COVID-19 membuat semua orang diimbau tinggal di rumah, melakukan ­aktivitas produktif dari rumah alias Work from Home (WFH). Sekolah diliburkan dua pekan bahkan kemudian diperpanjang, pesan menjaga jarak 6.1 MeetingLewat AplikasiZoom TANTANGAN DI TENGAH WABAH
  • 168. 154 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI (phisical distancing) diberlakukan, kegiatan yang bersifat kerumunan banyak orang juga dilarang demi memutus matarantai virus yang sudah melanda ­dunia ini. Banyak kegiatan dan event besar dibatalkan. Otomatis banyak ­agenda ­pertemuan jadi terhambat pelaksanaannya. Lalu orang mencari solusi ­dengan melirik kecanggihan teknologi informasi berupa komunikasi daring. ­Sebetulnya daring bukanlah teknologi yang benar-benar baru. Teleconference, ­videoference (vicon) telah banyak dilakukan oleh pejabat, aparat TNI/Polri, pengusaha, pekerja kreatif startup, maupun akademisi di perguruan tinggi. Tetapi gara-gara Corona, pertemuan online menjadi banyak dilakukan orang. Aplikasi meeting online seperti Zoom, Hangouts, GoToMeeting, ezTalks Free, GoToWebinar, Join.me, TeamLink, atau Online Meeting ramai-ramai diunduh dari playstore. Terjadi percepatan pembelajaran dan pemanfaatan teknologi online. Sejumlah pihak yang sebetulnya belum siap, mau tidak mau dipaksa oleh keadaan untuk mempraktikkannya. Dan terbukti tidak serumit yang diduga. Tentu terdapat kekurangan di sana sini, tetapi secara bertahap akan familiar dengan sendirinya. Dosen dan guru mengadakan pembelajaran daring, pengusaha ­menjalankan agenda rapat juga secara online. Demikian juga dengan ­penyelenggara ­program SMA/MA Double Track Jawa Timur, yang sudah ­memasuki tahun kedua ini. Koordinasi masal yang biasanya dilakukan secara manual secara berkala di kantor Dinas Pendidikan Provinsi Jatim di Jl. Gentengkali Surabaya, untuk sementara ditiadakan. Sebagai gantinya, pertemuan tersebut dilaksanakan ­secara daring. Pada tanggal 1 hingga 3 April 2020 kegiatan yang dikemas dalam tajuk Focus Group Discussion (FGD) sukses digelar. Pertemuan hari pertama diikuti oleh para operator dan trainer DT yang berada di berbagai penjuru provinsi Jatim, sebanyak 75 orang peserta. Hari kedua dilaksanakan lagi FGD, kali ini pesertanya para kepala ­sekolah SMA/MA pelaksana DT, dengan jumlah peserta sebanyak 90 orang. FGD daring dimulai pukul 09.00. Selain kepala sekolah, bergabung pula Dra. Ety ­Prawesti, M.Si, Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan SMA Dinas Pendidikan Provinsi ­Jatim, Dra. Anny Saulina, M.Si, Bidang PPSMA, dan Alfian Majdi, M.Pd, Kasi Kurikulum SMA bidang kurikulum. Sedang dari unsur ITS terlihat hadir Dr. Hozairi yang bertindak sebagai moderator, anggota tim IT Fajar Baskoro dan
  • 169. 155 Arya Yudhi Wijaya, Serta M. Zainul Asrori, selaku penanggungjawab program DT dari ITS. Karena ini meeting daring perdana maka suasana canggung agak terasa pada awalnya. Mungkin karena belum terbiasa. Ada beberapa peserta yang terlambat bergabung karena alasan teknis. Kendala kecil timbul di ­sana-sini seperti sambungan internet yang putus-nyambung. Satu atau dua peserta ­terlihat masih gagap dengan berseru “gambarku ora muncul” atau peserta lain mengeluh “swarane kok lirih banget.” Terdengar simpang siur arus pembicaraan karena beberapa peserta ­ingin berbicara dalam waktu yang bersamaan. Tapi itu hanya berlangsung ­beberapa saat sebelum akhirnya dipandu oleh moderator dengan tertib. Yang ingin ­berpendapat dipersilakan mengangkat tangan, kemudian moderator TANTANGAN DI TENGAH WABAH Karena meeting daring perdana, maka suasana canggung agak terasa pada awalnya. Mungkin karena belum terbiasa. Tapi itu hanya berlangsung beberapa saat sebelum akhirnya dipandu oleh ­moderator dengan tertib. ‘‘ ‘‘
  • 170. 156 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI ­memberikan kesempatan kepadanya. Setelah itu moderator melempar ­kepada peserta untuk memberikan tanggapan. Dengan demikian diskusi menjadi ­mengalir efektif. Segera suasana FGD berkembang hidup. Peserta merasa seperti tengah bertemu dalam satu ruangan yang nyata padahal itu semua hanya virtual. ­Berbagai usulan dan masukan tentang program DT bermunculan. Kendala dan curhat juga mewarnai perbincangan. Semua peserta dapat mendengar dan berkesempatan untuk berpendapat dan menyanggah. Joke-joke lucu juga terdengar, “blangkon Sampeyan apik, aku pesen yo.” Cukup menarik mencermati gerakan dan ekspresi masing-masing peserta FGD yang muncul secara bersamaan di layar laptop. Ada yang berbusana ­formal, ada pula yang berbusana kasual, ada yang mengenakan masker ­mulut. Posenya pun bermacam-macam, dari yang bergaya santai, aktif ­bergerak, bahkan ada yang beranjak meninggalkan kursi karena keperluan tertentu. Latar belakang tempat peserta berada, yang terekam lewat kamera, juga menarik untuk dilihat. Ada yang bergabung FGD melalui laboratorium ­komputer sekolah, ada yang dari ruang dinas, di ruang tamu rumah. Ada pula yang menggunakan background outdoor, sehingga terlihat hamparan sawah menghijau di belakang kepala. Bagi peserta yang melek teknologi, dapat menampilkan background virtual dengan gambar animasi indah yang terus berubah-ubah. Tidak terasa diskusi telah berlangsung sekitar 1,5 jam. Satu hal yang ­terlihat pasti, betapa efektif dan efisiennya pertemuan daring itu. Mempertemukan 90 orang kepala sekolah dari segala penjuru Jatim secara fisik ke satu titik di ­Surabaya tentu butuh waktu, tenaga, dan biaya yang besar. Mereka yang berasal dari SMA di pinggiran Kabupaten Pacitan, Bojonegoro, Banyuwangi, maupun Sumenep perlu menempun perjalanan darat sekian jam untuk dapat sampai di tempat pertemuan. Ketika pertemuan selesai mereka harus menempuh perjalanan pulang yang panjang lagi. Melalui vicon seperti Melalui vicon seperti ini semua dapat terselenggara dengan lebih mudah. Begitu pertemuan daring ditutup, seketika itu pula peserta sudah berada ­di domisilinya masing-maisng, sehingga dapat ­melanjutkan kegiatan produktif lainnya. ‘‘ ‘‘
