METODE ETNOGRAFI
1. Sejarah Dasar Analisis Wacana dan Pendapat Para Ahli
Berdasarkan makna bahasa, kata etnografi berasal dari dua kata bahasa Latin, yaitu
ethnos artinya bangsa, dan graphy atau grafien artinya lukisan, gambaran atau uraian.
Jadi secara etimologi, etnografi adalah gambaran suatu suku bangsa yang berkaitan erat
dengan kebudayaannya, atau dapat dikatakan etnografi adalah uraian atau gambaran
tentang bangsa-bangsa di suatu tempat dan di suatu waktu. Etnografii memiliki pengertian
yang lebih luas yaitu menjadi akar dari Antropologi, sehingga pembelajaran etnografi
dengan sendirinya menjadi pengantar untuk pembelajaran Antropologi (Bungin, 2008).
Etnografi juga merupakan kajian lapangan asli bagi penelitian antropologi, sebagaimana
tercantum dalam paparan berikut.
“Bagaimanapun, etnografi adalah pekerjaan tingkat awal dari seorang ahli antropologi
yang profesional. Etnografi adalah satu pekerjaan inisiasi bagi yang ingin menjadi ahli
antropologi profesional. Seseorang tidak mungkin dapat diakui sebagai seorang ahli
antropologi profesional jika sebelumnya dia tidak melakukan sebuah etnografi, dan
melaporkan hasil penelitiannya. Hasil penelitiannya ini harus dinilai kualitasny. Untuk
meningkat ke peringkat yang lebih tinggi mak. Pekerjaan yang harus dilakukan
selanjutnya adalah apa yang disebut sebagai comparative study, baik secara diakronis
maupun secara sinkronis” (Marzali, 2005).
Walker menjelaskan “bahwa hasil kajian Etnografi sering kali disajikan dalam dalam
bentuk deskriptif, bahkan terkadang berbentuk cerita” (Hammersley & Atkinson, 1983).
Namun demikian, terkadang hasil kajian ini disajikan sebagai sebuah studi komparatif
yang membandingkan dengan hasil penelitian terdahulu. Menurut Harris dan Johnson
(2000), Etnografi dalam arti sederhana adalah “a portrait of a people”. Dalam konteks
yang luas “Ethnography is a written descrption of a particular culture – the customs,
beliefs, and behavior-based on information collected through fieldwork”. Etnografi
adalah metode penelitian berdasarkan pengamata terhadap sekelompok orang dengan
lingkungan yang alamiah ketimbang penelitian yang menekan latar formalitas.
Penelitian etnografi dilakukan dalam waktu yang lama dan peneliti terjun langsung
berinteraksi, bahkan tinggal di tengah-tengah masyarakat tempat penelitian dilaksanakan.
Seorang peneliti etnografi, atau disebut pula dengan Etnografer, melakukan deskripsi
holistis untuk menghasilkan gambaran asli dari kehidupan budaya masyarkat tersebut
(Native’s point of view). Kemudian seorang Etnografer akan melakukan wawancara dan
observasi mendalam untuk memperoleh informasi lebih lanjut mengenai suatu detail
tertentu dalam masyarakat yang dianggap penting dan menarik.
Dengan demikian, secar ringkas etnografi dapat dipahami sebagai suatu metode kajian
yang digunakan untuk meneliti kebudayaan manusia. Kajian dilakukan secara sistematis
untuk menghasilkan gambaran nyata dan apa adanya mengenai masyarakat tersebut.
SEJARAH ETNOGRAFI
Sejarah etnografi tidak dapat dipisahkan dari penjelajahan yang dilakukan oleh bangsa
Eropa ke berbagai penjuru dunia. Etnografi berawal ketika bangsa Eropa Barat
melakukan penjelajahan ke berbagai benua (Afrika, Asia, dan Amerika) sejak akhir abad
ke-15 dan permulaan abad ke-16. Di sana mereka menemui berbagai suku bangsa. Sejaak
saat itu mereka mulai membuat catatan yang berisi keterangan tentang suku-suku bangsa
tersebut. Mulailah terkumpul catatan kisah-kisah perjalanan, laporan dan semacamnya
yang merupakan tulisan para musafir, pelaut, pendeta, penerjemah kitab Injil dan pegawai
pemerintah jajahan. Dalam himpunan tersebut termuat bahan pengetahuan berupa
deskripsi adat istiadat, susunan bahasa, dan ciri-ciri fisik beraneka ragam suku bangsa di
Afrika, Asia, Oseania (kepulauan di laut teduh), dan suku-suku bangsa di Indian,
penduduk pribumi Amerika.
Himpunan-himpunan deskripsi tersebut amat menarik perhatian kelangan pelajar
sehingga muncul anggapan-anggapan sebagai berikut:
1. Sebagian orang Eropa memandang bangsa-bangsa di luar Eropa sebagai manusia
liar sehingga muncul istilah orang primitif dengan kebudayaan liar (savage).
2. Sebagian orang Eropa memandang adanya orang-orang belum mendapatkan
pengaruh-pengaruh kemajuan budaya yang telah terjadi di Eropa waktu itu.
3. Sebagian lagi ada yang menganggap adat istiadat mereka aneh dan unik, sehingga
muncul dorongan untuk mengumpulkan berbagai benda yang ada hubungannya
dengan suku-suku bangsa tersebut. Seperti alat-alat rumah tangga, senjata, hasil
kesenian, dan kerajinan. Benda-benda tersebut pada awalnya dikoleksi oleh
kerajaan dan orang-orang kaya. Koleksi-koleksi benda-benda tersebut disebut
Etnografika. Dari keberadaan benda-benda tersebut muncul gagasan untuk
diorganisir dalam suatu tempat yang dikenal dengan museum. Pada akhir abad ke-
18, didirikan museum etnografi pertama tentang kebudayaan bangsa-bangsa diluar
bangsa Eropa.
Terkait dengan hal ini, Indonesia ternyata menjadi sebuah objek kajian etnografii
pada masa-masa penjelajahan bangsa Eropa tersebut. Penjelajahan yang mereka
lakukan dilandaskan atas semangat Gold, Glory, and Gospel (kekayaan, kejayaan, dan
kristiani) yang tentu saja menjadikan Indonesia, daerah rempah-rempah yang sangat
berharga, sebagai tujuan utama. Salah satu penjelajah awal yang terkemuka adalah
Marcopolo. Dalam catatan perjalananya yang berjudul 11 Millone, ia menyebutkan
beberapa daerah di Nusantara yang pernah dikunjunginya, terutama kepulauan
Sumatera. Pada tahun 1292, Marco Polo beserta ayah dan pamannya menumpang
armada kapal Mongol dengan tujuan membawa seoranf putri yang akan di nikahkan
dengan seorang khan dari wilayah Levant. Dalam perjalanan inilah Marco Polo
sempat singgah di bagian utara Sumatera. Persunggahan iini untuk menunggu musim
yang tepat guna meneruskan perjalanan ke barat.
