PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1
                                       PERCOBAAN O2
                                         GONIOMETER



I.     MAKSUD
       1. Mengukur sudut puncak prisma.
       2. Mengukur sudut deviasi minimum.
       3. Menentukan indeks bias prisma.


II.    ALAT-ALAT
       1. Goniometer
       2. Prisma
       3. Sumber cahaya (lampu air raksa)


III.   TEORI
       Menurut Snellius, cahaya datang akan terpantul pada suatu permukaan datar, dan
       berlaku:
          i=r               ...................................................................................(1)
       Dimana:
          i = sudut datang
          r = sudut pantul (refleksi)
       Menurut hukum Snellius juga, cahaya datang melalui dua media akan mengalami
       pembiasan, dan berlaku:
                   sin i
           n12 =            ...................................................................................(2)
                   sin r
       Dimana:
           n12      = indeks bias relatif zat 2 terhadap zat 1
          i         = sudut datang
          r         = sudut bias (refraksi)
       Sudut datang maupun sudut bias diukur terhadap garis normal. Dalam pengukuran pada
       prisma, untuk menentukan sudut puncak prisma menggunakan alat goniometer:
Gambar 1


                   T2 − T1
Maka:         α=                      ............................................................(3)
                      2
Dan untuk menentukan sudut deviasi minimum:




                                               Gambar 2


                     T2 − T1
Maka:          D=                     ............................................................(4)
                        2
Dengan      α dari persamaan (3) dan D dari persamaan (4) maka indeks bias prisma dapat
dicari dengan cara:
                      1
                   sin  (α + D )
              n=      2
                         1
                     sin α
                         2


Catatan mengenai percobaan O2:
 Fungsi-fungsi dari alat-alat:
   •                     Goniometer merupakan alat untuk mengukur sudut.
        -                      Kolimator berfungsi untuk mengumpulkan cahaya supaya
              cahaya tidak menyebar
-                   Teropong    berfungsi   untuk   mengamati   cahaya,   untuk
           memperjelas cahaya, dan menentukan sudut.
   •                Prisma berfungsi untuk melihat hasil pengamatan.
 Hukum Snellius:
   •                Cahaya datang akan terpantul pada suatu permukaan datar dan sudut
       datang sama dengan sudut pantul.
   •                Cahaya yang datang melalui dua media akan mengalami pembiasan
       dan berlaku:
                   sin i
           n12 =
                   sin r
 Sudut datang yaitu sudut yang dibentuk antara sinar datang terhadap garis normal.
 Sudut pantul yaitu sudut yang dibentuk antara sinar pantul terhadap garis normal.
 Sudut puncak yaitu sudut yang dibentuk oleh dua permukaan prisma yang
   memantulkan sinar datang.
 Sudut deviasi minimum yaitu sudut yang dibentuk oleh perpanjangan sinar datang
   dengan sinar bias.
 Jenis cahaya yang digunakan pada percobaan ini yaitu jenis cahaya polikromatis
 Urutan warna berdasarkan panjang gelombang terbesar hingga terkecil: merah,
   jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu.
 Difraksi yaitu peristiwa dimana gelombang dileburkan dari tepi celah dan pinggiran
   penghalang cahaya.
 Dispersi yaitu penguraian warna putih menjadi berbagai warna.
 Cara membedakan berkas sinar pantul dan berkas sinar deviasi:
   •                Berkas sinar pantul berwarna putih karena merupakan hasil pantulan
       dari cahaya putih (polikromatis).
   •                Berkas sinar deviasi berwarna pelangi karena merupakan hasil
       pembiasan dari cahaya polikromatis.
 Indeks bias yaitu perbandingan antara cepat rambat cahaya di dalam ruang hampa
   dengan cepat rambat cahaya di dalam medium tertentu.
IV.   TUGAS PENDAHULUAN
      1. Buktikan secara geometri/ilmu ukur persamaan (3)!
           Jawab:
           T2 − T1 = 2a + 2b
           T2 − T1 = 2( a + b )
                T2 − T1
           a +b =
                   2
             T − T1
           α= 2
                2
      2. Buktikan secara geometri/ilmu ukur persamaan (4)!
           Jawab:
           T2 − T1 = D1 + D2 ⇒ D1 = D2 = D
           T2 − T1 = 2 D
                 T2 − T1
           D=
                    2


      3. Buktikan persamaan (5)!
           Jawab:


      4. Bagaimana cara membedakan sinar hasil pemantulan dan hasil deviasi dalam
           percobaan ini?
           Jawab:
           Cara membedakan berkas sinar pantul dan berkas sinar deviasi:
           1.               Berkas sinar pantul berwarna putih karena merupakan hasil pantulan
                dari cahaya putih (polikromatis).
           2.               Berkas sinar deviasi berwarna pelangi karena merupakan hasil
                pembiasan dari cahaya polikromatis.


V.    PERCOBAAN YANG HARUS DILAKUKAN
      A.              Menentukan Sudut Puncak Prisma
           1.               Goniometer terdiri dari sebuah meja putar, kolimator dan teropong.
                Kenali dahulu tombol-tombol yang terdapat pada goniometer (tanya asisten).
           2.               Buat garis teropong jelas terlihat.
3.              Arahkan teropong pada tak terhingga, dengan mengubah okuler
          sedemikian sehingga benda-benda yang cukup jauh jelas terlihat. Kedudukan ini
          jangan diubah-ubah lagi.
     4.              Terangi celah kolimator dengan lampu air raksa.
     5.              Dengan    pengamatan     melalui   teropong   atur    lensa   kolimator
          sedemikian hingga celah kolimator terlihat jelas dan tajam, (susunan lensa-lensa
          tersbut jangan diubah-ubah lagi).
     6.              Pasang prisma pada meja putar dan arahkan salah satu sudut simetris
          terhadap arah cahaya yang datang dari kolimator (gb.1). Kunci meja prisma
          supaya tidak diubah-ubah posisinya.
     7.              Amati/cari cahaya terpantul pada salah satu sisi dengan teropong.

          Catat kedudukan ini (T1 ) dengan nonius A dan B (secara tabel.
     8.              Amati/cari cahaya terpantul pada sisi yang lain dengan memutar

          teropong. Catat kedudukan ini (T2 ) .
     9.              Ulangi langkah V.A.7 dan V.A.8 beberapa kali (tanya asisten).


B.             Menetukan Sudut Deviasi Minimum
     1. Jatuhkan cahaya dari kolimator pada sisi (AB) dan cahaya akan terbias melalui
          sisi yang lain (AC). Cari dan amati cahaya yang terbias ini melalui teropong.
     2. Bila prisma diputar maka sudut deviasi berubah, tergantung dari sudut datang.
     3. Pada suatu saat arah cahaya terbias ini berbalik arahnya. Pada saat tersebut sudut

          deviasi merupakan sudut deviasi minimum. Catat kedudukan teropong            (T1 )
          pada nonius A dan B untuk beberapa macam warna.
     4. Balikkan arah sinar datang ke prisma, sehingga arah cahaya datang pada sisi AC
          dengan cara memutar meja prisma (buatlah sisi AB berimpit dengan garis yang
          terdapat pada meja). Kemudian cari lagi kedudukan teropong pada saat deviasi

          minimum (T2 ) . Catat nonius A dan B untuk bermacam-macam warna.
     5. Cari panjang gelombang tiap warna dari lampu Hg dari tabel data.


Catatan:
1.      Perhatikan cara pembacaan dan arah membesarnya sudut, hal ini akan
           mempengaruhi bentuk perumusan (3) dan (4). T1 dan T2 bukan besar sudut,
           melainkan kedudukan teropong.
      2.      Janganlah melakukan perhitungan dengan mencampurkan skala A dan B.
           Anggapkan A dan B dua pengamatan yang berbeda.


