Seminar membangun sekolah kebudayaan (Materi Pak Bambang).pptx
1. AGENDA PENGEMBANGAN SEKOLAH KEBUDAYAAN
Makalah Disampaikan dalam FGD PENDIRIAN SEKOLAH BUDAYA DI DIY
YOGYAKARTA 22 MEI 2024
”
30 November-2 Desember 2011.
Oleh
Prof. Bambang Hudayana
Dosen Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya UGM
bambang.hudayana@ugm.ac.id
2. Alur Presentasi
1. Pengenalan konsep kebudayaan
2. Isi Kebudayaan
3. Unsur kebudayaan
4. Fungsi Kebudayaan
5. Kebudayaan Jawa Sub-kultur Yogyakarta
6. Masalah Pemajuan Kebudayaan
7. Agenda Sekolah Kebudayaan
8. Peta Jalan Penegembangan Sekolah Kebudayaan
3. 1. Konsep Kebudayaan
Keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik manusia dengan belajar
(Koentjaraningrat, 1990)
Kebudayaan merupakan pengetahuan masyarakat yang
dipakai untuk menghasilkan tingkahlaku, dan memaknai
pengalamannya (James J. Spradley, 1979)
Sistem keteraturan dari simbol-simbol yang dimaknai
dan interpretasi guna menghasilkan pengetahuan, sikap
dan tingkahlaku (Clifford Geertz)
4. 2. Isi Kebudayaan
• Sistem ide (gagasan)
– Pengetahuan
– Nilai
– Idelogi
– Norma dan adat istiawat
• Sistem tindakan
– Institusi
– Organisasi
– Struktur sosial, pelapisan dan kelas sosial
– Relasi sosial
• Sistem benda budaya
– Teknologi
– Hasil karya
– dll
5. 3. Unsur Kebudayaan
• Bahasa,
• Pengetahuan
• Organisasi sosial
• Teknologi
• Ekonomi
• Religi
• Kesenian
6. 4. Fungsi Kebudayaan
4.1. Kebudayaan sebagai pedoman hidup
Kebudayaan berisi berbagai nilai, ideologi,
jagad pandang, peta berfikir, peta jalan dan
bertindak yang dipakai manusia sebagai
pedoman hidup bersama demi menjaga
keutuhannya sosial
Kebudayaan dipraktikkan guna mewujudkan:
o integrasi sosial
o tertib sosial
o solidaritas sosial
7. Lanjutan
Kebudayaan merupakan pedoman hidup
untuk memecahkan masalah hidup
Contoh: Gotong-royong merupakan tolong
menolong dan kerjasama kolektif di Jawa.
Gotong royong dipakai sebagai pedoman
hidup bersama untuk memecahkan masalah
keterbatasan anggaran, tenaga kerja, dan
waktu.
8. Lanjutan
4.2. Kebudayaan sebagai pengetahuan masyarakat
Pengetahuan yang dipakai untuk memahami dan
menjelaskan realita dengan menggunakan
fenomenologinya
Contoh
• Pranata mangsa merupakan pengetahuan orang jawa tentang kalender
musim
• Etnomedicine l merupakan pengetahuan masyarakat mengenai sebaab
akibat sakit dan pengobatannya yang berbeda dengan Kesehatan modern
• Prihatin merupakan tindakan mengurangi kesenangan sampai dengan
menjalankan laku puasa dan bertama yang dalam budaya jawa yang
dianggap bisa menjadi kekuatan untuk mewujudkan cita-cita disamping
melakukan usaha
• Orang jawa punya pandangan ngalah duwur wekasane ketika menghadapi
lawan yang represif dan dominantif.
9. Lanjutan 4
4.3. Kebudayaan sebagai alat adaptasi
Manusia mengembangkan pengetahuan, orsos dan
teknologi untuk memecahkan masalah, meningkatkan
kesejahteraan dan kelangsungan hidup.
Misal “sambatan” dibuat oleh orang desa untuk
memecahkan masalah keterbatasan tenaga kerja dan
anggaran. Ketika tidak efektif, orang desa mengganti
dengan sistem upahan.
Orang Kulonprogro membuat sistem sawah surjan untuk
mengatasi masalah banjir di musim hujan, dan kekeringan
di musim kemarau
10. Lanjutan 4
4.4. Kebudayaan sebagai identitas dan kekuatan
politik
Kebudayaan merupakan alat bagi suatu
kelompok untuk membedakan diri dari
kelompok lain (misal pakaian adat, bahasa, adat
istiadat, karakter kepribadian)
Identitas dimanfaatkan sebagai komoditas (misal
komodifikasi budaya makanan asli: ritual,
pakaian adat, seni pertunjukan, dll )
11. Lanjutan 4.4
Kebudayaan dipakai sebagai alat politik.
Politik identitas
Politik aliran
Politik citra
Politik transaksional
12. Lanjutan 4
4.5. Menyediakan peta jalan dalam
membangun jati diri, kepribadian, dan
manusia yang berkarakter
Terdapat ajaran tentang karakter manusia yang
ideal: missal berbudi luhur, berilmu, berdarma
baik dsb (Suember ajaran misalnya ada pada
seni-budaya wayang).