Kunjungan ini terjadi pada masa-masa awal pembentukan kerajaan Islam di
wilayah Nusantara. Pada catatannya, Marco Polo mengatakan bahwa dia
menghabiskan waktu lima bulan di wilayah Kerajaan Samudera Pasai. Pada waktu
tersebut Marco Polo sempat singgah di beberapa daerah seperti Barus dan Perlak.
Selain itu dia juga membuat catatan mengenai kanibalisme kelompok masyarakat
tertentu pada masa itu serta produk kapur Barus yang sangat terkenal.
Dalam catatan tersebut Marco Polo menyebut wilayah yang disinggahinya sebagai
Jawa Kecil. Wilayah yang disinggahinya juga disebut memiliki harta yang berlimpah
dan memiliki banyak komoditas berharga. Walaupun hanya singgah sebentar tetapi
Marco Polo mampu menjelaskan tentang kekayaan alam dan wilayah-wilayah utara
Sumatera dengan sangat baik. Tetapi karena hanya menunggu musim yang baik, tidak
terdapat penjelajahan lebih lanjut dari Marco Polo ke wilayah lebih selatan.
Hal ini membuktikan bahwa Etnografi telah berkembang demikian lama dan akan
tetap terus berkembang seiring dengan perkembangan kebudayaan manusia. Etnografi
masih akan terus menjadi kajian yang menarik karena kebudayaan manusia akan terus
berubah sesuai dengan kemajuan zaman.
 Fokus Penelitian Etnografi
- Penelitian ini mengkaji kebudayaan dalam masyarakat yang
merupakan konstruksi peneliti dari berbagai informsi yang diperoleh di
lapangan.
- Dalam konteks kebudayaan ini yang tergambar adalah tingkah laku
sosial masyarakat yang dilihat sebagaimana adanya.
 Informan Penelitian Etnografi
- Penelitian ini berangkat dari aspek “nilai” si peneliti terkait dengan
objek yang diteliti. Konsekuensinya adalah pada penentuan
informan penelitian secara sengaja (purposive).
- Penelitian ini menekankan pada aspek kontekstual dengan
meninggalkan asumsi-asumsi teoritis atau proposisi. Jadi, setting
penelitian nampak leboh alami.
- Dengan kaidah induktif-deduktof, penelitian membangun
konstruksi konsep atau proposisi dari pengamatan empirisnya
berdasarkan tingkah laku sosial masyarakat yang diamatinya.
2. Prosedur Analisis Metode Etnografi
PROSEDUR ANALISIS METODE ETNOGRAFI
Spradley (2006) memaparkan bahwa penelitian etnografi bersifat siklus. Hal ini
berarti tiap prosedur penelitian etnografi dapat dilakukan secara berulang-ulang untuk
memastikan bahwa telah diperoleh gambaran holistis dari suatu komunitas. Adapun
prosedur siklus penelitian etnografi mencakup pemilihan proyek etnografi, pengajuan
pertanyaan, pengumpulan data etnografi, pembuatan rekaman etnografi, analisis data, dan
penulisan laporan etnografi.
1. Pemilihan proyek etnografi
Siklus dapat dimulai dengan memilih proyek dan mempertimbangkan ruang
lingkup penelitian. Ruang lingkup komunitas yang menjadi subjek penelitian
etnografi dapat bervariasi; ada penelitian yang mencakup komunitas kecil seperti
keluarga, namun ada yang bahkan mencakup sebuah kota.
2. Pengajuan pertanyaan etnografi
Secara umum, terdapat tiga jenis pertanyaan yang menjadi landasan dalam
penelitian etnografi yaitu: “Siapa yang ada di sini?”, “Apa yang mereka
lakukan?”, dan “Apa yang menjadi latar atau alasan dari situasi sosial ini?”.
Jawaban dari ketiga pertanyaan tersebut dapat mengarahkan peneliti untuk
mengajukan pertanyaan yang lebih spesifik mengenai komunitas tersebut.
3. Pengumpulan data
Hal penting selanjutnya adalah pengumpulan data. Pengumpulan data yang paling
utama dalam penelitian etnografi adalah observasi partisipan, dimana peneliti
terjun langsung berinteraksi dengan komunitas masyarakat tertentu. Jangka waktu
observasi ini sangat bervariasi dan dapat dilakukan secara berulang-ulang untuk
mendapatkan data yang diperlukan.
4. Membuat rekaman etnografi
Rekaman etnografi adalah catatan lapangan yang dibuat saat penelitian. Catatan
lapangan ini dapat dilengkapi dengan berbagai hal seperti peta, foto, atau berbagai
teknik lain yang memungkinkan untuk merekam informasi secara lengkap dan
menyeluruh sebagai acuan analisis.
5. Analisis data
Dalam penelitian etnografi, analisis data dapat dilakukan bersamaan dengan
pengumpulan data; analisis tidak harus dilakukan setelah data lengkap. Analisis
data dalam penelitian etnografi akan mengarahkan peneliti untuk menemukan
pertanyaan-pertanyaan lain, yang tentu akan membutuhkan pengumpulan data
kembali. Hal inilah yang membuat pengumpulan dan analisis data dalam
penelitian etnografi bersifat simultan dan berkesinambungan.
6. Penulisan laporan
Puncak dari penelitian etnografi adalah penulisan laporan yang memberikan
gambaran holistis mengenai keadaan suatu komunitas. Namun demikian, karena
sifat penelitian etnografi yang berkesinambungan, hasil penelitian berupa laporan
tersebut mungkin dapat kembali mengarahkan peneliti pada pertanyaan-
pertanyaan yang lebih intensif. Disinilah peran peneliti untuk menetapkan akhir
batasan pembahasan permasalahan yang ada.
Pengumpulan data dalam metode etnografi
1. Participant Observation: mencakup berbagai strategi lapangan yang dilaksanakan
secara simultan melalui analisis dokumen, wawancara informan/responden,
keterlibatan langsung, pengamatan dan introspeksi. Tujuannya adalah unuk
mengembangkan insider’s view terkait dengan apa yang sedang terjadi. Artinya,
peneliti tidak hanya sekedar “melihat” tapi juga “merasakan” kelompok kelompok
orang yang diamatinya.
2. Observer participation: Kegiatan peneliti yang cenderung mengamati objek yang
diteliti tanpa aktif terlibat dalam kegiatan kelompok orang yang diamati. Keterlibatan
peneliti dalam kegiatan tidak menentukan aktivitas kelompok yang diamati.
3. Langkah Langkah Kajiannya Sesuai Dengan Metode
Creswell (2007:70) memaparkan bahwa sebenarnya tidak ada tahapan baku
dalam sebuah penelitian etnografi. Namun demikian, ia menjelaskan bahwa
setidaknya langkah-langkah dalam suatu penelitian etnografi mencakup hal-hal
sebagai berikut:
1. Menentukan bahwa penelitian etnografi layak dilakukan untuk menelaah
suatu masalah atau isu tertentu. Sebagaimana yang telah dipahami bahwa
penelitian etnografi layak digunakan untuk menelaah hal-hal yang
berkaitan dengan kepercayaan, bahasa, perilaku masyarakat, kekuasaan,
resistan, dan dominasi sosial. Pada beberapa kasus, mungkin tidak dapat
ditemukan literatur yang berkaitan dengan hal yang sangat spesifik,
sehingga peran interpretasi para peneliti menjadi sangat dominan.