VI.   HASIL PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA
      A.               DATA PENGAMATAN
           Menentukan Sudut Puncak Prisma
           Puncak A
                                            T1                                     T2
           Percobaan ke-
                                   A                 B                    A                 B
                 1         63,5+(28X(1/120)) 244,5+(31X(1/120))    124+(18X(1/120)) 303,5+(18X(1/120))
                 2          66+(0X(1/120))     245+(2X(1/120))     124+(22X(1/120)) 303,5+(15X(1/120))
                 3          66+(0X(1/120))    245+(50X(1/120))     124+(37X(1/120)) 304+(26X(1/120))



                                       T1                            T2
           Percobaan ke-
                                A              B            A                B
                1            63,733         244,758      124,150          303,650
                2            66,000         245,017      124,183          303,625
                3            66,000         245,417      124,308          304,217
              Jumlah         195,733        735,192      372,642          911,492



           Puncak B
                                            T1                                  T2
           Percobaan ke-
                                   A                 B                 A                  B
                 1         62,5+(25X(1/120)) 241+(34X(1/120)) 125+(40X(1/120)) 304,5+(27X(1/120))
                 2          63+(18X(1/120)) 243+(35X(1/120)) 123,5+(38X(1/120)) 303,5+(27X(1/120))
                 3          63,5+(0X(1/120)) 242,5+(3X(1/120)) 123,5+(20X(1/120)) 303,5+(25X(1/120))



                                       T1                            T2
           Percobaan ke-
                                A              B            A                B
                1            62,708         241,283      125,333          304,725
                2            63,150         243,292      123,817          303,725
                3            63,500         242,525      123,667          303,708
              Jumlah         189,358        727,100      372,817          912,158



           Puncak C
T1                                            T2
     Percobaan ke-
                                A                 B                          A                  B
             1          68,5+(17X(1/120)) 248+(28X(1/120))            129+(34X(1/120))    309+(5X(1/120))
             2           69+(30X(1/120))    248+(7X(1/120))           129+(21X(1/120))    309+(0X(1/120))
             3           69+(40X(1/120)) 248+(10X(1/120))             129+(10X(1/120)) 308,5+(44X(1/120))



                                     T1                                 T2
     Percobaan ke-
                             A               B                 A                B
          1               68,642          248,233           129,283          309,042
          2               69,250          248,058           129,175          309,000
          3               69,333          248,083           129,083          308,867
        Jumlah            207,225         744,375           387,542          926,908



     Menentukan Sudut Deviasi Minimum
                                Sisi AB                                      Sisi AC
      Warna                       T1                                           T2
                   A                 B                  A                B
     Merah 48,5+(45X(1/120)) 227,5+(27X(1/120)) 145,5+(1X(1/120)) 326+(40X(1/120))
     Kuning 48+(30X(1/120)) 227+(22X(1/120)) 146+(16X(1/120)) 325,5+(8X(1/120))
      Biru  47,5+(6X(1/120))  227+(3X(1/120)) 146,5+(0X(1/120)) 325+(50X(1/120))



                          Sisi AB                 Sisi AC
      Warna                 T1                      T2
                       A           B        A       B
      Merah          48,875     227,725 145,5083 326,3333
      Kuning         48,25     227,1833 146,1333 325,5667
       Biru          47,55      227,025   146,5  325,4167



B.                 PENGOLAHAN DATA
     Menentukan sudut puncak prisma ( α )
     • Puncak A

       T1 A =
              ∑T1 A = 195,733 = 65,244
               n         3
                        n∑T1 A − ( ∑T1 A )
                                 2           2
                    1
        ∆T1 A     =
                    n            n −1
                    1 3 x12773,938 − ( 38311,538)
        ∆T1 A =                                   = 0,756
                    3            3 −1

        (T1A     ± ∆T1 A ) = ( 6,52 ± 0,08).101
T1B =
              ∑T    1B
                          =
                               735,192
                                       = 245,064
                n                 3
                      n∑T1B − ( ∑T1B )
                                  2                      2
                1
∆T1B          =
                n                 n −1
               1 3 x180169,149 − ( 540506,787 )
∆T1B =                                          = 0,192
               3             3 −1

(T
 1B       ± ∆T1B ) = ( 2,4506 ± 0,0019 ).10 2

T2 A =
              ∑T     2A
                          =
                               372,642
                                       = 124,214
                n                 3
                         n∑T2 A − ( ∑T2 A )
                                     2                       2
                1
∆T2 A         =
                n                    n −1
                1 3 x 46287,285 − (138861,812 )
∆T2 A =                                         = 0,048
                3             3 −1

(T   2A   ± ∆T2 A ) = (1,2421 ± 0,0005).10 2


T2 B =
              ∑T     2B
                          =
                               911,492
                                       = 303,83
                n                 3
                         n∑T2 B − ( ∑T2 B )
                                     2                   2
                1
∆T2 B         =
                n                    n −1
                1 3 x 276939,243 − ( 830817,058)
∆T2 B =                                          = 0,193
                3              3 −1

(T2B      ± ∆T2 B ) = ( 3,0383 ± 0,0019 ).10 2

              T2 A − T1 A 124,214 − 65,244
αA =                     =                 = 29,485
                   2             2
                           2                                 2
                 dα A                    2       dα A                    2
∆α A =
          2
                               ∆T2 A         +                   ∆T1 A
                 dT2 A                           dT1 A
                     2                           2
                 1               2           1                    2
∆α A =
          2
                          0,048 + −                  0,756
                 2                           2
∆α A = 0,379
          2


(α A ± ∆α A ) = ( 2,949 ± 0,038).101
T2 B − T1B   303,831 − 245,064
    αB =                      =                   = 29,383
                        2               2
                                      2                                    2
                     dα B                         2        dα B                       2
    ∆αB
               2
                   =                      ∆T2 B          +                     ∆T1B
                     dT2 B                                 dT1B
                             2                             2
                        1      2    1       2
    ∆αB =
               2
                          0,193 + −   0,192
                        2           2
    ∆αB = 0,136
               2


    (α B       ± ∆α B ) = ( 2,938 ± 0,013).101



               α A + αB                   29,485 + 29,383
    α=                            =                       = 29,434
                    2                            2
                                  2                            2
                     dα                      2         dα                       2
    ∆α 2 =                            ∆α A       +                 ∆αB
                    dα A                              dα B
                         2                           2
           1       2  1                                            2
    ∆α =   2
              0,379 +                                    0,136
           2          2
    ∆α = 0,201
    (α ± ∆α ) = ( 2,943 ± 0,020).101


•   Puncak B

    T1 A =
           ∑T1 A = 189,358 = 63,119
            n         3
                              n∑T1 A − ( ∑T1 A )
                                             2                         2
                     1
    ∆T1 A          =
                     n                       n −1
                    1 3x11952,508 − ( 35856,578)
    ∆T1 A =                                      = 0,229
                    3           3 −1

    (T1A       ± ∆T1 A ) = ( 6,312 ± 0,023).101


    T1B =
                   ∑T        1B
                                      =
                                          727,100
                                                  = 242,367
                     n                       3
                              n ∑T1B − ( ∑T1B )
                                             2                         2
                     1
    ∆T1B           =
                     n                       n −1
                    1 3 x176226,858 − ( 528674,410 )
    ∆T1B =                                           = 0,585
                    3             3 −1

    (T1B       ± ∆T1B ) = ( 2,424 ± 0,006 ).10 2
T2 A =
              ∑T     2A
                          =
                               372,817
                                       = 124,272
                 n                3
                         n∑T2 A − ( ∑T2 A )
                                  2                    2
                1
∆T2 A         =
                n                     n −1
                1 3 x 46332,456 − (138992,267 )
∆T2 A =                                         = 0,532
                3             3 −1

(T   2A   ± ∆T2 A ) = (1,243 ± 0,005).10 2


T2 B =
              ∑T     2B
                          =
                               912,158
                                       = 304,053
                 n                3
                         n∑T2 B − ( ∑T2 B )
                                  2                    2
                1
∆T2 B         =
                n                     n −1
                1 3x 277344,953 − ( 832032,825)
∆T2 B =                                         = 0,336
                3             3 −1

(T2B      ± ∆T2 B ) = ( 3,0405 ± 0,0034).10 2

              T2 A − T1 A 124,272 − 63,119
αA =                     =                 = 30,576
                   2             2
                           2                           2
                dα A                    2     dα A                 2
∆α A
          2
              =                ∆T2 A        +              ∆T1 A
                dT2 A                         dT1 A
                     2                           2
                 1                2          1               2
∆α A =
          2
                          0,532 + −                  0,229
                 2                           2
∆α A = 0,290
          2


