2
Most read
16
Most read
20
Most read
MAKALAH 
STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM 
TENTANG 
SEJARAH PERADABAN ISLAM PERIODE NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM 
DISUSUN OLEH: 
PAUSIL : 088142085 
DOSEN PEMBIMBING: 
Dr. AHMAD TAUFIK HIDAYAT, M.Ag 
PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB 
PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI 
IAIN IMAM BONJOL PADANG 
2014/2015
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebudayaan Islam periode Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam terbagi menjadi dua periode, yakni periode Mekkah dan periode Madinah. Periode Mekkah dimulai dengan diangkatnya beliau menjadi Nabi dan Rasul. Sedangkan periode Madinah dimulai sejak Hijrahnya Rasulullah dan kaum muslimin ke Madinah setelah lebih kurang 13 tahun berdakwah di Mekkah. Periode Mekkah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berdakwah menegakkan tauhid dan dasar-dasar Islam. Karena kentalnya masyarakat Mekkah dengan agama nenek moyang mereka dan keengganan mereka meninggalkan sesembahan mereka. Sehingga Nabi shallallahu alaihi wa sallam banyak mendapatkan kecaman dan siksaan selama berdakwah di Mekkah. Setelah perjuangan panjang lebih kurang 13 tahun, kemudian beliau memutuskan untuk hijrah ke Madinah. Pada periode Madinah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berhasil membangun dan membina masyarakat Islam yang kuat. Hal ini disebabkan karena antusiasnya masyarakat Madinah dalam memahami Islam yang diajarkan oleh Rasulullah dan para sahabat yang telah lebih dahulu masuk Islam. Penulis dalam hal ini, Insya Allah akan membahas secara ringkas dan terbatas mengenai Sejarah Kebudayaan Islam periode Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. B. RUMUSAN DAN BATASAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan merumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini, yakni: 1. Arab Pra-Islam 2. Periode Mekkah 3. Periode Madinah
1 
BAB II PEMBAHASAN SEJARAH PERADABAN ISLAM PERIODE NABI MUHAMMAD SAW. A. ARAB PRA-ISLAM 1. Asal Usul Bangsa Arab Para sejarawan membagi kaum-kaum Arab berdasarkan garis keturunan asal mereka menjadi tiga bagian, yaitu: a. Arab Ba’idah, yaitu kaum-kaum Arab kuno yang sudah punah dan tidak mungkin melacak rincian yang cukup tentang sejarah mereka, seperti ‘Ad, Tsamud, Thasm, Judais, Imlaq (bangsa Raksasa) dan lain- lainnya. b. Arab Aribah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari garis keturunan Ya’rib bin Yasyjub bin Qahthan, atau disebut pula Arab Qahthaniyah. c. Arab Musta’rabah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari garis keturunan Ismail, yang disebut pula Arab Adnaniyah.1 2. Politik dan Pemerintahan Bangsa Arab sebelum Islam tidak pernah dijajah oleh bangsa asing, bahkan tidak pernah tercipta kesatuan politik di seluruh Jazirah Arab. Kerajaan-kerajaan kecil yang terdapat di Jazirah Arab bagian selatan umumnya berdaulat atas wilayah mereka yang sempit dan sebatas masyarakatnya. Mereka lebih suka hidup berkabilah-kabilah dan setiap kabilah atau suku diperintah oleh seorang syaikh, yaitu seorang yang dianggap tertua dan berani di antara anggota kabilah tersebut. Oleh karena itu, tidak ada rasa solidaritas sosial yang menyeluruh bagi semua suku Arab, bahkan hubungan kerjasama antar suku hanya didasari atas kepentingan bersama.2 1 Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad saw. dari Kelahiran Hingga Detik-Detik Terakhir, (Terjemahan dari judul asli: ar-Rahiq al-Makhtum), (Jakarta: Darul Haq, 2012), Cet. XIV hal. 2-3 2 Ali Hasan al-Karbuthli (Maidir Harun dan Firdaus, Sejarah Peradaban Islam, (Padang: IAIN-IB Press, 2001), hal 17)
2 
Para penguasa di jazirah Arab bisa dibagi menjadi dua kelompok: 
a. Raja-raja bermahkota, tetapi pada hakikatnya mereka tidak memiliki 
independensi. 
b. Para pemimpin dan pemuka kabilah atau suku, yang memiliki 
kekuasaan dan hak-hak istimewa sama seperti kekuasaan para raja, 
mayoritas mereka memiliki independensi penuh. Namun boleh jadi 
sebagian mereka bersubordinasi dengan raja bermahkota.3 
3. Sosial Kemasyarakatan 
Masyarakat, baik nomadik maupun yang menetap, hidup dalam 
budaya kesukuan Badui. Organisasi dan identitas social berakar pada 
keanggotaan dalam suatu rentang komunitas yang luas. Kelompok 
beberapa keluarga membentuk kabilah (clan). Beberapa kelompok kabilah 
membentuk suku (tribe) dan dipimpin oleh seorang syaikh. Mereka sangat 
menekankan hubungan kesukuan, sehingga kesetiaan atau solidaritas 
kelompok menjadi sumber kekuatan bagi suatu kabilah atau suku. Mereka 
suka berperang. Karena itu, peperangan antarsuku sering sekali terjadi. 
Sikap ini tampaknya telah menjadi tabiat yang mendarah daging dalam diri 
orang Arab. Dalam masyarakat yang suka berperang tersebut, nilai wanita 
menjadi sangat rendah.4 Bahkan apabila mereka melahirkan anak 
perempuan, mereka merasa sangat malu dan hina atau mereka kubur 
hidup-hidup. Sebagaimana yang terdapat dalam Firman Allah swt.: 
        
        
     
Artinya: Padahal apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan 
(kelahiran) anak perempuan, wajahnya menjadi hitam (merah 
padam), dan dia sangat marah. Dia bersembunyi dari orang 
3 Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, Op. Cit. hal. 12 
4 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II), (Jakarta: PT 
RajaGrafindo Persada, 2006) hal. 11
3 
banyak, disebabkan kabar buruk yang disampaikan kepadanya. 
Apakah dia akan memeliharanya dengan (menanggung) kehinaan 
atau akan membenamkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? 
Ingatlah alangkah buruknya (putusan) yang mereka tetapkan itu. 
Kalaupun anak perempuan itu dibiarkan hidup, maka akan 
dibiarkan dalam keadaan hina, tidak diberi warisan juga tidak 
diperhatikan, dan lebih cenderung mengutamakan anak laki-laki daripada 
anak perempuan.5 
4. Ekonomi dan perdagangan 
Terikat oleh keadaan geografis alam yang tandus, kering, dan 
gersang, maka pada umumnya kehidupan orang Arab sebelum Islam 
bersumber dari kegiatan perdagangan dan peternakan. Maka terkenallah 
beberapa kota di Hijaz sebagai pusat perdagangan, seperti Makkah, 
Madinah, Yaman, dan lain-lain.6 
5. Moral dan agama 
Kondisi akhlak dan moral masyarakat saat itu sangat merosot dan 
jauh dari norma-norma. Seringnya terjadi penindasan dan kekerasan, yang 
kuat menindas yang lemah, yang kaya menghisap yang miskin, yang 
pandai memeras yang bodoh, dan berkembangnya perbudakan. 
Penduduk Arab menganut agama yang bermacam-macam, antara 
lain yang terkenal adalah penyembahan terhadap berhala atau paganisme. 
Menurut Syalabi penyembahan berhala itu pada mulanya ialah ketika 
orang-orang Arab itu pergi keluar kota Makkah, mereka selalu membawa 
batu yang diambil dari sekitar Ka’bah. Mereka mensucikan batu dan 
menyembahnya di mana mereka berada. Lama-lama dibuatlah patung yang 
disembah dan mereka berkeliling mengitarinya (tawaf), dan di saat-saat 
tertentu mereka masih mengunjungi Ka’bah. Kemudian mereka 
memindahkan patung-patung mereka di sekitar Ka’bah yang jumlahnya 
mencapai 360 buah. Di samping itu ada patung-patung besar yang ada di 
5 Tafsir Ibnu Katsir (Terjemahan: M. Abdul Ghaffar dan Abdurrahim Mu’thi, Tafsir Ibnu 
Katsir Jilid 5, (Bogor: Pustaka Imam Syafi’I, 2003) Cet. I, hal. 73) 
6 Maidir Harun dan Firdaus, Sejarah Peradaban Islam, (Padang: IAIN-IB Press, 2001), 
hal 20
4 
luar Makkah, yang terkenal ialah Manah/Manata di dekat Yasrib atau 
Madinah, al-Latta di Thaif, dan al-Uzza di Hijaz. Hubal ialah patung yang 
terbesar yang terbuat dari batu akik yang berbentuk manusia yang 
diletakkan dalam Ka’bah. Mereka percaya bahwa menyembah berhala-berhala 
itu bukan menyembah kepada wujud berhala itu tetapi hal tersebut 
dimaksudkan sebagai perantara untuk menyembah Tuhan.7 Sebagaimana 
diterangkan di dalam al-Qur’an: 
…  … 
Artinya: “…Kami tidak menyembah mereka melainkan (berharap) agar 
mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya…” 
Qatadah, as-Suddi, Malik Dari Zaid bin Aslam dan Ibnu Zaid 
berkata: “Melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah 
dengan sedekat-dekatnya’, yaitu agar mereka memberikan syafa’at kepada 
kami dan mendekatkan kedudukan kami kepada-Nya.” Untuk itu dulu 
pada masa jahiliyah mereka mengucapkan talbiyah mereka di waktu haji: 
“Aku penuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu kecuali sekutu yang 
Engkau miliki, Engkau memilikinya sedang ia tidak memiliki. Syubhat 
inilah yang dipegang teguh oleh kaum musyrikin sejak masa lalu dan masa 
berikutnya.8 
6. Kesenian 
Sekitar kota Mekkah banyak terdapat pasar-pasar kesenian. Pasar-pasar 
tersebut dijadikan pusat keramaian bagi penyair-penyair Arab. Di 
antaranya yang terkenal yaitu ‘Ukaz dan Zul Majaz. Di sini penyair-penyair 
membacakan syair-syairnya dan biasanya dipertandingkan di 
antara mereka. Bagi yang terbaik mendapat mu’alaqat sebagai tanda 
7 Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta: Logos, 1997) Cet. I, hal. 8- 
9 
8 Tafsir Ibnu Katsir (Terjemahan: M. Abdul Ghaffar dan Abdurrahim Mu’thi, Tafsir Ibnu 
Katsir Jilid 7, (Bogor: Pustaka Imam Syafi’i, 2003) Cet. I, hal. 87)
5 
penghargaan. Mu’alaqat semacam piagam berisikan syair sang juara yang 
ditulis dengan tinta emas dan digantungkan di dinding Ka’bah.9 
7. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 
Di kalangan bangsa Arab sebelum Islam berkembang ilmu nujum, 
ilmu falaq dan sebagainya. Ilmu falaq amat berguna bagi mereka untuk 
menentukan cuaca. Ilmu arsitek/bangunan hanya berguna/berkembang 
pada umumnya di Yaman.10 
B. PERIODE MEKKAH 
1. Masa kelahiran Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam 
Sayyidul Mursalin dilahirkan di tengah kabilah bani Hasyim di 
Mekkah pada hari Senin 9 Rabi’ul Awal saat tragedi pasukan bergajah, 
bertepatan pada tanggal 20 atau 22 April 571 M.11 Menurut Caussin De 
Parceval dalam essai sur l’ Histoire des Arabes menyatakan bahwa 
Muhammad dilahirkan pada bulan Agustus 570 M. Tetapi pada umumnya 
mengatakan bahwa dia dilahirkan pada tanggal 12 Rabi’ul Awal.12 
Abdul Muthallib, kakek Nabi Muhammad ketika mendengar kabar 
kelahiran cucunya, beliau langsung mendatanginya dan menggendongnya 
mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali, dan ia berkata: “Wahai cucuku 
yang diberkati Allah, aku akan menamaimu Muhammad. Kelahiran ini 
diiringi dengan kesucian dan kemenangan bagi Rumah Suci, semoga 
berkah selalu baginya!”13 
Beliau lahir dalam keadaan yatim, karena ayahnya Abdullah 
meninggal dunia ketika Muhammad masih dalam kandungan ibunya 
Aminah. Muhammad kemudian diserahkan kepada ibu pengasuh Halimah 
9 Maidir Harun dan Firdaus, Op. Cit. hal 22 
10 Maidir Harun dan Firdaus, ibid 
11 Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, ar-Rahiq al-Makhtum, Bahtsun fi as-Sirah an- 
Nabawiyah ‘ala Shohibiha Afdhalu ash-Sholatu wa as-Salam, (Beirut: Dar al-Fikr, 2008) Cet. I, 
hal 36 
12 Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, (Jakarta: Litera AntarNusa, 
1993) Cet. XVI, hal. 49 
13 Tahia al-Ismail, Tarikh Muhammad saw. Teladan Perilaku Ummat, (Jakarta: PT 
RajaGrafindo Persada, 1996) Cet. I, hal 12
6 
Sa’diyah, yang sebelumnya disusui oleh budak perempuan Abu Jahal yaitu 
Tsuwaibah.14 Selama itu beliau saw. banyak membawa keberkahan 
terhadap keluarga Halimah as-Sa’diyah. Lebih kurang empat sampai lima 
tahun beliau tinggal di perkampungan kabilah Bani Sa’ad, hingga 
terjadinya peristiwa dibelahnya dada beliau. Dalam peristiwa tersebut 
Jibril membelah jantungnya dan mengeluarkan segumpal darah yang 
merupakan bagian setan, sehingga bila tetap ada niscaya ia dapat 
memperdayai Muhammad. Kemudian jantubg tersebut dicuci denga air 
zamzam dan dikembalikan ke tempatnya semula. Setelah itu, kurang lebih 
dua tahun dia berada dalam asuhan ibu kandungnya. Ketika berusia enam 
tahun, dia menjadi yatim piatu. 