2. Mengidentifikasi dan menetapkan komunitas dan lokasi penelitian.
Komunitas yang menjadi sumber data penelitian harus telah ada dalam
periode waktu yang cukup lama, sehingga mereka telah memiliki karakter
perilaku yang cenderung sama. Terkadang, pada komunitas tertentu, para
peneliti memerlukan informan kunci yang membuka akses bagi para
peneliti untuk mendapatkan informasi yang diperlukan.
3. Memilih tema atau isu budaya yang dapat diangkat sebagai objek
penelitian. Penelitian etnografi dapat mencakup tema atau isu
kemasyarakatan yang sangat luas seperti enkulturasi, sosialisasi,
pembelajaran, pengertian, dominasi, ketidakadilan, atau perkembangan
masyarakat. Para peneliti akan berinteraksi dengan komunitas masyarakat
untuk mengetahui interaksi mereka dan memahami pola kemasyarakatan
seperti daur hidup, kegiatan, dan kebudayaan dan tradisi yang ada.
4. Menentukan konsep penelitian etnografi yang sesuai. Para peneliti
etnografi dapat melakukan penelitian yang hanya menjelaskan keadaan
sosial, atau dapat pula melakukan penelitian etnografi kritis yang
membahas mengenai ketimpangan yang ada di masyarakat.
5. Pengumpulan data langsung di lapangan. Dalam penelitian etnografi,
peneliti harus terlibat langsung dalam tiap peri kehidupan masyarakat. Hal
inilah yang disebut dengan fieldwork (pengumpulan data lapangan). Pada
proses ini, para peneliti dituntut untuk cakap dan teliti mengenai tata
krama yang berlaku di suatu komunitas agar mampu mendapatkan data
yang dibutuhkan.
6. Menemukan pola-pola sosial. Hasil analisis akhir dari sebuah penelitian
etnografi adalah gambaran holistis mengenai suatu komunitas. Peneliti
dapat memberikan pandangan dari berbagai hal, termasuk saran untuk
pengembangan, peningkatan, atau bahkan perbaikan di berbagai aspek
kemasyarakatan.
Tahapan penelitian etnografi
1. Defenisikan masalah
2. Temukan orangnya
3. Susun rencana penelitian
4. Kumpulkan data
5. Analisis dan interpretasi data
6. Berbagi pandangan
4. Contoh Terapan Kajian Analisis Wacana Dengan Metode Etnografi
PENELITIAN STUDI KASUS
RITUAL BERBURU RUSA DALAM MASYARAKAT KLUET DI ACEH
SELATAN
(Studi Etnografi di Kecamatan Kluet Tengah)
Abdul Manan & Rahman Wahyudi
ABSTRAK
Ritual berburu rusa merupakan kegiatan menangkap rusa dengan menggunakan bantuan
anjing yang diikuti oleh banyak orang dan dipimpin oleh seorang pawang rusa. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis ritual berburu rusa dalam
Masyarakat Kluet Tengah di Aceh Selatan. Kajian ini dilaksanakan sebagai penelitian
kualitatif, yang bermakna bahwa peneliti mengamati langsung ke lokasi penelitian.
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara
mendalam. Kemudian, para informan utama dalam penelitian ini adalah pawang-pawang
rusa, tokoh-tokoh adat, beberapa tetua adat, tokoh-tokoh masyarakat, dan orang-orang
yang berpengalaman serta terlibat langsung dalam pelaksanaan ritual tersebut. Analisis
kualitatif terhadap data yang telah dikumpulkan meliputi tahap eliminasi data yang tidak
relevan, penampilan data, serta tahap verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ritual memburu rusa masih sering dilakukan oleh Masyarakat Kluet, khususnya
menjelang peringatan hari-hari besar Islam yang dilaksanakan oleh masyarakat. Ritual
memburu rusa memiliki pantanganpantangan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota
pemburu jika tidak ingin mendapati kesialan maupun terkena dampak ilmu berburu dan
persaingan dalam berburu. Menurut pandangan masyarakat, hewan rusa memiliki
“penjaga” yang memiliki kekuatan untuk melukai siapa saja yang mengusik kediamannya
dan “hewan miliknya”. Oleh karena itu, sebelum dilakukan kegiatan memburu pawang
rusa harus memperhitungkan waktu-waktu baik untuk berburu, disertai dengan beberapa
proses tahapan ritual untuk meminta izin kepada “yang punya rusa” agar tidak diganggu
dan agar mereka “rela memberikan hewan miliknya”. Ritual ini dilakukan dalam bentuk
membakar keumeunyan, mengucapkan mantra-mantra, dan mencari jejak rusa. Hasil
perburuan kemudian dibagikan kepada semua masyarakat yang hadir saat pembagian
dilaksanakan, meskipun mereka tidak ikut serta dalam memburu rusa.
Daftar Pustaka
Manan, Abdul. (2021). Metode Penelitian Etnografi. Banda Aceh: AcehPo Publishing.
Metode Semiotika Naratif
1. Teori Semiotika
Teori Semiotika merupakan suatu kajian ilmu tentang tanda. Dalam semiotika
menganggap fenomena sosial pada masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda,
semiotik itu sendiri adalah mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, dan konvensi-konvensi
yang memungkinkan tanda-tanda tersebut memiliki arti tersendiri.
Secara etimologis semiotik berasal dari kata Yunani Semion yang berarti“tanda”. Secara
terminologis, semion didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-
objek, pristiwa-pristiwa seluruh kebudayaan sebagai tanda. Van Zoest (Sobur, 2001:96)
semiotik sebagai “ Ilmu tanda (sign) dan segala yang berhubungan dengannya : cara
berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh
mereka yang mempergunakannya”.
Menurut Greimas, semiotika naratif terlibat dengan konsep strukturalisme, di mana
analisis teks tidak dapat dipisahkan dari struktur-struktur yang ada dalam teks tersebut.
Greimas mengembangkan teori naratologi yang menekankan pada aktan (actants), yaitu
elemen-elemen dalam narasi yang tidak hanya meliputi karakter manusia tetapi juga tindakan
dan peran yang diambil dalam cerita.
Charles Sanders Peirce juga, mendefinisikan semiotika sebagai hubungan antara
tanda, objek, dan makna. Dalam konteks semiotika naratif, ini berarti bahwa setiap elemen
dalam narasi berfungsi sebagai tanda yang merujuk pada makna tertentu dalam konteks
budaya dan sosial. Sobur menyatakan bahwa semiotika naratif membahas sistem tanda dalam
narasi yang berwujud mitos dan cerita lisan (folklore). Ia menekankan pentingnya memahami
nilai kultural dari mitos dan cerita lisan dalam analisis semiotic.