(α A ± ∆α A ) = ( 3,058 ± 0,029).101

              T2 B − T1B   304,053 − 242,367
αB =                     =                   = 30,843
                   2               2
                           2                           2
                dα B                   2      dα B                 2
∆α B
          2
              =                ∆T2 B        +              ∆T1B
                dT2 B                         dT1B
                     2                           2
                1      2    1       2
∆α B
          2
              =   0,336 + −   0,585
                2           2
∆α B = 0,337
          2


(α B      ± ∆α B ) = ( 3,084 ± 0,034 ).101
α A + αB                30,576 + 30,843
    α=                       =                       = 30,710
                2                           2
                             2                        2
          dα                            2       dα                2
    ∆α = 2
                                 ∆α A        +            ∆αB
         dα A                                  dα B
                    2                         2
           1       2  1                                   2
    ∆α 2 =    0,290 +                             0,337
           2          2
    ∆α = 0,222
    (α ± ∆α ) = ( 3,071 ± 0,022).101


•   Puncak C

    T1 A =
           ∑T1 A = 207,225 = 69,075
            n         3
                         n∑T1 A − ( ∑T1 A )
                                        2                     2
                1
    ∆T1 A     =
                n                        n −1
                1 3x14314,352 − ( 42942,201)
    ∆T1 A =                                  = 0,218
                3           3 −1

    (T1A     ± ∆T1 A ) = ( 6,908 ± 0,022 ).101


    T1B =
              ∑T        1B
                                 =
                                     744,375
                                             = 248,125
                 n                      3
                         n∑T1B − ( ∑T1B )
                                        2                 2
                1
    ∆T1B      =
                n                        n −1
                1 3 x184698,065 − ( 554094,141)
    ∆T1B =                                      = 0,055
                3             3 −1

    (T1B     ± ∆T1B ) = ( 2,4813 ± 0,0006 ).10 2


    T2 A =
               ∑T       2A
                                 =
                                     387,542
                                             = 129,181
                  n                     3
                         n∑T2 A − ( ∑T2 A )
                                         2                    2
                1
    ∆T2 A     =
                n                           n −1
                1 3 x50062,868 − (150188,543)
    ∆T2 A =                                   = 0,058
                3            3 −1

    (T2A     ± ∆T2 A ) = (1,2918 ± 0,0006 ).10 2
T2 B =
           ∑T        2B
                              =
                                  926,908
                                          = 308,969
              n                      3
                         n∑T2 B − ( ∑T2 B )
                                      2                           2
             1
∆T2 B      =
             n                           n −1
             1 3 x 286386,370 − ( 859159,058)
∆T2 B =                                       = 0,053
             3              3 −1

(T2B   ± ∆T2 B ) = ( 3,0897 ± 0,0005).10 2

           T2 A − T1 A 129,181 − 69,075
αA =                  =                 = 30,053
                2             2
                              2                                       2
             dα A                             2     dα A                          2
∆α A
       2
           =                       ∆T2 A          +                       ∆T1 A
             dT2 A                                  dT1 A
                     2                                 2
             1                      12                                     2
∆α A
       2
           =              0,058 + −                           0,218
             2                      2
∆α A = 0,113
       2


(α A ± ∆α A ) = ( 3,005 ± 0,011).101

           T2 B − T1B   308,969 − 248,125
αB =                  =                   = 30,422
                2               2
                              2                                   2
                dα B                       2          dαB                         2
∆αB =
       2
                                  ∆T2 B           +                       ∆T1B
                dT2 B                                 dT1B
                     2                                2
                1      2    1                                              2
∆αB =
       2
                  0,053 + −                                0,055
                2           2
∆αB = 0,038
       2


(α B   ± ∆α B ) = ( 3,0422 ± 0,0038).101



       α A + αB                   30,053 + 30,422
α=                        =                       = 30,238
            2                            2
                          2                               2
             dα                      2          dα                         2
∆α 2 =                        ∆α A        +                   ∆αB
            dα A                               dα B
                 2                            2
       1       2  1                                           2
∆α 2 =    0,113 +                                 0,038
       2          2
∆α = 0,059
(α ± ∆α ) = ( 3,024 ± 0,006).101
Menentukan Sudut Deviasi Minimum
•                        Merah
         T2 A − T1 A 145,508 − 48,875
    DA =            =                  = 48,317
              2                2
           dD A           dD A
    ∆D A =        ∆T2 A +        ∆T1 A
           dT2 A          dT1 A
           1 1      1 1
    ∆D A =       +−
           2 120    2 120
    ∆D A = 0,008
    ( D A ± ∆D A ) = ( 4,8317 ± 0,0008).101
                    1
    ∆T1 = ∆T2 =
                   120
        T2 B − T1B    326,333 − 227,725
    DB =           =                    = 49,304
             2                 2
          dD B            dD B
    ∆DB =        ∆T2 B +        ∆T1B
          dT2 B           dT1B
          1 1      1 1
    ∆DB =       +−
          2 120    2 120
    ∆DB = 0,008
    ( DB   ± ∆DB ) = ( 4,9304 ± 0,0008).101

        D A + DB   48,317 + 49,304
    D=           =                 = 48,810
            2              2
          dD           dD
    ∆D =       ∆D A +       ∆D B
         dD A         dD B
         1         1
    ∆D =    0,008 + 0,008
         2         2
    ∆D = 0,008
    ( D ± ∆D ) = ( 4,8810 ± 0,0008).101
•                         Kuning
         T2 A − T1 A 146,133 − 48,250
    DA =            =                  = 48,942
              2                2
           dD A           dD A
    ∆D A =        ∆T2 A +        ∆T1 A
           dT2 A          dT1 A
           1 1       1 1
    ∆D A =        +−
            2 120    2 120
    ∆D A = 0,008
    ( D A ± ∆D A ) = ( 4,8942 ± 0,0008).101
                     1
    ∆T1 = ∆T2 =
                    120
         T2 B − T1B    325,567 − 227,183
    DB =            =                    = 49,192
              2                 2
           dD B            dD B
    ∆D B =        ∆T2 B +        ∆T1B
           dT2 B           dT1B
           1 1       1 1
    ∆D B =        +−
            2 120    2 120
    ∆D B = 0,008
    ( DB   ± ∆D B ) = ( 4,9192 ± 0,0008).101

        D A + DB   48,942 + 49,192
    D=           =                 = 49,067
            2              2
          dD           dD
    ∆D =       ∆D A +        ∆D B
         dD A         dD B
         1         1
    ∆D =    0,008 + 0,008
         2         2
    ∆D = 0,008
    ( D ± ∆D ) = ( 4,9067 ± 0,0008).101
•                         Biru
         T2 A − T1 A 146,500 − 47,550
    DA =            =                  = 49,475
              2                2
           dD A           dD A
    ∆D A =        ∆T2 A +        ∆T1 A
           dT2 A          dT1 A
           1 1      1 1
    ∆D A =       +−
           2 120    2 120
    ∆D A = 0,008
    ( D A ± ∆D A ) = ( 4,9475 ± 0,0008).101
                     1
    ∆T1 = ∆T2 =
                    120
         T2 B − T1B    325,417 − 227,025
    DB =            =                    = 49,196
              2                 2
           dD B            dD B
    ∆D B =        ∆T2 B +        ∆T1B
           dT2 B           dT1B
           1 1       1 1
    ∆D B =        +−
            2 120    2 120
    ∆D B = 0,008
    ( DB   ± ∆D B ) = ( 4,9196 ± 0,0008).101

        D A + DB   49,475 + 49,196
    D=           =                 = 49,335
            2             2
          dD           dD
    ∆D =       ∆D A +       ∆DB
         dD A         dDB
         1         1
    ∆D =    0,008 + 0,008
         2         2
    ∆D = 0,008
    ( D ± ∆D ) = ( 4,9335 ± 0,0008).101


Menentukan Indeks Bias Prisma
•                         Merah
    Puncak A
              1
           sin  (α + D ) sin 1 ( 29,434 + 48,810)
    n=        2         =    2                    = 2,484
                 1                 1
             sin α            sin ( 29,434 )
                 2                 2
2                     2
             dn            2       dn            2
    ∆n 2 =            ∆α       +            ∆D
             dα                    dD
                                                              2                                      2
           1    1              1   1     1   1                               1    1             1
             cos (α + D ). sin α − cos α. sin (α + D )                         cos (α + D ). sin α
    ∆n 2 = 2    2              2   2     2   2                             + 2    2             2
                                                                       2                                      2
                                                                  ∆α                                     ∆D
                                 1 
                                       2
                                                                                      1 
                              sin α                                              sin α 
                                 2                                                  2 
    ∆n 2 = 0,414
    ∆n = 0,643
    ( n ± ∆n ) = ( 2,5 ± 0,6).10 0

    Puncak B
                1
         sin      (α + D ) sin 1 ( 30,710 + 48,810)
    n=          2         =    2                    = 2,415
                   1                 1
               sin α            sin ( 30,710 )
                   2                 2
    ∆ = ...
     n
    ( n ± ∆n ) = ...