Setelah Aminah meninggal, Abdul Muthalib megambil alih 
tanggung jawab merawat Muhammad. Namun, dua tahun kemudian Abdul 
Muthalib meninggal dunia karena renta. Tanggung jawab selanjutnya 
beralih kepada pamannya, Abu Thalib. 
Dalam usia muda, Muhammad hidup sebagai pengembala kambing 
keluarganya dan keluarga penduduk Mekkah. Melalui kegiatan 
pengembalaan ini dia menemukan tempat untuk berpikir dan merenung. 
Nabi Muhammad ikut untuk pertama kali dalam kafilah dagang ke 
Syria (Syam) dalam usia baru 12 tahun. Kafilah itu dipimpin oleh Abu 
Thalib. Dalam perjalanan ini, di Bushra, sebelah selatan Syria, ia bertemu 
dengan seorang pendeta Kristen bernama Buhairah. Pendeta ini melihat 
tanda-tanda kenabian pada Muhammad sesuai dengan petunjuk cerita-cerita 
Kristen. Sebagian sumber menceritakan bahwa pendeta itu 
menasehati Abu Thalib agar jangan terlalu jauh memasuki daerah Syria, 
sebab dikhawatirkan orang-orang Yahudi mengetahui tanda-tanda itu akan 
berbuat jahat terhadapnya. 
Pada usia yang kedua puluh lima, Muhammad berangkat ke Syria 
membawa barang dagangan saudagar wanita kaya raya yang telah lama 
14 Tahia al-Ismail, Op. Cit. hal. 13
7 
menjanda, Khadijah yang kemudian menjadi istrinya. Ketika itu 
Muhammad berusia 25 tahun dan Khadijah 40 tahun. 
Peristiwa penting yang memperlihatkan kebijaksanaan Muhammad 
terjadi pada saat usianya 35 tahun. Waktu itu bangunan Ka’bah rusak 
berat. Ketika terjadi perselisihan mengangkat dan meletakkan hajar aswad 
di tempatnya semula, karena setiap suku merasa berhak malakukannya. 
Kemudian para pemimpin Qurays sepakat bahwa orang yang pertama 
masuk ke Ka’bah melalui pintu Shafa, akan dijadikan hakim untuk 
memutuskan perkara ini. Ternyata Muhammad yang pertama kali masuk 
dan yang dipercaya menjadi hakim. Ia membentangkan kain dan 
meletakkan hajar aswad di tengah-tengah, lalu meminta seluruh kepala 
suku memegang tepi kain itu dan mengangkatnya bersama-sama. Setelah 
sampai pada ketinggian tertentu Muhammad meletakkan batu itu pada 
tempatnya semula. 
2. Masa Kenabian dan Kerasulan Muhammad shallallahu alaihi wa sallam 
Tatkala usia beliau mendekati 40 tahun, beliau mulai suka 
mengasingkan diri. Ketika pengasingan diri (uzlah) di gua Hira’ memasuki 
tahun ketiga tepatnya di bulan Ramadhan Allah mengangkatnya sebagai 
nabi dengan mengutus Jibril kepadanya yang membawa beberapa ayat al- 
Qur’an, yaitu surat al-‘Alaq ayat 1-5. Itulah wahyu pertama. Malam 
terjadinya peristiwa itu kemudian dikenal sebagai “Malam penuh 
keagungan” (Lailah al-Qadr), dan menurut riwayat terjadi menjelang akhir 
bulan Ramadhan (610).15 Kemudian, Allah memuliakan beliau dengan 
mengangkat menjadi rasul dengan diturunkannya al-Qur’an surat al- 
Mudatsir ayat 1-5, sebelumnya wahyu tidak diturunkan (vakum) beberapa 
hari setelah wahyu pertama. 
a. Perjuangan Dakwah 
Secara umum, pada periode Mekkah, kebijakan dakwah yang 
dilakukan Nabi Muhammad adalah dengan menonjolkan 
15 Philip K. Hitti, History of The Arabs; From the Earliest Times to the Present, (Jakarta: 
PT Serambi Ilmu Semesta, 2010), Cet. II, hal. 141
8 
kepemimpinannya, bukan kenabiannya. Implikasinya, dakwah dengan 
strategi politik yang memunculkan aspek-aspek keteladanannya dalam 
menyelesaikan berbagai persoalan sosial (egalitarisme) lebih tepat 
dibandingkan dengan aspek kenabiannya dengan melaksanakan 
tabligh.16 
Permulaan dakwah Rasulullah disampaikan kepada kerabat 
dekat dan para tokoh masyarakat Quraisy seperti Abu Bakar as-Siddiq 
sebagai sahabat beliau yang paling tulus. Orang yang pertama kali 
masuk Islam adalah Khadijah, Zaid bin Haritsah, Ali bin Abi Thalib, 
Abu Bakar as-Siddiq, Utsman bin ‘Affan, az-Zubair bin al-‘Awwam, 
Sa’ad bin Abi Waqqas, Abdurrahman bin Auf, dan Thalhah bin 
‘Ubaidillah. Kemudian diikuti oleh para tokoh Quraisy seperti 
‘Ubaidah bin al-Jarrah, al-Arqam bin Abu al-Arqam,17 dan lain-lain. 
Perjuangan dakwah ini dilakukan secara rahasia yang berpusat di 
rumah al-Arqam bin Abu al-Arqam. Dakwah yang bersifat individu ini 
berjalan selama lebih kurang tiga tahun, kemudian turunlah perintah 
kepada Nabi saw., untuk menyampaikan dakwah kepada kaumnya 
secara terang-terangan, dan menentang kebatilan mereka serta 
menyerang berhala-berhala mereka. 
Tatkala turun perintah dakwah dari Allah subhanahu wa ta’ala 
secara terang-terangan dan melawan kemusyrikan, sebagaimana yang 
terdapat dalam al-Qur’an surat al-Hijr ayat 94-95: 
49 49 
Artinya: Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala 
apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari 
orang-orang musyrik. Sesungguhnya Kami memelihara kamu 
daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olok 
(kamu). (Q.S. al-Hijr: 94-95) 
16 Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Melacak Akar-akar 
Sejarah, Sosial, Politik dan Budaya Ummat Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), hal. 
13 
17 Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, Op. Cit., hal 93
9 
dan tatkala turun ayat: 
419 
Artinya: Dan berilah peringatan kepada keluargamu yang terdekat. 
(Q.S. asy-Syu’ara’: 214) 
Rasulullah naik ke atas bukit Shafa, lalu menyeru kepada 
kabilah-kabilah Quraisy. Kemudian tak berapa lama mereka pun 
berkumpul. Lalu Beliau berkata, “Bagaimana menurut pendapat kalian 
kalau aku beritahukan bahwa ada segerombolan pasukan kuda di 
lembah sana yang ingin menyerang kalian, apakah kalian akan 
mempercayaiku?” Mereka menjawab, “Ya, kamu tidak pernah tahu 
dari dirimu selain kejujuran.” Beliau berkata, “Sesungguhnya aku 
adalah pemberi peringatan kepada kalian akan azab yang amat pedih.” 
Abu Lahab menanggapi, “Celakalah engkau sepanjang hari! Apakah 
hanya untuk ini engkau kumpulkan kami?” 
Maka ketika itu turun ayat: “Celakalah 
kedua tangan Abu Lahab” (Q.S. Al-Lahab: 1). Yakni benar-benar 
merugi lagi gagal, amal perbuatan dan usahanya pun tersesat.18 
Rasulullah melakukan dakwah Islam secara terang-terangan di 
tempat-tempat berkumpul dan bertemunya kaum musyrikin. Beliau 
membacakan Kitabullah dan menyampaikan ajakan yang selalu 
disampaikan oleh para rasul terdahulu kepada kaum mereka, “Wahai 
kaumku! Sembalah Allah. Kalian tidak memiliki Tuhan selainNya”. 
Dan beliau juga memamerkan praktik ibadahnya kepada Allah, 
melakukannya di halaman Ka’bah pada siang hari dan disaksikan oleh 
khalayak ramai. Dakwah yang beliau lakukan tersebut mendapat 
sambutan baik dari mereka sehingga banyak di antara mereka yang 
masuk ke dalam agama Islam. 
Manakala musim haji telah datang yang dilakukan Rasulullah 
adalah membututi jama’ah-jama’ah yang datang hingga sampai ke 
18 Abdullah bin Muhammad al-Sheikh, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 8, (Bogor: 
Pustaka Imam Syafi’I, 2003), hal. 568
10 
tempat-tempat mereka, di pasar ‘Ukazh, Majinnah, dan Dzul Majaz. 
Beliau mengajak mereka untuk menyembah Allah, sedangkan Abu 
Lahab selalu membututi dan memotong setiap ajakan beliau dengan 
berbalik mengatakan kepada mereka “Jangan kalian patuhi dia karena 
dia adalah seorang pembawa agama baru lagi pendusta”. Dan 
kenyataannya, justru dari musim itulah perihal Rasulullah menjadi 
pusat perhatian delegasi Arab dan namanya menjadi buah bibir orang 
di seantero negeri Arab. 
Seiring banyaknya orang yang membenarkan ajakan Beliau, 
seiring dengan itu kebencian para pembesar Quraisy yang enggan 
menerima dakwah Rasul juga semakin membara. Sehingga begitu 
banyak celaan, cobaan, dan siksaan yang diterima oleh Nabi dan orang 
Islam saat itu. Di antaranya Ammar bin Yasir dan kedua orang tuanya 
pernah diseret oleh orang-orang Quraisy ke al-Abthah untuk disiksa. 
Bahkan kedua orang tuanya ditikam oleh Abu Jahal dengan lembih 
hingga menjadi syahid. Di antara kaum muslimin yang sangat berat 
siksaannya adalah Bilal, dia adalah seorang budak Habsyi yang 
digambarkan oleh Rasulullah sebagai buah pertama dari kaum Habsyi. 