2. Sejarah Metode semiotika naratif
awal Mula Ilmu Semiotik
Ilmu semiotik dimulai dengan pekerjaan Charles Sanders Peirce (1839–1914)3. Peirce
mendefinisikan semiotik sebagai "suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda" dan
mengembangkan model triadik yang melibatkan representamen (bentuk tanda), object
(sesuatu yang ditunjukkan oleh tanda), dan interpretan (makna yang diinterpretasikan
orang tentang object).
Perkembangan Semiologi
Ferdinand de Saussure (1857–1913) memperkenalkan konsep semiologi (semiology) yang
berdasarkan pada idebahwa bahasa adalah sistem tanda yang mengungkapkan gagasan. Ini
merupakan landasan penting bagi perkembangan strukturalisme dan semiologi tekstual.
A.J. Greimas mengembangkan teori naratologi yang merupakan salah satu cabang semiotika.
Beliau memperluas konsep naratif Greimasian untuk mencakup mitos dan cerita dongeng,
serta mengintegrasikan elemen-elemen aktan (actans/actors) yang tidak hanya manusia saja,
tetapi juga tindakan. Metode analisis Greimas melibatkan langkah-langkah seperti
memberikan paparan umum cerita, menentukan aktan setiap segment, membuat struktur
fungsional teks, dan mencari hubungan antar aktan untuk menemukan aktan utama.
Semiotika naratif digunakan dalam berbagai bidang, mulai dari analisis tekstual sampai iklan
busana muslim. Contohnya, dalam iklan busana muslim, semiotika naratif digunakan untuk
menghitung makna-makna tertentu yang terkandung dalam iklan tersebut, melihat perubahan
cerita dari tanda dalam konteks iklan.
Dengan demikian, metode semiotika naratif berkembang dari pekerjaan awal Peirce, melalui
perkembangan semiologi Saussure dan Barthes, hingga pengembangan teoritis Greimas.
Semiotika naratif menjadi tools analisis yang luas dan efektif dalam memahami sistem tanda
dalam berbagai jenis narasi.
3. Langkah Langkah mengkaji analisis wacana dengan metode semiotika naratif
a. Identifikasi Tanda-Tanda
Membedakan Komponen Framing: Identifikasi komponen-komponen framing seperti
metaphors, exemplars, catchphrases, depictions, visual images, roots, consequences, dan
appeals to principals. Ini membantu memahami struktur dan unsur-unsur naratif2.
b. Penafsiran Makna
Analisis Leksia: Memilah-milah penanda-penanda wacana naratif ke dalam satuan-satuan
pembacaan ringkas yang disebut leksia-leksia. Setiap leksia memiliki fungsi khusus dalam
teks naratif3.
Kode-Kode Pembacaan: Menggunakan kode-kode pembacaan seperti kode hermeneutik
(teka-teki), kode semik (konotatif), kode simbolik, kode proaretik (logika tindakan), dan kode
lainnya untuk menafsirkan makna leksia3.
c. Interpretasi Ekstensif
Melakukan Interpretasi Ekstensif: Melihat aspek-aspek konteks internal dan eksternal dari
wacana. Ini termasuk memperhatikan waktu interaksi, nama aktor, nama alamat, bahasa
simplifikasi sebagai komentar atas perilaku/ide, nilai yang diekspresikan pelaku (pro/kontra),
dan alokasi ide tentang diri, orang lain, kelompok, situasi, masyarakat, dan fantasi23.
3. Analisys Secquential dan Detail
Mulai dengan Analisis Sekuensial: Menganalisis urutan peristiwa dalam teks naratif untuk
memahami kronologi dan hubungan antar elemen-elemen naratif.
Lanjutkan dengan Analisis Rinci: Mengeksplorasi detail-detail dalam teks untuk memahami
nuansa dan subtansi yang terkandung dalam narasi23.
4. Hipotesis Individual
Ajukan Hipotesis Individual: Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, ajukan hipotesis
tentang kepentingan ekonomi para aktor dalam teks naratif. Hal ini membantu memahami
dinamika kekuasaan dan motif di balik penyajian informasi
4.

More Related Content

PPTX
MATERI KULIAH ANTROPOLOGI OLEH BUDI.pptx
PPTX
Konsep dan defenisi antropologi
PDF
ANTROPOLOGI kelas sebelas sekolah menengah atas
PPTX
Antropologi kesehatan
DOCX
Tugas artikel antropologi ruslina fitriani-Sosiologi-Dr. Taufik Ramdani, S.Th...
PPTX
Antropologi Sosial & Budaya
PPT
Slidepengantar antropologi. antropologi. antropologi-LSE-1-Antropologi.ppt
PPTX
Antropologi upj 2015 1
MATERI KULIAH ANTROPOLOGI OLEH BUDI.pptx
Konsep dan defenisi antropologi
ANTROPOLOGI kelas sebelas sekolah menengah atas
Antropologi kesehatan
Tugas artikel antropologi ruslina fitriani-Sosiologi-Dr. Taufik Ramdani, S.Th...
Antropologi Sosial & Budaya
Slidepengantar antropologi. antropologi. antropologi-LSE-1-Antropologi.ppt
Antropologi upj 2015 1

Similar to ETNOGRAFI ILMU YANG MEMPELAJARI TENTANG MENGANALISIS MASYARAKAT SOSIAL (20)

PPT
Slide-LSE-1-Antropologi.ppt
PPTX
PPT PERKEMBANGAN ILMU ANTROPOLOGI TUGASpptx
PPTX
PPT.SEJARAH DAN PROSES PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI.pptx
PPT
ANTROPOLOGI.ppt
PPTX
Antropologi
PPT
1-antropologi-sbg-ilmu-pengetahuan-2.ppt
DOCX
Makalah artopologi
PPTX
Antropologi
PPTX
Analisis Laporan Hasil Penelitian Etnografi.pptx
PPTX
Antropologi
PPTX
Ppt 1 dasar dasar antropologi
PDF
Ppt_pengertian antropologi pdf
PPT
02. korelasi antropologi dan ilmu lain
DOCX
Antropologi bapak muslim (6)
PPTX
pengantar ANTROPOLOGI
PPTX
Pengantar Antropologi "Untuk Kalangan Sendiri" .pptx
PPTX
Metode Etnografi - Sosiologi
PPTX
Materi Antropologi
PPTX
PPT
Pesentation antropologi
Slide-LSE-1-Antropologi.ppt
PPT PERKEMBANGAN ILMU ANTROPOLOGI TUGASpptx
PPT.SEJARAH DAN PROSES PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI.pptx
ANTROPOLOGI.ppt
Antropologi
1-antropologi-sbg-ilmu-pengetahuan-2.ppt
Makalah artopologi
Antropologi
Analisis Laporan Hasil Penelitian Etnografi.pptx
Antropologi
Ppt 1 dasar dasar antropologi
Ppt_pengertian antropologi pdf
02. korelasi antropologi dan ilmu lain
Antropologi bapak muslim (6)
pengantar ANTROPOLOGI
Pengantar Antropologi "Untuk Kalangan Sendiri" .pptx
Metode Etnografi - Sosiologi
Materi Antropologi
Pesentation antropologi
Ad

Recently uploaded (20)

DOCX
Modul Ajar Deep Learning Fisika Kelas 12 SMA Terbaru 2025
PDF
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Indonesia Kelas 5 Kurikulum Merdeka
DOCX
Modul Ajar Deep Learning PKWU Kerajinan Kelas 11 SMA Terbaru 2025
PDF
Panduan Praktikum Administrasi Sistem Jaringan Edisi 3 (Proxmox VE 9.0).pdf
PDF
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Inggris Kelas 1 Kurikulum Merdeka
DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Ekonomi Kelas X SMA Terbaru 2025
PPTX
Materi Induksi untuk karyawan baru/new hire
PDF
Materi Pendidikan Agama Islam - Kelas 12 SMA - Cabang Iman: Keterkaitan antar...
