SlideShare a Scribd company logo
Raja Ampat, Papua Barat

Seoul, 9th of March 2014
Tinjauan Umum Modul 4
Secara umum, Modul 4 akan membahas mengenai penentuan alokasi sumber daya yang jumlahnya
terbatas secara optimal dengan menggunakan linear programming: metode simpleks.

Modul 4 terdiri dari dua kegiatan belajar:
• Kegiatan Belajar 1 – Pemecahan Masalah yang Formulasinya Berbentuk Standar dengan Metode Simpleks
• Kegiatan Belajar 2 – Analisis Sensitivitas
Setelah mempelajari Modul 4, diharapkan mampu memecahkan masalah linear programming yang
memiliki variabel lebih dari dua dan lebih kompleks.
Secara khusus, setelah mempelajari Modul 4, diharapkan mampu:
• Memecahkan masalah linear programming yang memiliki variabel lebih dari dua macam;
• Memecahkan masalah dengan menggunakan tabel dan rumus-rumus dalam metode simpleks.

2
Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah dari programma linier dapat diselesaikan dengan dua metode: metode visual (grafik)
dan metode simpleks. Metode grafik sudah dibahas pada Modul 3 sedang metode simpleks akan dibahas
pada Modul 4.
Kelebihan metode simpleks adalah dapat diimplementasikan pada masalah dengan variabel keputusan
lebih dari tiga, di mana metode visual (grafik) tidak mampu untuk menyelesaikannya.
Kekurangannya adalah metode ini lebih rumit dalam implementasi dan perhitungan dibandingkan dengan
metode visual (grafik).

3
Formulasi Masalah
Sebelum memulai pemograman dengan programma linier, maka kita harus merumuskan kasus atau
masalah yang akan diselesaikan, tentu saja dalam persamaan-persamaan linier. Ada dua macam model
persamaan:
1. Fungsi tujuan (objektif), yang sifatnya menimimalkan atau memaksimalkan.
2. Fungsi pembatas (konstrain), yang merupakan batasan fungsional terhadap jumlah sumber daya yang
terbatas.
Simbol-simbol konvensional yang dipakai:
i
: Nomor (indeks) sumber daya;
j
: Nomor (indeks) aktivitas;
m
: Banyaknya macam sumber daya;
n
: Banyaknya macam aktivitas;
aij : Kebutuhan setiap unit aktivitas j akan sumber daya i;
bi
: Banyaknya sumber daya i yang tersedia;
cj
: Manfaat yang diperoleh untuk setiap unit aktivitas j;
Xj : Ukuran (unit) aktivitas;
Z
: Jumlah nilai yang akan dituju (maksimasi atau minimasi).
4
Formulasi Masalah
Ilustrasi 1:

5
Formulasi Masalah
1. Fungsi Tujuan
Fungsi ini menunjukkan tujuan yang akan dioptimalkan: maksimasi atau minimasi.
Simbol yang digunakan adalah Z.
Bentuk umum:
Z

n

c X
j

j

0

j 1

Z  c1 X 1  c2 X 2    cn X n  0
X merupakan variabel keputusan: apa atau siapa yang akan dioptimalkan. Dari ilustrasi 1, yang akan
dioptimalkan adalah jumlah produk 1 dan 2 yang akan diproduksi, maka, n = 2.

Untuk ilustrasi 1, fungsi tujuannya adalah:
Maksimasi
Z – (c1X1 + c2X2) = 0
Z – 3X1 – 4X2 = 0
6
Formulasi Masalah
2. Fungsi Pembatas
a. Pembatas Fungsional (Sumber Daya)
Fungsi ini menunjukkan alokasi sumber daya yang tersedia. Apabila setiap unit aktivitas j memerlukan
a unit sumber daya i, maka bentuk umum pertidaksamaan fungsi pembatas fungsional adalah:
S1 

n

a

1j X j

 b1

j 1

S2 

n

a

2jX j

 b2

j 1
n

a
j 1

a21 X 1  a22 X 2    a2 n X n  S 2  b2




Sm 

a11 X 1  a12 X 2    a1n X n  S1  b1

mj X j

 bm

S merupakan slack variabel
yang berfungsi untuk “menampung”
perbedaan antara sisi kanan dan kiri
diakibatkan berubahnya tanda ≤
atau ≥ menjadi =.

am1 X 1  am 2 X 2    amn X n  S 3  bm

Untuk ilustrasi 1, fungsi pembatas fungsionalnya
adalah:
Subject to 2X1 + 1X2 + S1= 6.000
2X1 + 3X2 + S2= 9.000

7
Formulasi Masalah
2. Fungsi Pembatas
b. Pembatas Tanda
Fungsi ini menunjukkan bahwa variabel keputusan (Xj) tidak boleh bernilai tertentu. Biasanya, dalam
kasus programma linier sederhana, variabel keputusan tidak boleh bernilai negatif (lebih besar atau
sama dengan nol).
Bentuk umum:
X 1  0; X 2  0;; X n  0
S1  0; S 2  0;; S n  0

Untuk ilustrasi 1, fungsi pembatas tandanya adalah:
X1 ≥ 0; X2 ≥ 0; S1 ≥ 0; S2 ≥ 0

8
Formulasi Masalah
Formulasi masalah secara lengkap dari Ilustrasi 1 adalah:
Maksimasi
Z – 3X1 – 4X2 = 0
Subject to
(1) 2X1 + 1X2 + S1= 6.000
(2) 2X1 + 3X2 + S2= 9.000
(3) X1 ≥ 0; X2 ≥ 0; S1 ≥ 0; S2 ≥ 0

9
Metode Simpleks – Maksimasi
1. Masukkan formulasi masalah ke dalam tabel simpleks
Bentuk umum dari tabel simpleks:
V.D. merupakan variabel dasar (variabel basis)
N.K. merupakan nilai dari sisi kanan dari tiap persamaan

Tabel simpleks dari ilustrasi 1 adalah:
V.D.

Z

X1

X2

S1

S2

N.K.

Z

1

–3

–4

0

0

0

S1

0

2

1

1

0

6.000

2

3

0

1

9.000

S2
0
Variabel dasar

Variabel dasar dalam baris Z harus bernilai 0

10
Metode Simpleks – Maksimasi
2. Pilih “kolom kunci” yang merupakan kolom dengan nilai Z yang paling kecil (negatif terkecil)
Kolom kunci dari ilustrasi 1 iterasi 1 adalah:
V.D.

X1

X2

S1

S2

N.K.

Z

1

–3

–4

0

0

0

S1

0

2

1

1

0

6.000

S2

I

Z

0

2

3

0

1

9.000

3. Pilih “baris kunci” yang merupakan baris dengan nilai positif terkecil
Baris S1 = 6.000 / 1 = 6.000
Baris S2 = 9.000 / 3 = 3.000 → positif terkecil
Baris kunci dari ilustrasi 1 iterasi 1 adalah:
V.D.

X1

X2

S1

S2

N.K.

Z
I

Z
1

–3

–4

0

0

0

S1

0

2

1

1

0

6.000

S2

0

2

3

0

1

9.000
11
Metode Simpleks – Maksimasi
4. Ubah nilai dari “baris kunci” dengan membaginya dengan nilai dari “kolom kunci”.
Kemudian Variabel Dasar (V.D.) juga diubah menjadi Variabel Dasar dari “kolom kunci”
Untuk “baris nonkunci”, ubah nilainya sebagai berikut:
Nilai baru = nilai lama – (nilai baris yang bersesuaian pada “kolom kunci” × nilai “baris kunci” baru)
Iterasi 2
V.D.
Z
X1
X2
S1
S2
N.K.
Z

–4

0

0

0

S1

0

2

1

1

0

6.000

0

2

3

0

1

9.000

Z

1

–1/3

0

0

4/3

12.000

S1

0

4/3

0

1

–1/3

3.000

X2

II

–3

S2

I

1

0

2/3

1

0

1/3

3.000

Z pada kolom X1 = –3 – (–4 × 2/3) = –1/3
Z pada kolom S1 = 0 – (–4 × 0) = 0
Z pada kolom S2 = 0 – (–4 × 1/3) = 4/3
Z pada kolom N.K. = 0 – (–4 × 3.000) = 12.000

Semua nilai pada kolom kunci
bernilai 0 kecuali yang terletak
pada baris kunci

S1 pada kolom X1 = 2 – (1 × 2/3) = 4/3
S1 pada kolom S1 = 1 – (1 × 0) = 1
S1 pada kolom S2 = 0 – (1 × 1/3) = –1/3
S1 pada kolom N.K. = 6.000 – (1 × 3.000) = 3.000
12
Metode Simpleks – Maksimasi
5. Pilih “kolom kunci” yang merupakan kolom dengan nilai Z yang paling kecil (negatif terkecil)
Pilih “baris kunci” yang merupakan baris dengan nilai positif terkecil
Baris S1 = 3.000 / 4/3 = 2.250 → positif terkecil
Baris X2 = 3.000 / 2/3 = 4.500
Kolom dan baris kunci dari ilustrasi 1 iterasi 2 adalah:
V.D.

X2

S1

S2

N.K.