Selain itu, yang juga menerima siksaan yang berat ialah Khabbab bin 
al-Arut. Siksa yang menimpa kaum muslimin ketika itu tidak hanya 
dirasakan oleh kaum laki-laki, juga kaum perempuan. Alkisah 
Labinah, seorang budak perempuan kepunyaan Bani Mu’min yaitu 
Hay Bani ‘Addi bin Ka’b) masuk Islam, kemudian Labinah dibeli oleh 
Abu Bakar as-Shiddiq dan memerdekakannya. 19 
b. Dakwah di luar kota Makkah 
1) Kaum muslimin Hijrah ke Habsyi 
Pada awal tahun 615 M20 kaum muslimin hijrah ke Habsyi. 
Penganiayaan dan intimidasi orang-orang Quraisy merupakan ujian 
19 Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009) 
Cet. III, hal. 137 
20 Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, bagian kesatu & dua, (Jakarta: PT 
RajaGrafindo Persada, 1999), hal. 36
11 
yang hebat bagi Nabi Muhammad dan pengikut-pengikutnya. Salah 
satu langkah antisipatif penyelamatan, Nabi Muhammad telah 
memerintahkan untuk berhijrah ke Habasyah21 (Habsyi) yang 
waktu itu dipimpin oleh Najasyi, seorang yang beragama 
Nasrani.22 Rombongan ini terdiri dari 12 orang laki-laki dan empat 
orang wanita, dikepalai oleh Utsman bin Affan.23 
Pada tahun yang sama, tepatnya di bulan Syawwal 
rombongan ini kembali ke Makkah, karena berita dusta tentang 
peristiwa Gharaniq, bahwa orang-orang Quraisy telah masuk 
Islam. Ternyata berita tersebut berbanding terbalik, sehingga 
setelah di Mekkah kaum Quraisy semakin menjadi-jadi melakukan 
penyiksaan terhadap kaum muslimin. Oleh karena itu, Rasulullah 
kembali memerintahkan kaum muslimin untuk kembali ke 
Habasyah (Habsyi). Rombongan yang kedua ini terdiri dari 83 laki-laki 
dan 18 atau 19 perempuan.24 
2) Hijrah ke Tha’if 
Pada bulan Syawwal tahun ke-10 kenabian atau tepatnya 
pada penghujung bulan Mei atau awal Juni tahun 619 M Rasulullah 
pergi menuju kota Thaif yang letaknya sekitar 60 mil dari kota 
Makkah.25 Dengan harapan semoga Allah memberikan petunjuk 
kepada penduduknya untuk memeluk agama Islam. Pada 
kenyataannya penduduk Tha’if justru menolak beliau dengan 
penolakan yang lebih buruk. Mereka menuntut beberapa mukjizat 
tertentu darinya seperti mereka meminta agar beliau dapat 
membelah bulan menjadi dua, lalu beliau memohonkan kepada 
21 Ketika itu Rasulullah menyaksikan para sahabatnya menderita karena siksaan orang-orang 
musyrik Makkah, berkatalah beliau kepada mereka: “Kalian lebih baik hijrah ke tanah 
Habsyi, karena di sana rajanya terkenal adil dan bijaksana, tidak seorang pun ada yang teraniaya. 
Negeri Habsyi adalah negeri yang aman. Berangkatlah ke sana sampai Allah member jalan keluar 
dari penderitaan yang menimpa kalian selama ini. (Hasan Ibrahim Hasan: hal 162) 
22 Ajid Thohir, Op. Cit. hal. 14 
23 Shafiyurrahman, Op. Cit. hal. 122 
24 Op. Cit., hal. 125 
25 Op. Cit., hal. 178
12 
Allah agar memperlihatkan kepada mereka. Namun, mereka tetap 
pada kekafirannya. 
c. Isra’ Mi’raj 
Isra’ yaitu Rasulullah diperjalankan dari Masjidil Haram ke 
Masjidil Aqsho yaitu Baitul Maqdis setelah menyebarkan Islam di 
Mekkah kepada orang-orang Quraisy dan kabilah-kabilahnya.26 Mi’raj 
yaitu perjalanan Rasulullah dari Baitul Maqdis naik ke langit ke 
tujuh.27 
Malam itu Beliau dimi’rajkan dari Baitul Maqdis menuju langit 
dunia. Di sana beliau melihat Adam, bapak manusia. Kemudian beliau 
dimi’rajkan ke langit kedua, di sana beliau melihat Nabi Yahya 
alaihissalam dan Isa alaihissalam. Kemudian beliau dimi’rajkan ke 
langit ketiga, di sana beliau melihat nabi Yusuf alaihissalam. 
Kemudian beliau dimi’rajkan ke langit keempat, di sana beliau melihat 
Nabi Idris alaihissalam. Kemudian beliau dimi’rajkan ke langit 
kelima, di sana beliau melihat Nabi Harun alaihissalam. Kemudian 
beliau dimi’rajkan ke langit keenam, di sana beliau melihat Nabi Musa 
alaihissalam. Kemudian beliau dimi’rajkan ke langit ketujuh, di sana 
beliau bertemu dengan Nabi Ibrahim alaihissalam. Kemudian beliau 
naik ke Sidratul Muntaha, lalu al-Bait al-Ma’mur dinaikkan untuknya. 
Kemudian beliau dimi’rajkan lagi menuju Allah yang Maha Agung 
lagi Mahaperkasa. Kemudian Dia mewahyukan kepada hamba-Nya 
mewajibkan 50 waktu shalat. Kemudian Beliau kembali hingga 
melewati Nabi Musa alaihissalam. Musa lalu bertanya kepada beliau, 
‘Apa yang diperintahkan kepadamu?’ Beliau menjawab, ’50 waktu 
shalat’. Dia berkata, ‘Umatmu pasti tidak sanggup melakukan itu, 
kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan untuk umatmu.’ 
Lalu Jibril membawa beliau kembali naik ke hadapan Allah. Lalu 
Allah menguranginya menjadi 10 waktu shalat. Kemudian ketika 
26 Ibnu Hisyam, as-Sirah an-Nabawiyah, al-Juz’ ats-Tsanyi, (Beirut: Dar al-Kitab al- 
Araby, 1990) Cet. III, hal. 47 
27 Philip K. Hitti, Op. Cit., hal. 143
13 
melewati Nabi Musa, dan beliau memberitahukan hal tersebut 
kepadanya. Dia berkata, ‘Kembalilah lagi kepada Rabbmu dan 
mintalah keringanan!’ Beliau terus mondar-mandir antara Nabi Musa 
dan Allah hingga akhirnya Allah menjadikannya 5 waktu shalat.28 
d. Bai’at al-‘Aqabah 
Pada musim haji sesudah perang Bu’ats, berangkatlah 
serombongan orang-orang Khazraj menuju Makkah untuk berhaji. 
Sesampainya di Makkah mereka ditemui Rasulullah di ‘Aqabah dan 
pada saat itu pula mereka mendengar dakwah beliau lalu 
menerimanya. Ketika tiba musim haji tahun berikutnya, datanglah ke 
Makkah dua belas orang penduduk Yatsrib untuk menemui Rasulullah 
di ‘Aqabah. Kemudian pada malam harinya mereka melakukan bai’at 
tanda setia kepada beliau yang disebut dengan Bai’at an-Nisa’ atau 
Bai’at al-Aqabah al-Ula.29 
Pada tahun 622 M terjadi sumpah setia kedua (Bai’at al- 
‘Aqabah al-Tsaniyah) yang berisikan pernyataan bahwa mereka tidak 
hanya menerima Muhammad sebagai nabi dan menjauhi perbuatan 
dosa, akan tetapi juga sanggup berperang membela Tuhan dan rasul- 
Nya.30 Selain itu, mereka mengharapkan Nabi Muhammad hijrah ke 
Yatsrib, karena mereka sangat membutuhkan seseorang yang akan 
menjadi pemimpin mereka dan menyelesaikan sengketa antara suku 
Aus dan suku Khazraj yang telah terjadi bertahun-tahun. 
C. PERIODE MADINAH 
1. Hijrah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam 
Melihat pesatnya dakwah Islam di Yatsrib dan masuknya suku Aus 
dan Khazraj, maka Nabi saw. memerintahkan umatnya untuk berhijrah ke 
kota itu secara perorangan atau kelompok kecil agar tidak diketahui oleh 
28 Shafiyurrahman, Op. Cit., hal. 197-198 
29 Hasan Ibrahim Hasan, Op. Cit., hal. 175-176 
30 Maidir Harun dan Firdaus, Op. Cit., hal. 28
14 
orang-orang Quraisy.31 Sedangkan Nabi sendiri menyusul dan sampai di 
sana pada 24 September 622,32 yang ditemani oleh Abu Bakar as-Shiddiq. 
2. Membangun masyarakat Islam 
Selama 13 tahun Nabi saw. telah menegakkan tauhid di Mekkah 
dengan penuh tantangan dan siksaan dari kaum kafir Quraisy. Selama itu 
belum terbentuk komunitas Islam karena jumlah yang sedikit dan penuh 
tekanan musuh. Maka ketika Nabi hijrah ke Madinah, barulah terbentuk 
masyarakat Islam. 
Usaha Nabi saw. dalam membangun masyarakat Islam di Madinah 
yaitu: 
a. Membentuk pemerintahan 
Nabi Muhammad saw. di samping sebagai rasul, beliau 
diangkat oleh suku Auz dan Khazraj sebagai pemimpin. Usaha yang 
dilakukan Nabi untuk mengatur umat Islam di Madinah membentuk 
konstitusi yang disebut dengan Piagam Madinah, yang berisi 47 pasal 
diantaranya 5 poin yang terpenting yaitu: 
1) Bahwa komunitas ini mempunyai kepentingan agama dan politik 
2) Kemerdekaan beragama terjamin bagi semua komunitas 
3) Seluruh penduduk Madinah memiliki toleransi moril dan materil 
serta menangkal agresi yang ditujukan kepada Madinah 
4) Rasulullah adalah pemimpin tertinggi penduduk Madinah 
5) Penetapan dasar politik, ekonomi, dan sosial bagi setiap komunitas. 
b. Pembentukan sistem sosial kemasyarakatan 
Rasulullah mempersaudarakan di antara kaum muslimin. 
Mereka kemudian membagikan rumah yang mereka miliki, bahkan 
juga istri-istri dan harta mereka. Rasulullah telah menciptakan sebuah 
kesatuan yang berdasarkan agama sebagai pengganti dari persatuan 
yang berdasarkan kabilah.33 
31 Ali Mufrodi, Op. Cit., hal. 23 
32 Philip K. Hitti, Op. Cit., hal. 145 
33 Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008) hal. 63
15 
c. Dakwah 
Rasulullah mendirikan mesjid sebagai tempat penyelenggaraan 
ibadah dan pendidikan agama, juga menjadi pusat pertemuan umat 
Islam untuk bermusyawarah. 
d. Militer 
Nabi Muhammad saw. membentuk pasukan perang yang terdiri 
dari kaum Muhajirin dan kaum Anshar, karena sering terjadi 
peperangan. 
e. Ekonomi dan Sumber Keuangan Negara 
Rasulullah saw. memperhatikan dan mengatur perdagangan dan 
transaksi sesuai dengan norma-norma yang dianjurkan. Seperti 
bersikap adil, kesaksian yang jujur, dan tidak melakukan praktik riba. 
Tentang pengolahan pertanian beliau menyerahkan kepada masyarakat 
Madinah, karena mereka lebih ahli daripada orang-orang Mekkah. 
