2. MATERI BAHASAN:
1. Pengertian Populasi
2. Sampel
3. Teknik Sampling
4. Jenis-jenis Teknik Sampling
- Random Sampling
- Non Random Sampling
5. Penetapan Jumlah Sampel
6. Ukuran Sampel
2
3. PENGERTIAN
Populasi
Jumlah keseluruhan dari satuan-satuan atau individu-individu yang
karakteristiknya hendak diteliti. Dan satuan-satuan tersebut dinamakan unit
analisis, dan dapat berupa orang-orang, institusi-institusi, bendabenda, dll.
Totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran
kuantitatif maupun kualitatif daripada karakteristik tertentu mengenai semua
objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.
Sampel
Sampel atau contoh adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya
hendak diteliti. Sampel yang baik, yang kesimpulannya dapat dikenakan pada
populasi, adalah sampel yang bersifat representatif atau yang dapat
menggambarkan karakteristik populasi.
3
4. TEKNIK SAMPLING
1. Pengertian teknik sampling
Teknik pengambilan sample atau teknik sampling
adalah teknik pengambilan sampel dari populasi.
Sampel yang merupakan sebagaian dari populasi tsb.
kemudian diteliti dan hasil penelitian (kesimpulan)
kemudian dikenakan pada populasi (generalisasi).
4
5. 2) Manfaat sampling
❖ Menghemat biaya penelitian.
❖ Menghemat waktu untuk penelitian.
❖ Dapat menghasilkan data yang lebih akurat.
❖ Memperluas ruang lingkup penelitian.
3) Syarat-syarat teknik sampling Teknik sampling
boleh dilakukan bila populasi bersifat homogen atau
memiliki karakteristik yang sama atau setidak-
tidaknya hampir sama. Bila keadaan populasi
bersifat heterogen, sampel yang dihasilkannya dapat
bersifat tidak representatif atau tidak dapat
menggambarkan karakteristik populasi. 5
7. D. JENIS-JENIS TEKNIK SAMPLING
a. Random sampling
Teknik sampling yang dilakukan dengan
memberikan peluang atau kesempatan kepada
seluruh anggota populasi untuk menjadi sampel.
Sampel yang diperoleh diharapkan merupakan
sampel yang representatif. Teknik sampling
semacam ini dapat dilakukan dengan cara-cara
sebagai berikut.
7
8. CARA-CARA RANDOM SAMPLING
1) Teknik sampling secara rambang sederhana
Paling populer yang dipakai dalam proses penarikan
sampel rambang sederhana adalah dengan undian.
Setiap elemen dalam populasi mempunyai
kesempatan sama untuk diseleksi sebagai subyek
dalam sampel. Penting, peneliti harus mengetahui
jumlah responden yang ada dalam populasi
penelitian. Sampling ini memiliki bias terkecil dan
generalisasi
8
9. CARA-CARA RANDOM SAMPLING
1) Teknik sampling secara rambang sederhana
Syarat yang harus dipenuhi untuk rambang sederhana adalah:
a. Ukuran populasi harus terhingga, populasi yang bersifat konseptual
atau teoretis dapat dikategorikan pada populasi tak terhingga.
b. Anggota populasi harus homogen, anggota populasi yang
mempunyai karakteristik yang dianggap sama atau pada umumnya
sama (homogen) samplingnya dapat dilakukan dengan sampling
acak. Populasi yang anggotanya mempunyai karakteristik berbeda-
beda sampelnya tidak dapat diambil dengan cara sampling acak.
c. Cara lain mengambil sampel secara acak ialah dengan menggunakan
tabel bilangan acak.
9
10. CARA-CARA RANDOM SAMPLING
2) Teknik sampling secara sistematis
(systematic sampling)
Prosedur ini berupa penarikan sample dengan cara
mengambil setiap kasus (nomor urut) yang kesekian
dari daftar populasi.
Setiap elemen populasi dipilih dengan suatu jarak
interval (tiap ke n elemen) dan dimulai secara random
dan selanjutnya dipilih sampelnya pada setiap jarak
interval tertentu. Jarak interval misalnya ditentukan
angka pembagi 5,6 atau 10. Atau dapat menggunakan
dasar urutan abjad.