PDF
Modul Ajar Deep Learning IPAS Kelas 5 Kurikulum Merdeka [modulguruku.com]
DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Fisika Kelas XII SMA Terbaru 2025
DOCX
Download Modul Ajar Kurikulum Berbasis Cinta ( KBC ) Bahasa Arab Kelas 10 Ter...
PDF
Modul Ajar Deep Learning Seni Budaya Kelas 1 Kurikulum Merdeka
DOCX
Download Modul Ajar Kurikulum Berbasis Cinta ( KBC ) Al Quran Hadist Kelas 7 MTs
PDF
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Indonesia Kelas 4 Kurikulum Merdeka
DOCX
Download Modul Ajar Kurikulum Berbasis Cinta ( KBC ) Aqidah Akhlak Kelas 7 Te...
DOCX
Modul Ajar Deep Learning Ekonomi Kelas 10 SMA Terbaru 2025
PDF
Modul Ajar Deep Learning PJOK Kelas 5 Kurikulum Merdeka
PDF
Alfred Antoh_AA_Implementasi Kepemimpinan Dosen.pdf
PDF
Modul Ajar Deep Learning Matematika Kelas 1 Kurikulum Merdeka
PPTX
02F - Orientasi Pelatihan Koding dan kecerdasan artificial
Modul Ajar Deep Learning Fisika Kelas 12 SMA Terbaru 2025
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Indonesia Kelas 5 Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Deep Learning PKWU Kerajinan Kelas 11 SMA Terbaru 2025
Panduan Praktikum Administrasi Sistem Jaringan Edisi 3 (Proxmox VE 9.0).pdf
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Inggris Kelas 1 Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Ekonomi Kelas X SMA Terbaru 2025
Materi Induksi untuk karyawan baru/new hire
Materi Pendidikan Agama Islam - Kelas 12 SMA - Cabang Iman: Keterkaitan antar...
Modul Ajar Deep Learning IPAS Kelas 5 Kurikulum Merdeka [modulguruku.com]
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Fisika Kelas XII SMA Terbaru 2025
Download Modul Ajar Kurikulum Berbasis Cinta ( KBC ) Bahasa Arab Kelas 10 Ter...
Modul Ajar Deep Learning Seni Budaya Kelas 1 Kurikulum Merdeka
Download Modul Ajar Kurikulum Berbasis Cinta ( KBC ) Al Quran Hadist Kelas 7 MTs
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Indonesia Kelas 4 Kurikulum Merdeka
Download Modul Ajar Kurikulum Berbasis Cinta ( KBC ) Aqidah Akhlak Kelas 7 Te...
Modul Ajar Deep Learning Ekonomi Kelas 10 SMA Terbaru 2025
Modul Ajar Deep Learning PJOK Kelas 5 Kurikulum Merdeka
Alfred Antoh_AA_Implementasi Kepemimpinan Dosen.pdf
Modul Ajar Deep Learning Matematika Kelas 1 Kurikulum Merdeka
02F - Orientasi Pelatihan Koding dan kecerdasan artificial
Ad

ETNOGRAFI ILMU YANG MEMPELAJARI TENTANG MENGANALISIS MASYARAKAT SOSIAL

  • 1. METODE ETNOGRAFI 1. Sejarah Dasar Analisis Wacana dan Pendapat Para Ahli Berdasarkan makna bahasa, kata etnografi berasal dari dua kata bahasa Latin, yaitu ethnos artinya bangsa, dan graphy atau grafien artinya lukisan, gambaran atau uraian. Jadi secara etimologi, etnografi adalah gambaran suatu suku bangsa yang berkaitan erat dengan kebudayaannya, atau dapat dikatakan etnografi adalah uraian atau gambaran tentang bangsa-bangsa di suatu tempat dan di suatu waktu. Etnografii memiliki pengertian yang lebih luas yaitu menjadi akar dari Antropologi, sehingga pembelajaran etnografi dengan sendirinya menjadi pengantar untuk pembelajaran Antropologi (Bungin, 2008). Etnografi juga merupakan kajian lapangan asli bagi penelitian antropologi, sebagaimana tercantum dalam paparan berikut. “Bagaimanapun, etnografi adalah pekerjaan tingkat awal dari seorang ahli antropologi yang profesional. Etnografi adalah satu pekerjaan inisiasi bagi yang ingin menjadi ahli antropologi profesional. Seseorang tidak mungkin dapat diakui sebagai seorang ahli antropologi profesional jika sebelumnya dia tidak melakukan sebuah etnografi, dan melaporkan hasil penelitiannya. Hasil penelitiannya ini harus dinilai kualitasny. Untuk meningkat ke peringkat yang lebih tinggi mak. Pekerjaan yang harus dilakukan selanjutnya adalah apa yang disebut sebagai comparative study, baik secara diakronis maupun secara sinkronis” (Marzali, 2005). Walker menjelaskan “bahwa hasil kajian Etnografi sering kali disajikan dalam dalam bentuk deskriptif, bahkan terkadang berbentuk cerita” (Hammersley & Atkinson, 1983). Namun demikian, terkadang hasil kajian ini disajikan sebagai sebuah studi komparatif yang membandingkan dengan hasil penelitian terdahulu. Menurut Harris dan Johnson (2000), Etnografi dalam arti sederhana adalah “a portrait of a people”. Dalam konteks yang luas “Ethnography is a written descrption of a particular culture – the customs, beliefs, and behavior-based on information collected through fieldwork”. Etnografi adalah metode penelitian berdasarkan pengamata terhadap sekelompok orang dengan lingkungan yang alamiah ketimbang penelitian yang menekan latar formalitas. Penelitian etnografi dilakukan dalam waktu yang lama dan peneliti terjun langsung berinteraksi, bahkan tinggal di tengah-tengah masyarakat tempat penelitian dilaksanakan. Seorang peneliti etnografi, atau disebut pula dengan Etnografer, melakukan deskripsi holistis untuk menghasilkan gambaran asli dari kehidupan budaya masyarkat tersebut (Native’s point of view). Kemudian seorang Etnografer akan melakukan wawancara dan