  • 171. 157 ini semua dapat terselenggara dengan lebih mudah. Begitu pertemuan daring ditutup, seketika itu pula peserta sudah berada di domisilinya masing-masing, sehingga dapat melanjutkan kegiatan produktif lainnya. Sementara petugas admin ataupun notulis rapat segera mengetik ­hasil ­pertemuan tersebut lalu hasilnya diunggah ke grup WhatsApp ­anggota. ­Semoga pengalaman baik ini dapat dijadikan pola atau model untuk ­pertemuan-pertemuan sejenis di masa mendatang, meskipun pandemi ­COVID-19 sudah berlalu. FGD di hari ketiga mengambil topik Rapat FGD Trainer SMA DT dengan peserta para trainer DT sebanyak 137 trainer. Sejumlah trainer ­melaporkan bahwa proses pembelajaran DT untuk beberapa bidang keahlian sudah ­mencapai 100% atau setara dengan 90 jam pelajaran. Namun ada juga yang masih terlaksana 70% hingga 80%. Untuk itu mereka mengambil inisiatif ­kreatif, melakukan improvisasi penugasan dengan model study from home/ SFH (belajar dari rumah). Kata kunci yang dipakai adalah fokus kepada ­hal-hal yang dapat dikerjakan terlebih dahulu, selebihnya akan dikerjakan sambil ­jalan sambil menunggu situasi normal kembali. n TANTANGAN DI TENGAH WABAH
  • 172. 158 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI Sutoyo, Pemilik Panda Salon di Ponorogo, yang dipercaya menjadi trainer oleh di SMA Negeri 1 Jetis, Ponorogo untuk keterampilan tata rias rambut.
  • 173. 159 Manusia punya rencana, tapi realitas bisa berbeda. Program kegiatan DT sudah ­dijadwal sedemikian rupa sehingga di akhir semester semua yang dicanangkan dapat terlaksana. Tetapi ternyata di tengah jalan musibah datang. Pandemi COVID-19 memaksa semua sekolah harus diliburkan demi menghindari kerumunan dan untuk memotong mata rantai penularan ­virus Corona. Anjuran agar siswa belajar di rumah ­terdengar enak di telinga, tetapi ternyata ­tidak sederhana pelaksanaannya. Pihak sekolah pun mencari solusi alternatif dengan ­melakukan 6.2 SejumlahKendala diTengahCorona TANTANGAN DI TENGAH WABAH Tampilan salah satu model pengantin hasil karya peserta ToT.
  • 174. 160 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI pembelajaran secara daring. Tetapi pembelajaran daring membutuhkan ­sejumlah prasyarat antara lain, adanya jaringan internet dan perangkat gadget atau laptop. Padahal tidak semua siswa memiliki prasyarat tersebut. Kalo pun sekolah punya fasilitas pembelajaran daring, siswa tidak semuanya memiliki alat komunikasi atau handphone pintar. Sekolah-sekolah pelaksana DT umumnya merupakan sekolah pinggiran, yang jauh dari pusat kota, sehingga masih muncul keluhan buruknya sinyal internet di kawasan tersebut. “Gara-gara Corona, skedul jadi berantakan,” kata Bahtiar Kholili S. Pd., M.M. Pd., Kepala Sekolah SMAN 1 Karas Magetan. Pihaknya sudah mencoba menerapkan pembelajaran daring, melalui grup WhatsApp, tetapi masalahnya tidak semua siswa atau walimurid punya smartphone. Sebagian handphone siswa masih belum android, sehingga tidak bisa dibuat bergabung ke grup WA. Hal senada juga dikeluhkan Drs. Agus Sugiarto. M. Pd., Kepala SMA 2 ­Karangan Trenggalek. “Di tempat kami sinyal buruk. Juga sebagian murid kami tergolong kelas menengah ke bawah. Mereka tidak punya laptop, ­hapenya juga jadul. Siswa peserta DT yang punya smartphone cuma lima anak,” ­katanya. Hambatan jaringan juga dialami beberapa SMA di Pacitan seperti SMAN1 Tegalombo, SMAN1 Ngadirojo, dan SMAN 1 Nawangan Pacitan, mereka ­kesulitan memberi penugasan via online dan melakukan pelaporan secara ­daring. Budi Hartono, operator DT SMAN 1 Lenteng Sumenep dan Zainul ­operator MA Darul Ulum Pamekasan juga mengeluhkan hal yang sama. Kendala berikutnya adalah masalah keterbatasan alat kerja. Semua ­bidang keahlian DT membutuhkan peralatan kerja. Ketrampilan tata boga ­membutuhkan oven, mixer dan lain-lain, keterampilan TKR membutuhkan sepeda motor dan peralatan servis, Tata busana butuh mesin jahit dan ­bahan kain, keterampilan Multimedia membutuhkan perangkat komputer dengan spesifikasi yang lumayan tinggi. Dalam kondisi normal, semua peralatan tersebut disediakan di sekolah, ­sehingga siswa tinggal praktik saja. Tetapi ketika COVID-19 melanda, dan siswa harus belajar di rumah, maka muncul sejumlah persoalan. “Anak-anak Multi Media itu butuh praktik. Apalagi semester ini materinya adalah troubleshooting,” kata Sujiono, S.Pd., M.Si Plt. Kelapa SMA2 Sampang. “Untuk TKR, kami mengalami kendala peralatan. Anak-anak tidak punya alat untuk praktik servis sepeda motor,” kata Dwi Retno Susanti, S. Pd., M. Pd., ­Kepala SMAN1 Kapongan, Situbondo.