1

–3

–4

0

0

0

S1

0

2

1

1

0

6.000

S2

0

2

3

0

1

9.000

Z
II

X1

Z

I

Z

1

–1/3

0

0

4/3

12.000

S1

0

4/3

0

1

–1/3

3.000

X2

0

2/3

1

0

1/3

3.000

13
Metode Simpleks – Maksimasi
6. Ubah nilai dari “baris kunci” dengan membaginya dengan nilai dari “kolom kunci”.
Kemudian Variabel Dasar (V.D.) juga diubah menjadi Variabel Dasar dari “kolom kunci”
Untuk “baris nonkunci”, ubah nilainya sebagai berikut:
Nilai baru = nilai lama – (nilai baris yang bersesuaian pada “kolom kunci” × nilai “baris kunci” baru)
Iterasi 3
V.D.
Z
X1
X2
S1
S2
N.K.
Z

0

0

0

S1

0

2

1

1

0

6.000

0

2

3

0

1

9.000

1

–1/3

0

0

4/3

12.000

S1

0

4/3

0

1

–1/3

3.000

X2

0

2/3

1

0

1/3

3.000

Z
III

–4

Z
II

–3

S2

I

1

1

0

0

1/4

5/4

12.750

X1

0

1

0

3/4

–1/4

2.250

X2

0

0

1

–1/2

1/2

1.500
14
Metode Simpleks – Maksimasi
7. Pemeriksaan hasil akhir.
Karena pada iterasi terakhir tidak ada nilai Z yang bernilai negatif, maka nilai yang optimal telah
diperoleh.
V.D.

S1

S2

N.K.

1

–3

–4

0

0

0

S1

0

2

1

1

0

6.000

0

2

3

0

1

9.000

Z

1

–1/3

0

0

4/3

12.000

S1

0

4/3

0

1

–1/3

3.000

X2

0

2/3

1

0

1/3

3.000

Z

III

X2

S2
II

X1

Z
I

Z

1

0

0

1/4

5/4

12.750

X1

0

1

0

3/4

–1/4

2.250

X2

0

0

1

–1/2

1/2

1.500

Variabel keputusan
yang terpilih

Nilai akhir
Z = 12.750

Nilai variabel keputusan:
X1 = 2.250;
X2 = 1.500
15
Informasi Tambahan
1. Pada pemilihan “kolom kunci” terdapat dua atau lebih nilai negatif terkecil (pada maksimasi) atau
positif terbesar (pada minimasi) di baris Z.
Silakan pilih salah satu sesuai selera karena hasilnya akan sama saja (apabila benar dalam pengerjaan).
2. Pada pemilihan “baris kunci” terdapat dua atau lebih nilai positif terkecil.
Silakan pilih salah satu sesuai selera karena hasilnya akan sama saja (apabila benar dalam pengerjaan).
3. Terdapat lebih dari satu alternatif penyelesaian (mempunyai nilai Z yang sama namun variabel
keputusan yang terpilih berbeda).
Pada dasarnya, alternatif-alternatif tersebut adalah sama, karena mempunyai hasil (nilai Z) yang sama,
namun dalam praktiknya, terkadang alternatif yang lebih “practical” yang harus dipilih.

16
“Penyimpangan”
1. Fungsi tujuan Minimasi
Ketika fungsi tujuan dari programma linier adalah minimasi, maka terdapat dua cara penyelesaian:
mengubah ke bentuk maksimasi atau tetap menggunakan bentuk minimasi dengan cara pengejaan
yang sedikit berbeda dengan maksimasi. Namun dalam Modul ini hanya dibahas cara yang pertama.
Untuk mengganti bentuk minimasi menjadi maksimasi adalah dengan mengalikan –1.
Contoh:
Minimasi

Z = 3X1 + 4X2

Maksimasi

–Z = –3X1 – 4X2
–Z + 3X1 + 4X2 = 0

Tabel simpleks-nya adalah:
V.D.

Z

X1

X2

…

…

N.K.

Z

–1

3

4

…

…

0

…

…

…

…

…

…

…

…

…

…

…

…

…

…

Ingat bahwa setelah iterasi terakhir, N.K. yang diperoleh harus dikali –1 karena koefisien dari Z adalah
–1 (lihat Tabel Simpleks).
17
“Penyimpangan”
2. Pembatas fungsional bertanda “=”
Ketika suatu permasalahan dalam programma linier ada pembatas fungsional yang bertanda = (sama
dengan), maka kondisi ini akan menyulitkan dalam penyelesaiannya, karena matriks identitas yang
akan dijadikan solusi dasar awal tidak akan ditemui. Cara penyelesaiannya adalah dengan
menambahkan variabel artifisial R ke dalam formulasi pembatas fungsional di mana nilai dari variabel
artifisial ini harus nol. Metode yang digunakan dalam penyelesaian masalah dengan kondisi ini ada
dua: Metode Dua Fasa dan Metode Big M. Namun dalam Modul ini hanya dibahas Metode Big M.
Metode Big M merupakan metode untuk mengeliminasi variabel artifisial dengan memberikan nilai
positif yang sangat besar (M) pada fungsi tujuan (untuk maksimasi bertanda negatif; untuk minimasi
bertanda positif).
Z = 3X1 + 4X2 – MR1
Contoh:
Maksimasi
Z = 3X1 + 4X2
Maksimasi
Z – 3X1 – 4X2 + MR1 = 0
Subject to
(1) 2X1 + X2 = 6.000
Subject to
(1) 2X1 + X2 + R1 = 6.000
(2) 2X1 + 3X2 ≤ 9000
(2) 2X1 + 3X2 + S2 = 9000
(3) X1 ≥ 0; X2 ≥ 0
(3) X1 ≥ 0; X2 ≥ 0; S2 ≥ 0

18
“Penyimpangan”
2. Pembatas fungsional bertanda “=”
Tabel simpleks dari contoh tersebut adalah:
V.D.

Z

X1

X2

R1

S2

N.K.

Z

1

–3

–4

M

0

0

R1

0

2

1

1

0

6.000

S2

0

2

3

0

1

9.000

Ingat bahwa nilai V.D. (Variabel Dasar) pada baris Z harus 0, namun dalam tabel di atas, nilai R1
adalah M, maka agar nilai R1 sebesar 0, baris Z nilainya harus diubah sedemikian rupa (ingat metode
eliminasi dalam pemecahan masalah linier):
Baris pertama (Z) dikurangi M kali baris kedua (R1):
–3X1 – 4X2 + MR1 + 0S2 = 0
2MX1 + MX2 + MR1 + 0S2 = 6.000M
(–3–2M)X1 + (–4–M)X2 = – 6.000M
V.D.

Z

X1

X2

R1

S2

N.K.

Z

1

–3–2M

–4–M

0

0

– 6.000M

R1

0

2

1

1

0

6.000

S2

0

2

3

0

1

9.000

19
“Penyimpangan”
3. Pembatas fungsional bertanda “≥”
Ketika suatu permasalahan dalam programma linier ada pembatas fungsional yang bertanda ≥ (lebih
besar atau sama dengan), maka penyelesaiannya dengan menambahkan variabel slack dengan tanda
negatif.
Contoh:
Maksimasi
Subject to

Z = 3X1 + 4X2
(1) 2X1 + X2 ≤ 6.000
(2) 2X1 + 3X2 ≥ 9000
(3) X1 ≥ 0; X2 ≥ 0

Maksimasi
Subject to

Z – 3X1 – 4X2 = 0
(1) 2X1 + X2 + S1 = 6.000
(2) 2X1 + 3X2 – S2 = 9000
(3) X1 ≥ 0; X2 ≥ 0; S1 ≥ 0; S2 ≥ 0

Tabel simpleks dari contoh tersebut adalah:
V.D.

Z

X1

X2

S1

S2

N.K.

Z

1

–3

–4

0

0

0

S1

0

2

1

1

0

6.000

–S2

0

2

3

0

1

9.000

Melanggar pembatas tanda S2 ≥ 0

20
“Penyimpangan”
3. Pembatas fungsional bertanda “≥”
Karena variabel dasar melanggar aturan pembatas tanda, maka variabel artifisial R dapat dimasukkan
ke dalam persamaan. Karena R masuk ke dalam persamaan, sehingga Metode Big M dipakai untuk
menyelesaikan masalah. Maka, dalam fungsi tujuan juga harus ditambahkan M (untuk maksimasi
bertanda negatif; untuk minimasi bertanda positif).
Z – 3X1 – 4X2 = 0
(1) 2X1 + X2 + S1 = 6.000
(2) 2X1 + 3X2 – S2 = 9000
(3) X1 ≥ 0; X2 ≥ 0; S1 ≥ 0; S2 ≥ 0

Maksimasi
Subject to

Z – 3X1 – 4X2 + MR2 = 0
2X1 + X2 + S1 = 6.000
2X1 + 3X2 – S2 + R2 = 9000
X1 ≥ 0; X2 ≥ 0; S1 ≥ 0; S2 ≥ 0

Tabel simpleks dari contoh tersebut adalah:
V.D.

Z

X1

X2

S1

S2

R2

N.K.

Z

1

–3

–4

0

0

M

0

S1

0

2

1

1

0

0

6.000

R2

0

2

3

0

–1

1

9.000
21
“Penyimpangan”
3. Pembatas fungsional bertanda “≥”
V.D.

Z

X1

X2

S1

S2

R2

N.K.

Z

1

–3

–4

0

0

M

0

S1

0

2

1

1

0

0

6.000

R2

0

2

3

0

–1

1

9.000

Ingat bahwa nilai V.D. (Variabel Dasar) pada baris Z harus 0, namun dalam tabel di atas, nilai R2
adalah M, maka agar nilai R2 sebesar 0, baris Z nilainya harus diubah sedemikian rupa (ingat metode
eliminasi dalam pemecahan masalah linier):
Baris pertama (Z) dikurangi M kali baris ketiga (R2):
–3X1 – 4X2 + 0S1 + 0S2 + MR2 = 0
2MX1 + 3MX2 + 0S1 – MS2 + MR2= 9.000M
(–3–2M)X1 + (–4–3M)X2 + MS2 = – 9.000M
V.D.

Z

X1

X2

S1

S2

R2

N.K.