    Puncak C
              1
         sin    (α + D ) sin 1 ( 30,238 + 48,810)
    n=        2         =    2                    = 2,440
                 1                 1
             sin α            sin ( 30,238)
                 2                 2
    ∆ = ...
     n
    ( n ± ∆n ) = ...


•                              Kuning
    Puncak A
              1
         sin    (α + D ) sin 1 ( 29,434 + 49,067 )
    n=        2         =    2                     = 2,491
                 1                 1
             sin α            sin ( 29,434)
                 2                 2
    ∆ = ...
       n
    ( n ± ∆n ) = ...



    Puncak B
1
         sin   (α + D ) sin 1 ( 30,710 + 49,067 )
    n=       2         =    2                     = 2,422
                1                 1
            sin α            sin ( 30,710 )
                2                 2
    ∆ = ...
       n
    ( n ± ∆n ) = ...


    Puncak C
                1
         sin      (α + D ) sin 1 ( 30,238 + 49,067 )
    n=          2         =    2                     = 2,447
                   1                 1
               sin α            sin ( 30,238)
                   2                 2
    ∆ = ...
       n
    ( n ± ∆n ) = ...


•                         Biru
    Puncak A
             1
         sin   (α + D ) sin 1 ( 29,434 + 49,335)
    n=       2         =    2                    = 2,498
                1                 1
            sin α            sin ( 29,434 )
                2                 2
    ∆ = ...
       n
    ( n ± ∆n ) = ...


    Puncak B
                1
         sin      (α + D ) sin 1 ( 30,710 + 49,335)
    n=          2         =    2                    = 2,429
                   1                 1
               sin α            sin ( 30,710 )
                   2                 2
    ∆ = ...
       n
    ( n ± ∆n ) = ...




    Puncak C
1
                     sin   (α + D ) sin 1 ( 30,238 + 49,335)
               n=        2         =    2                    = 2,453
                            1                 1
                        sin α            sin ( 30,238)
                            2                 2
               ∆ = ...
                  n
               ( n ± ∆n ) = ...


VII.   TUGAS AKHIR DAN PERTANYAAN
       1.                                   Tentukan dari hasil pengamatan besarnya sudut
            puncak prisma beserta kesalahannnya!
            Jawab:
                     Puncak A :    (α ± ∆α ) = ( 2,943 ± 0,020).101
                     Puncak B :    (α ± ∆α ) = ( 3,071 ± 0,022).101
                     Puncak C :    (α ± ∆α ) = ( 3,024 ± 0,006 ).101


       2.                                   Tentukan dari hasil pengamatan besarnya sudut
            deviasi minimum (D) untuk beberapa warna beserta kesalahannya!
            Jawab:
                     Merah :       ( D ± ∆D ) = ( 4,8810 ± 0,0008).101
                     Kuning :      ( D ± ∆D ) = ( 4,9067 ± 0,0008).101
                     Biru :        ( D ± ∆D ) = ( 4,9335 ± 0,0008).101


       3.                                   Tentukan dari hasil VII.1 dan VII.2, indeks bias
            prisma untuk beberapa warna beserta kesalahannya (lampu Hg). Buat grafik n
            terhadap λ !
            Jawab:
                     Merah
                     Puncak A :    n = 2,484
                     Puncak B :    n = 2,415
                     Puncak C :    n = 2,440
                     Kuning
                     Puncak A :    n = 2,491
                     Puncak B :    n = 2,422
                     Puncak C :    n = 2,447
Biru
                    Puncak A :    n = 2,498
                    Puncak B :    n = 2,429
                    Puncak C :    n = 2,453


      4.                                  Bandingkan hasil VII.3 dengan literatur. Berilah
           pembahasan!
           Jawab:


VIII. ANALISA
      1.                                        Kemungkinan       terdapat   kesalahan     hasil
           perhitungan yang disebabkan oleh kekurangtelitian dalam pembacaan skala.
      2.                                        Perubahan posisi pada saat pembacaan skala
           yang disebabkan oleh pergeseran meja teropong.


IX.   KESIMPULAN
      1.            Sudut datang yaitu sudut yang dibentuk antara sinar datang terhadap garis
           normal.
           Sudut pantul yaitu sudut yang dibentuk antara sinar pantul terhadap garis normal.
           Sudut puncak yaitu sudut yang dibentuk oleh dua permukaan prisma yang
           memantulkan sinar datang.
           Sudut deviasi minimum yaitu sudut yang dibentuk oleh perpanjangan sinar datang
           dengan sinar bias.
      2. Hukum Snellius menyatakan bahwa sinar datang, sinar bias dan garis normal terletak
           pada satu bidang datar.


X.    DAFTAR PUSTAKA
      1. Tyler, “ A Laboratory Manual of Physics’, Edward Arnold, 1967.
      2. Sears-Zemansky, “Collage Physics”. Add. Wesley, 1960.
      3. P.D>K> Energi, Gelombang dan Medan II, 1975.

More Related Content

DOCX
Laporan Fisika - kaca plan paralel
DOCX
Fisika praktikum plan paralel
DOC
Laporan lkm-go-08
DOCX
Laporan hasil praktikum pembiasan pada prisma
DOCX
Laporan lkm-go-07
DOCX
Sudut deviasi
DOCX
Makalah optik geometri
Laporan Fisika - kaca plan paralel
Fisika praktikum plan paralel
Laporan lkm-go-08
Laporan hasil praktikum pembiasan pada prisma
Laporan lkm-go-07
Sudut deviasi
Makalah optik geometri

What's hot (20)

PPTX
Deviasi dan dispersi
PPTX
Pembiasan cahaya
DOCX
Format laporan
PPTX
Pembiasan pada kaca plan paralel dan prisma
PDF
FISIKA - PEMBIASAN CAHAYA
DOCX
Penurunan rumus pemantulan
PDF
materi optika geometri fisika sma
PDF
Rumus optika geometri
PPTX
Pembiasan Cahaya
PPTX
Pembiasan cahaya
PDF
Fungsi invers-trigonometri
DOCX
Fisika Kelas xi Bab10 Optika Geometrik
PDF
Refraksi Cahaya
DOC
Cahaya dan alat optik
PPT
Fisika dasar optik geometri
DOCX
Rpp refleksi SMA KELAS 9 KURIKULUM 2013
PDF
Fisdasii 9 [compatibility mode]
DOC
Prakt.peng .listrik magnet-dan-optik
PDF
Modul trigonometri kelas x (2019 2020)
PPTX
Fisika-Pemantulan Cahaya
Deviasi dan dispersi
Pembiasan cahaya
Format laporan
Pembiasan pada kaca plan paralel dan prisma
FISIKA - PEMBIASAN CAHAYA
Penurunan rumus pemantulan
materi optika geometri fisika sma
Rumus optika geometri
Pembiasan Cahaya
Pembiasan cahaya
Fungsi invers-trigonometri
Fisika Kelas xi Bab10 Optika Geometrik
Refraksi Cahaya
Cahaya dan alat optik
Fisika dasar optik geometri
Rpp refleksi SMA KELAS 9 KURIKULUM 2013
Fisdasii 9 [compatibility mode]
Prakt.peng .listrik magnet-dan-optik
Modul trigonometri kelas x (2019 2020)
Fisika-Pemantulan Cahaya
Ad