  • 175. 161 Demikian juga yang dialami SMAN Mumbulsari Jember. Drs. Wahid ­Lestiyono, M.M, selaku kepala sekolah menginformasikan, untuk kegiatan praktik videografi, para siswa tidak punya peralatan sendiri. “Anak-anak kami sebetulnya sudah mendapat dua job untuk syuting pengajian, tapi dibatalkan karena wabah Corona,” katanya. Saat melakukan SFH, sejumlah peserta DT mencoba mengerjakan tugas di warung kopi yang ada wifie gratisnya. Tapi sayang, pekerjaan belum tuntas, sudah keburu dibubarkan oleh polisi yang melakukan razia. Beberapa pengelola sekolah mengaku, untuk program keterampilan Multi Media atau Elektro tidak dapat dikebut pelaksanaannya karena trainer yang bersangkutan umumnya juga sibuk sebagai teknisi dalam pelaksanaan ­Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Mengingat begitu banyak hambatan di lapangan, maka Siti Nurmala, S. Pd., M. M. , Kepala Sekolah SMAN1 ­Balongpanggang Gresik berharap ada perpanjangan waktu dalam pelaksaan DT. Tetapi tidak semua sekolah mengalami kendala berat. Bahkan ada ­sekolah yang mengaku proses pembelajaran DT untuk beberapa keahlian sudah ­berjalan 100%. Seperti program Tata Busana di SMAN1 Berbek Nganjuk, Tata Boga di SMAN 1 Jenangan Ponorogo, dan Tata Kecantikan di SMAN 1 ­Dolopo Madiun sudah tuntas 100% sebelum Corona datang. Untuk program yang ­sudah tuntas ini, tentu saja tidak diperlukan lagi kegiatan school from home (SFH). Pada umumnya bidang Tata Boga yang relatif dapat berjalan lancar. Para kepala sekolah trainer berinisiatif dengan memberi tugas sederhana kepada siswa yang memungkinkan untuk dikerjakan di rumah dengan menggunakan peralatan yang dimiliki. “Terpaksa praktiknya hanya menggoreng dan mengukus saja, karena siswa kami tidak punya mikser dan open. Sedangkan untuk tata rias siswa kami ­sudah Di tempat kami sinyal buruk. Juga sebagian murid kami tergolong kelas menengah ke bawah. Mereka tidak punya laptop, hapenya juga jadul. Siswa peserta DT yang punya smartphone cuma lima anak,” kata Agus Sugiarto. M. Pd., Kepala SMA 2 Karangan Trenggalek. ‘‘ ‘‘ TANTANGAN DI TENGAH WABAH
  • 176. 162 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI sering menerima job untuk merias anak-anak yang mau wisuda, kadang sam- pai kewalahan, tapi saat COVID-19 ini banyak yang dibatalkan,” kata Reny Yulis Wiyanti, Kepala SMAN 1 Karangan, Trenggalek. Untuk Tata Boga di SMA Bareng Jombang, siswa mendapat tugas ­individu (setara 6 jam pelajaran) kepada siswa untuk praktik memasak dengan menu ­bebas. Sedang tugas kelompok (3 jam pelajaran) dilakukan beberapa siswa yang rumahnya berdekatan. “Untuk tugas kelompok, perwakilan siswa ­mengambil bahan-bahan di sekolah. Sedang untuk tugas individu mereka ­belanja sendiri, nanti dapat di-reimburse, diganti 50% oleh sekolah. Anak-anak tidak keberatan karena nanti hasil masakannya kan dikonsumsi sendiri,” kata Ahmad, S. Pd., M.T., Kepala Sekolah. Namun dalam keterbatasan sarana prasarana sejumlah langkah telah diambil agar program DT tetap berjalan, meskipun tidak begitu maksimal. Prinsipnya, lakukan apa yang dapat dilakukan. Siswa DT bidang elektro bisa praktik memperbaiki kipas angin miliknya, atau praktik memasang kabel di mushola. Bisa juga siswa diminta menggambar jaringan listrik di rumahnya. Maka trainer harus kreatif menciptakan penugasan agar siswa DT tetap dapat belajar sesuai bidang keterampilan yang diambilnya, betapapun minimnya ­bobot penugasan itu. Yang menggembirakan, ternyata sejumlah sekolah melaporkan, siswa peserta DT sudah ada yang mampu menghasilkan uang, mereka menjual karya dan jasanya melalui media sosial, ada yang berjualan pada hari minggu di areal car free day, ada pula yang menawarkan jasa servis sepeda motor ke tetangga maupun melalui WA. n Tetapi tidak semua sekolah mengalami kendala berat. Bahkan ada sekolah yang mengaku proses pembelajaran DT untuk beberapa keahlian sudah berjalan 100% sebelum Corona datang. ‘‘ ‘‘
  • 177. 163 Selalu ada cara di saat kita ­terhambat ­kendala. Maka program DT harus tetap ­jalan kendati ada wabah Corona. Memang ­tidak ­mudah. Juga kadang tidak ­memuaskan ­hasilnya jika ­dibandingkan dengan hasil yang didapat dalam kondisi normal. Maka ­dituntut adanya kreativitas dan inovasi di kepala ­sekolah dan trainer untuk menciptakan model ­pembelajaran dan ­penugasan yang feasibel, dapat ­dilaksanakan anak saat berada di rumah. Trainer perlu membuat panduan tugas, praktik pembuatan produk, atau praktik mereparasi yang memungkinkan untuk dikerjakan siswa dari rumah. 6.3 PraktikDT diRumah,Bisa! TANTANGAN DI TENGAH WABAH Peserta ToT bidang keterampilan desain model busana, saat sedang menyiapkan mesin jahit untuk digunakan.