Z

1

–3–2M

–4–3M

0

M

0

– 9.000M

S1

0

2

1

1

0

0

6.000

R2

0

2

3

0

–1

1

9.000
22
“Penyimpangan”
Contoh penyelesaian masalah untuk beberapa penyimpangan tersebut:
Minimasi
Z = 5X1 + 2X2
Subject to
(1) 2X1 + X2 = 6.000
(2) 2X1 + 3X2 ≥ 9000
(3) X1 + X2 ≤ 4000
(4) X1 ≥ 0; X2 ≥ 0
Ubah formulasi masalah di atas menjadi bentuk standar dengan mengubah ke bentuk maksimasi
(mengalikan – 1) serta menambahkan variabel slack dan artifisial.
Maksimasi
–Z + 5X1 + 2X2 + MR1 + MR2 = 0
Subject to
(1) 2X1 + X2 + R1 = 6.000
(2) 2X1 + 3X2 – S2 + R2 = 9000
(3) X1 + X2 + S3 = 4000
(4) X1 ≥ 0; X2 ≥ 0; S1 ≥ 0; S2 ≥ 0; S3 ≥ 0

23
“Penyimpangan”
1. Masukkan formulasi masalah ke dalam tabel simpleks
V.D.

Z

X1

X2

R1

S2

R2

S3

N.K.

Z

–1

5

2

M

0

M

0

0

R1

0

2

1

1

0

0

0

6.000

R2

0

2

3

0

–1

1

0

9.000

S3

0

1

1

0

0

0

1

4.000

Baris pertama (Z) ditambah M kali baris pertama (R1) dan ditambah M kali baris ketiga (R2)
5X1 + 2X2 + MR1 + 0S2 + MR2 + 0S3 = 0
2MX1 + MX2 + MR1 + 0S2 + 0R2 + 0S3= 6.000M
2MX1 + 3MX2 + 0R1 – MS2 + MR2 + 0S3= 9.000M
(5–4M)X1 + (2–4M)X2 + MS2
= –15.000M
V.D.

Z

X1

X2

R1

S2

R2

S3

N.K.

Z

–1

5–4M

2–4M

0

M

0

0

–15.000M

R1

0

2

1

1

0

0

0

6.000

R2

0

2

3

0

–1

1

0

9.000

S3

0

1

1

0

0

0

1

4.000

24
“Penyimpangan”
2. Pilih “kolom kunci” yang merupakan kolom dengan nilai Z yang paling kecil (negatif terkecil)
Karena X1 dan X2 sama-sama bernilai negatif terkecil, maka dipilih salah satu, yaitu X2.
3. Pilih “baris kunci” yang merupakan baris dengan nilai positif terkecil
Kolom kunci dan baris kunci iterasi 1 adalah:
Baris R1 = 6.000 / 1 = 6.000
Baris R2 = 9.000 / 3 = 3.000 → positif terkecil
Baris S3 = 4.000 / 1 = 4.000
V.D.

X1

X2

R1

S2

R2

S3

N.K.

Z
I

Z
–1

5–4M

2–4M

0

M

0

0

–15.000M

R1

0

2

1

1

0

0

0

6.000

R2

0

2

3

0

–1

1

0

9.000

S3

0

1

1

0

0

0

1

4.000

25
“Penyimpangan”
4. Ubah nilai dari “baris kunci” dengan membaginya dengan nilai dari “kolom kunci”.
Kemudian Variabel Dasar (V.D.) juga diubah menjadi Variabel Dasar dari “kolom kunci”
Untuk “baris nonkunci”, ubah nilainya sebagai berikut:
Nilai baru = nilai lama – (nilai baris yang bersesuaian pada “kolom kunci” × nilai “baris kunci” baru)
Iterasi 2
V.D.

X2

R1

S2

R2

S3

N.K.

–1

5–4M

2–4M

0

M

0

0

–15.000M

R1

0

2

1

1

0

0

0

6.000

R2

0

2

3

0

–1

1

0

9.000

S3

0

1

1

0

0

0

1

4.000

Z

II

X1

Z
I

Z

–1

11/3–4/3M

0

0

2/3–1/3M

4/3M–2/3

0

–6.000–3.000M

R1

0

4/3

0

1

1/3

–1/3

0

3.000

X2

0

2/3

1

0

–1/3

1/3

0

3.000

S3

0

1/3

0

0

1/3

–1/3

1

1.000

26
“Penyimpangan”
5. Pilih “kolom kunci” yang merupakan kolom dengan nilai Z yang paling kecil (negatif terkecil)
6. Pilih “baris kunci” yang merupakan baris dengan nilai positif terkecil
Kolom kunci dan baris kunci iterasi 2 adalah:
Baris R1 = 3.000 / 4/3 = 2.250 → positif terkecil
Baris X2 = 3.000 / 2/3 = 4.500
Baris S3 = 1.000 / 1/3 = 3.000
V.D.

X2

R1

S2

R2

S3

N.K.

–1

5–4M

2–4M

0

M

0

0

–15.000M

R1

0

2

1

1

0

0

0

6.000

R2

0

2

3

0

–1

1

0

9.000

S3

0

1

1

0

0

0

1

4.000

Z
II

X1

Z
I

Z

–1

11/3–4/3M

0

0

2/3–1/3M

4/3M–2/3

0

–6.000–3.000M

R1

0

4/3

0

1

1/3

–1/3

0

3.000

X2

0

2/3

1

0

–1/3

1/3

0

3.000

S3

0

1/3

0

0

1/3

–1/3

1

1.000
27
“Penyimpangan”
7. Ubah nilai dari “baris kunci” dengan membaginya dengan nilai dari “kolom kunci”.
Iterasi 3
V.D.

R1

S2

R2

S3

N.K.

–1

5–4M

2–4M

0

M

0

0

–15.000M

R1

0

2

1

1

0

0

0

6.000

R2

0

2

3

0

–1

1

0

9.000

0

1

1

0

0

0

1

4.000

Z

–1

11/3–4/3M

0

0

2/3–1/3M

–2/3+4/3M

0

–6.000–3.000M

R1

0

4/3

0

1

1/3

–1/3

0

3.000

X2

0

2/3

1

0

–1/3

1/3

0

3.000

S3

0

1/3

0

0

1/3

–1/3

1

1.000

Z
III

X2

S3

II

X1

Z
I

Z

–1

0

0

–11/4+M

–1/4

–1/4+M

0

–14.250

X1

0

1

0

3/4

1/4

–1/4

0

2.250

X2

0

0

1

–1/2

–1/2

1/2

0

1.500

S3

0

0

0

–1/4

1/4

–1/4

1

250

28
“Penyimpangan”
8. Pilih “kolom kunci” yang merupakan kolom dengan nilai Z yang paling kecil (negatif terkecil)
9. Pilih “baris kunci” yang merupakan baris dengan nilai positif terkecil
Kolom kunci dan baris kunci iterasi 4 adalah:
Baris X1 = 2.250 / 1/4 = 9.000
Baris X2 = 1.500 / –1/2 = –3.000
Baris S3 = 250 / 1/4 = 1.000 → positif terkecil
V.D.

R1

S2

R2

S3

N.K.

–1

5–4M

2–4M

0

M

0

0

–15.000M

R1

0

2

1

1

0

0

0

6.000

R2

0

2

3

0

–1

1

0

9.000

0

1

1

0

0

0

1

4.000

Z

–1

11/3–4/3M

0

0

2/3–1/3M

–2/3+4/3M

0

–6.000–3.000M

R1

0

4/3

0

1

1/3

–1/3

0

3.000

X2

0

2/3

1

0

–1/3

1/3

0

3.000

S3

0

1/3

0

0

1/3

–1/3

1

1.000

Z
III

X2

S3

II

X1

Z
I

Z

–1

0

0

–11/4+M

–1/4

–1/4+M

0

–14.250

X1

0

1

0

3/4

1/4

–1/4

0

2.250

X2

0

0

1

–1/2

–1/2

1/2

0

1.500

S3

0

0

0

–1/4

1/4

–1/4

1

250

29
“Penyimpangan”
10. Ubah nilai dari “baris kunci” dengan membaginya dengan nilai dari “kolom kunci”.
Iterasi 4
V.D.

S2

R2

S3

N.K.

–1

5–4M

2–4M

0

M

0

0

–15.000M

R1

0

2

1

1

0

0

0

6.000

R2

0

2

3

0

–1

1

0

9.000

0

1

1

0

0

0

1

4.000

–1

11/3–4/3M

0

0

2/3–1/3M

–2/3+4/3M

0

–6.000–3.000M

R1

0

4/3

0

1

1/3

–1/3

0

3.000

X2

0

2/3

1

0

–1/3

1/3

0

3.000

S3

0

1/3

0

0

1/3

–1/3

1

1.000

Z

–1

0

0

–11/4+M

–1/4

–1/4+M

0

–14.250

X1

0

1

0

3/4

1/4

–1/4

0

2.250

X2

0

0

1

–1/2

–1/2

1/2

0

1.500

S3

0

0

0

–1/4

1/4

–1/4

1

250

Z
IV

R1

Z

III

X2

S3

II

X1

Z
I

Z

–1

0

0

–3+M

0

–1/2+M

1

–14.000

X1

0

1

0

1

0

0

–1

2.000

X2

0

0

1

–1

0

0

2

2.000

S2

0

0

0

–1

1

–1

4

1.000

30
“Penyimpangan”
11. Pemeriksaan hasil akhir
Karena pada iterasi terakhir tidak ada nilai Z yang bernilai negatif, maka nilai yang optimal telah
diperoleh
V.D.

X1

X2

R1

S2

R2

S3

N.K.