Syarat yang perlu diperhatikan oleh peneliti adalah
adanya daftar semua anggota populasi
Sampling ini bisa dilakukan dengan cepat dan
menghemat biaya, tapi bisa menimbulkan bias
10
11. Cara Pengambilan Sampel
➢ Suatu populasi yang mempunyai anggota 500 individu, akan diambil
sampelnya sebanyak 50 individu, Peneliti memberi nomor urut pada setiap
anggota populasi dengan urutan nomor 1, 2, 3,….., 500.
➢ Dibuat interval pada nomor-nomor anggota populasi misalnya dengan interval
10 angka, sehingga diperoleh 50 kelompok bilangan (kelas interval).
➢ Setiap kelas interval secara acak ditetapkan bilangan mana akan diambil
anggotanya untuk dijadikan sampel yang mewakili interval tersebut.
➢ Misalnya ditetapkan 7 sebagai nomor yang mewakili kelas interval pertama
( 1 s.d. 10), maka selanjutnya akan didapati 17 untuk mewakili kelas interval
kedua (11 s.d. 20).
➢ Selanjutnya 27 mewakili kelas interval ketiga, dan seterusnya, sampai 497
untuk mewakili kelas interval terakhir atau kelima puluh (491 s.d. 500).
➢ Dengan demikian diperoleh jumlah sampel sebanyak 50.
11
12. Cara-cara random sampling (lanjutan)
3) Teknik sampling secara rambang
proporsional.
Jika populasi terdiri dari subpopulasi-
subpopulasi maka sample penelitian diambil dari
setiap subpopulasi. Adapun cara
pengambilannya dapat dilakukan secara undian
maupun sistematis.
12
13. Cara-cara random sampling (lanjutan)
4) Teknik sampling secara rambang bertingkat (stratified sampling)
Bila subpopulasi-subpopulasi sifatnya bertingkat, cara pengambilan
sampel sama seperti pada teknik sampling secara proporsional.
Digunakan untuk mengurangi pengaruh faktor heterogen dan melakukan
pembagian elemen-elemen populasi ke dalam strata. Selanjutnya dari
masing-masing strata dipilih sampelnya secara random sesuai
proporsinya.
Sampling ini banyak digunakan untuk mempelajari karakteristik yang
berbeda, misalnya, di sekolah ada kls I, kls II, dan kls III. Atau responden
dapat dibedakan menurut jenis kelamin; laki-laki dan perempuan, dll.
Keadaan populasi yang heterogen tidak akan terwakili, bila
menggunakan teknik random. Karena hasilnya mungkin satu kelompok
terlalu banyak yang terpilih menjadi sampel.
13
14. Cara pengambilan sampel
Pertama mengidentifikasi karakteristik umum
anggota populasi, kemudian menentukan strata atau
lapisan dari jenis karakteristik unit-unit tersebut.
Setelah ditentukan stratanya, baru dari masing-
masing strata diambil sampel yang mewakilinya.
Pengambilan sampel tahap kedua ini, biasanya
dilakukan dengan cara acak, karenanya disebut
stratified random sampling.
Agar perimbangan sampel dari masing-masing strata
memadai, maka dalam teknik ini sering pula
dilakukan perimbangan antara jumlah anggota
populasi berdasarkan masing-masing strata.
Apabila sampling memperhatikan daerah (sampling
area) maka dalam hal ini setiap wilayah harus
pulaterwakili dalam sampel.
14
16. Cara-cara random sampling (lanjutan)
5) Teknik sampling secara kluster (cluster sampling)
Ada kalanya peneliti tidak tahu persis karakteristik
populasi yang ingin dijadikan subjek penelitian karena
populasi tersebar di wilayah yang amat luas. Untuk itu
peneliti hanya dapat menentukan sampel wilayah,
berupa kelompok klaster yang ditentukan secara
bertahap. Teknik pengambilan sampel semacam ini
disebut cluster sampling atau multi-stage sampling.