Viewers also liked (9)

DOCX
Pembiasan pada prisma
PDF
Spektrometer
DOCX
Laporan lengakap percobaan pembiasan cahaya
PDF
Laporan cincin newton optik
DOCX
Laporan Resmi Percobaan Spektrometer
DOC
Laporan fisika menentukan restitusi
PDF
Laporan praktikum spektrometer atom
PDF
Rangkuman materi un ipa smp (fisika, biologi, dan kimia) revised
DOCX
Soal un biologi 2010 2011
Pembiasan pada prisma
Spektrometer
Laporan lengakap percobaan pembiasan cahaya
Laporan cincin newton optik
Laporan Resmi Percobaan Spektrometer
Laporan fisika menentukan restitusi
Laporan praktikum spektrometer atom
Rangkuman materi un ipa smp (fisika, biologi, dan kimia) revised
Soal un biologi 2010 2011
Ad

More from GGM Spektafest (20)

DOC
Laporan Lensa dan Cermin
DOC
Polarisasi Prisma (O3)
DOC
Laporan Rumus Rumus Lensa (O1)
DOC
Bandul Fisis (M5)
DOC
Laporan Modulus Puntir (M4)
DOC
Laporan Tetapan Pegas dab Grafitas
DOC
Laporan Pesawat Atwood
DOC
Pengukuran Dasar Pada Benda Padat (M1)
DOC
Cover Fisika Dasar 1 ITENAS
DOC
Perpindahan panas dan distilasi sederhana
DOC
DOC
Hasil perhitungan Orifice Gas
DOC
Laporan Sedimentasi
DOC
Mixing - Pencampuran
DOC
Laporan penggilingan
DOC
Fluidisasi Gas
DOC
Fluidisasi Cair
DOC
Laporan filter press
DOC
Aliran Fluida 2
DOC
Lab Teknik Kimia ITENAS - Aliran Fluida 1
Laporan Lensa dan Cermin
Polarisasi Prisma (O3)
Laporan Rumus Rumus Lensa (O1)
Bandul Fisis (M5)
Laporan Modulus Puntir (M4)
Laporan Tetapan Pegas dab Grafitas
Laporan Pesawat Atwood
Pengukuran Dasar Pada Benda Padat (M1)
Cover Fisika Dasar 1 ITENAS
Perpindahan panas dan distilasi sederhana
Hasil perhitungan Orifice Gas
Laporan Sedimentasi
Mixing - Pencampuran
Laporan penggilingan
Fluidisasi Gas
Fluidisasi Cair
Laporan filter press
Aliran Fluida 2
Lab Teknik Kimia ITENAS - Aliran Fluida 1

Recently uploaded (20)

PDF
Laktasi dan Menyusui (MK Askeb Esensial Nifas, Neonatus, Bayi, Balita dan Ana...
PDF
Laporan Hibah dengan menggunakan NVivo.pdf
PDF
AI-Driven Intelligence and Cyber Security: Strategi Stabilitas Keamanan untuk...
PDF
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Inggris Kelas 6 Kurikulum Merdeka
PDF
MRT Tangguh, Indonesia Maju: Mewujudkan Transportasi Publik yang Aman, Nyaman...
PDF
Modul Ajar Deep Learning Pendidikan Pancasila Kelas 6 Kurikulum Merdeka
PDF
BukuKeterampilanMengajar-MNCPublishing2019.pdf
PPTX
Inkuiri_Kolaboratif_Pembelajaran_Mendalam (1).pptx
PDF
Jurnal Kode Etik Guru Untuk Persyaratan PPG
DOCX
Lembar Kerja 02 analisis studi kasus Inkuiri Kolaboratif.docx
PPT
MATA KULIAH FILSAFAT ILMU ADMINISTRASI PENDIDIKAN
DOCX
Modul ajar kelas 5 tentang adoo ul jismi
PDF
PPT Materi Kelas Mempraktikkan Prinsip Hermeneutika (MPH) 2025
PDF
Aminullah Assagaf_B34_Statistik Ekonometrika Terapan_22 Agus 2025.pdf
DOCX
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Bahasa Inggris Kelas XII SMA Terbaru 2025
PPTX
Pengimbasan pembelajaran mendalam (deep learning
PDF
Modul Ajar Deep Learning IPAS Kelas 6 Kurikulum Merdeka
PPTX
Keusahawanan dan Perniagaan Islam - Dr Mohd Adib Abd Muin 20 Ogos 2025.pptx
PDF
Konsep Dasar Nifas, Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah.pdf
PPTX
7 KEBIASAAN ANAK INDONESIA HEBAT.pptx xx
Laktasi dan Menyusui (MK Askeb Esensial Nifas, Neonatus, Bayi, Balita dan Ana...
Laporan Hibah dengan menggunakan NVivo.pdf
AI-Driven Intelligence and Cyber Security: Strategi Stabilitas Keamanan untuk...
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Inggris Kelas 6 Kurikulum Merdeka
MRT Tangguh, Indonesia Maju: Mewujudkan Transportasi Publik yang Aman, Nyaman...
Modul Ajar Deep Learning Pendidikan Pancasila Kelas 6 Kurikulum Merdeka
BukuKeterampilanMengajar-MNCPublishing2019.pdf
Inkuiri_Kolaboratif_Pembelajaran_Mendalam (1).pptx
Jurnal Kode Etik Guru Untuk Persyaratan PPG
Lembar Kerja 02 analisis studi kasus Inkuiri Kolaboratif.docx
MATA KULIAH FILSAFAT ILMU ADMINISTRASI PENDIDIKAN
Modul ajar kelas 5 tentang adoo ul jismi
PPT Materi Kelas Mempraktikkan Prinsip Hermeneutika (MPH) 2025
Aminullah Assagaf_B34_Statistik Ekonometrika Terapan_22 Agus 2025.pdf
Modul Ajar Pembelajaran Mendalam Bahasa Inggris Kelas XII SMA Terbaru 2025
Pengimbasan pembelajaran mendalam (deep learning
Modul Ajar Deep Learning IPAS Kelas 6 Kurikulum Merdeka
Keusahawanan dan Perniagaan Islam - Dr Mohd Adib Abd Muin 20 Ogos 2025.pptx
Konsep Dasar Nifas, Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah.pdf
7 KEBIASAAN ANAK INDONESIA HEBAT.pptx xx

Laporan Prisma (O2)