Z
IV

Z
–1

0

0

–3+M

0

–1/2+M

1

–14.000

X1

0

1

0

1

0

0

–1

2.000

X2

0

0

1

–1

0

0

2

2.000

S2

0

0

0

–1

1

–1

4

1.000

Variabel keputusan
yang terpilih

Nilai akhir
–Z = –14.000
Z = 14.000

Nilai variabel keputusan:
X1 = 2.000;
X2 = 2.000;
S2 = 1.000

31
Analisis Sensitivitas
A. Marginal Value (Shadow Price)
Marginal Value pada Table Simpleks iterasi terakhir terdapat pada kolom Slack Variable.
Contoh:
Maksimasi Z = 3X1 + 4X2
Subject to (1) 2X1 + X2 ≤ 6.000
(2) 2X1 + 3X2 ≤ 9.000
(3) X1 ≥ 0; X2 ≥ 0
Tabel Simpleks iterasi terakhir (optimal) adalah:
Iterasi

Z

X1

X2

S1

S2

N.K.

Z

1

0

0

1/4

5/4

12.750

X1

0

1

0

3/4

–1/4

2.250

X2

III

V.D.

0

0

1

–1/2

1/2

1.500

S1 = 1/4, maka apabila nilai ruas kanan pada fungsi pembatas pertama ditambah 1 unit, maka nilai Z
akan bertambah 1/4. Dan apabila nilai ruas kanan pada fungsi pembatas kedua ditambah 1 unit, maka
nilai Z akan bertambah 5/4 (S2 = 5/4).

32
Analisis Sensitivitas
B. Mencari Nilai Optimal Baru
Apabila terjadi perubahan nilai ruas kanan pada suatu pembatas, maka nilai optimal dapat diketahui
tanpa mengulangi proses perhitungan.
Pada contoh sebelumnya, tabel simpleks iterasi terakhir adalah sebagai berikut:
Iterasi

Z

X1

X2

S1

S2

N.K.

Z

1

0

0

1/4

5/4

12.750

X1

0

1

0

3/4

–1/4

2.250

X2

III

V.D.

0

0

1

–1/2

1/2

1.500

Apabila fungsi pembatas yang pertama bertambah 100, maka:
Z baru = Z lama + koefisien S1 × 100 = 12.750 + 1/4(100) = 12.775
X1 baru = X1 lama + koefisien S1 × 100 = 2.250 + 3/4(100) = 2.325
X2 baru = X2 lama + koefisien S1 × 100 =1.500 – 1/2(100) = 1.450

Cek feasibilitas:
(1) 2X1 + X2 ≤ 6.000
(1) 2(2.325) + 1.450 ≤ 6.000 (OK)
33
Analisis Sensitivitas
B. Mencari Nilai Optimal Baru
Cek feasibilitas
Seperti sudah disinggung sebelumnya, setiap penambahan atau pengurangan nilai ruas kanan pembatas
fungsional, maka harus dicek feasibilitasnya dengan memasukkan nilai yang baru ke fungsi pembatas yang
baru, apabila tidak sesuai, maka hal tersebut tidak dapat dilakukan.
Mencari selang feasibilitas
Pembatas fungsional 1
(1) 2.250 + 3/4×Δ 1 ≥ 0; maka Δ ≥ –3.000 (sebagai batas bawah)
(2) 1.500 – 1/2×Δ 1 ≥ 0; maka Δ ≤ 3.000 (sebagai batas atas)
Sehingga –3.000 ≤ Δ 1 ≤ 3.000 adalah selang bagi penambahan nilai ruas kanan pembatas 1.
Artinya, nilai ruas kanan dari pembatas 1 tidak boleh bertambah lebih dari 3.000 atau berkurang lebih dari
3.000.
Pembatas fungsional 2
(1) 2.250 – 1/4×Δ 2 ≥ 0; maka Δ ≤ 9.000 (sebagai batas atas)
(2) 1.500 + 1/2×Δ 2 ≥ 0; maka Δ ≥ –3.000 (sebagai batas bawah)
Sehingga –3.000 ≤ Δ 2 ≤ 9.000 adalah selang bagi penambahan nilai ruas kanan pembatas 1.
Artinya, nilai ruas kanan dari pembatas 1 tidak boleh bertambah lebih dari 9.000 atau berkurang lebih dari
3.000.

34
Analisis Sensitivitas
B. Mencari Nilai Optimal Baru
Mencari selang feasibilitas
Pembatas fungsional 1: –3.000 ≤ Δ 1 ≤ 3.000
Pembatas fungsional 2: –3.000 ≤ Δ 2 ≤ 9.000
Apabila fungsi pembatas yang pertama bertambah 4.000, maka:
Z baru = Z lama + koefisien S1 × 100 = 12.750 + 1/4(4.000) = 13.750
X1 baru = X1 lama + koefisien S1 × 100 = 2.250 + 3/4(4.000) = 5.250
X2 baru = X2 lama + koefisien S1 × 100 =1.500 – 1/2(4.000) = –500
Cek feasibilitas:
(1) 2X1 + X2 ≤ 6.000
(1) 2(5.250) –500 ≥ 6.000 (Tidak OK);
Selain itu, nilai X2 ≤ 0 yang juga melanggar pembatas tanda: X2 ≥ 0

35
Terima Kasih

감사합니다
Sampai Bertemu Lagi di Pertemuan Selanjutnya

Raja Ampat, Papua Barat

Seoul, 9th of March 2014

More Related Content

DOCX
Matriks dan penerapannya dalam bidang ekonomi
PPTX
Probabilitas (Statistik Ekonomi II)
PDF
Dualitas- Program Linear
PDF
Bunga Sederhana dan Tingkat Diskon (Matematika Keuangan)
PDF
Bab1 c - Matematika Bisnis
PDF
Makalah kelompok 4 metode simpleks
PDF
3 . analisis regresi linier berganda dua peubah
PPTX
Penerapan fungsi non linier
Matriks dan penerapannya dalam bidang ekonomi
Probabilitas (Statistik Ekonomi II)
Dualitas- Program Linear
Bunga Sederhana dan Tingkat Diskon (Matematika Keuangan)
Bab1 c - Matematika Bisnis
Makalah kelompok 4 metode simpleks
3 . analisis regresi linier berganda dua peubah
Penerapan fungsi non linier

What's hot (20)

PPTX
STATISTIKA-Regresi dan korelasi
PPT
Bab 12 keseimbangan pasar uang dan barang
PPTX
Matematika Ekonomi - Hubungan Non Linear
DOCX
Metode simpleks dua fase
PPTX
Analisa kurva IS-LM
PPTX
Kuliah_1 Matriks Matematika Ekonomi I
PDF
Deret hitung (aritmatika)
PPTX
DOC
Pendugaan parameter
PPTX
Keputusan Pembelian Dalam Kondisi Tidak Pasti
DOCX
Metode Simplek Minimasi
ODP
Distribusi poisson
PPTX
Statistika non-parametrik dengan metode Uji Tanda
PPTX
Kuliah 2 penerapan matriks dalam ekonomi
PDF
PENELITIAN OPERASIONAL - PROGRAMA LINIER - METODE PRIMAL DUAL
PPT
3 manajemen-kas materi 21 04 2013
PPTX
Metode transportasi
PDF
Distribusi hipergeometrik
PPT
Bab VI Teori Produksi dan Biaya Produksi Terlengkap
PPTX
ITP UNS SEMESTER 2 Teori antrian ro
STATISTIKA-Regresi dan korelasi
Bab 12 keseimbangan pasar uang dan barang
Matematika Ekonomi - Hubungan Non Linear
Metode simpleks dua fase
Analisa kurva IS-LM
Kuliah_1 Matriks Matematika Ekonomi I
Deret hitung (aritmatika)
Pendugaan parameter
Keputusan Pembelian Dalam Kondisi Tidak Pasti
Metode Simplek Minimasi
Distribusi poisson
Statistika non-parametrik dengan metode Uji Tanda
Kuliah 2 penerapan matriks dalam ekonomi
PENELITIAN OPERASIONAL - PROGRAMA LINIER - METODE PRIMAL DUAL
3 manajemen-kas materi 21 04 2013
Metode transportasi
Distribusi hipergeometrik
Bab VI Teori Produksi dan Biaya Produksi Terlengkap
ITP UNS SEMESTER 2 Teori antrian ro
Ad

Viewers also liked (13)

PPTX
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 1
PPTX
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 5
PPTX
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 3
PPTX
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 7
PPTX
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 2
PPTX
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 8
PPTX
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 9
PPTX
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 6
DOCX
Tugas Mandiri Riset Operasi
PPTX
Analisis Sensitivitas
PDF
Riset operasional
PPT
EKSI 4203 - Modul 1 Pengertian dan Instrument Pasar Modal
PPT
EKSI 4203 - Modul 2 Risk & Return
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 1
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 5
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 3
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 7
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 2
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 8
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 9
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 6
Tugas Mandiri Riset Operasi
Analisis Sensitivitas
Riset operasional
EKSI 4203 - Modul 1 Pengertian dan Instrument Pasar Modal
EKSI 4203 - Modul 2 Risk & Return
Ad

Similar to EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 4 (20)

PDF
MPL ITS
PPT
Metode Simpleks.ppt
PPT
Program Linier : Solusi Simpleks memaksimalkan z dengan batasan
PPT
PERT 4 Metode_Simpleks-ppt teknik riset opersdional.ppt
PPTX
LP SIMPLEKS KASUS MINIMISASI.pptx
PPT
Linier simplek MAKSIMASI
PPTX
DIPELAJARI YA (1).pptx
PDF
05- Simpleks HO...............................pdf
PDF
RO-03.mtk publish linear dan kuadrat terkecil
PDF
Metode Simpleks - Riset Operasional
PPTX
Materi 2
PPTX
program linier.pptx
PDF
Teknik riset operasi pertemuan 6
PDF
Big M Methode
PPTX
Pertemuan 8 - Metode 2 Fasa (Max. Problem).pptx
PPT
M2 lp-2 met simpleks
PPTX
BAB LP metode simplex operation research
PDF
Modul+OR+-+Simpleks+Minimum.pdf
DOC
Riset operasi
MPL ITS
Metode Simpleks.ppt
Program Linier : Solusi Simpleks memaksimalkan z dengan batasan
PERT 4 Metode_Simpleks-ppt teknik riset opersdional.ppt
LP SIMPLEKS KASUS MINIMISASI.pptx
Linier simplek MAKSIMASI
DIPELAJARI YA (1).pptx
05- Simpleks HO...............................pdf
RO-03.mtk publish linear dan kuadrat terkecil
Metode Simpleks - Riset Operasional
Materi 2
program linier.pptx
Teknik riset operasi pertemuan 6
Big M Methode
Pertemuan 8 - Metode 2 Fasa (Max. Problem).pptx
M2 lp-2 met simpleks
BAB LP metode simplex operation research
Modul+OR+-+Simpleks+Minimum.pdf
Riset operasi