  • 2. observasi mendalam untuk memperoleh informasi lebih lanjut mengenai suatu detail tertentu dalam masyarakat yang dianggap penting dan menarik. Dengan demikian, secar ringkas etnografi dapat dipahami sebagai suatu metode kajian yang digunakan untuk meneliti kebudayaan manusia. Kajian dilakukan secara sistematis untuk menghasilkan gambaran nyata dan apa adanya mengenai masyarakat tersebut. SEJARAH ETNOGRAFI Sejarah etnografi tidak dapat dipisahkan dari penjelajahan yang dilakukan oleh bangsa Eropa ke berbagai penjuru dunia. Etnografi berawal ketika bangsa Eropa Barat melakukan penjelajahan ke berbagai benua (Afrika, Asia, dan Amerika) sejak akhir abad ke-15 dan permulaan abad ke-16. Di sana mereka menemui berbagai suku bangsa. Sejaak saat itu mereka mulai membuat catatan yang berisi keterangan tentang suku-suku bangsa tersebut. Mulailah terkumpul catatan kisah-kisah perjalanan, laporan dan semacamnya yang merupakan tulisan para musafir, pelaut, pendeta, penerjemah kitab Injil dan pegawai pemerintah jajahan. Dalam himpunan tersebut termuat bahan pengetahuan berupa deskripsi adat istiadat, susunan bahasa, dan ciri-ciri fisik beraneka ragam suku bangsa di Afrika, Asia, Oseania (kepulauan di laut teduh), dan suku-suku bangsa di Indian, penduduk pribumi Amerika. Himpunan-himpunan deskripsi tersebut amat menarik perhatian kelangan pelajar sehingga muncul anggapan-anggapan sebagai berikut: 1. Sebagian orang Eropa memandang bangsa-bangsa di luar Eropa sebagai manusia liar sehingga muncul istilah orang primitif dengan kebudayaan liar (savage). 2. Sebagian orang Eropa memandang adanya orang-orang belum mendapatkan pengaruh-pengaruh kemajuan budaya yang telah terjadi di Eropa waktu itu. 3. Sebagian lagi ada yang menganggap adat istiadat mereka aneh dan unik, sehingga muncul dorongan untuk mengumpulkan berbagai benda yang ada hubungannya dengan suku-suku bangsa tersebut. Seperti alat-alat rumah tangga, senjata, hasil kesenian, dan kerajinan. Benda-benda tersebut pada awalnya dikoleksi oleh kerajaan dan orang-orang kaya. Koleksi-koleksi benda-benda tersebut disebut Etnografika. Dari keberadaan benda-benda tersebut muncul gagasan untuk diorganisir dalam suatu tempat yang dikenal dengan museum. Pada akhir abad ke- 18, didirikan museum etnografi pertama tentang kebudayaan bangsa-bangsa diluar bangsa Eropa.
  • 3. Terkait dengan hal ini, Indonesia ternyata menjadi sebuah objek kajian etnografii pada masa-masa penjelajahan bangsa Eropa tersebut. Penjelajahan yang mereka lakukan dilandaskan atas semangat Gold, Glory, and Gospel (kekayaan, kejayaan, dan kristiani) yang tentu saja menjadikan Indonesia, daerah rempah-rempah yang sangat berharga, sebagai tujuan utama. Salah satu penjelajah awal yang terkemuka adalah Marcopolo. Dalam catatan perjalananya yang berjudul 11 Millone, ia menyebutkan beberapa daerah di Nusantara yang pernah dikunjunginya, terutama kepulauan Sumatera. Pada tahun 1292, Marco Polo beserta ayah dan pamannya menumpang armada kapal Mongol dengan tujuan membawa seoranf putri yang akan di nikahkan dengan seorang khan dari wilayah Levant. Dalam perjalanan inilah Marco Polo sempat singgah di bagian utara Sumatera. Persunggahan iini untuk menunggu musim yang tepat guna meneruskan perjalanan ke barat. Kunjungan ini terjadi pada masa-masa awal pembentukan kerajaan Islam di wilayah Nusantara. Pada catatannya, Marco Polo mengatakan bahwa dia menghabiskan waktu lima bulan di wilayah Kerajaan Samudera Pasai. Pada waktu tersebut Marco Polo sempat singgah di beberapa daerah seperti Barus dan Perlak. Selain itu dia juga membuat catatan mengenai kanibalisme kelompok masyarakat tertentu pada masa itu serta produk kapur Barus yang sangat terkenal. Dalam catatan tersebut Marco Polo menyebut wilayah yang disinggahinya sebagai Jawa Kecil. Wilayah yang disinggahinya juga disebut memiliki harta yang berlimpah dan memiliki banyak komoditas berharga. Walaupun hanya singgah sebentar tetapi Marco Polo mampu menjelaskan tentang kekayaan alam dan wilayah-wilayah utara Sumatera dengan sangat baik. Tetapi karena hanya menunggu musim yang baik, tidak terdapat penjelajahan lebih lanjut dari Marco Polo ke wilayah lebih selatan. Hal ini membuktikan bahwa Etnografi telah berkembang demikian lama dan akan tetap terus berkembang seiring dengan perkembangan kebudayaan manusia. Etnografi masih akan terus menjadi kajian yang menarik karena kebudayaan manusia akan terus berubah sesuai dengan kemajuan zaman.  Fokus Penelitian Etnografi - Penelitian ini mengkaji kebudayaan dalam masyarakat yang merupakan konstruksi peneliti dari berbagai informsi yang diperoleh di lapangan.
  • 4. - Dalam konteks kebudayaan ini yang tergambar adalah tingkah laku sosial masyarakat yang dilihat sebagaimana adanya.  Informan Penelitian Etnografi - Penelitian ini berangkat dari aspek “nilai” si peneliti terkait dengan objek yang diteliti. Konsekuensinya adalah pada penentuan informan penelitian secara sengaja (purposive). - Penelitian ini menekankan pada aspek kontekstual dengan meninggalkan asumsi-asumsi teoritis atau proposisi. Jadi, setting penelitian nampak leboh alami. - Dengan kaidah induktif-deduktof, penelitian membangun konstruksi konsep atau proposisi dari pengamatan empirisnya berdasarkan tingkah laku sosial masyarakat yang diamatinya. 2. Prosedur Analisis Metode Etnografi PROSEDUR ANALISIS METODE ETNOGRAFI Spradley (2006) memaparkan bahwa penelitian etnografi bersifat siklus. Hal ini berarti tiap prosedur penelitian etnografi dapat dilakukan secara berulang-ulang untuk memastikan bahwa telah diperoleh gambaran holistis dari suatu komunitas. Adapun prosedur siklus penelitian etnografi mencakup pemilihan proyek etnografi, pengajuan pertanyaan, pengumpulan data etnografi, pembuatan rekaman etnografi, analisis data, dan penulisan laporan etnografi. 1. Pemilihan proyek etnografi Siklus dapat dimulai dengan memilih proyek dan mempertimbangkan ruang lingkup penelitian. Ruang lingkup komunitas yang menjadi subjek penelitian etnografi dapat bervariasi; ada penelitian yang mencakup komunitas kecil seperti keluarga, namun ada yang bahkan mencakup sebuah kota. 2. Pengajuan pertanyaan etnografi Secara umum, terdapat tiga jenis pertanyaan yang menjadi landasan dalam penelitian etnografi yaitu: “Siapa yang ada di sini?”, “Apa yang mereka lakukan?”, dan “Apa yang menjadi latar atau alasan dari situasi sosial ini?”. Jawaban dari ketiga pertanyaan tersebut dapat mengarahkan peneliti untuk mengajukan pertanyaan yang lebih spesifik mengenai komunitas tersebut.