  • 1. PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1 PERCOBAAN O2 GONIOMETER I. MAKSUD 1. Mengukur sudut puncak prisma. 2. Mengukur sudut deviasi minimum. 3. Menentukan indeks bias prisma. II. ALAT-ALAT 1. Goniometer 2. Prisma 3. Sumber cahaya (lampu air raksa) III. TEORI Menurut Snellius, cahaya datang akan terpantul pada suatu permukaan datar, dan berlaku: i=r ...................................................................................(1) Dimana: i = sudut datang r = sudut pantul (refleksi) Menurut hukum Snellius juga, cahaya datang melalui dua media akan mengalami pembiasan, dan berlaku: sin i n12 = ...................................................................................(2) sin r Dimana: n12 = indeks bias relatif zat 2 terhadap zat 1 i = sudut datang r = sudut bias (refraksi) Sudut datang maupun sudut bias diukur terhadap garis normal. Dalam pengukuran pada prisma, untuk menentukan sudut puncak prisma menggunakan alat goniometer:
  • 2. Gambar 1 T2 − T1 Maka: α= ............................................................(3) 2 Dan untuk menentukan sudut deviasi minimum: Gambar 2 T2 − T1 Maka: D= ............................................................(4) 2 Dengan α dari persamaan (3) dan D dari persamaan (4) maka indeks bias prisma dapat dicari dengan cara: 1 sin (α + D ) n= 2 1 sin α 2 Catatan mengenai percobaan O2:  Fungsi-fungsi dari alat-alat: • Goniometer merupakan alat untuk mengukur sudut. - Kolimator berfungsi untuk mengumpulkan cahaya supaya cahaya tidak menyebar
  • 3. - Teropong berfungsi untuk mengamati cahaya, untuk memperjelas cahaya, dan menentukan sudut. • Prisma berfungsi untuk melihat hasil pengamatan.  Hukum Snellius: • Cahaya datang akan terpantul pada suatu permukaan datar dan sudut datang sama dengan sudut pantul. • Cahaya yang datang melalui dua media akan mengalami pembiasan dan berlaku: sin i n12 = sin r  Sudut datang yaitu sudut yang dibentuk antara sinar datang terhadap garis normal.  Sudut pantul yaitu sudut yang dibentuk antara sinar pantul terhadap garis normal.  Sudut puncak yaitu sudut yang dibentuk oleh dua permukaan prisma yang memantulkan sinar datang.  Sudut deviasi minimum yaitu sudut yang dibentuk oleh perpanjangan sinar datang dengan sinar bias.  Jenis cahaya yang digunakan pada percobaan ini yaitu jenis cahaya polikromatis  Urutan warna berdasarkan panjang gelombang terbesar hingga terkecil: merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu.  Difraksi yaitu peristiwa dimana gelombang dileburkan dari tepi celah dan pinggiran penghalang cahaya.  Dispersi yaitu penguraian warna putih menjadi berbagai warna.  Cara membedakan berkas sinar pantul dan berkas sinar deviasi: • Berkas sinar pantul berwarna putih karena merupakan hasil pantulan dari cahaya putih (polikromatis). • Berkas sinar deviasi berwarna pelangi karena merupakan hasil pembiasan dari cahaya polikromatis.  Indeks bias yaitu perbandingan antara cepat rambat cahaya di dalam ruang hampa dengan cepat rambat cahaya di dalam medium tertentu.
  • 4. IV. TUGAS PENDAHULUAN 1. Buktikan secara geometri/ilmu ukur persamaan (3)! Jawab: T2 − T1 = 2a + 2b T2 − T1 = 2( a + b ) T2 − T1 a +b = 2 T − T1 α= 2 2 2. Buktikan secara geometri/ilmu ukur persamaan (4)! Jawab: T2 − T1 = D1 + D2 ⇒ D1 = D2 = D T2 − T1 = 2 D T2 − T1 D= 2 3. Buktikan persamaan (5)! Jawab: 4. Bagaimana cara membedakan sinar hasil pemantulan dan hasil deviasi dalam percobaan ini? Jawab: Cara membedakan berkas sinar pantul dan berkas sinar deviasi: 1. Berkas sinar pantul berwarna putih karena merupakan hasil pantulan dari cahaya putih (polikromatis). 2. Berkas sinar deviasi berwarna pelangi karena merupakan hasil pembiasan dari cahaya polikromatis. V. PERCOBAAN YANG HARUS DILAKUKAN A. Menentukan Sudut Puncak Prisma 1. Goniometer terdiri dari sebuah meja putar, kolimator dan teropong. Kenali dahulu tombol-tombol yang terdapat pada goniometer (tanya asisten). 2. Buat garis teropong jelas terlihat.
  • 5. 3. Arahkan teropong pada tak terhingga, dengan mengubah okuler sedemikian sehingga benda-benda yang cukup jauh jelas terlihat. Kedudukan ini jangan diubah-ubah lagi. 4. Terangi celah kolimator dengan lampu air raksa. 5. Dengan pengamatan melalui teropong atur lensa kolimator sedemikian hingga celah kolimator terlihat jelas dan tajam, (susunan lensa-lensa tersbut jangan diubah-ubah lagi). 6. Pasang prisma pada meja putar dan arahkan salah satu sudut simetris terhadap arah cahaya yang datang dari kolimator (gb.1). Kunci meja prisma supaya tidak diubah-ubah posisinya. 7. Amati/cari cahaya terpantul pada salah satu sisi dengan teropong. Catat kedudukan ini (T1 ) dengan nonius A dan B (secara tabel. 8. Amati/cari cahaya terpantul pada sisi yang lain dengan memutar teropong. Catat kedudukan ini (T2 ) . 9. Ulangi langkah V.A.7 dan V.A.8 beberapa kali (tanya asisten). B. Menetukan Sudut Deviasi Minimum 1. Jatuhkan cahaya dari kolimator pada sisi (AB) dan cahaya akan terbias melalui sisi yang lain (AC). Cari dan amati cahaya yang terbias ini melalui teropong. 2. Bila prisma diputar maka sudut deviasi berubah, tergantung dari sudut datang. 3. Pada suatu saat arah cahaya terbias ini berbalik arahnya. Pada saat tersebut sudut deviasi merupakan sudut deviasi minimum. Catat kedudukan teropong (T1 ) pada nonius A dan B untuk beberapa macam warna. 4. Balikkan arah sinar datang ke prisma, sehingga arah cahaya datang pada sisi AC dengan cara memutar meja prisma (buatlah sisi AB berimpit dengan garis yang terdapat pada meja). Kemudian cari lagi kedudukan teropong pada saat deviasi minimum (T2 ) . Catat nonius A dan B untuk bermacam-macam warna. 5. Cari panjang gelombang tiap warna dari lampu Hg dari tabel data. Catatan:
  • 6. 1. Perhatikan cara pembacaan dan arah membesarnya sudut, hal ini akan mempengaruhi bentuk perumusan (3) dan (4). T1 dan T2 bukan besar sudut, melainkan kedudukan teropong. 2. Janganlah melakukan perhitungan dengan mencampurkan skala A dan B. Anggapkan A dan B dua pengamatan yang berbeda. VI. HASIL PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA A. DATA PENGAMATAN Menentukan Sudut Puncak Prisma Puncak A T1 T2 Percobaan ke- A B A B 1 63,5+(28X(1/120)) 244,5+(31X(1/120)) 124+(18X(1/120)) 303,5+(18X(1/120)) 2 66+(0X(1/120)) 245+(2X(1/120)) 124+(22X(1/120)) 303,5+(15X(1/120)) 3 66+(0X(1/120)) 245+(50X(1/120)) 124+(37X(1/120)) 304+(26X(1/120)) T1 T2 Percobaan ke- A B A B 1 63,733 244,758 124,150 303,650 2 66,000 245,017 124,183 303,625 3 66,000 245,417 124,308 304,217 Jumlah 195,733 735,192 372,642 911,492 Puncak B T1 T2 Percobaan ke- A B A B 1 62,5+(25X(1/120)) 241+(34X(1/120)) 125+(40X(1/120)) 304,5+(27X(1/120)) 2 63+(18X(1/120)) 243+(35X(1/120)) 123,5+(38X(1/120)) 303,5+(27X(1/120)) 3 63,5+(0X(1/120)) 242,5+(3X(1/120)) 123,5+(20X(1/120)) 303,5+(25X(1/120)) T1 T2 Percobaan ke- A B A B 1 62,708 241,283 125,333 304,725 2 63,150 243,292 123,817 303,725 3 63,500 242,525 123,667 303,708 Jumlah 189,358 727,100 372,817 912,158 Puncak C
  • 7. T1 T2 Percobaan ke- A B A B 1 68,5+(17X(1/120)) 248+(28X(1/120)) 129+(34X(1/120)) 309+(5X(1/120)) 2 69+(30X(1/120)) 248+(7X(1/120)) 129+(21X(1/120)) 309+(0X(1/120)) 3 69+(40X(1/120)) 248+(10X(1/120)) 129+(10X(1/120)) 308,5+(44X(1/120)) T1 T2 Percobaan ke- A B A B 1 68,642 248,233 129,283 309,042 2 69,250 248,058 129,175 309,000 3 69,333 248,083 129,083 308,867 Jumlah 207,225 744,375 387,542 926,908 Menentukan Sudut Deviasi Minimum Sisi AB Sisi AC Warna T1 T2 A B A B Merah 48,5+(45X(1/120)) 227,5+(27X(1/120)) 145,5+(1X(1/120)) 326+(40X(1/120)) Kuning 48+(30X(1/120)) 227+(22X(1/120)) 146+(16X(1/120)) 325,5+(8X(1/120)) Biru 47,5+(6X(1/120)) 227+(3X(1/120)) 146,5+(0X(1/120)) 325+(50X(1/120)) Sisi AB Sisi AC Warna T1 T2 A B A B Merah 48,875 227,725 145,5083 326,3333 Kuning 48,25 227,1833 146,1333 325,5667 Biru 47,55 227,025 146,5 325,4167 B. PENGOLAHAN DATA Menentukan sudut puncak prisma ( α ) • Puncak A T1 A = ∑T1 A = 195,733 = 65,244 n 3 n∑T1 A − ( ∑T1 A ) 2 2 1 ∆T1 A = n n −1 1 3 x12773,938 − ( 38311,538) ∆T1 A = = 0,756 3 3 −1 (T1A ± ∆T1 A ) = ( 6,52 ± 0,08).101
  • 8. T1B = ∑T 1B = 735,192 = 245,064 n 3 n∑T1B − ( ∑T1B ) 2 2 1 ∆T1B = n n −1 1 3 x180169,149 − ( 540506,787 ) ∆T1B = = 0,192 3 3 −1 (T 1B ± ∆T1B ) = ( 2,4506 ± 0,0019 ).10 2 T2 A = ∑T 2A = 372,642 = 124,214 n 3 n∑T2 A − ( ∑T2 A ) 2 2 1 ∆T2 A = n n −1 1 3 x 46287,285 − (138861,812 ) ∆T2 A = = 0,048 3 3 −1 (T 2A ± ∆T2 A ) = (1,2421 ± 0,0005).10 2 T2 B = ∑T 2B = 911,492 = 303,83 n 3 n∑T2 B − ( ∑T2 B ) 2 2 1 ∆T2 B = n n −1 1 3 x 276939,243 − ( 830817,058) ∆T2 B = = 0,193 3 3 −1 (T2B ± ∆T2 B ) = ( 3,0383 ± 0,0019 ).10 2 T2 A − T1 A 124,214 − 65,244 αA = = = 29,485 2 2 2 2 dα A 2 dα A 2 ∆α A = 2 ∆T2 A + ∆T1 A dT2 A dT1 A 2 2 1 2 1 2 ∆α A = 2 0,048 + − 0,756 2 2 ∆α A = 0,379 2 (α A ± ∆α A ) = ( 2,949 ± 0,038).101
  • 9. T2 B − T1B 303,831 − 245,064 αB = = = 29,383 2 2 2 2 dα B 2 dα B 2 ∆αB 2 = ∆T2 B + ∆T1B dT2 B dT1B 2 2 1 2 1 2 ∆αB = 2 0,193 + − 0,192 2 2 ∆αB = 0,136 2 (α B ± ∆α B ) = ( 2,938 ± 0,013).101 α A + αB 29,485 + 29,383 α= = = 29,434 2 2 2 2 dα 2 dα 2 ∆α 2 = ∆α A + ∆αB dα A dα B 2 2 1 2 1 2 ∆α = 2 0,379 + 0,136 2 2 ∆α = 0,201 (α ± ∆α ) = ( 2,943 ± 0,020).101 • Puncak B T1 A = ∑T1 A = 189,358 = 63,119 n 3 n∑T1 A − ( ∑T1 A ) 2 2 1 ∆T1 A = n n −1 1 3x11952,508 − ( 35856,578) ∆T1 A = = 0,229 3 3 −1 (T1A ± ∆T1 A ) = ( 6,312 ± 0,023).101 T1B = ∑T 1B = 727,100 = 242,367 n 3 n ∑T1B − ( ∑T1B ) 2 2 1 ∆T1B = n n −1 1 3 x176226,858 − ( 528674,410 ) ∆T1B = = 0,585 3 3 −1 (T1B ± ∆T1B ) = ( 2,424 ± 0,006 ).10 2
  • 10. T2 A = ∑T 2A = 372,817 = 124,272 n 3 n∑T2 A − ( ∑T2 A ) 2 2 1 ∆T2 A = n n −1 1 3 x 46332,456 − (138992,267 ) ∆T2 A = = 0,532 3 3 −1 (T 2A ± ∆T2 A ) = (1,243 ± 0,005).10 2 T2 B = ∑T 2B = 912,158 = 304,053 n 3 n∑T2 B − ( ∑T2 B ) 2 2 1 ∆T2 B = n n −1 1 3x 277344,953 − ( 832032,825) ∆T2 B = = 0,336 3 3 −1 (T2B ± ∆T2 B ) = ( 3,0405 ± 0,0034).10 2 T2 A − T1 A 124,272 − 63,119 αA = = = 30,576 2 2 2 2 dα A 2 dα A 2 ∆α A 2 = ∆T2 A + ∆T1 A dT2 A dT1 A 2 2 1 2 1 2 ∆α A = 2 0,532 + − 0,229 2 2 ∆α A = 0,290 2 (α A ± ∆α A ) = ( 3,058 ± 0,029).101 T2 B − T1B 304,053 − 242,367 αB = = = 30,843 2 2 2 2 dα B 2 dα B 2 ∆α B 2 = ∆T2 B + ∆T1B dT2 B dT1B 2 2 1 2 1 2 ∆α B 2 = 0,336 + − 0,585 2 2 ∆α B = 0,337 2 (α B ± ∆α B ) = ( 3,084 ± 0,034 ).101
  • 11. α A + αB 30,576 + 30,843 α= = = 30,710 2 2 2 2 dα 2 dα 2 ∆α = 2 ∆α A + ∆αB dα A dα B 2 2 1 2 1 2 ∆α 2 = 0,290 + 0,337 2 2 ∆α = 0,222 (α ± ∆α ) = ( 3,071 ± 0,022).101 • Puncak C T1 A = ∑T1 A = 207,225 = 69,075 n 3 n∑T1 A − ( ∑T1 A ) 2 2 1 ∆T1 A = n n −1 1 3x14314,352 − ( 42942,201) ∆T1 A = = 0,218 3 3 −1 (T1A ± ∆T1 A ) = ( 6,908 ± 0,022 ).101 T1B = ∑T 1B = 744,375 = 248,125 n 3 n∑T1B − ( ∑T1B ) 2 2 1 ∆T1B = n n −1 1 3 x184698,065 − ( 554094,141) ∆T1B = = 0,055 3 3 −1 (T1B ± ∆T1B ) = ( 2,4813 ± 0,0006 ).10 2 T2 A = ∑T 2A = 387,542 = 129,181 n 3 n∑T2 A − ( ∑T2 A ) 2 2 1 ∆T2 A = n n −1 1 3 x50062,868 − (150188,543) ∆T2 A = = 0,058 3 3 −1 (T2A ± ∆T2 A ) = (1,2918 ± 0,0006 ).10 2