16
17. Cara-cara random sampling(lanjutan)
5) Teknik sampling secara kluster (cluster
sampling)
Elemen-elemen dalam populasi dibagi ke dalam
cluster atau kelompok, jika ada beberapa kelompok
dengan heterogenitas dalam kelompoknya dan
homogenitas antar kelompok. Teknik cluster sering
digunakan oleh para peneliti di lapangan yang
mungkin wilayahnya luas.
Sampling ini mudah dan murah, tapi tidak efisien
dalam hal ketepatan serta tidak umum
17
18. b. Non-random sampling
1) Purposive sampling atau judgmental sampling
➢ Penarikan sampel secara purposif merupakan cara penarikan sample
yang dilakukan memiih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang
ditetapkan peneliti berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang
sudah diketahui sebelumnya.
➢Pelaksanaan pengambilan sampel yang menggunakan teknik ini,
mulamula peneliti harus mengidentifikasi semua karakteristik
populasi, maupun dengan cara lain dalam mempelajari berbagai hal
yang berhubungan dengan populasi.
➢Setelah itu barulah peneliti menetapkan berdasarkan
pertimbangannya, sebagian dari anggota populasi menjadi sampel
penelitian.
➢Jadi teknik pengambilan sampel dengan pupossive sampling
berdasarkan pada pertimbangan pribadi peneliti.
18
19. b. Nonrandom sampling
2) Snow-ball sampling (penarikan sample secara
bola salju)
Proses pengambilan sample dengan cara sambung
menyambung informasi dari unit satu dengan unit lain
sehingga menjadi satu kesatuan unit yang banyak.
Penarikan sample pola ini dilakukan dengan
menentukan sample pertama. Sampel berikutnya
ditentukan berdasarkan informasi dari sampel
pertama, sampel ketiga ditentukan berdasarkan
informasi dari sample kedua, dan seterusnya sehingga
jumlah sample semakin besar, seolah-olah terjadi efek
bola salju
19
20. b. Nonrandom sampling
3) Quota sampling (penarikan sample secara jatah).
Teknik sampling ini dilakukan dengan cara pertama-tama
menetapkan berapa besarnya jumlah sampel yang
diperlukan.
Biasanya yang dijadikan sample penelitian adalah subjek
yang mudah ditemui sehingga memudahkan pula proses
pengumpulan data.
Kemudian menetapkan banyaknya jatah atau quotum,
maka jatah atau quotum itulah yang dijadikan dasar
untuk mengambil unit sampel yang diperlukan.
Anggota populasi manapun yang akan diambil, tidak
menjadi masalah, yang penting jumlah quotum yang
sudah ditetapkan dapat dipenuhi. 20
21. b. Nonrandom sampling
4) Accidental sampling atau convenience sampling
Metode yang proses pengambilan sampelnya cukup
dengan mengambil siapa saja yang kebetulan ditemui
oleh observer di lapangan sesuai kebutuhan studi.
Dalam penelitian bisa saja terjadi diperolehnya
sampel yang tidak direncanakan terlebih dahulu,
melainkan secara kebetulan, yaitu unit atau subjek
tersedia bagi peneliti saat pengumpulan data
dilakukan
21
22. PENETAPAN JUMLAH SAMPEL
Berapakah besar jumlah yang dinyatakan
memenuhi syarat untuk penelitian ?
Apa saja yang harus dipertimbangkan dalam
menetapkan jumlah sampel ?
22
23. PENETAPAN JUMLAH SAMPEL
Ada beberapa pertimbangan untuk penetapan
jumlah sampel :
1. Sejauh mana homogenitas populasi. Jika
populasi 100 persen homogen besar sampel tak
jadi persolan (misal menen-tukan golongan
darah). Namun jika populasi kurang homogen
besar jumlah sampel harus dipertimbangkan.
2. Apakah sampel memenuhi jumlah mini-mum
untuk analisis statistik (untuk penelitian
kuantitatif analitik)
23
24. Ukuran Sampel
Kuantitatif :
dapat ditaksir dengan akurat, berdasar analisis
yang akan dilakukan, presisi estimasi yang
diinginkan, kesalahan random yang masih bisa
ditoleransi, kuasa statistik yang diharapkan
Kualitatif :
Ukuran sampel cukup besar jika peneliti telah
puas bahwa data yang diperoleh cukup kaya dan
cukup meliput dimensi yang diteliti.