More from Diponegoro University (20)

PDF
Polar Coordinates & Polar Curves
PDF
Parametric Equations
PDF
Shewhart Charts for Variables
PDF
A Brief Concept of Quality
PDF
Methods and Philosophy of SPC
PDF
Linear Algebra - Finite Dimensional Vector Spaces
PDF
Linear Algebra - Determinants and Eigenvalues
PDF
Linear Algebra - System of Linear Equation
PDF
Linear Algebra - Vectors and Matrices
PPTX
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 8
PPTX
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 8
PPTX
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 9
PPTX
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 7
PPTX
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 6
PPTX
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 5
PPTX
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 4
PPTX
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 3
PPTX
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 2
PPTX
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 1
Polar Coordinates & Polar Curves
Parametric Equations
Shewhart Charts for Variables
A Brief Concept of Quality
Methods and Philosophy of SPC
Linear Algebra - Finite Dimensional Vector Spaces
Linear Algebra - Determinants and Eigenvalues
Linear Algebra - System of Linear Equation
Linear Algebra - Vectors and Matrices
EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 8
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 8
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 9
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 7
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 6
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 5
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 4
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 3
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 2
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 1

Recently uploaded (20)

PPTX
Bahan Tayang OJT Pembelajaran Mendalam KS
DOCX
Modul Ajar Deep Learning PJOK Kelas 10 SMA Terbaru 2025
PDF
KASUS_INKUIRI_KOLABORATIF_KELAS_BAWAH-ISI-ARNI.pdf
PDF
Deck Rumah Pendidikan untuk Mendukung Program Prioritas Kemendikdasmen.pdf
PPTX
MATERI MPLS TENTANG KURIKULUM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN
PPTX
Keterbatasan-Fasilitas-dalam-Mengajar-KKA.pptx
PPTX
Pancasila: fondasi peradaban dan kebudayaan berkelanjutan
PPTX
PPT Kurikulum Berbasis Cinta tahun 2025.
PPTX
5. Bahan Bacaan Asinkronus Modul 5_ Perencanaan Pembelajaran.pptx
PDF
BAHASA INDONESIA KELAS 6 SD TEKS INFORMATIF
PDF
lembar kerja LMS tugas pembelajaran mendalam
PDF
INSTRUMEN IMPLEMENTASI DAN REFLEKSI PERENCANAAN PEMBELAJARAN-ARNI.pdf
PDF
Materi Seminar AITalks: AI dan Konseling GPT
PDF
PPT Resources Seminar AITalks: AI dan Konseling GPT
DOCX
Modul Ajar Deep Learning PKN Kelas 10 SMA Terbaru 2025
PPTX
9ICP - Hubungan antara Pancasila dengan UUD 1945Bhinneka Tunggal Ika.pptx
PDF
KELOMPOK 4 LK Modul 4 KP4 Asesmen PM (3).pdf
PPTX
PPT MATERI KODING DAN KECERDASAN ARTIFISIAL UNTUK PEMBELAJARAN
PPSX
Teknik Trading Selang Seling Yang Dapat Digunakan Untuk Trading Manual Maupun...
DOCX
Lembar Kerja Mahasiswa Information System
Bahan Tayang OJT Pembelajaran Mendalam KS
Modul Ajar Deep Learning PJOK Kelas 10 SMA Terbaru 2025
KASUS_INKUIRI_KOLABORATIF_KELAS_BAWAH-ISI-ARNI.pdf
Deck Rumah Pendidikan untuk Mendukung Program Prioritas Kemendikdasmen.pdf
MATERI MPLS TENTANG KURIKULUM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN
Keterbatasan-Fasilitas-dalam-Mengajar-KKA.pptx
Pancasila: fondasi peradaban dan kebudayaan berkelanjutan
PPT Kurikulum Berbasis Cinta tahun 2025.
5. Bahan Bacaan Asinkronus Modul 5_ Perencanaan Pembelajaran.pptx
BAHASA INDONESIA KELAS 6 SD TEKS INFORMATIF
lembar kerja LMS tugas pembelajaran mendalam
INSTRUMEN IMPLEMENTASI DAN REFLEKSI PERENCANAAN PEMBELAJARAN-ARNI.pdf
Materi Seminar AITalks: AI dan Konseling GPT
PPT Resources Seminar AITalks: AI dan Konseling GPT
Modul Ajar Deep Learning PKN Kelas 10 SMA Terbaru 2025
9ICP - Hubungan antara Pancasila dengan UUD 1945Bhinneka Tunggal Ika.pptx
KELOMPOK 4 LK Modul 4 KP4 Asesmen PM (3).pdf
PPT MATERI KODING DAN KECERDASAN ARTIFISIAL UNTUK PEMBELAJARAN
Teknik Trading Selang Seling Yang Dapat Digunakan Untuk Trading Manual Maupun...
Lembar Kerja Mahasiswa Information System