  • 12. T2 B = ∑T 2B = 926,908 = 308,969 n 3 n∑T2 B − ( ∑T2 B ) 2 2 1 ∆T2 B = n n −1 1 3 x 286386,370 − ( 859159,058) ∆T2 B = = 0,053 3 3 −1 (T2B ± ∆T2 B ) = ( 3,0897 ± 0,0005).10 2 T2 A − T1 A 129,181 − 69,075 αA = = = 30,053 2 2 2 2 dα A 2 dα A 2 ∆α A 2 = ∆T2 A + ∆T1 A dT2 A dT1 A 2 2 1 12 2 ∆α A 2 = 0,058 + − 0,218 2 2 ∆α A = 0,113 2 (α A ± ∆α A ) = ( 3,005 ± 0,011).101 T2 B − T1B 308,969 − 248,125 αB = = = 30,422 2 2 2 2 dα B 2 dαB 2 ∆αB = 2 ∆T2 B + ∆T1B dT2 B dT1B 2 2 1 2 1 2 ∆αB = 2 0,053 + − 0,055 2 2 ∆αB = 0,038 2 (α B ± ∆α B ) = ( 3,0422 ± 0,0038).101 α A + αB 30,053 + 30,422 α= = = 30,238 2 2 2 2 dα 2 dα 2 ∆α 2 = ∆α A + ∆αB dα A dα B 2 2 1 2 1 2 ∆α 2 = 0,113 + 0,038 2 2 ∆α = 0,059 (α ± ∆α ) = ( 3,024 ± 0,006).101
  • 13. Menentukan Sudut Deviasi Minimum • Merah T2 A − T1 A 145,508 − 48,875 DA = = = 48,317 2 2 dD A dD A ∆D A = ∆T2 A + ∆T1 A dT2 A dT1 A 1 1 1 1 ∆D A = +− 2 120 2 120 ∆D A = 0,008 ( D A ± ∆D A ) = ( 4,8317 ± 0,0008).101 1 ∆T1 = ∆T2 = 120 T2 B − T1B 326,333 − 227,725 DB = = = 49,304 2 2 dD B dD B ∆DB = ∆T2 B + ∆T1B dT2 B dT1B 1 1 1 1 ∆DB = +− 2 120 2 120 ∆DB = 0,008 ( DB ± ∆DB ) = ( 4,9304 ± 0,0008).101 D A + DB 48,317 + 49,304 D= = = 48,810 2 2 dD dD ∆D = ∆D A + ∆D B dD A dD B 1 1 ∆D = 0,008 + 0,008 2 2 ∆D = 0,008 ( D ± ∆D ) = ( 4,8810 ± 0,0008).101
  • 14. Kuning T2 A − T1 A 146,133 − 48,250 DA = = = 48,942 2 2 dD A dD A ∆D A = ∆T2 A + ∆T1 A dT2 A dT1 A 1 1 1 1 ∆D A = +− 2 120 2 120 ∆D A = 0,008 ( D A ± ∆D A ) = ( 4,8942 ± 0,0008).101 1 ∆T1 = ∆T2 = 120 T2 B − T1B 325,567 − 227,183 DB = = = 49,192 2 2 dD B dD B ∆D B = ∆T2 B + ∆T1B dT2 B dT1B 1 1 1 1 ∆D B = +− 2 120 2 120 ∆D B = 0,008 ( DB ± ∆D B ) = ( 4,9192 ± 0,0008).101 D A + DB 48,942 + 49,192 D= = = 49,067 2 2 dD dD ∆D = ∆D A + ∆D B dD A dD B 1 1 ∆D = 0,008 + 0,008 2 2 ∆D = 0,008 ( D ± ∆D ) = ( 4,9067 ± 0,0008).101
  • 15. Biru T2 A − T1 A 146,500 − 47,550 DA = = = 49,475 2 2 dD A dD A ∆D A = ∆T2 A + ∆T1 A dT2 A dT1 A 1 1 1 1 ∆D A = +− 2 120 2 120 ∆D A = 0,008 ( D A ± ∆D A ) = ( 4,9475 ± 0,0008).101 1 ∆T1 = ∆T2 = 120 T2 B − T1B 325,417 − 227,025 DB = = = 49,196 2 2 dD B dD B ∆D B = ∆T2 B + ∆T1B dT2 B dT1B 1 1 1 1 ∆D B = +− 2 120 2 120 ∆D B = 0,008 ( DB ± ∆D B ) = ( 4,9196 ± 0,0008).101 D A + DB 49,475 + 49,196 D= = = 49,335 2 2 dD dD ∆D = ∆D A + ∆DB dD A dDB 1 1 ∆D = 0,008 + 0,008 2 2 ∆D = 0,008 ( D ± ∆D ) = ( 4,9335 ± 0,0008).101 Menentukan Indeks Bias Prisma • Merah Puncak A 1 sin (α + D ) sin 1 ( 29,434 + 48,810) n= 2 = 2 = 2,484 1 1 sin α sin ( 29,434 ) 2 2
  • 16. 2 2 dn 2 dn 2 ∆n 2 = ∆α + ∆D dα dD 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 cos (α + D ). sin α − cos α. sin (α + D ) cos (α + D ). sin α ∆n 2 = 2 2 2 2 2 2 + 2 2 2 2 2 ∆α ∆D  1  2  1  sin α  sin α   2   2  ∆n 2 = 0,414 ∆n = 0,643 ( n ± ∆n ) = ( 2,5 ± 0,6).10 0 Puncak B 1 sin (α + D ) sin 1 ( 30,710 + 48,810) n= 2 = 2 = 2,415 1 1 sin α sin ( 30,710 ) 2 2 ∆ = ... n ( n ± ∆n ) = ... Puncak C 1 sin (α + D ) sin 1 ( 30,238 + 48,810) n= 2 = 2 = 2,440 1 1 sin α sin ( 30,238) 2 2 ∆ = ... n ( n ± ∆n ) = ... • Kuning Puncak A 1 sin (α + D ) sin 1 ( 29,434 + 49,067 ) n= 2 = 2 = 2,491 1 1 sin α sin ( 29,434) 2 2 ∆ = ... n ( n ± ∆n ) = ... Puncak B
  • 17. 1 sin (α + D ) sin 1 ( 30,710 + 49,067 ) n= 2 = 2 = 2,422 1 1 sin α sin ( 30,710 ) 2 2 ∆ = ... n ( n ± ∆n ) = ... Puncak C 1 sin (α + D ) sin 1 ( 30,238 + 49,067 ) n= 2 = 2 = 2,447 1 1 sin α sin ( 30,238) 2 2 ∆ = ... n ( n ± ∆n ) = ... • Biru Puncak A 1 sin (α + D ) sin 1 ( 29,434 + 49,335) n= 2 = 2 = 2,498 1 1 sin α sin ( 29,434 ) 2 2 ∆ = ... n ( n ± ∆n ) = ... Puncak B 1 sin (α + D ) sin 1 ( 30,710 + 49,335) n= 2 = 2 = 2,429 1 1 sin α sin ( 30,710 ) 2 2 ∆ = ... n ( n ± ∆n ) = ... Puncak C
  • 18. 1 sin (α + D ) sin 1 ( 30,238 + 49,335) n= 2 = 2 = 2,453 1 1 sin α sin ( 30,238) 2 2 ∆ = ... n ( n ± ∆n ) = ... VII. TUGAS AKHIR DAN PERTANYAAN 1. Tentukan dari hasil pengamatan besarnya sudut puncak prisma beserta kesalahannnya! Jawab: Puncak A : (α ± ∆α ) = ( 2,943 ± 0,020).101 Puncak B : (α ± ∆α ) = ( 3,071 ± 0,022).101 Puncak C : (α ± ∆α ) = ( 3,024 ± 0,006 ).101 2. Tentukan dari hasil pengamatan besarnya sudut deviasi minimum (D) untuk beberapa warna beserta kesalahannya! Jawab: Merah : ( D ± ∆D ) = ( 4,8810 ± 0,0008).101 Kuning : ( D ± ∆D ) = ( 4,9067 ± 0,0008).101 Biru : ( D ± ∆D ) = ( 4,9335 ± 0,0008).101 3. Tentukan dari hasil VII.1 dan VII.2, indeks bias prisma untuk beberapa warna beserta kesalahannya (lampu Hg). Buat grafik n terhadap λ ! Jawab: Merah Puncak A : n = 2,484 Puncak B : n = 2,415 Puncak C : n = 2,440 Kuning Puncak A : n = 2,491 Puncak B : n = 2,422 Puncak C : n = 2,447
  • 19. Biru Puncak A : n = 2,498 Puncak B : n = 2,429 Puncak C : n = 2,453 4. Bandingkan hasil VII.3 dengan literatur. Berilah pembahasan! Jawab: VIII. ANALISA 1. Kemungkinan terdapat kesalahan hasil perhitungan yang disebabkan oleh kekurangtelitian dalam pembacaan skala. 2. Perubahan posisi pada saat pembacaan skala yang disebabkan oleh pergeseran meja teropong. IX. KESIMPULAN 1. Sudut datang yaitu sudut yang dibentuk antara sinar datang terhadap garis normal. Sudut pantul yaitu sudut yang dibentuk antara sinar pantul terhadap garis normal. Sudut puncak yaitu sudut yang dibentuk oleh dua permukaan prisma yang memantulkan sinar datang. Sudut deviasi minimum yaitu sudut yang dibentuk oleh perpanjangan sinar datang dengan sinar bias. 2. Hukum Snellius menyatakan bahwa sinar datang, sinar bias dan garis normal terletak pada satu bidang datar. X. DAFTAR PUSTAKA 1. Tyler, “ A Laboratory Manual of Physics’, Edward Arnold, 1967. 2. Sears-Zemansky, “Collage Physics”. Add. Wesley, 1960. 3. P.D>K> Energi, Gelombang dan Medan II, 1975.