3. Masa Peperangan 
a. Perang Badar al-Kubra 
Perang ini terjadi di Badar, 144,5 km sebelah barat daya 
Madinah pada bulan Ramadhan.34 Besar kekuatan umat Islam 
sebanyak 313 orang laki-laki, sementara dari kaum kafir Quraisy 
berjumlah sekitar 1000 orang. Berkat pertolongan Allah kemudian 
dengan perjuangan umat Islam yang dipimpin oleh Nabi saw., umat 
Islam mampu memukul mundur pasukan kafir Quraisy. 
b. Perang Uhud 
Perang ini terjadi tahun 625 M35 pada pertengahan bulan 
Sya’ban pada tahun kedua Hijriyah. Perang ini disebabkan oleh 
perasaan dendam kaum kafir Quraisy yang meluap karna kekalahannya 
pada perang Badar. Dalam perang ini kaum muslimin mengalami 
kekalahan dan tidak luput Rasulullah pun terluka dan gigi serinya 
tanggal. 
34 Philip K. Hitti, Op. Cit., hal. 146 
35 Ira M. Lapidus, Op. Cit. Hal. 47
16 
c. Perang Ahzab (Khandaq) 
Perang ini terjadi pada tahun kelima Hijriyah, disebabkan oleh 
rasa dendam orang-orang kafir Quraisy masih tersisa dan mereka 
mengira bahwa Nabi Muhammad telah kalah dan tersingkir karena 
perang Uhud. Perang ini dinamakan khandaq karena usulan dari 
Salman al-Farisi untuk menggali parit. Sebelumnya, kaum muslimin 
dibaikot sehingga mengalami kelaparan. Saking laparnya Rasulullah 
dan kaum muslimin sampai mereka meletakkan batu pada perut. 
d. Perang Khaibar 
Terjadi pada bulan Muharram tahun ketujuh Hijriyah, yang 
disebabkan oleh orang-orang Khaibar yang menjadi sarang makar, 
pusat konspirasi, tempat memprovokasi, sumber keonaran, dan pemicu 
api peperangan. Mereka menghasut bani Quraizhah melakukan 
pengkhianatan dan bersekutu dengan kaum Zindiq. 
e. Fathul Mekkah 
Perang ini terjadi pada tahun kedelapan Hijriyah yang 
disebabkan karena pelanggaran kaum kafir Quraisy terhadap perjanjian 
Hudaibiyah. Rasulullah saw. mengingatkan para sahabat bahwa Abu 
Sufyan akan datang ke Madinah untuk memperkuat perdamaian dan 
memperpanjang masanya.36 Dalam peristiwa ini terjadi penaklukan 
besar-besaran yang dengannya Allah memuliakan agama, Rasul, 
tentara, dan kelompoknya yang terpercaya. Dengannya 
terselamatkanlah tanah suci dan rumah-Nya yang dia jadikan sebagai 
petunjukbagi alam semesta dari cengkeraman orang-orang kafir dan 
musyrik.37 
4. Wafatnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam 
Pada tanggal 28 atau 29 bulan Safar tahun 11 Hijriyah Rasulullah 
saw. menghadiri penguburan jenazah seorang sahabat di Baqi’. Ketika 
36 Ibnu Hazam al-Andalusy, Jawami’as-Sirah an-Nabawiyah, (Beirut: Dar al-Kutub al- 
Ilmiah), hal. 177 
37 Ibnu Qoyyim al-Jauziyah, Zad al-Ma’ad, (Mesir: al-Mathba’ah al-Misriyyah, 1927), 
hal. 160
17 
kembali, di tengah perjalanan beliau merasakan pusing dan panas mulai 
merambat disekujur tubuh. Nabi shalat bersama para sahabat dalam 
keadaan sakit selama 11 hari, sedangkan jumlah hari sakit beliau adalah 13 
atau 14 hari.38 Rasulullah saw. wafat pada saat waktu Dhuha sedang 
panas-panasnya, yaitu pada hari senin 12 Rabi’ul Awwal tahun 11 
Hijriyah, umur beliau saat itu telah mencapai 63 tahun lebih empat hari. 
Rasulullah saw. hidup tiga tahun lamanya setelah memakan 
kambing yang telah diracuni di Khaibar sampai beliau jatuh sakit yang 
mengantarkan kepada kematian. 39 Dari Aisyah r.a., dia berkata: Nabi saw 
bersabda pada saat sakitnya yang mengantarkan beliau pada kematian, 
“Wahai Aisyah, aku masih merasakan sakitnya makanan yang telah aaku 
makan di Khaibar. Maka inilah saatnya aku merasakan aortaku mulai 
berhenti disebabkan racun tersebut”.” (H.R. Bukhari) 
38 Shafiyurrahman, Op. Cit., hal. 693 
39 Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani, Pesan-pesan Rasulullah Menjelang Wafat, 
(Jakarta: Darul Haq, 2013), hal. 131
BAB III 
PENUTUP 
A. KESIMPULAN 
Adapun kesimpulan dari uraian di atas, yaitu: 
1. Keadaan masyarakat Mekkah sebelum munculnya cahaya Islam sangat 
jauh dari kemanusiawian. Misalnya, membunuh bayi perempuan, 
merendahkan kaum perempuan, maraknya perjudian, bermain perempuan, 
khamar, dan lain sebagainya. 
2. Masa kecil sampai masa remaja Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam 
merupakan teladan yang baik bagi manusi. Kehidupan yang penuh 
kemandirian dan ketekunan sudah selayaknya jadi figur bagi pemuda-pemuda 
Islam. 
3. Dakwah Islam periode Mekkah berlangsung lebih kurang 13 tahun dengan 
menegakkan tauhid dan dasar-dasar Islam. 
4. Dakwah Islam periode Madinah menyempurnakan perintah-perintah 
ibadah dan muamalah serta berperang membela agama Allah dan Rasul- 
Nya 
5. Rasulullah wafat tidaklah mewariskan uang Dinar dan Dirham, tetapi 
beliau mewariskan Ilmu. Maka siapa yang mengambil warisan Rasulullah, 
maka ia telah mengambil bagian yang sangat banyak. 
B. KRITIK DAN SARAN 
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka 
penulis sangat mengharapkan kritikan yang dapat mendukung untuk lebih 
baiknya di masa yang akan datang. Penulis juga menyarankan kepada 
pembaca, agar membaca buku-buku yang berkaitan dengan Sejarah Peradaban 
Islam terutama periode Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan buku-buku 
sirah Nabawiyyah yang telah banyak ditulis oleh para ulama dan peneliti 
sejarah. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan perlindungan, 
semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca sekalian.
DAFTAR KEPUSTAKAAN 
Armstrong, Karen, Muhammad Prophet for Our Time, (Bandung: Mizan, 2007) 
Cet. I 
Al-Andalusy, Ibnu Hazm, Jawami’ as-Sirah an-Nabawiyah, (Beirut: Dar al-Kutub 
al-Ilmia) 
Al-Ismail, Tahia, Tarikh Muhammad Teladan Perilaku Ummat, (Jakarta: PT 
RajaGrafindo Persada 1996) Cet. I 
al-Jauziyah, Ibnu Qoyyim, Zad al-Ma’ad, (Mesir: al-Mathba’ah al-Misriyyah, 
1927) 
al-Mubarakfuri, Shafiyurrahman, Perjalanan Hidup Rasul yang Agung 
Muhammad saw. dari Kelahiran Hingga Detik-Detik Terakhir, 
(Jakarta: Darul Haq, 2012), Cet. XIV 
___________, ar-Rahiq al-Makhtum, (Beirut: Dar al-Fikr, 2008) 
Al-Qahthani, Sa’id bin Ali bin Wahf, Pesan-pesan Rasulullah saw. Menjelang 
Wafat, (Jakarta: Darul Haq, 2013) Cet. V 
al-Sheikh, Abdullah bin Muhammad, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5, 
(Bogor: Pustaka Imam Syafi’I, 2003) 
___________, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 7, (Bogor: Pustaka Imam 
Syafi’I, 2003) 
___________, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 8, (Bogor: Pustaka Imam 
Syafi’I, 2003) 
Haekal, Muhammad Husain, Sejarah Hidup Muhammad, (Jakarta: Litera 
AntarNusa, 1993) Cet. XVI 
Harun, Maidir, dan Firdaus, Sejarah Peradaban Islam, (Padang: IAIN-IB Press, 
2001) 
Hasan, Hasan Ibrahim, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009) 
Cet. III 
Hitti, Philip K., History of The Arabs; From the Earliest Times to the Present, 
(Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2010), Cet. II 
Ibnu Hisyam, as-Sirah an-Nabawiyah, al-Juz’ ats-Tsanyi, (Beirut: Dar al-Kitab 
al-Araby, 1990) Cet. III 
Lapidus, Ira M, Sejarah Sosial Ummat Islam (Bagian kesatu & Dua), (Jakarta: PT 
RajaGrafindo Persada, 1999) Cet. I 
Mufrodi, Ali, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta: Logos, 1997) Cet. I 
Supriyadi, Dedi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008) 
Thohir, Ajid, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam (Melacak Akar-akar 
Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam), (Jakarta: PT 
RajaGrafindo Persada, 2004) Cet. I 
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II), (Jakarta: PT 
RajaGrafindo Persada, 2006)

More Related Content

PDF
Makalah Akhlak Mahmudah PDF
PPTX
MS EXCEL PPT PRESENTATION
DOCX
Makalah hadits mutawatir dan hadits ahad
DOCX
fiil,isim,huruf
DOCX
Makalah Pengujian Hipotesis
PPTX
Quality of care
PDF
DOCX
Makalah sejarah perkembangan fiqh
Makalah Akhlak Mahmudah PDF
MS EXCEL PPT PRESENTATION
Makalah hadits mutawatir dan hadits ahad
fiil,isim,huruf
Makalah Pengujian Hipotesis
Quality of care
Makalah sejarah perkembangan fiqh

What's hot (20)

PPTX
SKI - Peradaban Bangsa Arab sebelum Islam
DOCX
Kedudukan Hadits Dalam Syari’at Islam dan Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’an
PPSX
Perbedaan antara Al-Qur'an, Hadis Qudsi, dan Hadis Nabawi
PPTX
IJTIHAD
PPTX
Kedudukan dan Fungsi Hadits
DOCX
Qiraat sab'ah
PPTX
PPT Ulumul Qur'an, Al-Qur'an dan Wahyu
PPTX
Infaq, Shodaqoh, dan Zakat
DOC
Daftar Pertanyaan Ushul Fiqh
PPTX
Pembaharuan dan Modernisasi Dunia Islam
PPTX
Materi power point belajar tajwid
PDF
3 urgensi belajar ilmu fiqih
PDF
Ahlussunnah Wal Jama'ah (ASWAJA): Pengertian dan Pokok Ajarannya
PPTX
Ppt Dinasti Abbasiyah
PPS
Quran Sebagai sumber Ajaran Islam
PPTX
Muhkam Mutasyabih
PPTX
Nahdlatul ulama
DOCX
MAKALAH QASHASH AL-QUR’AN
SKI - Peradaban Bangsa Arab sebelum Islam
Kedudukan Hadits Dalam Syari’at Islam dan Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’an
Perbedaan antara Al-Qur'an, Hadis Qudsi, dan Hadis Nabawi
IJTIHAD
Kedudukan dan Fungsi Hadits
Qiraat sab'ah
PPT Ulumul Qur'an, Al-Qur'an dan Wahyu
Infaq, Shodaqoh, dan Zakat
Daftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Pembaharuan dan Modernisasi Dunia Islam
Materi power point belajar tajwid
3 urgensi belajar ilmu fiqih
Ahlussunnah Wal Jama'ah (ASWAJA): Pengertian dan Pokok Ajarannya
Ppt Dinasti Abbasiyah
Quran Sebagai sumber Ajaran Islam
Muhkam Mutasyabih
Nahdlatul ulama
MAKALAH QASHASH AL-QUR’AN
Ad

Similar to Makalah Sejarah Peradaban Islam Periode Nabi Saw. (20)

DOCX
Sejarah dakwah rasulullah saw periode mekah dan madinah
PDF
Modul_Ajar_SPI_Mind_Mapping jejjwjwjwjwjwjwjwjwjwjwjwj
PPTX
ppt Kelompok 2 SKI.pptx
DOCX
DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW DI MEDINAH DAN MEKAH
PPTX
10-180728052410.pptxhistoriografi tradisional dan historiografi pada masa rev...