  • 178. 164 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI Keluhan umum yang muncul adalah ketiadaan alat yang dapat dibuat ­praktik siswa di rumah, karena semua sarana dan peralatan berada di ­sekolah. Padahal pepatah lama mengatakan, kalau tidak ada rotan akar pun jadi. ­Artinya, selalu ada anternatif meskipun pilihan yang kedua, kualitasnya tidak sebagus pilihan pertama. Untuk Tata Boga, biasanya dikerjakan peserta DT di sekolah dengan ­peralatan relatif lengkap, ada oven, mikser, dan bahan-bahan yang akan ­dimasak. Ketika harus praktik di rumah, umumnya peralatan yang dimiliki walimurid amat terbatas. Namun, betapapun, tetap ada yang dapat dikerjakan. Sejumlah trainer memberi kebebasan siswanya untuk praktik memasak dengan menu yang dapat dikerjakan. Kemudian trainer memberi bimbingan melalui WhatsApp. Seperti yang dilakukan Nurul Hikmah siswa Kelas XI IPA1 SMAN1 Gapura, Sumenep,yang bersemangat membuat nuget pisang coklat. Juga Muhammad Soleh Kelas XI IPS 4 SMAN1 Gondangwetan, Pasuruan, yang bersemangat membuat lapis singkong. Saat praktik siswa diminta memotret bahan dan alat yang dibutuhkan, proses memasak, dan produk yang dihasilkan. Dokumentasi kemudian dikirim Tiga siswa SMA Negeri 1 Kendal, Ngawi peserta DT Keterampilan Desain Mode Busana saat mengikuti kegiatan di sekolah.
  • 179. 165 ke trainer lalu diteruskan ke operator untuk diunggah ke-logbook pelaporan. Laporan ini dapat dianggap sebagai pelaksanaan pembelajaran DT. Pihak sekolah diminta memperkirakan konversi praktik mandiri tersebut ­dengan jam pelajaran. Misalnya untuk satu kali praktik SFH dapat ­disetarakan dengan satu kali pertemuan tatap muka atau setara dengan enam jam ­pelajaran. Untuk ketrampilan teknik kendaraan ringan (TKR) juga demikian. Keluhan ­tidak adanya perkakas dan kendaraan yang dapat ­digunakan ­untuk ­praktik bisa ­disiasati dengan penugasan yang mengarah kepada ­pendalaman ­pemahaman siswa terhadap konsep tertentu, pengayaan ­pengetahuan, ­perencanaan servis, pelayanan masyarakat, hingga penciptaan pasar ­komunitas. Misalnya siswa diminta menggambarkan langkah-langkah atau tahapan melakukan reparasi sepeda motor di atas selembar kertas. Jadi perlu diingat, bahwa materi pembelajaran DT tidak seluruhnya bersifat praktik. Praktik sederhana toh dapat dilakukan peserta DT TKR. Umpamanya, ­membongkar kendaraan sendiri dengan meminjam perkakas dari tetangga yang memiliki bengkel motor. Hal ini dilakukan Muhammad Danu ­Prasetyo siswa Kelas XI IPS2 SMAN1 Kedungadem, Bojonegoro, praktik mengganti oli sepeda motor di teras rumah. Yodi Dwi Saputra siswa Kelas XI IPS 1 ­memperbaiki koil dan David ­Aldiansyah siswa kelas XI MIPA 2 memperbaiki master rem cakram. Sedang siswa SMAN 1 Plumpang, Tuban, praktik mengganti oli motor dengan menggunakan skema voucher cipta kerja, sehingga dapat menawarkannya dengan murah. Ganti oli hanya Rp. 10.000,- Anak-anakpesertakeahlianlistrikdanelektrojugadapatberbuat­banyaksaat berada di rumah. Misalnya memperbaiki alat-alat rumah tangga ­setrika, ­kipas angin, blender yang rusak. Bisa juga diberi tugas membuat gambar ­instalasi dan skema jaringan listrik di rumah sendiri, praktik membuat alat ­sederhana. Siswa SMAN1 Dander, Bojonegoro, praktik memasang kamera pemantau atau Closed Circuit Television (CCTV) di rumah warga Desa ­Sumberarum. Untuk bidang Multi Media, Rifka Wandari siswa Kelas XI MIPA2 dan ­Siska Dwi Riani Kelas XI IPS1, keduanya siswi SMAN1 Tugu, Trenggalek, ­melaksanakan SFH dengan praktik membuat komik dengan aplikasi Microsoft Word. ­ Sedangkan Siti Nur Faise siswa Tata Rias SMAN1 Kapongan, Situbondo, praktik makeup minimalis untuk terima tamu resepsi pernikahan. Selalu ada cara, agar program DT dapat tetap berjalan meski tengah ­dilanda wabah. n TANTANGAN DI TENGAH WABAH