  • 5. 3. Pengumpulan data Hal penting selanjutnya adalah pengumpulan data. Pengumpulan data yang paling utama dalam penelitian etnografi adalah observasi partisipan, dimana peneliti terjun langsung berinteraksi dengan komunitas masyarakat tertentu. Jangka waktu observasi ini sangat bervariasi dan dapat dilakukan secara berulang-ulang untuk mendapatkan data yang diperlukan. 4. Membuat rekaman etnografi Rekaman etnografi adalah catatan lapangan yang dibuat saat penelitian. Catatan lapangan ini dapat dilengkapi dengan berbagai hal seperti peta, foto, atau berbagai teknik lain yang memungkinkan untuk merekam informasi secara lengkap dan menyeluruh sebagai acuan analisis. 5. Analisis data Dalam penelitian etnografi, analisis data dapat dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data; analisis tidak harus dilakukan setelah data lengkap. Analisis data dalam penelitian etnografi akan mengarahkan peneliti untuk menemukan pertanyaan-pertanyaan lain, yang tentu akan membutuhkan pengumpulan data kembali. Hal inilah yang membuat pengumpulan dan analisis data dalam penelitian etnografi bersifat simultan dan berkesinambungan. 6. Penulisan laporan Puncak dari penelitian etnografi adalah penulisan laporan yang memberikan gambaran holistis mengenai keadaan suatu komunitas. Namun demikian, karena sifat penelitian etnografi yang berkesinambungan, hasil penelitian berupa laporan tersebut mungkin dapat kembali mengarahkan peneliti pada pertanyaan- pertanyaan yang lebih intensif. Disinilah peran peneliti untuk menetapkan akhir batasan pembahasan permasalahan yang ada. Pengumpulan data dalam metode etnografi 1. Participant Observation: mencakup berbagai strategi lapangan yang dilaksanakan secara simultan melalui analisis dokumen, wawancara informan/responden, keterlibatan langsung, pengamatan dan introspeksi. Tujuannya adalah unuk mengembangkan insider’s view terkait dengan apa yang sedang terjadi. Artinya, peneliti tidak hanya sekedar “melihat” tapi juga “merasakan” kelompok kelompok orang yang diamatinya.
  • 6. 2. Observer participation: Kegiatan peneliti yang cenderung mengamati objek yang diteliti tanpa aktif terlibat dalam kegiatan kelompok orang yang diamati. Keterlibatan peneliti dalam kegiatan tidak menentukan aktivitas kelompok yang diamati. 3. Langkah Langkah Kajiannya Sesuai Dengan Metode Creswell (2007:70) memaparkan bahwa sebenarnya tidak ada tahapan baku dalam sebuah penelitian etnografi. Namun demikian, ia menjelaskan bahwa setidaknya langkah-langkah dalam suatu penelitian etnografi mencakup hal-hal sebagai berikut: 1. Menentukan bahwa penelitian etnografi layak dilakukan untuk menelaah suatu masalah atau isu tertentu. Sebagaimana yang telah dipahami bahwa penelitian etnografi layak digunakan untuk menelaah hal-hal yang berkaitan dengan kepercayaan, bahasa, perilaku masyarakat, kekuasaan, resistan, dan dominasi sosial. Pada beberapa kasus, mungkin tidak dapat ditemukan literatur yang berkaitan dengan hal yang sangat spesifik, sehingga peran interpretasi para peneliti menjadi sangat dominan. 2. Mengidentifikasi dan menetapkan komunitas dan lokasi penelitian. Komunitas yang menjadi sumber data penelitian harus telah ada dalam periode waktu yang cukup lama, sehingga mereka telah memiliki karakter perilaku yang cenderung sama. Terkadang, pada komunitas tertentu, para peneliti memerlukan informan kunci yang membuka akses bagi para peneliti untuk mendapatkan informasi yang diperlukan. 3. Memilih tema atau isu budaya yang dapat diangkat sebagai objek penelitian. Penelitian etnografi dapat mencakup tema atau isu kemasyarakatan yang sangat luas seperti enkulturasi, sosialisasi, pembelajaran, pengertian, dominasi, ketidakadilan, atau perkembangan masyarakat. Para peneliti akan berinteraksi dengan komunitas masyarakat untuk mengetahui interaksi mereka dan memahami pola kemasyarakatan seperti daur hidup, kegiatan, dan kebudayaan dan tradisi yang ada.
  • 7. 4. Menentukan konsep penelitian etnografi yang sesuai. Para peneliti etnografi dapat melakukan penelitian yang hanya menjelaskan keadaan sosial, atau dapat pula melakukan penelitian etnografi kritis yang membahas mengenai ketimpangan yang ada di masyarakat. 5. Pengumpulan data langsung di lapangan. Dalam penelitian etnografi, peneliti harus terlibat langsung dalam tiap peri kehidupan masyarakat. Hal inilah yang disebut dengan fieldwork (pengumpulan data lapangan). Pada proses ini, para peneliti dituntut untuk cakap dan teliti mengenai tata krama yang berlaku di suatu komunitas agar mampu mendapatkan data yang dibutuhkan. 6. Menemukan pola-pola sosial. Hasil analisis akhir dari sebuah penelitian etnografi adalah gambaran holistis mengenai suatu komunitas. Peneliti dapat memberikan pandangan dari berbagai hal, termasuk saran untuk pengembangan, peningkatan, atau bahkan perbaikan di berbagai aspek kemasyarakatan. Tahapan penelitian etnografi 1. Defenisikan masalah 2. Temukan orangnya 3. Susun rencana penelitian 4. Kumpulkan data 5. Analisis dan interpretasi data 6. Berbagi pandangan 4. Contoh Terapan Kajian Analisis Wacana Dengan Metode Etnografi PENELITIAN STUDI KASUS RITUAL BERBURU RUSA DALAM MASYARAKAT KLUET DI ACEH SELATAN (Studi Etnografi di Kecamatan Kluet Tengah) Abdul Manan & Rahman Wahyudi ABSTRAK
  • 8. Ritual berburu rusa merupakan kegiatan menangkap rusa dengan menggunakan bantuan anjing yang diikuti oleh banyak orang dan dipimpin oleh seorang pawang rusa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis ritual berburu rusa dalam Masyarakat Kluet Tengah di Aceh Selatan. Kajian ini dilaksanakan sebagai penelitian kualitatif, yang bermakna bahwa peneliti mengamati langsung ke lokasi penelitian. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara mendalam. Kemudian, para informan utama dalam penelitian ini adalah pawang-pawang rusa, tokoh-tokoh adat, beberapa tetua adat, tokoh-tokoh masyarakat, dan orang-orang yang berpengalaman serta terlibat langsung dalam pelaksanaan ritual tersebut. Analisis kualitatif terhadap data yang telah dikumpulkan meliputi tahap eliminasi data yang tidak relevan, penampilan data, serta tahap verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ritual memburu rusa masih sering dilakukan oleh Masyarakat Kluet, khususnya menjelang peringatan hari-hari besar Islam yang dilaksanakan oleh masyarakat. Ritual memburu rusa memiliki pantanganpantangan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota pemburu jika tidak ingin mendapati kesialan maupun terkena dampak ilmu berburu dan persaingan dalam berburu. Menurut pandangan masyarakat, hewan rusa memiliki “penjaga” yang memiliki kekuatan untuk melukai siapa saja yang mengusik kediamannya dan “hewan miliknya”. Oleh karena itu, sebelum dilakukan kegiatan memburu pawang rusa harus memperhitungkan waktu-waktu baik untuk berburu, disertai dengan beberapa proses tahapan ritual untuk meminta izin kepada “yang punya rusa” agar tidak diganggu dan agar mereka “rela memberikan hewan miliknya”. Ritual ini dilakukan dalam bentuk membakar keumeunyan, mengucapkan mantra-mantra, dan mencari jejak rusa. Hasil perburuan kemudian dibagikan kepada semua masyarakat yang hadir saat pembagian dilaksanakan, meskipun mereka tidak ikut serta dalam memburu rusa.