EKMA4413 - Riset Operasi - Modul 4

  • 1. Raja Ampat, Papua Barat Seoul, 9th of March 2014
  • 2. Tinjauan Umum Modul 4 Secara umum, Modul 4 akan membahas mengenai penentuan alokasi sumber daya yang jumlahnya terbatas secara optimal dengan menggunakan linear programming: metode simpleks. Modul 4 terdiri dari dua kegiatan belajar: • Kegiatan Belajar 1 – Pemecahan Masalah yang Formulasinya Berbentuk Standar dengan Metode Simpleks • Kegiatan Belajar 2 – Analisis Sensitivitas Setelah mempelajari Modul 4, diharapkan mampu memecahkan masalah linear programming yang memiliki variabel lebih dari dua dan lebih kompleks. Secara khusus, setelah mempelajari Modul 4, diharapkan mampu: • Memecahkan masalah linear programming yang memiliki variabel lebih dari dua macam; • Memecahkan masalah dengan menggunakan tabel dan rumus-rumus dalam metode simpleks. 2
  • 3. Pemecahan Masalah Pemecahan masalah dari programma linier dapat diselesaikan dengan dua metode: metode visual (grafik) dan metode simpleks. Metode grafik sudah dibahas pada Modul 3 sedang metode simpleks akan dibahas pada Modul 4. Kelebihan metode simpleks adalah dapat diimplementasikan pada masalah dengan variabel keputusan lebih dari tiga, di mana metode visual (grafik) tidak mampu untuk menyelesaikannya. Kekurangannya adalah metode ini lebih rumit dalam implementasi dan perhitungan dibandingkan dengan metode visual (grafik). 3
  • 4. Formulasi Masalah Sebelum memulai pemograman dengan programma linier, maka kita harus merumuskan kasus atau masalah yang akan diselesaikan, tentu saja dalam persamaan-persamaan linier. Ada dua macam model persamaan: 1. Fungsi tujuan (objektif), yang sifatnya menimimalkan atau memaksimalkan. 2. Fungsi pembatas (konstrain), yang merupakan batasan fungsional terhadap jumlah sumber daya yang terbatas. Simbol-simbol konvensional yang dipakai: i : Nomor (indeks) sumber daya; j : Nomor (indeks) aktivitas; m : Banyaknya macam sumber daya; n : Banyaknya macam aktivitas; aij : Kebutuhan setiap unit aktivitas j akan sumber daya i; bi : Banyaknya sumber daya i yang tersedia; cj : Manfaat yang diperoleh untuk setiap unit aktivitas j; Xj : Ukuran (unit) aktivitas; Z : Jumlah nilai yang akan dituju (maksimasi atau minimasi). 4
  • 6. Formulasi Masalah 1. Fungsi Tujuan Fungsi ini menunjukkan tujuan yang akan dioptimalkan: maksimasi atau minimasi. Simbol yang digunakan adalah Z. Bentuk umum: Z n c X j j 0 j 1 Z  c1 X 1  c2 X 2    cn X n  0 X merupakan variabel keputusan: apa atau siapa yang akan dioptimalkan. Dari ilustrasi 1, yang akan dioptimalkan adalah jumlah produk 1 dan 2 yang akan diproduksi, maka, n = 2. Untuk ilustrasi 1, fungsi tujuannya adalah: Maksimasi Z – (c1X1 + c2X2) = 0 Z – 3X1 – 4X2 = 0 6
  • 7. Formulasi Masalah 2. Fungsi Pembatas a. Pembatas Fungsional (Sumber Daya) Fungsi ini menunjukkan alokasi sumber daya yang tersedia. Apabila setiap unit aktivitas j memerlukan a unit sumber daya i, maka bentuk umum pertidaksamaan fungsi pembatas fungsional adalah: S1  n a 1j X j  b1 j 1 S2  n a 2jX j  b2 j 1 n a j 1 a21 X 1  a22 X 2    a2 n X n  S 2  b2   Sm  a11 X 1  a12 X 2    a1n X n  S1  b1 mj X j  bm S merupakan slack variabel yang berfungsi untuk “menampung” perbedaan antara sisi kanan dan kiri diakibatkan berubahnya tanda ≤ atau ≥ menjadi =. am1 X 1  am 2 X 2    amn X n  S 3  bm Untuk ilustrasi 1, fungsi pembatas fungsionalnya adalah: Subject to 2X1 + 1X2 + S1= 6.000 2X1 + 3X2 + S2= 9.000 7
  • 8. Formulasi Masalah 2. Fungsi Pembatas b. Pembatas Tanda Fungsi ini menunjukkan bahwa variabel keputusan (Xj) tidak boleh bernilai tertentu. Biasanya, dalam kasus programma linier sederhana, variabel keputusan tidak boleh bernilai negatif (lebih besar atau sama dengan nol). Bentuk umum: X 1  0; X 2  0;; X n  0 S1  0; S 2  0;; S n  0 Untuk ilustrasi 1, fungsi pembatas tandanya adalah: X1 ≥ 0; X2 ≥ 0; S1 ≥ 0; S2 ≥ 0 8
  • 9. Formulasi Masalah Formulasi masalah secara lengkap dari Ilustrasi 1 adalah: Maksimasi Z – 3X1 – 4X2 = 0 Subject to (1) 2X1 + 1X2 + S1= 6.000 (2) 2X1 + 3X2 + S2= 9.000 (3) X1 ≥ 0; X2 ≥ 0; S1 ≥ 0; S2 ≥ 0 9
  • 10. Metode Simpleks – Maksimasi 1. Masukkan formulasi masalah ke dalam tabel simpleks Bentuk umum dari tabel simpleks: V.D. merupakan variabel dasar (variabel basis) N.K. merupakan nilai dari sisi kanan dari tiap persamaan Tabel simpleks dari ilustrasi 1 adalah: V.D. Z X1 X2 S1 S2 N.K. Z 1 –3 –4 0 0 0 S1 0 2 1 1 0 6.000 2 3 0 1 9.000 S2 0 Variabel dasar Variabel dasar dalam baris Z harus bernilai 0 10
  • 11. Metode Simpleks – Maksimasi 2. Pilih “kolom kunci” yang merupakan kolom dengan nilai Z yang paling kecil (negatif terkecil) Kolom kunci dari ilustrasi 1 iterasi 1 adalah: V.D. X1 X2 S1 S2 N.K. Z 1 –3 –4 0 0 0 S1 0 2 1 1 0 6.000 S2 I Z 0 2 3 0 1 9.000 3. Pilih “baris kunci” yang merupakan baris dengan nilai positif terkecil Baris S1 = 6.000 / 1 = 6.000 Baris S2 = 9.000 / 3 = 3.000 → positif terkecil Baris kunci dari ilustrasi 1 iterasi 1 adalah: V.D. X1 X2 S1 S2 N.K. Z I Z 1 –3 –4 0 0 0 S1 0 2 1 1 0 6.000 S2 0 2 3 0 1 9.000 11
  • 12. Metode Simpleks – Maksimasi 4. Ubah nilai dari “baris kunci” dengan membaginya dengan nilai dari “kolom kunci”. Kemudian Variabel Dasar (V.D.) juga diubah menjadi Variabel Dasar dari “kolom kunci” Untuk “baris nonkunci”, ubah nilainya sebagai berikut: Nilai baru = nilai lama – (nilai baris yang bersesuaian pada “kolom kunci” × nilai “baris kunci” baru) Iterasi 2 V.D. Z X1 X2 S1 S2 N.K. Z –4 0 0 0 S1 0 2 1 1 0 6.000 0 2 3 0 1 9.000 Z 1 –1/3 0 0 4/3 12.000 S1 0 4/3 0 1 –1/3 3.000 X2 II –3 S2 I 1 0 2/3 1 0 1/3 3.000 Z pada kolom X1 = –3 – (–4 × 2/3) = –1/3 Z pada kolom S1 = 0 – (–4 × 0) = 0 Z pada kolom S2 = 0 – (–4 × 1/3) = 4/3 Z pada kolom N.K. = 0 – (–4 × 3.000) = 12.000 Semua nilai pada kolom kunci bernilai 0 kecuali yang terletak pada baris kunci S1 pada kolom X1 = 2 – (1 × 2/3) = 4/3 S1 pada kolom S1 = 1 – (1 × 0) = 1 S1 pada kolom S2 = 0 – (1 × 1/3) = –1/3 S1 pada kolom N.K. = 6.000 – (1 × 3.000) = 3.000 12
  • 13. Metode Simpleks – Maksimasi 5. Pilih “kolom kunci” yang merupakan kolom dengan nilai Z yang paling kecil (negatif terkecil) Pilih “baris kunci” yang merupakan baris dengan nilai positif terkecil Baris S1 = 3.000 / 4/3 = 2.250 → positif terkecil Baris X2 = 3.000 / 2/3 = 4.500 Kolom dan baris kunci dari ilustrasi 1 iterasi 2 adalah: V.D. X2 S1 S2 N.K. 1 –3 –4 0 0 0 S1 0 2 1 1 0 6.000 S2 0 2 3 0 1 9.000 Z II X1 Z I Z 1 –1/3 0 0 4/3 12.000 S1 0 4/3 0 1 –1/3 3.000 X2 0 2/3 1 0 1/3 3.000 13
  • 14. Metode Simpleks – Maksimasi 6. Ubah nilai dari “baris kunci” dengan membaginya dengan nilai dari “kolom kunci”. Kemudian Variabel Dasar (V.D.) juga diubah menjadi Variabel Dasar dari “kolom kunci” Untuk “baris nonkunci”, ubah nilainya sebagai berikut: Nilai baru = nilai lama – (nilai baris yang bersesuaian pada “kolom kunci” × nilai “baris kunci” baru) Iterasi 3 V.D. Z X1 X2 S1 S2 N.K. Z 0 0 0 S1 0 2 1 1 0 6.000 0 2 3 0 1 9.000 1 –1/3 0 0 4/3 12.000 S1 0 4/3 0 1 –1/3 3.000 X2 0 2/3 1 0 1/3 3.000 Z III –4 Z II –3 S2 I 1 1 0 0 1/4 5/4 12.750 X1 0 1 0 3/4 –1/4 2.250 X2 0 0 1 –1/2 1/2 1.500 14