PPTX
PERADABAN DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT MAKKAH SEBELUM DATANGNYA ISLAM.pptx
PPTX
Sejarah Dakwah Rasulullah
PPTX
proses perkembangan agama islam
DOCX
Makalah keteladanan rasulullah saw periode mekah
PPTX
Bangsa Arab Pra Islam
PPTX
Sejarah studi islam pada masa bani abbasiyah
PPTX
PERADABAN_ISLAM_PERIODE_MAKKAH_610_622_M1.pptx
PPTX
Dakwah rasulullah pada periode mekah dan madinah
PPTX
sejarah tentang peradaban bangsa arab sebelum islam
DOCX
SEJARAH PERADABAN ISLAM TENTANG THARIYAH (AMIN).docx
DOCX
Rpp ski kurikulum 2013 kelas viii
PPTX
2. PPt TARIKH_X_BAB 2_PERKEMBANGAN ISLAM MASA RASULULLAH SAW PERIODE MADINAH....
DOCX
Nova Nursanty_2122680065_Linearitas PGMI Banjarsari_SKI_Tugas 1.docx
PDF
Makalah
Sejarah dakwah rasulullah saw periode mekah dan madinah
Modul_Ajar_SPI_Mind_Mapping jejjwjwjwjwjwjwjwjwjwjwjwj
ppt Kelompok 2 SKI.pptx
DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW DI MEDINAH DAN MEKAH
10-180728052410.pptxhistoriografi tradisional dan historiografi pada masa rev...
PERADABAN DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT MAKKAH SEBELUM DATANGNYA ISLAM.pptx
Sejarah Dakwah Rasulullah
proses perkembangan agama islam
Makalah keteladanan rasulullah saw periode mekah
Bangsa Arab Pra Islam
Sejarah studi islam pada masa bani abbasiyah
PERADABAN_ISLAM_PERIODE_MAKKAH_610_622_M1.pptx
Dakwah rasulullah pada periode mekah dan madinah
sejarah tentang peradaban bangsa arab sebelum islam
SEJARAH PERADABAN ISLAM TENTANG THARIYAH (AMIN).docx
Rpp ski kurikulum 2013 kelas viii
2. PPt TARIKH_X_BAB 2_PERKEMBANGAN ISLAM MASA RASULULLAH SAW PERIODE MADINAH....
Nova Nursanty_2122680065_Linearitas PGMI Banjarsari_SKI_Tugas 1.docx
Makalah
Ad

Recently uploaded (20)

PPTX
Sejarah Perkembangan E-Commerce di indonesia.pptx
PPTX
Manajemen Pemasaran ; segementing, targeting dan positioning
PPTX
materi 2 penanganan kegawatdaruratan preeklamsia.pptx
DOCX
RENCANA KERJA TAHUNAN 2018 ekolah menengah Atas Nur Ilmi
PDF
brosur-allisya-protection-life-final.pdf
PPTX
Rangkuman Produk Panin Daichi Life Yang Akan Dijual
PDF
Custom Aneka Powerbank Promosi: Strategi Branding Efektif Masa Kini
PDF
Materi KELOMPOK 6_POP_KONSOLIDASI_PPT.pdf
PDF
PPT Kelompok 2 tentang pembangunan sumber daya manusia
PDF
JOBSHEET-Perawatan-Berkala-Motor-4-Tak YES.pdf
PPTX
Agilent 5500 handheld presentation.pptx
PPTX
1. Bisnis-Internasional.... - presen.pptx
PPTX
KIMIA ANALISIS KUALITATIF FISIK (Print Edition) (1).pptx
PDF
WA/TELP : 0822-3006-6162, Harga Box Fiberglass untuk Jasa Vacuum, Harga Box F...
PPTX
Pertemuan_2_Teknik_Optimasi_Ekonomi_Profesional_Lengkap.pptx
PDF
Giat Antononi untuk kemajuan bangsa den negara
PPTX
PPT MMD KECAMATAN 2022bhhsuuuhdhhdhdhhd.pptx
PPTX
2023-03-01 Kebijakan Umum DAK Fisik Subbidang SMK.pptx
PPTX
bab 2 kls 11.pptxjyeruotfjbkjxzgdwaowpoihd
PDF
How to understanding Accounting Principle
Sejarah Perkembangan E-Commerce di indonesia.pptx
Manajemen Pemasaran ; segementing, targeting dan positioning
materi 2 penanganan kegawatdaruratan preeklamsia.pptx
RENCANA KERJA TAHUNAN 2018 ekolah menengah Atas Nur Ilmi
brosur-allisya-protection-life-final.pdf
Rangkuman Produk Panin Daichi Life Yang Akan Dijual
Custom Aneka Powerbank Promosi: Strategi Branding Efektif Masa Kini
Materi KELOMPOK 6_POP_KONSOLIDASI_PPT.pdf
PPT Kelompok 2 tentang pembangunan sumber daya manusia
JOBSHEET-Perawatan-Berkala-Motor-4-Tak YES.pdf
Agilent 5500 handheld presentation.pptx
1. Bisnis-Internasional.... - presen.pptx
KIMIA ANALISIS KUALITATIF FISIK (Print Edition) (1).pptx
WA/TELP : 0822-3006-6162, Harga Box Fiberglass untuk Jasa Vacuum, Harga Box F...
Pertemuan_2_Teknik_Optimasi_Ekonomi_Profesional_Lengkap.pptx
Giat Antononi untuk kemajuan bangsa den negara
PPT MMD KECAMATAN 2022bhhsuuuhdhhdhdhhd.pptx
2023-03-01 Kebijakan Umum DAK Fisik Subbidang SMK.pptx
bab 2 kls 11.pptxjyeruotfjbkjxzgdwaowpoihd
How to understanding Accounting Principle

Makalah Sejarah Peradaban Islam Periode Nabi Saw.

  • 1. MAKALAH STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM TENTANG SEJARAH PERADABAN ISLAM PERIODE NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM DISUSUN OLEH: PAUSIL : 088142085 DOSEN PEMBIMBING: Dr. AHMAD TAUFIK HIDAYAT, M.Ag PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI IAIN IMAM BONJOL PADANG 2014/2015
  • 2. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebudayaan Islam periode Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam terbagi menjadi dua periode, yakni periode Mekkah dan periode Madinah. Periode Mekkah dimulai dengan diangkatnya beliau menjadi Nabi dan Rasul. Sedangkan periode Madinah dimulai sejak Hijrahnya Rasulullah dan kaum muslimin ke Madinah setelah lebih kurang 13 tahun berdakwah di Mekkah. Periode Mekkah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berdakwah menegakkan tauhid dan dasar-dasar Islam. Karena kentalnya masyarakat Mekkah dengan agama nenek moyang mereka dan keengganan mereka meninggalkan sesembahan mereka. Sehingga Nabi shallallahu alaihi wa sallam banyak mendapatkan kecaman dan siksaan selama berdakwah di Mekkah. Setelah perjuangan panjang lebih kurang 13 tahun, kemudian beliau memutuskan untuk hijrah ke Madinah. Pada periode Madinah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berhasil membangun dan membina masyarakat Islam yang kuat. Hal ini disebabkan karena antusiasnya masyarakat Madinah dalam memahami Islam yang diajarkan oleh Rasulullah dan para sahabat yang telah lebih dahulu masuk Islam. Penulis dalam hal ini, Insya Allah akan membahas secara ringkas dan terbatas mengenai Sejarah Kebudayaan Islam periode Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. B. RUMUSAN DAN BATASAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan merumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini, yakni: 1. Arab Pra-Islam 2. Periode Mekkah 3. Periode Madinah
  • 3. 1 BAB II PEMBAHASAN SEJARAH PERADABAN ISLAM PERIODE NABI MUHAMMAD SAW. A. ARAB PRA-ISLAM 1. Asal Usul Bangsa Arab Para sejarawan membagi kaum-kaum Arab berdasarkan garis keturunan asal mereka menjadi tiga bagian, yaitu: a. Arab Ba’idah, yaitu kaum-kaum Arab kuno yang sudah punah dan tidak mungkin melacak rincian yang cukup tentang sejarah mereka, seperti ‘Ad, Tsamud, Thasm, Judais, Imlaq (bangsa Raksasa) dan lain- lainnya. b. Arab Aribah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari garis keturunan Ya’rib bin Yasyjub bin Qahthan, atau disebut pula Arab Qahthaniyah. c. Arab Musta’rabah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari garis keturunan Ismail, yang disebut pula Arab Adnaniyah.1 2. Politik dan Pemerintahan Bangsa Arab sebelum Islam tidak pernah dijajah oleh bangsa asing, bahkan tidak pernah tercipta kesatuan politik di seluruh Jazirah Arab. Kerajaan-kerajaan kecil yang terdapat di Jazirah Arab bagian selatan umumnya berdaulat atas wilayah mereka yang sempit dan sebatas masyarakatnya. Mereka lebih suka hidup berkabilah-kabilah dan setiap kabilah atau suku diperintah oleh seorang syaikh, yaitu seorang yang dianggap tertua dan berani di antara anggota kabilah tersebut. Oleh karena itu, tidak ada rasa solidaritas sosial yang menyeluruh bagi semua suku Arab, bahkan hubungan kerjasama antar suku hanya didasari atas kepentingan bersama.2 1 Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad saw. dari Kelahiran Hingga Detik-Detik Terakhir, (Terjemahan dari judul asli: ar-Rahiq al-Makhtum), (Jakarta: Darul Haq, 2012), Cet. XIV hal. 2-3 2 Ali Hasan al-Karbuthli (Maidir Harun dan Firdaus, Sejarah Peradaban Islam, (Padang: IAIN-IB Press, 2001), hal 17)
  • 4. 2 Para penguasa di jazirah Arab bisa dibagi menjadi dua kelompok: a. Raja-raja bermahkota, tetapi pada hakikatnya mereka tidak memiliki independensi. b. Para pemimpin dan pemuka kabilah atau suku, yang memiliki kekuasaan dan hak-hak istimewa sama seperti kekuasaan para raja, mayoritas mereka memiliki independensi penuh. Namun boleh jadi sebagian mereka bersubordinasi dengan raja bermahkota.3 3. Sosial Kemasyarakatan Masyarakat, baik nomadik maupun yang menetap, hidup dalam budaya kesukuan Badui. Organisasi dan identitas social berakar pada keanggotaan dalam suatu rentang komunitas yang luas. Kelompok beberapa keluarga membentuk kabilah (clan). Beberapa kelompok kabilah membentuk suku (tribe) dan dipimpin oleh seorang syaikh. Mereka sangat menekankan hubungan kesukuan, sehingga kesetiaan atau solidaritas kelompok menjadi sumber kekuatan bagi suatu kabilah atau suku. Mereka suka berperang. Karena itu, peperangan antarsuku sering sekali terjadi. Sikap ini tampaknya telah menjadi tabiat yang mendarah daging dalam diri orang Arab. Dalam masyarakat yang suka berperang tersebut, nilai wanita menjadi sangat rendah.4 Bahkan apabila mereka melahirkan anak perempuan, mereka merasa sangat malu dan hina atau mereka kubur hidup-hidup. Sebagaimana yang terdapat dalam Firman Allah swt.:                      Artinya: Padahal apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, wajahnya menjadi hitam (merah padam), dan dia sangat marah. Dia bersembunyi dari orang 3 Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, Op. Cit. hal. 12 4 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II), (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006) hal. 11