  • 9. Daftar Pustaka Manan, Abdul. (2021). Metode Penelitian Etnografi. Banda Aceh: AcehPo Publishing.
  • 10. Metode Semiotika Naratif 1. Teori Semiotika Teori Semiotika merupakan suatu kajian ilmu tentang tanda. Dalam semiotika menganggap fenomena sosial pada masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda, semiotik itu sendiri adalah mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, dan konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut memiliki arti tersendiri. Secara etimologis semiotik berasal dari kata Yunani Semion yang berarti“tanda”. Secara terminologis, semion didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek- objek, pristiwa-pristiwa seluruh kebudayaan sebagai tanda. Van Zoest (Sobur, 2001:96) semiotik sebagai “ Ilmu tanda (sign) dan segala yang berhubungan dengannya : cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya”. Menurut Greimas, semiotika naratif terlibat dengan konsep strukturalisme, di mana analisis teks tidak dapat dipisahkan dari struktur-struktur yang ada dalam teks tersebut. Greimas mengembangkan teori naratologi yang menekankan pada aktan (actants), yaitu elemen-elemen dalam narasi yang tidak hanya meliputi karakter manusia tetapi juga tindakan dan peran yang diambil dalam cerita. Charles Sanders Peirce juga, mendefinisikan semiotika sebagai hubungan antara tanda, objek, dan makna. Dalam konteks semiotika naratif, ini berarti bahwa setiap elemen dalam narasi berfungsi sebagai tanda yang merujuk pada makna tertentu dalam konteks budaya dan sosial. Sobur menyatakan bahwa semiotika naratif membahas sistem tanda dalam
  • 11. narasi yang berwujud mitos dan cerita lisan (folklore). Ia menekankan pentingnya memahami nilai kultural dari mitos dan cerita lisan dalam analisis semiotic. 2. Sejarah Metode semiotika naratif awal Mula Ilmu Semiotik Ilmu semiotik dimulai dengan pekerjaan Charles Sanders Peirce (1839–1914)3. Peirce mendefinisikan semiotik sebagai "suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda" dan mengembangkan model triadik yang melibatkan representamen (bentuk tanda), object (sesuatu yang ditunjukkan oleh tanda), dan interpretan (makna yang diinterpretasikan orang tentang object). Perkembangan Semiologi Ferdinand de Saussure (1857–1913) memperkenalkan konsep semiologi (semiology) yang berdasarkan pada idebahwa bahasa adalah sistem tanda yang mengungkapkan gagasan. Ini merupakan landasan penting bagi perkembangan strukturalisme dan semiologi tekstual. A.J. Greimas mengembangkan teori naratologi yang merupakan salah satu cabang semiotika. Beliau memperluas konsep naratif Greimasian untuk mencakup mitos dan cerita dongeng, serta mengintegrasikan elemen-elemen aktan (actans/actors) yang tidak hanya manusia saja, tetapi juga tindakan. Metode analisis Greimas melibatkan langkah-langkah seperti memberikan paparan umum cerita, menentukan aktan setiap segment, membuat struktur fungsional teks, dan mencari hubungan antar aktan untuk menemukan aktan utama. Semiotika naratif digunakan dalam berbagai bidang, mulai dari analisis tekstual sampai iklan busana muslim. Contohnya, dalam iklan busana muslim, semiotika naratif digunakan untuk menghitung makna-makna tertentu yang terkandung dalam iklan tersebut, melihat perubahan cerita dari tanda dalam konteks iklan. Dengan demikian, metode semiotika naratif berkembang dari pekerjaan awal Peirce, melalui perkembangan semiologi Saussure dan Barthes, hingga pengembangan teoritis Greimas. Semiotika naratif menjadi tools analisis yang luas dan efektif dalam memahami sistem tanda dalam berbagai jenis narasi. 3. Langkah Langkah mengkaji analisis wacana dengan metode semiotika naratif a. Identifikasi Tanda-Tanda
  • 12. Membedakan Komponen Framing: Identifikasi komponen-komponen framing seperti metaphors, exemplars, catchphrases, depictions, visual images, roots, consequences, dan appeals to principals. Ini membantu memahami struktur dan unsur-unsur naratif2. b. Penafsiran Makna Analisis Leksia: Memilah-milah penanda-penanda wacana naratif ke dalam satuan-satuan pembacaan ringkas yang disebut leksia-leksia. Setiap leksia memiliki fungsi khusus dalam teks naratif3. Kode-Kode Pembacaan: Menggunakan kode-kode pembacaan seperti kode hermeneutik (teka-teki), kode semik (konotatif), kode simbolik, kode proaretik (logika tindakan), dan kode lainnya untuk menafsirkan makna leksia3. c. Interpretasi Ekstensif Melakukan Interpretasi Ekstensif: Melihat aspek-aspek konteks internal dan eksternal dari wacana. Ini termasuk memperhatikan waktu interaksi, nama aktor, nama alamat, bahasa simplifikasi sebagai komentar atas perilaku/ide, nilai yang diekspresikan pelaku (pro/kontra), dan alokasi ide tentang diri, orang lain, kelompok, situasi, masyarakat, dan fantasi23. 3. Analisys Secquential dan Detail Mulai dengan Analisis Sekuensial: Menganalisis urutan peristiwa dalam teks naratif untuk memahami kronologi dan hubungan antar elemen-elemen naratif. Lanjutkan dengan Analisis Rinci: Mengeksplorasi detail-detail dalam teks untuk memahami nuansa dan subtansi yang terkandung dalam narasi23. 4. Hipotesis Individual Ajukan Hipotesis Individual: Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, ajukan hipotesis tentang kepentingan ekonomi para aktor dalam teks naratif. Hal ini membantu memahami dinamika kekuasaan dan motif di balik penyajian informasi 4.