  • 180. 166 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
  • 181. 167 Pandemi COVID-19 memang menjadi ­musuh bersama, tak kecuali bagi sekolah DT. Itu ­sebabnya tanpa komanda dan instruksi dari ­Dinas Pendidikan Jawa Timur mereka ­menyadari untuk ikut serta melawan ­COVID-19 di ­daerahnya masing-masing. Bermodal ­keterampilan yang dimiliki lewat DT, beberapa sekolah menggelar kepeduliannya lewat bakti sosial, dalam melawan virus wabah. Di Kab. Magetan, OSIS SMA Negeri 1 ­Plaosan memprakarsai kegiatan bakti sosial di seki- tar sekolah. Meski dalam suasana ­belajar dari rumah (SFH), sebagian pengurus OSIS tergerak 6.4 BerbagiMasker danSusuJahe TANTANGAN DI TENGAH WABAH
  • 182. 168 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI untuk ikut melakukan kegiatan sosial berbagi masker kain dan ­minuman susu jahe produk DT. Dipilihnya minuman kesehatan susu jahe karena di sekitar Kecamatan ­Plaosan banyak peternak sapi perah, terutama di Desa Singolangu dan Getas Anyar, yang setiap hari mampu menghasilkan susu murni. Mereka ­membagikannya secara gratis kepada masyarakat sekitar, terutama di pasar tradisional dan Terminal Plaosan, yang tak jauh dari lokasi sekolah. Berbekal pendanaan terbatas dari penyisihan dana kegiatan OSIS dan ­donasi yang dihimpun dari guru, akhirnya dapat disiapkan 200 paket masker dan susu jahe untuk dibagikan. Kegiatan ini melibatkan 6 siswa dan 4 orang guru Pembina, dilaksanakan pada 22 April 2020. Sasaran pemberian masker dan minuman susu jahe adalah para tukang ojek, juru parkir, sopir angkot, para pedagang, dan ­pengunjung pasar. Sebelum kegiatan bakti sosial dilaksanakan pihak sekolah telah berkoordinasi dengan instansi terkait termasuk jajaran kepolisian, ­Polsek Plaosan dan Koramil Plaosan agar pelaksanaan kegiatan berjalan tertib, aman, dan terkendali. Selain memberikan masker dan susu jahe, OSIS SMA Negeri 1 Plaosan juga memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya ­menjaga diri dari penularan wabah COVID-19 dengan cara selalu menjaga ­kebersihan, mencuci tangan pakai sabun, memakai masker jika ke luar rumah, dan tetap tinggal di rumah setelah pulang dari pasar. Kegiatan ini disambut gembira ­masyarakat di lokasi. “Semoga kegiatan ini bermanfaat untuk masyarakat, sekaligus membangun kepedulian siswa serta mengenalkan DT ke ­masyarakat,” kata Aris Sudarmono, M. Pd., Kepala SMA Plaosan. Masih di Kab. Magetan, keikutsertaan sekolah DT dalam melawan ­COVID-19 juga dilakukan oleh SMA Negeri 1 Sukomoro. Sekolah ini ­bekerja sama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam hal penyediaan masker. Awalnya, kata Sri Sayekti, guru Bahasa Inggris yang dipercaya ­menjadi Selain memberikan masker dan minuman susu jahe, OSIS SMA Negeri 1 Plaosan juga ­memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga diri dari penularan wabah COVID-19. ‘‘ ‘‘
  • 183. 169
  • 184. 170 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI
  • 185. 171 trainer tata busana, melalui aktivitas SFH memberi tutorial melalui video ­tentang bagaimana tata cara membuat masker kain via WhatsApp, lalu peserta DT ­diminta membuat dengan peralatan alat seadanya yang dimiliki di rumah, hasilnya dikirim ke sekolah. “Ternyata hasilnya bagus dan tidak mengecewakan. Nah ketika ada ­pesanan dari Disperindag untuk pembuatan masker kain dalam jumlah ­banyak, kami diskusikan dengan mitra kerja di DUDI, yang sebelumnya pernah bekerja sama dengan Disperindag dalam pembuatan pakaian kerja, mereka setuju untuk mengerjakan pembuatan masker,” katanya. Melalui kesepakatan itulah lalu siswa DT peserta tata boga, dikumpulkan dan diminta untuk mengerjakan pesanan. Tiap siswa diberi tugas minimal 10 masker. Kain dan tali karet sudah disiapkan, siswa tinggal menjahit. Hasilnya dalam waktu singkat terkumpul sejumlah masker siap pakai. “­Alhamdulillah kami bisa memenuhi jumlah pesanan yang diminta dan menghasilkan ­transaksi lumayan, meski dalam kondisi SFH,” kata Sri Sayekti. Selain sekolah ini, beberarapa sekolah bahkan ada yang terlibat dan ikut serta dalam gerakan satu juta masker untuk program Cipta Kerja yang ­dinisiasi oleh ITS dan Dinas Pendidikan Jawa Timur. Sedikitnya ada 20-an sekolah ­terlibat untuk menyiapkan sejuta masker ini. Dalam ikut serta melawan COVID-19, tidak hanya masker yang diproduksi, hand sanitizer juga dibuat oleh beberapa sekolah DT. Sebut saja misalnya SMA Negeri 1 Kademangan, Blitar. Memanfaatkan laboratorium Biologi di sekolah itu, Drs. Slamet, M.Pd, Kepala SMA Negeri 1 Kademangan, mengikutsertakan siswa DT dalam memproduksi hand sanitizer, juga dalam membuat masker, jamu, dan alat alat pelindung diri (APD). “Kegiatan ini merupakan respons cepat kami dalam melaksanakan ­imbauan dari Dinas Pendidikan Jatim, agar sekolah bekerja sekuat tenaga ­untuk ­berkontribusi positif sesuai peran masing-masing saat COVID-19,” ­katanya. Di bawah bimbingan guru biologi dan kimia siswa diajak untuk membuat hand sanitizer berbahan baku alkohol dan tanaman lidah buaya. n Dalam ikut serta melawan COVID-19, tidak hanya masker yang diproduksi, hand sanitizer juga dibuat oleh beberapa sekolah DT. Sebut saja misalnya SMA Negeri 1 Kademangan, Blitar. ‘‘ ‘‘ TANTANGAN DI TENGAH WABAH
  • 186. 172 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI LAMPIRAN: SMA/MA PENYELENGGARA DOUBLE TRACK (TAHUN PELAJARAN 2019-2020) NO NAMA SEKOLAH KABUPATEN MM ELEK TKR BO BUSA RI LIS AWAL ASLI TRO GA NA AS TRIK 1 SMAN 1 KAMAL BANGKALAN 40 0 40 20 20 20 0 140 140 2 SMAN 1 AROSBAYA BANGKALAN 0 0 0 68 0 38 0 120 106 3 MA DARUSSALAM BANGKALAN 80 0 0 0 0 0 0 80 80 4 SMAN 4 BANGKALAN BANGKALAN 20 0 0 20 0 40 0 80 80 5 MA NURUL KHOLIL BANGKALAN 20 0 20 0 20 0 0 60 60 6 SMAN 1 BLEGA BANGKALAN 0 0 0 40 0 20 0 60 60 7 SMAN 1 KOKOP BANGKALAN 20 0 0 40 0 0 0 60 60 8 MA AL-HAMIDIYAH BANGKALAN 0 0 0 40 0 0 0 40 40 9 SMAN 3 BANGKALAN BANGKALAN 20 0 20 0 0 0 0 40 40 10 SMAN 1 WONGSOREJO BANYUWANGI 0 0 40 60 0 20 0 120 120 11 SMAN 1 KADEMANGAN BLITAR 20 0 20 20 20 20 0 100 100 12 SMAN 1 KESAMBEN BLITAR 20 0 20 20 20 20 0 100 100 13 SMAN 1 PONGGOK BLITAR 20 0 20 0 0 20 0 60 60 14 SMAN 1 BALEN BOJONEGORO 20 0 20 60 20 20 0 140 140 15 SMAN 1 KALITIDU BOJONEGORO 40 0 20 40 20 20 0 140 140 16 SMAN1 KEDUNGADEM BOJONEGORO 40 0 20 40 20 20 0 140 140 17 SMAN 1 SUGIHWARAS BOJONEGORO 60 0 0 40 0 40 0 140 140 18 SMAN 1 DANDER BOJONEGORO 20 0 40 40 0 0 20 120 120 19 SMAN 1 NGRAHO BOJONEGORO 40 0 20 40 0 0 20 120 120 20 SMAN 1 KASIMAN BOJONEGORO 20 0 20 20 0 20 0 80 80 21 SMAN1 TAMBAKREJO BOJONEGORO 40 0 40 0 0 0 0 80 80 22 SMAN 1 BUBULAN BOJONEGORO 0 0 20 0 20 0 0 40 40 23 SMAN 1 GONDANG BOJONEGORO 20 0 20 20 0 0 0 60 60 24 SMAN 1 MALO BOJONEGORO 20 0 20 0 0 0 0 40 40 25 SMAN 1 BONDOWOSO BONDOWOSO 20 0 20 20 0 0 0 60 60 26 SMAN 1 PRAJEKAN BONDOWOSO 40 0 0 20 0 0 0 60 60 27 SMAN 1 PUJER BONDOWOSO 40 0 0 0 0 0 0 40 40 28 SMAN 1 SUKOSARI BONDOWOSO 40 0 0 0 20 0 0 60 60 29 SMAN 1 TAMANAN BONDOWOSO 20 0 20 20 0 0 0 60 60 30 SMAN 1 TAPEN BONDOWOSO 20 0 20 