Terdapat ajaran kepemimpinan, kerohanian, dan
kesetaraan gender yang tertuang dalam mitos,
cerita rakyat, kepercayaan, ritual tradisional, dll
13. lanjutan
4.6. Memberikan arah perkembangan peradaban
masyarakat
Misal:
• Memayu hayuning bawono;
• Ing Ngarso Sung Tulada, Ing Ngasra mangun karsa, Tutwuri Handayani
4.7. Menyediakan nilai-nilai luhur yang berguna sebagai
referensi bagi warga untuk mengamalkannya
Misal:
- Wani galah duwur wekasane
- Mikul duwur mendem jero
- Tri pama watak satria
14. Lanjutan
4.8. Menyediakan berbagai tradisi, kebudayaan
tak benda yang bisa dipakai sebagai
keahlian hidup dan penghidupan – Misal:
• Kirab budaya,
• Kerajinan batik,
• Pertunjukan wayang
• Makanan tradisional
• Pengobatan tradisional, dll
15. 5. Tema Kebudayaan Jawa Yogyakarta
5.1. Mengarustamakan budaya halus
Orang Jawa khususnya di wilayah Sub-Kultur Mataram
mempunyai nilai, tradisi dan adat istiadat yang menjunjung
konsep halus yang artinya beradab, luhur, agung dan tinggi.
Budaya halus ini tercermin dalam berbagai bidang
• Bahasa
• Ritual
• Sopan santun
• Arsitektur
• Karya seni.
• DLL
16. Lanjutan
5.2. Mengidealkan hirarki (derajat dan pangkat)
dalam sistem relasi dan struktur sosial.
- Menilai dan menstratifikasi orang dari aspek bibit,
bebet, bobot dll
- Menghormati orang yang masuk kategori wong
gedhe, wong sekolahan, wong pinter, wong maju,
wong apik, wong tuwo, dll
17. 5.3. Orang Jawa mengedepankan konsep
harmoni dalam menata ruang, waktu dan
hidupnya
• Keindahan
• Keserasian
• Kesesuaian
• Keterpaduan
• Kecocokan
18. Lanjut 5
5.4. Menekankan konsep hidup rukun (damai)
dan menolak konflik terbuka.
- Rukun agawe santosa, crah agawe bubrah.
- Mangan orang mangan sing penting kumpung
- Tema budaya berorganisasi adalah rukun: rukun
tani, rukun tetangga, rukun warga, rukun
kampung, arisan, gotong royong, dll
19. 6.Masalah Pemajuan Kebudayaan Yogyakarta
6.1. Belum tercapainya tujuan pemajuan kebudayaan secara optimal
6.2. Banyaknya objek pemajuan kebudayaan yang belum ter-
identifikasi, terkelola, dilestarikan dan dikembangkan
a.tradisi lisan;
b. manuskrip;
c. adat istiadat;
d. ritus;
e. pengetahuan tradisional;
f. teknologi tradisional;
g. seni;
h. bahasa;
i. permainan rakyat; dan
j. olahraga·tradisional.
20. Lanjutan 6
6.3. Kurangnya kuantitas dan kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM), lembaga, dan pranata
Kebudayaan.
6.4. Lembaga kebudayaan yang dimaksud tidak
terkecuali sekolah kebudayaan sebagai organ
yang menyiapkan SDM baik di tingkat
pegiat, peneliti dan konsultan.
21. Lanjutan 6
6.5 Ditengah terbatasnya aktivitas pengembangan dan pendidikan
kebudayaan, Daerah menghadapi berbagai ancaman, dan
tantangan ke depan
a. Meluasnya modernisme yang melecehkan kebudayaan daerah dan
lokal
b. Globalisasi yang mengekspansi budaya daerah dan lokal
c. Meluasnya budaya populer
d. Terbatasanya media enkulturalisasi ( internalisasi) budaya Jawa
e. Berkurangnya para praktisi, pegiat, dan budayawan karena
mengalami marginalisasi, dan penuaan .
f. Tidak adanya lembaga pendidikan yang menyiapkan regenerasi,
kaderisasi pegiat, budayawan dan peneliti.
22. 7. Agenda ke depan
7.1. Membangun sekolah kebudayaan tingkat SLTA
• Menyediakan kurikulum yang mampu menghasilkan
lulusan yang memiliki kapasitas sebagai pegiat
kebudayaan,
– Mengenal konsep kebudayaan, kebijakan dan program
pemajuan kebudayaan
– Mengenal berbagai objek pemajuan kebudayaan dan berbagai
masalah dan solusi pelestarian dan pengembangan kebudayaan
– memiliki skill yang terlatih untuk menjadi calon pekerja di
bidang pelestarian dan pengembangan kebudayaan.
– Mengapresiasi, menghayati dan memiliki skill dalam
mempraktikkan objek budaya
23. Lanjutan 7
– Lulusan memiliki akses yang lebih baik untuk
melanjutkan studi di perguruan tinggi di bidang
sosio humaniora
• Sastra dan bahasa Jawa
• Sejarah
• Arkeologi
• Antropologi budaya
24. Lanjutan 7
7.2. Membangun sekolah yang memiliki visi
kebudayaan yang kuat
- Nilai luhur budaya Jawa-Yogyakarta menjadi karakter
dan kepribadian para guru dan siswa serta lulusan
- Sekolah menyediakan kurikulum yang membimbing
siswa bisa belajar dan menghayati budaya Jawa
- Siwa bisa bejalar menginternalisasi budi pekerja luhur
- Sekolah dan Pemda memberikan penghargaan bagi
siswa yang memiliki keteladanan
25. 8. Penutup: Peta jalan pendirian sekolah
budaya
• Lokakarya membuatan kurikulum dan
pelakasanaan pendidikan sekolah budaya
• Penyiapan guru, dan praktisi kebudayaan
• Pendirian dengan menyediakn guru, sarana
prasarana, kurikulum serta rekrutmen siswa
• Promosi sekolah budaya dan pengembangan
jejaring dengan lembaga kebudayaan,
perguruan tinggi, dan swasta