  • 5. 3 banyak, disebabkan kabar buruk yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan (menanggung) kehinaan atau akan membenamkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ingatlah alangkah buruknya (putusan) yang mereka tetapkan itu. Kalaupun anak perempuan itu dibiarkan hidup, maka akan dibiarkan dalam keadaan hina, tidak diberi warisan juga tidak diperhatikan, dan lebih cenderung mengutamakan anak laki-laki daripada anak perempuan.5 4. Ekonomi dan perdagangan Terikat oleh keadaan geografis alam yang tandus, kering, dan gersang, maka pada umumnya kehidupan orang Arab sebelum Islam bersumber dari kegiatan perdagangan dan peternakan. Maka terkenallah beberapa kota di Hijaz sebagai pusat perdagangan, seperti Makkah, Madinah, Yaman, dan lain-lain.6 5. Moral dan agama Kondisi akhlak dan moral masyarakat saat itu sangat merosot dan jauh dari norma-norma. Seringnya terjadi penindasan dan kekerasan, yang kuat menindas yang lemah, yang kaya menghisap yang miskin, yang pandai memeras yang bodoh, dan berkembangnya perbudakan. Penduduk Arab menganut agama yang bermacam-macam, antara lain yang terkenal adalah penyembahan terhadap berhala atau paganisme. Menurut Syalabi penyembahan berhala itu pada mulanya ialah ketika orang-orang Arab itu pergi keluar kota Makkah, mereka selalu membawa batu yang diambil dari sekitar Ka’bah. Mereka mensucikan batu dan menyembahnya di mana mereka berada. Lama-lama dibuatlah patung yang disembah dan mereka berkeliling mengitarinya (tawaf), dan di saat-saat tertentu mereka masih mengunjungi Ka’bah. Kemudian mereka memindahkan patung-patung mereka di sekitar Ka’bah yang jumlahnya mencapai 360 buah. Di samping itu ada patung-patung besar yang ada di 5 Tafsir Ibnu Katsir (Terjemahan: M. Abdul Ghaffar dan Abdurrahim Mu’thi, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5, (Bogor: Pustaka Imam Syafi’I, 2003) Cet. I, hal. 73) 6 Maidir Harun dan Firdaus, Sejarah Peradaban Islam, (Padang: IAIN-IB Press, 2001), hal 20
  • 6. 4 luar Makkah, yang terkenal ialah Manah/Manata di dekat Yasrib atau Madinah, al-Latta di Thaif, dan al-Uzza di Hijaz. Hubal ialah patung yang terbesar yang terbuat dari batu akik yang berbentuk manusia yang diletakkan dalam Ka’bah. Mereka percaya bahwa menyembah berhala-berhala itu bukan menyembah kepada wujud berhala itu tetapi hal tersebut dimaksudkan sebagai perantara untuk menyembah Tuhan.7 Sebagaimana diterangkan di dalam al-Qur’an: …  … Artinya: “…Kami tidak menyembah mereka melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya…” Qatadah, as-Suddi, Malik Dari Zaid bin Aslam dan Ibnu Zaid berkata: “Melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya’, yaitu agar mereka memberikan syafa’at kepada kami dan mendekatkan kedudukan kami kepada-Nya.” Untuk itu dulu pada masa jahiliyah mereka mengucapkan talbiyah mereka di waktu haji: “Aku penuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu kecuali sekutu yang Engkau miliki, Engkau memilikinya sedang ia tidak memiliki. Syubhat inilah yang dipegang teguh oleh kaum musyrikin sejak masa lalu dan masa berikutnya.8 6. Kesenian Sekitar kota Mekkah banyak terdapat pasar-pasar kesenian. Pasar-pasar tersebut dijadikan pusat keramaian bagi penyair-penyair Arab. Di antaranya yang terkenal yaitu ‘Ukaz dan Zul Majaz. Di sini penyair-penyair membacakan syair-syairnya dan biasanya dipertandingkan di antara mereka. Bagi yang terbaik mendapat mu’alaqat sebagai tanda 7 Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta: Logos, 1997) Cet. I, hal. 8- 9 8 Tafsir Ibnu Katsir (Terjemahan: M. Abdul Ghaffar dan Abdurrahim Mu’thi, Tafsir Ibnu Katsir Jilid 7, (Bogor: Pustaka Imam Syafi’i, 2003) Cet. I, hal. 87)
  • 7. 5 penghargaan. Mu’alaqat semacam piagam berisikan syair sang juara yang ditulis dengan tinta emas dan digantungkan di dinding Ka’bah.9 7. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Di kalangan bangsa Arab sebelum Islam berkembang ilmu nujum, ilmu falaq dan sebagainya. Ilmu falaq amat berguna bagi mereka untuk menentukan cuaca. Ilmu arsitek/bangunan hanya berguna/berkembang pada umumnya di Yaman.10 B. PERIODE MEKKAH 1. Masa kelahiran Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam Sayyidul Mursalin dilahirkan di tengah kabilah bani Hasyim di Mekkah pada hari Senin 9 Rabi’ul Awal saat tragedi pasukan bergajah, bertepatan pada tanggal 20 atau 22 April 571 M.11 Menurut Caussin De Parceval dalam essai sur l’ Histoire des Arabes menyatakan bahwa Muhammad dilahirkan pada bulan Agustus 570 M. Tetapi pada umumnya mengatakan bahwa dia dilahirkan pada tanggal 12 Rabi’ul Awal.12 Abdul Muthallib, kakek Nabi Muhammad ketika mendengar kabar kelahiran cucunya, beliau langsung mendatanginya dan menggendongnya mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali, dan ia berkata: “Wahai cucuku yang diberkati Allah, aku akan menamaimu Muhammad. Kelahiran ini diiringi dengan kesucian dan kemenangan bagi Rumah Suci, semoga berkah selalu baginya!”13 Beliau lahir dalam keadaan yatim, karena ayahnya Abdullah meninggal dunia ketika Muhammad masih dalam kandungan ibunya Aminah. Muhammad kemudian diserahkan kepada ibu pengasuh Halimah 9 Maidir Harun dan Firdaus, Op. Cit. hal 22 10 Maidir Harun dan Firdaus, ibid 11 Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, ar-Rahiq al-Makhtum, Bahtsun fi as-Sirah an- Nabawiyah ‘ala Shohibiha Afdhalu ash-Sholatu wa as-Salam, (Beirut: Dar al-Fikr, 2008) Cet. I, hal 36 12 Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, (Jakarta: Litera AntarNusa, 1993) Cet. XVI, hal. 49 13 Tahia al-Ismail, Tarikh Muhammad saw. Teladan Perilaku Ummat, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996) Cet. I, hal 12
  • 8. 6 Sa’diyah, yang sebelumnya disusui oleh budak perempuan Abu Jahal yaitu Tsuwaibah.14 Selama itu beliau saw. banyak membawa keberkahan terhadap keluarga Halimah as-Sa’diyah. Lebih kurang empat sampai lima tahun beliau tinggal di perkampungan kabilah Bani Sa’ad, hingga terjadinya peristiwa dibelahnya dada beliau. Dalam peristiwa tersebut Jibril membelah jantungnya dan mengeluarkan segumpal darah yang merupakan bagian setan, sehingga bila tetap ada niscaya ia dapat memperdayai Muhammad. Kemudian jantubg tersebut dicuci denga air zamzam dan dikembalikan ke tempatnya semula. Setelah itu, kurang lebih dua tahun dia berada dalam asuhan ibu kandungnya. Ketika berusia enam tahun, dia menjadi yatim piatu. Setelah Aminah meninggal, Abdul Muthalib megambil alih tanggung jawab merawat Muhammad. Namun, dua tahun kemudian Abdul Muthalib meninggal dunia karena renta. Tanggung jawab selanjutnya beralih kepada pamannya, Abu Thalib. Dalam usia muda, Muhammad hidup sebagai pengembala kambing keluarganya dan keluarga penduduk Mekkah. Melalui kegiatan pengembalaan ini dia menemukan tempat untuk berpikir dan merenung. Nabi Muhammad ikut untuk pertama kali dalam kafilah dagang ke Syria (Syam) dalam usia baru 12 tahun. Kafilah itu dipimpin oleh Abu Thalib. Dalam perjalanan ini, di Bushra, sebelah selatan Syria, ia bertemu dengan seorang pendeta Kristen bernama Buhairah. Pendeta ini melihat tanda-tanda kenabian pada Muhammad sesuai dengan petunjuk cerita-cerita Kristen. Sebagian sumber menceritakan bahwa pendeta itu menasehati Abu Thalib agar jangan terlalu jauh memasuki daerah Syria, sebab dikhawatirkan orang-orang Yahudi mengetahui tanda-tanda itu akan berbuat jahat terhadapnya. Pada usia yang kedua puluh lima, Muhammad berangkat ke Syria membawa barang dagangan saudagar wanita kaya raya yang telah lama 14 Tahia al-Ismail, Op. Cit. hal. 13
  • 9. 7 menjanda, Khadijah yang kemudian menjadi istrinya. Ketika itu Muhammad berusia 25 tahun dan Khadijah 40 tahun. Peristiwa penting yang memperlihatkan kebijaksanaan Muhammad terjadi pada saat usianya 35 tahun. Waktu itu bangunan Ka’bah rusak berat. Ketika terjadi perselisihan mengangkat dan meletakkan hajar aswad di tempatnya semula, karena setiap suku merasa berhak malakukannya. Kemudian para pemimpin Qurays sepakat bahwa orang yang pertama masuk ke Ka’bah melalui pintu Shafa, akan dijadikan hakim untuk memutuskan perkara ini. Ternyata Muhammad yang pertama kali masuk dan yang dipercaya menjadi hakim. Ia membentangkan kain dan meletakkan hajar aswad di tengah-tengah, lalu meminta seluruh kepala suku memegang tepi kain itu dan mengangkatnya bersama-sama. Setelah sampai pada ketinggian tertentu Muhammad meletakkan batu itu pada tempatnya semula. 2. Masa Kenabian dan Kerasulan Muhammad shallallahu alaihi wa sallam Tatkala usia beliau mendekati 40 tahun, beliau mulai suka mengasingkan diri. Ketika pengasingan diri (uzlah) di gua Hira’ memasuki tahun ketiga tepatnya di bulan Ramadhan Allah mengangkatnya sebagai nabi dengan mengutus Jibril kepadanya yang membawa beberapa ayat al- Qur’an, yaitu surat al-‘Alaq ayat 1-5. Itulah wahyu pertama. Malam terjadinya peristiwa itu kemudian dikenal sebagai “Malam penuh keagungan” (Lailah al-Qadr), dan menurut riwayat terjadi menjelang akhir bulan Ramadhan (610).15 Kemudian, Allah memuliakan beliau dengan mengangkat menjadi rasul dengan diturunkannya al-Qur’an surat al- Mudatsir ayat 1-5, sebelumnya wahyu tidak diturunkan (vakum) beberapa hari setelah wahyu pertama. a. Perjuangan Dakwah Secara umum, pada periode Mekkah, kebijakan dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad adalah dengan menonjolkan 15 Philip K. Hitti, History of The Arabs; From the Earliest Times to the Present, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2010), Cet. II, hal. 141
  • 10. 8 kepemimpinannya, bukan kenabiannya. Implikasinya, dakwah dengan strategi politik yang memunculkan aspek-aspek keteladanannya dalam menyelesaikan berbagai persoalan sosial (egalitarisme) lebih tepat dibandingkan dengan aspek kenabiannya dengan melaksanakan tabligh.16 Permulaan dakwah Rasulullah disampaikan kepada kerabat dekat dan para tokoh masyarakat Quraisy seperti Abu Bakar as-Siddiq sebagai sahabat beliau yang paling tulus. Orang yang pertama kali masuk Islam adalah Khadijah, Zaid bin Haritsah, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar as-Siddiq, Utsman bin ‘Affan, az-Zubair bin al-‘Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqas, Abdurrahman bin Auf, dan Thalhah bin ‘Ubaidillah. Kemudian diikuti oleh para tokoh Quraisy seperti ‘Ubaidah bin al-Jarrah, al-Arqam bin Abu al-Arqam,17 dan lain-lain. Perjuangan dakwah ini dilakukan secara rahasia yang berpusat di rumah al-Arqam bin Abu al-Arqam. Dakwah yang bersifat individu ini berjalan selama lebih kurang tiga tahun, kemudian turunlah perintah kepada Nabi saw., untuk menyampaikan dakwah kepada kaumnya secara terang-terangan, dan menentang kebatilan mereka serta menyerang berhala-berhala mereka. Tatkala turun perintah dakwah dari Allah subhanahu wa ta’ala secara terang-terangan dan melawan kemusyrikan, sebagaimana yang terdapat dalam al-Qur’an surat al-Hijr ayat 94-95: 49 49 Artinya: Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang musyrik. Sesungguhnya Kami memelihara kamu daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olok (kamu). (Q.S. al-Hijr: 94-95) 16 Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik dan Budaya Ummat Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), hal. 13 17 Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, Op. Cit., hal 93