0 0 0 0 40 40 31 SMAN GRUJUGAN BONDOWOSO 20 0 0 0 0 20 0 40 40 32 SMAN 1 KEDAMEAN GRESIK 40 0 20 40 0 40 0 140 140 33 SMAN 1 BALONGPANGGANG GRESIK 20 0 20 20 0 20 0 80 80 34 SMAN 1 DUKUN GRESIK 20 0 0 0 0 20 0 40 40 - SMA CONTOH JATIM JATIM 0 0 0 0 0 0 39 40 39 35 SMAN 1 TANGGUL JEMBER 60 0 0 20 40 17 0 140 137 36 SMAN ARJASA JEMBER 20 0 20 60 0 20 0 120 120 37 SMAN MUMBULSARI JEMBER 60 0 20 40 0 0 0 120 120 38 SMAN PAKUSARI JEMBER 40 0 0 40 0 40 0 120 120 39 SMAN PLUS SUKOWONO JEMBER 0 0 20 0 0 40 0 60 60 40 SMAN KESAMBEN JOMBANG 100 0 0 40 0 0 0 140 140 PAGU JUMLAH
  • 187. 173 NO NAMA SEKOLAH KABUPATEN MM ELEK TKR BO BUSA RI LIS AWAL ASLI TRO GA NA AS TRIK 41 SMAN PLANDAAN JOMBANG 20 0 0 31 0 18 0 80 69 42 SMAN PLOSO JOMBANG 0 0 0 120 0 0 0 120 120 43 SMAN BANDARKEDUNGMULYO JOMBANG 60 0 0 40 0 0 0 100 100 44 SMAN KABUH JOMBANG 0 0 0 60 40 0 0 100 100 45 SMAN BARENG JOMBANG 20 0 0 20 0 0 0 40 40 46 SMAN 1 KANDANGAN KEDIRI 20 20 20 40 0 40 0 140 140 47 SMAN 1 KANDAT KEDIRI 20 0 20 40 20 20 20 140 140 48 SMAN 1 PURWOASRI KEDIRI 20 20 20 40 0 20 20 140 140 49 SMAN 1 NGADILUWIH KEDIRI 0 0 40 100 0 0 0 140 140 50 SMAN 1 PUNCU KEDIRI 80 0 40 0 0 0 0 120 120 51 SMAN 1 PLOSOKLATEN KEDIRI 0 0 0 40 20 20 20 100 100 52 SMAN 1 MOJO KEDIRI 0 0 0 20 0 40 0 60 60 53 SMAN 1 KEDUNGPRING LAMONGAN 20 0 20 60 20 20 0 140 140 54 SMAN 1 BLULUK LAMONGAN 40 0 0 40 0 20 0 100 100 55 SMAN 1 KEMBANGBAHU LAMONGAN 20 0 0 60 20 0 0 100 100 56 SMAN 1 SEKARAN LAMONGAN 20 0 0 60 20 0 0 100 100 57 SMAN 1 KUNIR LUMAJANG 0 0 60 20 20 20 0 120 120 58 SMAN 1 PRONOJIWO LUMAJANG 40 0 20 20 20 20 0 120 120 59 SMAN KLAKAH LUMAJANG 20 0 20 60 0 0 0 100 100 60 SMAN 1 JATIROTO LUMAJANG 20 0 20 40 0 0 0 80 80 61 SMAN 1 DOLOPO MADIUN 20 0 20 40 0 20 0 100 100 62 SMAN 1 SARADAN MADIUN 40 0 20 0 0 40 0 100 100 63 SMAN 1 WUNGU MADIUN 20 20 20 20 0 20 0 100 100 64 SMAN 1 KARAS MAGETAN 20 0 20 40 20 40 0 140 140 65 SMAN 1 BARAT MAGETAN 40 0 0 40 20 20 0 120 120 66 SMAN 1 SUKOMORO MAGETAN 20 20 0 20 40 20 0 120 120 67 SMAN 1 PARANG MAGETAN 20 0 20 20 20 0 0 80 80 68 SMAN 1 PLAOSAN MAGETAN 20 0 0 20 0 20 0 60 60 69 SMAN 1 SUMBERPUCUNG MALANG 20 0 20 40 20 40 0 140 140 70 SMAN 1 NGANTANG MALANG 20 0 0 20 20 0 20 80 80 71 SMAN 1 BANTUR MALANG 40 0 40 0 0 0 0 80 80 72 SMAN 1 SUMBERMANJING MALANG 20 0 20 20 0 0 0 60 60 73 SMAN 1 TUREN MALANG 20 0 20 0 0 0 0 40 40 74 SMAN 1 PAGAK MALANG 20 0 0 20 0 0 0 40 40 75 SMAN 1 NGORO MOJOKERTO 60 0 0 40 20 20 0 140 140 76 SMAN 1 DAWARBLANDONG MOJOKERTO 20 0 0 40 20 40 0 120 120 77 SMAN 1 BERBEK NGANJUK 0 0 0 80 20 40 0 140 140 78 SMAN 1 NGRONGGOT NGANJUK 40 0 0 20 20 20 0 100 100 79 SMAN 1 NGRAMBE NGAWI 20 20 0 40 20 20 20 140 140 80 SMAN 1 JOGOROGO NGAWI 40 20 20 20 20 20 0 140 140 81 SMAN 1 KENDAL NGAWI 20 0 20 20 20 20 0 100 100 82 SMAN 1 KWANDUNGAN NGAWI 20 0 0 20 0 0 0 40 40 PAGU JUMLAH SMA/MA PENYELENGGARA DOUBLE TRACK (
  • 188. 174 VOUCHER CIPTA KERJA SEBAGAI AWAL BERWIRAUSAHA AKSELERASI CIPTA KERJA MANDIRI NO NAMA SEKOLAH KABUPATEN MM ELEK TKR BO BUSA RI LIS AWAL ASLI TRO GA NA AS TRIK 83 SMAN 1 NGADIROJO PACITAN 20 0 20 80 20 0 0 140 140 84 SMAN 1 PUNUNG PACITAN 40 0 0 20 0 20 0 80 80 85 SMAN 1 TEGALOMBO PACITAN 20 0 20 40 0 0 0 80 80 86 SMAN 1 TULAKAN PACITAN 20 0 0 0 40 20 0 80 80 87 SMAN 2 NGADIROJO PACITAN 20 0 20 20 0 0 0 60 60 88 SMAN 1 NAWANGAN PACITAN 0 0 20 0 20 0 0 40 40 89 SMA NEGERI 1 GALIS PAMEKASAN 20 0 0 40 20 20 20 120 120 90 SMAN 1 WARU PAMEKASAN 0 0 0 80 40 0 0 120 120 91 SMAN 1 PADEMAWU PAMEKASAN 20 20 0 40 0 20 0 100 100 92 MA DARUL ULUM BANYUANYAR PAMEKASAN 40 0 0 20 20 0 0 80 80 93 MA MIFTAHUL