  • 15. Metode Simpleks – Maksimasi 7. Pemeriksaan hasil akhir. Karena pada iterasi terakhir tidak ada nilai Z yang bernilai negatif, maka nilai yang optimal telah diperoleh. V.D. S1 S2 N.K. 1 –3 –4 0 0 0 S1 0 2 1 1 0 6.000 0 2 3 0 1 9.000 Z 1 –1/3 0 0 4/3 12.000 S1 0 4/3 0 1 –1/3 3.000 X2 0 2/3 1 0 1/3 3.000 Z III X2 S2 II X1 Z I Z 1 0 0 1/4 5/4 12.750 X1 0 1 0 3/4 –1/4 2.250 X2 0 0 1 –1/2 1/2 1.500 Variabel keputusan yang terpilih Nilai akhir Z = 12.750 Nilai variabel keputusan: X1 = 2.250; X2 = 1.500 15
  • 16. Informasi Tambahan 1. Pada pemilihan “kolom kunci” terdapat dua atau lebih nilai negatif terkecil (pada maksimasi) atau positif terbesar (pada minimasi) di baris Z. Silakan pilih salah satu sesuai selera karena hasilnya akan sama saja (apabila benar dalam pengerjaan). 2. Pada pemilihan “baris kunci” terdapat dua atau lebih nilai positif terkecil. Silakan pilih salah satu sesuai selera karena hasilnya akan sama saja (apabila benar dalam pengerjaan). 3. Terdapat lebih dari satu alternatif penyelesaian (mempunyai nilai Z yang sama namun variabel keputusan yang terpilih berbeda). Pada dasarnya, alternatif-alternatif tersebut adalah sama, karena mempunyai hasil (nilai Z) yang sama, namun dalam praktiknya, terkadang alternatif yang lebih “practical” yang harus dipilih. 16
  • 17. “Penyimpangan” 1. Fungsi tujuan Minimasi Ketika fungsi tujuan dari programma linier adalah minimasi, maka terdapat dua cara penyelesaian: mengubah ke bentuk maksimasi atau tetap menggunakan bentuk minimasi dengan cara pengejaan yang sedikit berbeda dengan maksimasi. Namun dalam Modul ini hanya dibahas cara yang pertama. Untuk mengganti bentuk minimasi menjadi maksimasi adalah dengan mengalikan –1. Contoh: Minimasi Z = 3X1 + 4X2 Maksimasi –Z = –3X1 – 4X2 –Z + 3X1 + 4X2 = 0 Tabel simpleks-nya adalah: V.D. Z X1 X2 … … N.K. Z –1 3 4 … … 0 … … … … … … … … … … … … … … Ingat bahwa setelah iterasi terakhir, N.K. yang diperoleh harus dikali –1 karena koefisien dari Z adalah –1 (lihat Tabel Simpleks). 17
  • 18. “Penyimpangan” 2. Pembatas fungsional bertanda “=” Ketika suatu permasalahan dalam programma linier ada pembatas fungsional yang bertanda = (sama dengan), maka kondisi ini akan menyulitkan dalam penyelesaiannya, karena matriks identitas yang akan dijadikan solusi dasar awal tidak akan ditemui. Cara penyelesaiannya adalah dengan menambahkan variabel artifisial R ke dalam formulasi pembatas fungsional di mana nilai dari variabel artifisial ini harus nol. Metode yang digunakan dalam penyelesaian masalah dengan kondisi ini ada dua: Metode Dua Fasa dan Metode Big M. Namun dalam Modul ini hanya dibahas Metode Big M. Metode Big M merupakan metode untuk mengeliminasi variabel artifisial dengan memberikan nilai positif yang sangat besar (M) pada fungsi tujuan (untuk maksimasi bertanda negatif; untuk minimasi bertanda positif). Z = 3X1 + 4X2 – MR1 Contoh: Maksimasi Z = 3X1 + 4X2 Maksimasi Z – 3X1 – 4X2 + MR1 = 0 Subject to (1) 2X1 + X2 = 6.000 Subject to (1) 2X1 + X2 + R1 = 6.000 (2) 2X1 + 3X2 ≤ 9000 (2) 2X1 + 3X2 + S2 = 9000 (3) X1 ≥ 0; X2 ≥ 0 (3) X1 ≥ 0; X2 ≥ 0; S2 ≥ 0 18
  • 19. “Penyimpangan” 2. Pembatas fungsional bertanda “=” Tabel simpleks dari contoh tersebut adalah: V.D. Z X1 X2 R1 S2 N.K. Z 1 –3 –4 M 0 0 R1 0 2 1 1 0 6.000 S2 0 2 3 0 1 9.000 Ingat bahwa nilai V.D. (Variabel Dasar) pada baris Z harus 0, namun dalam tabel di atas, nilai R1 adalah M, maka agar nilai R1 sebesar 0, baris Z nilainya harus diubah sedemikian rupa (ingat metode eliminasi dalam pemecahan masalah linier): Baris pertama (Z) dikurangi M kali baris kedua (R1): –3X1 – 4X2 + MR1 + 0S2 = 0 2MX1 + MX2 + MR1 + 0S2 = 6.000M (–3–2M)X1 + (–4–M)X2 = – 6.000M V.D. Z X1 X2 R1 S2 N.K. Z 1 –3–2M –4–M 0 0 – 6.000M R1 0 2 1 1 0 6.000 S2 0 2 3 0 1 9.000 19
  • 20. “Penyimpangan” 3. Pembatas fungsional bertanda “≥” Ketika suatu permasalahan dalam programma linier ada pembatas fungsional yang bertanda ≥ (lebih besar atau sama dengan), maka penyelesaiannya dengan menambahkan variabel slack dengan tanda negatif. Contoh: Maksimasi Subject to Z = 3X1 + 4X2 (1) 2X1 + X2 ≤ 6.000 (2) 2X1 + 3X2 ≥ 9000 (3) X1 ≥ 0; X2 ≥ 0 Maksimasi Subject to Z – 3X1 – 4X2 = 0 (1) 2X1 + X2 + S1 = 6.000 (2) 2X1 + 3X2 – S2 = 9000 (3) X1 ≥ 0; X2 ≥ 0; S1 ≥ 0; S2 ≥ 0 Tabel simpleks dari contoh tersebut adalah: V.D. Z X1 X2 S1 S2 N.K. Z 1 –3 –4 0 0 0 S1 0 2 1 1 0 6.000 –S2 0 2 3 0 1 9.000 Melanggar pembatas tanda S2 ≥ 0 20
  • 21. “Penyimpangan” 3. Pembatas fungsional bertanda “≥” Karena variabel dasar melanggar aturan pembatas tanda, maka variabel artifisial R dapat dimasukkan ke dalam persamaan. Karena R masuk ke dalam persamaan, sehingga Metode Big M dipakai untuk menyelesaikan masalah. Maka, dalam fungsi tujuan juga harus ditambahkan M (untuk maksimasi bertanda negatif; untuk minimasi bertanda positif). Z – 3X1 – 4X2 = 0 (1) 2X1 + X2 + S1 = 6.000 (2) 2X1 + 3X2 – S2 = 9000 (3) X1 ≥ 0; X2 ≥ 0; S1 ≥ 0; S2 ≥ 0 Maksimasi Subject to Z – 3X1 – 4X2 + MR2 = 0 2X1 + X2 + S1 = 6.000 2X1 + 3X2 – S2 + R2 = 9000 X1 ≥ 0; X2 ≥ 0; S1 ≥ 0; S2 ≥ 0 Tabel simpleks dari contoh tersebut adalah: V.D. Z X1 X2 S1 S2 R2 N.K. Z 1 –3 –4 0 0 M 0 S1 0 2 1 1 0 0 6.000 R2 0 2 3 0 –1 1 9.000 21
  • 22. “Penyimpangan” 3. Pembatas fungsional bertanda “≥” V.D. Z X1 X2 S1 S2 R2 N.K. Z 1 –3 –4 0 0 M 0 S1 0 2 1 1 0 0 6.000 R2 0 2 3 0 –1 1 9.000 Ingat bahwa nilai V.D. (Variabel Dasar) pada baris Z harus 0, namun dalam tabel di atas, nilai R2 adalah M, maka agar nilai R2 sebesar 0, baris Z nilainya harus diubah sedemikian rupa (ingat metode eliminasi dalam pemecahan masalah linier): Baris pertama (Z) dikurangi M kali baris ketiga (R2): –3X1 – 4X2 + 0S1 + 0S2 + MR2 = 0 2MX1 + 3MX2 + 0S1 – MS2 + MR2= 9.000M (–3–2M)X1 + (–4–3M)X2 + MS2 = – 9.000M V.D. Z X1 X2 S1 S2 R2 N.K. Z 1 –3–2M –4–3M 0 M 0 – 9.000M S1 0 2 1 1 0 0 6.000 R2 0 2 3 0 –1 1 9.000 22
  • 23. “Penyimpangan” Contoh penyelesaian masalah untuk beberapa penyimpangan tersebut: Minimasi Z = 5X1 + 2X2 Subject to (1) 2X1 + X2 = 6.000 (2) 2X1 + 3X2 ≥ 9000 (3) X1 + X2 ≤ 4000 (4) X1 ≥ 0; X2 ≥ 0 Ubah formulasi masalah di atas menjadi bentuk standar dengan mengubah ke bentuk maksimasi (mengalikan – 1) serta menambahkan variabel slack dan artifisial. Maksimasi –Z + 5X1 + 2X2 + MR1 + MR2 = 0 Subject to (1) 2X1 + X2 + R1 = 6.000 (2) 2X1 + 3X2 – S2 + R2 = 9000 (3) X1 + X2 + S3 = 4000 (4) X1 ≥ 0; X2 ≥ 0; S1 ≥ 0; S2 ≥ 0; S3 ≥ 0 23
  • 24. “Penyimpangan” 1. Masukkan formulasi masalah ke dalam tabel simpleks V.D. Z X1 X2 R1 S2 R2 S3 N.K. Z –1 5 2 M 0 M 0 0 R1 0 2 1 1 0 0 0 6.000 R2 0 2 3 0 –1 1 0 9.000 S3 0 1 1 0 0 0 1 4.000 Baris pertama (Z) ditambah M kali baris pertama (R1) dan ditambah M kali baris ketiga (R2) 5X1 + 2X2 + MR1 + 0S2 + MR2 + 0S3 = 0 2MX1 + MX2 + MR1 + 0S2 + 0R2 + 0S3= 6.000M 2MX1 + 3MX2 + 0R1 – MS2 + MR2 + 0S3= 9.000M (5–4M)X1 + (2–4M)X2 + MS2 = –15.000M V.D. Z X1 X2 R1 S2 R2 S3 N.K. Z –1 5–4M 2–4M 0 M 0 0 –15.000M R1 0 2 1 1 0 0 0 6.000 R2 0 2 3 0 –1 1 0 9.000 S3 0 1 1 0 0 0 1 4.000 24