  • 11. 9 dan tatkala turun ayat: 419 Artinya: Dan berilah peringatan kepada keluargamu yang terdekat. (Q.S. asy-Syu’ara’: 214) Rasulullah naik ke atas bukit Shafa, lalu menyeru kepada kabilah-kabilah Quraisy. Kemudian tak berapa lama mereka pun berkumpul. Lalu Beliau berkata, “Bagaimana menurut pendapat kalian kalau aku beritahukan bahwa ada segerombolan pasukan kuda di lembah sana yang ingin menyerang kalian, apakah kalian akan mempercayaiku?” Mereka menjawab, “Ya, kamu tidak pernah tahu dari dirimu selain kejujuran.” Beliau berkata, “Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan kepada kalian akan azab yang amat pedih.” Abu Lahab menanggapi, “Celakalah engkau sepanjang hari! Apakah hanya untuk ini engkau kumpulkan kami?” Maka ketika itu turun ayat: “Celakalah kedua tangan Abu Lahab” (Q.S. Al-Lahab: 1). Yakni benar-benar merugi lagi gagal, amal perbuatan dan usahanya pun tersesat.18 Rasulullah melakukan dakwah Islam secara terang-terangan di tempat-tempat berkumpul dan bertemunya kaum musyrikin. Beliau membacakan Kitabullah dan menyampaikan ajakan yang selalu disampaikan oleh para rasul terdahulu kepada kaum mereka, “Wahai kaumku! Sembalah Allah. Kalian tidak memiliki Tuhan selainNya”. Dan beliau juga memamerkan praktik ibadahnya kepada Allah, melakukannya di halaman Ka’bah pada siang hari dan disaksikan oleh khalayak ramai. Dakwah yang beliau lakukan tersebut mendapat sambutan baik dari mereka sehingga banyak di antara mereka yang masuk ke dalam agama Islam. Manakala musim haji telah datang yang dilakukan Rasulullah adalah membututi jama’ah-jama’ah yang datang hingga sampai ke 18 Abdullah bin Muhammad al-Sheikh, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 8, (Bogor: Pustaka Imam Syafi’I, 2003), hal. 568
  • 12. 10 tempat-tempat mereka, di pasar ‘Ukazh, Majinnah, dan Dzul Majaz. Beliau mengajak mereka untuk menyembah Allah, sedangkan Abu Lahab selalu membututi dan memotong setiap ajakan beliau dengan berbalik mengatakan kepada mereka “Jangan kalian patuhi dia karena dia adalah seorang pembawa agama baru lagi pendusta”. Dan kenyataannya, justru dari musim itulah perihal Rasulullah menjadi pusat perhatian delegasi Arab dan namanya menjadi buah bibir orang di seantero negeri Arab. Seiring banyaknya orang yang membenarkan ajakan Beliau, seiring dengan itu kebencian para pembesar Quraisy yang enggan menerima dakwah Rasul juga semakin membara. Sehingga begitu banyak celaan, cobaan, dan siksaan yang diterima oleh Nabi dan orang Islam saat itu. Di antaranya Ammar bin Yasir dan kedua orang tuanya pernah diseret oleh orang-orang Quraisy ke al-Abthah untuk disiksa. Bahkan kedua orang tuanya ditikam oleh Abu Jahal dengan lembih hingga menjadi syahid. Di antara kaum muslimin yang sangat berat siksaannya adalah Bilal, dia adalah seorang budak Habsyi yang digambarkan oleh Rasulullah sebagai buah pertama dari kaum Habsyi. Selain itu, yang juga menerima siksaan yang berat ialah Khabbab bin al-Arut. Siksa yang menimpa kaum muslimin ketika itu tidak hanya dirasakan oleh kaum laki-laki, juga kaum perempuan. Alkisah Labinah, seorang budak perempuan kepunyaan Bani Mu’min yaitu Hay Bani ‘Addi bin Ka’b) masuk Islam, kemudian Labinah dibeli oleh Abu Bakar as-Shiddiq dan memerdekakannya. 19 b. Dakwah di luar kota Makkah 1) Kaum muslimin Hijrah ke Habsyi Pada awal tahun 615 M20 kaum muslimin hijrah ke Habsyi. Penganiayaan dan intimidasi orang-orang Quraisy merupakan ujian 19 Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009) Cet. III, hal. 137 20 Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam, bagian kesatu & dua, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1999), hal. 36
  • 13. 11 yang hebat bagi Nabi Muhammad dan pengikut-pengikutnya. Salah satu langkah antisipatif penyelamatan, Nabi Muhammad telah memerintahkan untuk berhijrah ke Habasyah21 (Habsyi) yang waktu itu dipimpin oleh Najasyi, seorang yang beragama Nasrani.22 Rombongan ini terdiri dari 12 orang laki-laki dan empat orang wanita, dikepalai oleh Utsman bin Affan.23 Pada tahun yang sama, tepatnya di bulan Syawwal rombongan ini kembali ke Makkah, karena berita dusta tentang peristiwa Gharaniq, bahwa orang-orang Quraisy telah masuk Islam. Ternyata berita tersebut berbanding terbalik, sehingga setelah di Mekkah kaum Quraisy semakin menjadi-jadi melakukan penyiksaan terhadap kaum muslimin. Oleh karena itu, Rasulullah kembali memerintahkan kaum muslimin untuk kembali ke Habasyah (Habsyi). Rombongan yang kedua ini terdiri dari 83 laki-laki dan 18 atau 19 perempuan.24 2) Hijrah ke Tha’if Pada bulan Syawwal tahun ke-10 kenabian atau tepatnya pada penghujung bulan Mei atau awal Juni tahun 619 M Rasulullah pergi menuju kota Thaif yang letaknya sekitar 60 mil dari kota Makkah.25 Dengan harapan semoga Allah memberikan petunjuk kepada penduduknya untuk memeluk agama Islam. Pada kenyataannya penduduk Tha’if justru menolak beliau dengan penolakan yang lebih buruk. Mereka menuntut beberapa mukjizat tertentu darinya seperti mereka meminta agar beliau dapat membelah bulan menjadi dua, lalu beliau memohonkan kepada 21 Ketika itu Rasulullah menyaksikan para sahabatnya menderita karena siksaan orang-orang musyrik Makkah, berkatalah beliau kepada mereka: “Kalian lebih baik hijrah ke tanah Habsyi, karena di sana rajanya terkenal adil dan bijaksana, tidak seorang pun ada yang teraniaya. Negeri Habsyi adalah negeri yang aman. Berangkatlah ke sana sampai Allah member jalan keluar dari penderitaan yang menimpa kalian selama ini. (Hasan Ibrahim Hasan: hal 162) 22 Ajid Thohir, Op. Cit. hal. 14 23 Shafiyurrahman, Op. Cit. hal. 122 24 Op. Cit., hal. 125 25 Op. Cit., hal. 178
  • 14. 12 Allah agar memperlihatkan kepada mereka. Namun, mereka tetap pada kekafirannya. c. Isra’ Mi’raj Isra’ yaitu Rasulullah diperjalankan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsho yaitu Baitul Maqdis setelah menyebarkan Islam di Mekkah kepada orang-orang Quraisy dan kabilah-kabilahnya.26 Mi’raj yaitu perjalanan Rasulullah dari Baitul Maqdis naik ke langit ke tujuh.27 Malam itu Beliau dimi’rajkan dari Baitul Maqdis menuju langit dunia. Di sana beliau melihat Adam, bapak manusia. Kemudian beliau dimi’rajkan ke langit kedua, di sana beliau melihat Nabi Yahya alaihissalam dan Isa alaihissalam. Kemudian beliau dimi’rajkan ke langit ketiga, di sana beliau melihat nabi Yusuf alaihissalam. Kemudian beliau dimi’rajkan ke langit keempat, di sana beliau melihat Nabi Idris alaihissalam. Kemudian beliau dimi’rajkan ke langit kelima, di sana beliau melihat Nabi Harun alaihissalam. Kemudian beliau dimi’rajkan ke langit keenam, di sana beliau melihat Nabi Musa alaihissalam. Kemudian beliau dimi’rajkan ke langit ketujuh, di sana beliau bertemu dengan Nabi Ibrahim alaihissalam. Kemudian beliau naik ke Sidratul Muntaha, lalu al-Bait al-Ma’mur dinaikkan untuknya. Kemudian beliau dimi’rajkan lagi menuju Allah yang Maha Agung lagi Mahaperkasa. Kemudian Dia mewahyukan kepada hamba-Nya mewajibkan 50 waktu shalat. Kemudian Beliau kembali hingga melewati Nabi Musa alaihissalam. Musa lalu bertanya kepada beliau, ‘Apa yang diperintahkan kepadamu?’ Beliau menjawab, ’50 waktu shalat’. Dia berkata, ‘Umatmu pasti tidak sanggup melakukan itu, kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan untuk umatmu.’ Lalu Jibril membawa beliau kembali naik ke hadapan Allah. Lalu Allah menguranginya menjadi 10 waktu shalat. Kemudian ketika 26 Ibnu Hisyam, as-Sirah an-Nabawiyah, al-Juz’ ats-Tsanyi, (Beirut: Dar al-Kitab al- Araby, 1990) Cet. III, hal. 47 27 Philip K. Hitti, Op. Cit., hal. 143
  • 15. 13 melewati Nabi Musa, dan beliau memberitahukan hal tersebut kepadanya. Dia berkata, ‘Kembalilah lagi kepada Rabbmu dan mintalah keringanan!’ Beliau terus mondar-mandir antara Nabi Musa dan Allah hingga akhirnya Allah menjadikannya 5 waktu shalat.28 d. Bai’at al-‘Aqabah Pada musim haji sesudah perang Bu’ats, berangkatlah serombongan orang-orang Khazraj menuju Makkah untuk berhaji. Sesampainya di Makkah mereka ditemui Rasulullah di ‘Aqabah dan pada saat itu pula mereka mendengar dakwah beliau lalu menerimanya. Ketika tiba musim haji tahun berikutnya, datanglah ke Makkah dua belas orang penduduk Yatsrib untuk menemui Rasulullah di ‘Aqabah. Kemudian pada malam harinya mereka melakukan bai’at tanda setia kepada beliau yang disebut dengan Bai’at an-Nisa’ atau Bai’at al-Aqabah al-Ula.29 Pada tahun 622 M terjadi sumpah setia kedua (Bai’at al- ‘Aqabah al-Tsaniyah) yang berisikan pernyataan bahwa mereka tidak hanya menerima Muhammad sebagai nabi dan menjauhi perbuatan dosa, akan tetapi juga sanggup berperang membela Tuhan dan rasul- Nya.30 Selain itu, mereka mengharapkan Nabi Muhammad hijrah ke Yatsrib, karena mereka sangat membutuhkan seseorang yang akan menjadi pemimpin mereka dan menyelesaikan sengketa antara suku Aus dan suku Khazraj yang telah terjadi bertahun-tahun. C. PERIODE MADINAH 1. Hijrah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam Melihat pesatnya dakwah Islam di Yatsrib dan masuknya suku Aus dan Khazraj, maka Nabi saw. memerintahkan umatnya untuk berhijrah ke kota itu secara perorangan atau kelompok kecil agar tidak diketahui oleh 28 Shafiyurrahman, Op. Cit., hal. 197-198 29 Hasan Ibrahim Hasan, Op. Cit., hal. 175-176 30 Maidir Harun dan Firdaus, Op. Cit., hal. 28