ULUM PANYEPEN PAMEKASAN 0 0 0 20 20 0 0 40 40 94 SMAN 1 PAKONG PAMEKASAN 20 20 0 0 0 0 0 40 40 95 SMAN 1 GONDANGWETAN PASURUAN 80 0 0 40 0 20 0 140 140 96 SMAN 1 TOSARI PASURUAN 40 0 0 20 0 0 0 60 60 97 SMAN 1 PULUNG PONOROGO 20 20 20 20 20 20 20 140 140 98 SMAN 1 BADEGAN PONOROGO 40 0 0 20 40 40 0 140 140 99 SMAN 1 SLAHUNG PONOROGO 40 0 0 80 0 20 0 140 140 100 SMAN 1 SAMBIT PONOROGO 20 0 0 80 0 20 0 120 120 101 SMAN 1 BABADAN PONOROGO 40 0 0 20 20 20 0 100 100 102 SMAN 1 BALONG PONOROGO 20 0 0 60 0 0 0 80 80 103 SMAN 1 BUNGKAL PONOROGO 20 0 20 20 0 0 0 60 60 104 SMAN 1 JENANGAN PONOROGO 20 0 0 40 0 0 0 60 60 105 SMAN 1 NGRAYUN PONOROGO 20 0 20 20 0 0 0 60 60 106 SMAN 1 SAMPUNG PONOROGO 0 0 0 0 20 20 20 60 60 107 SMAN 1 JETIS PONOROGO 0 0 0 20 0 20 0 40 40 108 SMAN 1 KAUMAN PONOROGO 20 0 0 20 0 0 0 40 40 109 SMAN 1 SOOKO PONOROGO 20 0 0 0 0 15 0 40 35 110 SMAN 1 DRINGU PROBOLINGGO 40 0 0 40 20 40 0 140 140 111 SMAN 1 PAITON PROBOLINGGO 20 0 20 40 0 20 20 120 120 112 SMAN 1 BESUK PROBOLINGGO 40 0 0 20 0 20 0 80 80 113 SMAN 1 SUKAPURA PROBOLINGGO 0 0 20 20 20 20 0 80 80 114 SMAN 1 LUMBANG PROBOLINGGO 20 0 0 20 0 0 0 40 40 115 SMAN 1 TONGAS PROBOLINGGO 20 0 0 20 0 20 0 60 60 116 SMAN 1 SUMBER PROBOLINGGO 20 0 0 0 0 20 0 40 40 117 SMAN 3 SAMPANG SAMPANG 20 20 20 20 0 60 0 140 140 118 SMAN 1 KETAPANG SAMPANG 20 0 0 20 20 20 20 100 100 119 SMAN 1 SRESEH SAMPANG 20 0 20 20 20 20 0 100 100 120 SMAN 1 TORJUN SAMPANG 40 0 20 0 20 20 0 100 100 121 MA MIFTAHUL ULUM SAMPANG 20 0 0 20 20 20 0 80 80 122 SMAN 1 BANYUATES SAMPANG 0 0 20 0 0 20 20 60 60 123 SMAN 1 KEDUNGDUNG SAMPANG 20 0 20 20 0 0 0 60 60 124 SMAN 2 SAMPANG SAMPANG 20 0 20 0 0 20 0 60 60 PAGU JUMLAH
  • 189. 175 NO NAMA SEKOLAH KABUPATEN MM ELEK TKR BO BUSA RI LIS AWAL ASLI TRO GA NA AS TRIK 125 MA BUSTANUL ULUM SAMPANG 0 0 0 20 20 0 0 40 40 126 SMAN 1 OMBEN SAMPANG 20 0 0 20 0 0 0 40 40 127 SMAN 4 SAMPANG SAMPANG 14 0 0 16 0 0 0 40 30 128 MA AL MUBAROK SAMPANG 20 0 0 0 0 0 0 20 20 129 SMAN PANJI SITUBONDO 40 20 0 20 20 40 0 140 140 130 SMAN 1 KAPONGAN SITUBONDO 20 0 60 0 0 20 0 100 100 131 SMAN 1 SUBOH SITUBONDO 60 0 40 0 0 0 0 100 100 132 SMAN 1 BESUKI SITUBONDO 40 0 0 20 0 20 0 80 80 133 SMAN 1 BANYUPUTIH SITUBONDO 20 0 18 0 0 19 0 60 57 134 SMAN 1 AMBUNTEN SUMENEP 0 0 20 60 0 0 0 80 80 135 SMAN 1 BLUTO SUMENEP 0 0 20 0 60 0 0 80 80 136 SMAN 1 GAPURA SUMENEP 0 0 20 40 20 0 0 80 80 137 SMAN 2 SUMENEP SUMENEP 20 0 0 20 0 40 0 80 80 138 MA AL KARIMIYYAH SUMENEP 20 0 0 20 20 0 0 60 60 139 SMAN 1 LENTENG SUMENEP 20 0 20 20 0 0 0 60 60 140 SMAN 1 MASALEMBU SUMENEP 0 0 0 20 20 0 0 40 40 141 MA ASWAJ AMBUNTEN SUMENEP 20 0 0 0 0 20 0 40 40 142 SMAN 1 KAMPAK TRENGGALEK 40 0 40 20 20 20 0 140 140 143 SMAN 1 KARANGAN TRENGGALEK 60 0 0 40 20 20 0 140 140 144 SMAN 1 PULE TRENGGALEK 40 20 0 40 0 20 0 120 120 145 SMAN 1 TUGU TRENGGALEK 20 0 40 40 0 0 0 100 100 146 SMAN 1 BENDUNGAN TRENGGALEK 20 0 0 20 0 20 0 60 60 147 SMAN 1 DONGKO TRENGGALEK 0 20 0 20 0 20 0 60 60 148 SMAN 1 MUNJUNGAN TRENGGALEK 0 0 20 60 0 20 0 100 100 149 SMAN 2 KARANGAN TRENGGALEK 20 0 0 20 0 0 0 40 40 150 SMAN 1 BANGILAN TUBAN 120 0 0 0 0 0 0 120 120 151 SMAN 1 JATIROGO TUBAN 20 0 0 80 20 0 0 120 120 152 SMAN 1 MONTONG TUBAN 20 20 0 20 0 20 0 80 80 153 SMAN 1 GRABAGAN TUBAN 0 0 20 20 20 0 0 60 60 154 SMAN 1 PLUMPANG TUBAN 0 0 20 40 0 0 0 60 60 155 SMAN 1 SENORI TUBAN 20 0 0 0 20 0 0 40 40 156 SMAN 1 CAMPURDARAT TULUNGAGUNG 20 0 20 60 20 20 0 140 140 157 SMAN 1 KALIDAWIR TULUNGAGUNG 40 0 40 20 20 20 0 140 140 Jumlah 3814 280 1798 4295 1380 2037 279 14020 13973 PAGU JUMLAH SMA/MA PENYELENGGARA DOUBLE TRACK (