  • 25. “Penyimpangan” 2. Pilih “kolom kunci” yang merupakan kolom dengan nilai Z yang paling kecil (negatif terkecil) Karena X1 dan X2 sama-sama bernilai negatif terkecil, maka dipilih salah satu, yaitu X2. 3. Pilih “baris kunci” yang merupakan baris dengan nilai positif terkecil Kolom kunci dan baris kunci iterasi 1 adalah: Baris R1 = 6.000 / 1 = 6.000 Baris R2 = 9.000 / 3 = 3.000 → positif terkecil Baris S3 = 4.000 / 1 = 4.000 V.D. X1 X2 R1 S2 R2 S3 N.K. Z I Z –1 5–4M 2–4M 0 M 0 0 –15.000M R1 0 2 1 1 0 0 0 6.000 R2 0 2 3 0 –1 1 0 9.000 S3 0 1 1 0 0 0 1 4.000 25
  • 26. “Penyimpangan” 4. Ubah nilai dari “baris kunci” dengan membaginya dengan nilai dari “kolom kunci”. Kemudian Variabel Dasar (V.D.) juga diubah menjadi Variabel Dasar dari “kolom kunci” Untuk “baris nonkunci”, ubah nilainya sebagai berikut: Nilai baru = nilai lama – (nilai baris yang bersesuaian pada “kolom kunci” × nilai “baris kunci” baru) Iterasi 2 V.D. X2 R1 S2 R2 S3 N.K. –1 5–4M 2–4M 0 M 0 0 –15.000M R1 0 2 1 1 0 0 0 6.000 R2 0 2 3 0 –1 1 0 9.000 S3 0 1 1 0 0 0 1 4.000 Z II X1 Z I Z –1 11/3–4/3M 0 0 2/3–1/3M 4/3M–2/3 0 –6.000–3.000M R1 0 4/3 0 1 1/3 –1/3 0 3.000 X2 0 2/3 1 0 –1/3 1/3 0 3.000 S3 0 1/3 0 0 1/3 –1/3 1 1.000 26
  • 27. “Penyimpangan” 5. Pilih “kolom kunci” yang merupakan kolom dengan nilai Z yang paling kecil (negatif terkecil) 6. Pilih “baris kunci” yang merupakan baris dengan nilai positif terkecil Kolom kunci dan baris kunci iterasi 2 adalah: Baris R1 = 3.000 / 4/3 = 2.250 → positif terkecil Baris X2 = 3.000 / 2/3 = 4.500 Baris S3 = 1.000 / 1/3 = 3.000 V.D. X2 R1 S2 R2 S3 N.K. –1 5–4M 2–4M 0 M 0 0 –15.000M R1 0 2 1 1 0 0 0 6.000 R2 0 2 3 0 –1 1 0 9.000 S3 0 1 1 0 0 0 1 4.000 Z II X1 Z I Z –1 11/3–4/3M 0 0 2/3–1/3M 4/3M–2/3 0 –6.000–3.000M R1 0 4/3 0 1 1/3 –1/3 0 3.000 X2 0 2/3 1 0 –1/3 1/3 0 3.000 S3 0 1/3 0 0 1/3 –1/3 1 1.000 27
  • 28. “Penyimpangan” 7. Ubah nilai dari “baris kunci” dengan membaginya dengan nilai dari “kolom kunci”. Iterasi 3 V.D. R1 S2 R2 S3 N.K. –1 5–4M 2–4M 0 M 0 0 –15.000M R1 0 2 1 1 0 0 0 6.000 R2 0 2 3 0 –1 1 0 9.000 0 1 1 0 0 0 1 4.000 Z –1 11/3–4/3M 0 0 2/3–1/3M –2/3+4/3M 0 –6.000–3.000M R1 0 4/3 0 1 1/3 –1/3 0 3.000 X2 0 2/3 1 0 –1/3 1/3 0 3.000 S3 0 1/3 0 0 1/3 –1/3 1 1.000 Z III X2 S3 II X1 Z I Z –1 0 0 –11/4+M –1/4 –1/4+M 0 –14.250 X1 0 1 0 3/4 1/4 –1/4 0 2.250 X2 0 0 1 –1/2 –1/2 1/2 0 1.500 S3 0 0 0 –1/4 1/4 –1/4 1 250 28
  • 29. “Penyimpangan” 8. Pilih “kolom kunci” yang merupakan kolom dengan nilai Z yang paling kecil (negatif terkecil) 9. Pilih “baris kunci” yang merupakan baris dengan nilai positif terkecil Kolom kunci dan baris kunci iterasi 4 adalah: Baris X1 = 2.250 / 1/4 = 9.000 Baris X2 = 1.500 / –1/2 = –3.000 Baris S3 = 250 / 1/4 = 1.000 → positif terkecil V.D. R1 S2 R2 S3 N.K. –1 5–4M 2–4M 0 M 0 0 –15.000M R1 0 2 1 1 0 0 0 6.000 R2 0 2 3 0 –1 1 0 9.000 0 1 1 0 0 0 1 4.000 Z –1 11/3–4/3M 0 0 2/3–1/3M –2/3+4/3M 0 –6.000–3.000M R1 0 4/3 0 1 1/3 –1/3 0 3.000 X2 0 2/3 1 0 –1/3 1/3 0 3.000 S3 0 1/3 0 0 1/3 –1/3 1 1.000 Z III X2 S3 II X1 Z I Z –1 0 0 –11/4+M –1/4 –1/4+M 0 –14.250 X1 0 1 0 3/4 1/4 –1/4 0 2.250 X2 0 0 1 –1/2 –1/2 1/2 0 1.500 S3 0 0 0 –1/4 1/4 –1/4 1 250 29
  • 30. “Penyimpangan” 10. Ubah nilai dari “baris kunci” dengan membaginya dengan nilai dari “kolom kunci”. Iterasi 4 V.D. S2 R2 S3 N.K. –1 5–4M 2–4M 0 M 0 0 –15.000M R1 0 2 1 1 0 0 0 6.000 R2 0 2 3 0 –1 1 0 9.000 0 1 1 0 0 0 1 4.000 –1 11/3–4/3M 0 0 2/3–1/3M –2/3+4/3M 0 –6.000–3.000M R1 0 4/3 0 1 1/3 –1/3 0 3.000 X2 0 2/3 1 0 –1/3 1/3 0 3.000 S3 0 1/3 0 0 1/3 –1/3 1 1.000 Z –1 0 0 –11/4+M –1/4 –1/4+M 0 –14.250 X1 0 1 0 3/4 1/4 –1/4 0 2.250 X2 0 0 1 –1/2 –1/2 1/2 0 1.500 S3 0 0 0 –1/4 1/4 –1/4 1 250 Z IV R1 Z III X2 S3 II X1 Z I Z –1 0 0 –3+M 0 –1/2+M 1 –14.000 X1 0 1 0 1 0 0 –1 2.000 X2 0 0 1 –1 0 0 2 2.000 S2 0 0 0 –1 1 –1 4 1.000 30
  • 31. “Penyimpangan” 11. Pemeriksaan hasil akhir Karena pada iterasi terakhir tidak ada nilai Z yang bernilai negatif, maka nilai yang optimal telah diperoleh V.D. X1 X2 R1 S2 R2 S3 N.K. Z IV Z –1 0 0 –3+M 0 –1/2+M 1 –14.000 X1 0 1 0 1 0 0 –1 2.000 X2 0 0 1 –1 0 0 2 2.000 S2 0 0 0 –1 1 –1 4 1.000 Variabel keputusan yang terpilih Nilai akhir –Z = –14.000 Z = 14.000 Nilai variabel keputusan: X1 = 2.000; X2 = 2.000; S2 = 1.000 31
  • 32. Analisis Sensitivitas A. Marginal Value (Shadow Price) Marginal Value pada Table Simpleks iterasi terakhir terdapat pada kolom Slack Variable. Contoh: Maksimasi Z = 3X1 + 4X2 Subject to (1) 2X1 + X2 ≤ 6.000 (2) 2X1 + 3X2 ≤ 9.000 (3) X1 ≥ 0; X2 ≥ 0 Tabel Simpleks iterasi terakhir (optimal) adalah: Iterasi Z X1 X2 S1 S2 N.K. Z 1 0 0 1/4 5/4 12.750 X1 0 1 0 3/4 –1/4 2.250 X2 III V.D. 0 0 1 –1/2 1/2 1.500 S1 = 1/4, maka apabila nilai ruas kanan pada fungsi pembatas pertama ditambah 1 unit, maka nilai Z akan bertambah 1/4. Dan apabila nilai ruas kanan pada fungsi pembatas kedua ditambah 1 unit, maka nilai Z akan bertambah 5/4 (S2 = 5/4). 32
  • 33. Analisis Sensitivitas B. Mencari Nilai Optimal Baru Apabila terjadi perubahan nilai ruas kanan pada suatu pembatas, maka nilai optimal dapat diketahui tanpa mengulangi proses perhitungan. Pada contoh sebelumnya, tabel simpleks iterasi terakhir adalah sebagai berikut: Iterasi Z X1 X2 S1 S2 N.K. Z 1 0 0 1/4 5/4 12.750 X1 0 1 0 3/4 –1/4 2.250 X2 III V.D. 0 0 1 –1/2 1/2 1.500 Apabila fungsi pembatas yang pertama bertambah 100, maka: Z baru = Z lama + koefisien S1 × 100 = 12.750 + 1/4(100) = 12.775 X1 baru = X1 lama + koefisien S1 × 100 = 2.250 + 3/4(100) = 2.325 X2 baru = X2 lama + koefisien S1 × 100 =1.500 – 1/2(100) = 1.450 Cek feasibilitas: (1) 2X1 + X2 ≤ 6.000 (1) 2(2.325) + 1.450 ≤ 6.000 (OK) 33
  • 34. Analisis Sensitivitas B. Mencari Nilai Optimal Baru Cek feasibilitas Seperti sudah disinggung sebelumnya, setiap penambahan atau pengurangan nilai ruas kanan pembatas fungsional, maka harus dicek feasibilitasnya dengan memasukkan nilai yang baru ke fungsi pembatas yang baru, apabila tidak sesuai, maka hal tersebut tidak dapat dilakukan. Mencari selang feasibilitas Pembatas fungsional 1 (1) 2.250 + 3/4×Δ 1 ≥ 0; maka Δ ≥ –3.000 (sebagai batas bawah) (2) 1.500 – 1/2×Δ 1 ≥ 0; maka Δ ≤ 3.000 (sebagai batas atas) Sehingga –3.000 ≤ Δ 1 ≤ 3.000 adalah selang bagi penambahan nilai ruas kanan pembatas 1. Artinya, nilai ruas kanan dari pembatas 1 tidak boleh bertambah lebih dari 3.000 atau berkurang lebih dari 3.000. Pembatas fungsional 2 (1) 2.250 – 1/4×Δ 2 ≥ 0; maka Δ ≤ 9.000 (sebagai batas atas) (2) 1.500 + 1/2×Δ 2 ≥ 0; maka Δ ≥ –3.000 (sebagai batas bawah) Sehingga –3.000 ≤ Δ 2 ≤ 9.000 adalah selang bagi penambahan nilai ruas kanan pembatas 1. Artinya, nilai ruas kanan dari pembatas 1 tidak boleh bertambah lebih dari 9.000 atau berkurang lebih dari 3.000. 34
  • 35. Analisis Sensitivitas B. Mencari Nilai Optimal Baru Mencari selang feasibilitas Pembatas fungsional 1: –3.000 ≤ Δ 1 ≤ 3.000 Pembatas fungsional 2: –3.000 ≤ Δ 2 ≤ 9.000 Apabila fungsi pembatas yang pertama bertambah 4.000, maka: Z baru = Z lama + koefisien S1 × 100 = 12.750 + 1/4(4.000) = 13.750 X1 baru = X1 lama + koefisien S1 × 100 = 2.250 + 3/4(4.000) = 5.250 X2 baru = X2 lama + koefisien S1 × 100 =1.500 – 1/2(4.000) = –500 Cek feasibilitas: (1) 2X1 + X2 ≤ 6.000 (1) 2(5.250) –500 ≥ 6.000 (Tidak OK); Selain itu, nilai X2 ≤ 0 yang juga melanggar pembatas tanda: X2 ≥ 0 35
  • 36. Terima Kasih 감사합니다 Sampai Bertemu Lagi di Pertemuan Selanjutnya Raja Ampat, Papua Barat Seoul, 9th of March 2014