  • 16. 14 orang-orang Quraisy.31 Sedangkan Nabi sendiri menyusul dan sampai di sana pada 24 September 622,32 yang ditemani oleh Abu Bakar as-Shiddiq. 2. Membangun masyarakat Islam Selama 13 tahun Nabi saw. telah menegakkan tauhid di Mekkah dengan penuh tantangan dan siksaan dari kaum kafir Quraisy. Selama itu belum terbentuk komunitas Islam karena jumlah yang sedikit dan penuh tekanan musuh. Maka ketika Nabi hijrah ke Madinah, barulah terbentuk masyarakat Islam. Usaha Nabi saw. dalam membangun masyarakat Islam di Madinah yaitu: a. Membentuk pemerintahan Nabi Muhammad saw. di samping sebagai rasul, beliau diangkat oleh suku Auz dan Khazraj sebagai pemimpin. Usaha yang dilakukan Nabi untuk mengatur umat Islam di Madinah membentuk konstitusi yang disebut dengan Piagam Madinah, yang berisi 47 pasal diantaranya 5 poin yang terpenting yaitu: 1) Bahwa komunitas ini mempunyai kepentingan agama dan politik 2) Kemerdekaan beragama terjamin bagi semua komunitas 3) Seluruh penduduk Madinah memiliki toleransi moril dan materil serta menangkal agresi yang ditujukan kepada Madinah 4) Rasulullah adalah pemimpin tertinggi penduduk Madinah 5) Penetapan dasar politik, ekonomi, dan sosial bagi setiap komunitas. b. Pembentukan sistem sosial kemasyarakatan Rasulullah mempersaudarakan di antara kaum muslimin. Mereka kemudian membagikan rumah yang mereka miliki, bahkan juga istri-istri dan harta mereka. Rasulullah telah menciptakan sebuah kesatuan yang berdasarkan agama sebagai pengganti dari persatuan yang berdasarkan kabilah.33 31 Ali Mufrodi, Op. Cit., hal. 23 32 Philip K. Hitti, Op. Cit., hal. 145 33 Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008) hal. 63
  • 17. 15 c. Dakwah Rasulullah mendirikan mesjid sebagai tempat penyelenggaraan ibadah dan pendidikan agama, juga menjadi pusat pertemuan umat Islam untuk bermusyawarah. d. Militer Nabi Muhammad saw. membentuk pasukan perang yang terdiri dari kaum Muhajirin dan kaum Anshar, karena sering terjadi peperangan. e. Ekonomi dan Sumber Keuangan Negara Rasulullah saw. memperhatikan dan mengatur perdagangan dan transaksi sesuai dengan norma-norma yang dianjurkan. Seperti bersikap adil, kesaksian yang jujur, dan tidak melakukan praktik riba. Tentang pengolahan pertanian beliau menyerahkan kepada masyarakat Madinah, karena mereka lebih ahli daripada orang-orang Mekkah. 3. Masa Peperangan a. Perang Badar al-Kubra Perang ini terjadi di Badar, 144,5 km sebelah barat daya Madinah pada bulan Ramadhan.34 Besar kekuatan umat Islam sebanyak 313 orang laki-laki, sementara dari kaum kafir Quraisy berjumlah sekitar 1000 orang. Berkat pertolongan Allah kemudian dengan perjuangan umat Islam yang dipimpin oleh Nabi saw., umat Islam mampu memukul mundur pasukan kafir Quraisy. b. Perang Uhud Perang ini terjadi tahun 625 M35 pada pertengahan bulan Sya’ban pada tahun kedua Hijriyah. Perang ini disebabkan oleh perasaan dendam kaum kafir Quraisy yang meluap karna kekalahannya pada perang Badar. Dalam perang ini kaum muslimin mengalami kekalahan dan tidak luput Rasulullah pun terluka dan gigi serinya tanggal. 34 Philip K. Hitti, Op. Cit., hal. 146 35 Ira M. Lapidus, Op. Cit. Hal. 47
  • 18. 16 c. Perang Ahzab (Khandaq) Perang ini terjadi pada tahun kelima Hijriyah, disebabkan oleh rasa dendam orang-orang kafir Quraisy masih tersisa dan mereka mengira bahwa Nabi Muhammad telah kalah dan tersingkir karena perang Uhud. Perang ini dinamakan khandaq karena usulan dari Salman al-Farisi untuk menggali parit. Sebelumnya, kaum muslimin dibaikot sehingga mengalami kelaparan. Saking laparnya Rasulullah dan kaum muslimin sampai mereka meletakkan batu pada perut. d. Perang Khaibar Terjadi pada bulan Muharram tahun ketujuh Hijriyah, yang disebabkan oleh orang-orang Khaibar yang menjadi sarang makar, pusat konspirasi, tempat memprovokasi, sumber keonaran, dan pemicu api peperangan. Mereka menghasut bani Quraizhah melakukan pengkhianatan dan bersekutu dengan kaum Zindiq. e. Fathul Mekkah Perang ini terjadi pada tahun kedelapan Hijriyah yang disebabkan karena pelanggaran kaum kafir Quraisy terhadap perjanjian Hudaibiyah. Rasulullah saw. mengingatkan para sahabat bahwa Abu Sufyan akan datang ke Madinah untuk memperkuat perdamaian dan memperpanjang masanya.36 Dalam peristiwa ini terjadi penaklukan besar-besaran yang dengannya Allah memuliakan agama, Rasul, tentara, dan kelompoknya yang terpercaya. Dengannya terselamatkanlah tanah suci dan rumah-Nya yang dia jadikan sebagai petunjukbagi alam semesta dari cengkeraman orang-orang kafir dan musyrik.37 4. Wafatnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam Pada tanggal 28 atau 29 bulan Safar tahun 11 Hijriyah Rasulullah saw. menghadiri penguburan jenazah seorang sahabat di Baqi’. Ketika 36 Ibnu Hazam al-Andalusy, Jawami’as-Sirah an-Nabawiyah, (Beirut: Dar al-Kutub al- Ilmiah), hal. 177 37 Ibnu Qoyyim al-Jauziyah, Zad al-Ma’ad, (Mesir: al-Mathba’ah al-Misriyyah, 1927), hal. 160
  • 19. 17 kembali, di tengah perjalanan beliau merasakan pusing dan panas mulai merambat disekujur tubuh. Nabi shalat bersama para sahabat dalam keadaan sakit selama 11 hari, sedangkan jumlah hari sakit beliau adalah 13 atau 14 hari.38 Rasulullah saw. wafat pada saat waktu Dhuha sedang panas-panasnya, yaitu pada hari senin 12 Rabi’ul Awwal tahun 11 Hijriyah, umur beliau saat itu telah mencapai 63 tahun lebih empat hari. Rasulullah saw. hidup tiga tahun lamanya setelah memakan kambing yang telah diracuni di Khaibar sampai beliau jatuh sakit yang mengantarkan kepada kematian. 39 Dari Aisyah r.a., dia berkata: Nabi saw bersabda pada saat sakitnya yang mengantarkan beliau pada kematian, “Wahai Aisyah, aku masih merasakan sakitnya makanan yang telah aaku makan di Khaibar. Maka inilah saatnya aku merasakan aortaku mulai berhenti disebabkan racun tersebut”.” (H.R. Bukhari) 38 Shafiyurrahman, Op. Cit., hal. 693 39 Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani, Pesan-pesan Rasulullah Menjelang Wafat, (Jakarta: Darul Haq, 2013), hal. 131
  • 20. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Adapun kesimpulan dari uraian di atas, yaitu: 1. Keadaan masyarakat Mekkah sebelum munculnya cahaya Islam sangat jauh dari kemanusiawian. Misalnya, membunuh bayi perempuan, merendahkan kaum perempuan, maraknya perjudian, bermain perempuan, khamar, dan lain sebagainya. 2. Masa kecil sampai masa remaja Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam merupakan teladan yang baik bagi manusi. Kehidupan yang penuh kemandirian dan ketekunan sudah selayaknya jadi figur bagi pemuda-pemuda Islam. 3. Dakwah Islam periode Mekkah berlangsung lebih kurang 13 tahun dengan menegakkan tauhid dan dasar-dasar Islam. 4. Dakwah Islam periode Madinah menyempurnakan perintah-perintah ibadah dan muamalah serta berperang membela agama Allah dan Rasul- Nya 5. Rasulullah wafat tidaklah mewariskan uang Dinar dan Dirham, tetapi beliau mewariskan Ilmu. Maka siapa yang mengambil warisan Rasulullah, maka ia telah mengambil bagian yang sangat banyak. B. KRITIK DAN SARAN Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka penulis sangat mengharapkan kritikan yang dapat mendukung untuk lebih baiknya di masa yang akan datang. Penulis juga menyarankan kepada pembaca, agar membaca buku-buku yang berkaitan dengan Sejarah Peradaban Islam terutama periode Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan buku-buku sirah Nabawiyyah yang telah banyak ditulis oleh para ulama dan peneliti sejarah. Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan perlindungan, semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca sekalian.
  • 21. DAFTAR KEPUSTAKAAN Armstrong, Karen, Muhammad Prophet for Our Time, (Bandung: Mizan, 2007) Cet. I Al-Andalusy, Ibnu Hazm, Jawami’ as-Sirah an-Nabawiyah, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmia) Al-Ismail, Tahia, Tarikh Muhammad Teladan Perilaku Ummat, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada 1996) Cet. I al-Jauziyah, Ibnu Qoyyim, Zad al-Ma’ad, (Mesir: al-Mathba’ah al-Misriyyah, 1927) al-Mubarakfuri, Shafiyurrahman, Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad saw. dari Kelahiran Hingga Detik-Detik Terakhir, (Jakarta: Darul Haq, 2012), Cet. XIV ___________, ar-Rahiq al-Makhtum, (Beirut: Dar al-Fikr, 2008) Al-Qahthani, Sa’id bin Ali bin Wahf, Pesan-pesan Rasulullah saw. Menjelang Wafat, (Jakarta: Darul Haq, 2013) Cet. V al-Sheikh, Abdullah bin Muhammad, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 5, (Bogor: Pustaka Imam Syafi’I, 2003) ___________, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 7, (Bogor: Pustaka Imam Syafi’I, 2003) ___________, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 8, (Bogor: Pustaka Imam Syafi’I, 2003) Haekal, Muhammad Husain, Sejarah Hidup Muhammad, (Jakarta: Litera AntarNusa, 1993) Cet. XVI Harun, Maidir, dan Firdaus, Sejarah Peradaban Islam, (Padang: IAIN-IB Press, 2001) Hasan, Hasan Ibrahim, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009) Cet. III Hitti, Philip K., History of The Arabs; From the Earliest Times to the Present, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2010), Cet. II Ibnu Hisyam, as-Sirah an-Nabawiyah, al-Juz’ ats-Tsanyi, (Beirut: Dar al-Kitab al-Araby, 1990) Cet. III Lapidus, Ira M, Sejarah Sosial Ummat Islam (Bagian kesatu & Dua), (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1999) Cet. I Mufrodi, Ali, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta: Logos, 1997) Cet. I Supriyadi, Dedi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008) Thohir, Ajid, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam (Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam), (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004) Cet. I Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II), (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006)