Umumnya sekitar 40 responden, jarang >200 24
25. SAMPLE SIZE / BESAR
SAMPEL
Tergantung pada :
Pertimbangan representative
Adanya sumber-sumber yang dapat digunakan
untuk menentukan batas maksimal dari
besarnya sampel.
Pertimbangan analisis
Kebutuhan rencana analisis yang menentukan
batas minimal besar sampel.
25
26. Variabel-variabel yang akan menentukan jumlah
sampel
Tingkat kemaknaan statistik (a)
Kuasa statistik (1-ß)
Besarnya pengaruh variabel terhadap efek
Proporsi efek pada populasi tak terpapar (kohort)
Proporsi paparan pada populasi normal (kasus
kontrol)
Perbandingan ukuran sampel antar kelompok studi
yang dikehendaki 26
27. Peneliti menentukan a dan ß berdasar
pertimbangan resiko yang masih dapat diterima
dari penelitian (0.05, 0.01, 0.001 dst)
Besarnya pengaruh variabel bebas terhadap efek
ditetapkan oleh peneliti berdasar hasil penelitian
sebelumnya
27
30. PENENTUAN BESARNYA SAMPEL (SAMPLE SIZE)
Penetapan jumlah sampel tergantung pada:
1. Adanya sumber data yang dapat digunakan untuk
menetapkan batas maksimal dari besarnya sample
2. Kebutuhan dari rencana analisis yang menentukan batas
minimal dari besarnya sampel:
a. Angka perkiraan dari proporsi yang mau diukur (misal:
penelitianpenyakit jantung koroner ditetapkan 50%)
b. Tetapkan tingkat kepercayaan (misal: 5%, atau 1%)
c. Tetapkan derajat kepercayaan (Confidence levels) misal:
95%, atau 99%.
3. Hitung jumlah/besar sampel
30
32. Contoh:
Penelitian tentang status gizi anak balita di
kelurahan X N=923.000, prevalensi gizi kurang
tidak diketahui.Tentukan besar sampel (n) yang
harus diambil bila dikehendaki derajat
kemaknaan(1- a =95% dengan estimasi
penyimpangan(a=0,05)
Bila dimasukan ke dalam formula di atas
diperoleh besarnya sampel n = 480
32
38. Beberapa contoh menentukan sample size
Hair et al (1998) Rasio antara jumlah subjek dan
jumlah variabel independen dalam analisis
multivariat dianjurkan sekitar 15 sampai 20
subjek per variabel independen
Pada penelitian dengan teknik analisis regresi
multivariat
38
39. Menentukan Ukuran Sampel
Tabel Krecjie
Berdasarkan atas kesalahan 5%, atau kepercayaan
95%
Makin besar populasi, makin kecil persentase sampel
Jumlah populasi sampai100.000 Nomogram Harry
King
Berdasarkan atas kesalahan bervariasi 5% s/d 15%
Jumlah populasi hanya sampai 2000
Semakin besar kesalahan maka makin kecil jumlah
sampel 39
42. Menentukan Jumlah Subjek Eksperimental
(Pra-Klinis)
Rumus Federer adalah rumus jumlah subjek untuk
penelitian eksperimental.
42
43. Menentukan Jumlah Subjek Eksperimental
Contoh penggunaan Rumus Federer
Sebagai contoh, jika penelitian terdiri dari lima
kelompok perlakukan, maka jumlah subjek per
kelompok dihitung dengan proses berikut.
(n - 1) (5 - 1) ≥ 15
4n – 4 ≥ 15
4n ≥ 19
n ≥ 4,75
43
45. MENENTUKAN JUMLAH SUBJEK EKSPERIMENTAL (KLINIS)
UJI KLINIK FASE I
Fase ini merupakan pengujian suatu obat baru untuk pertama
kalinya pada manusia. Hal yang diteliti di sini ialah keamanan
obat, bukan efetivitasnya dan dilakukan pada sukarelawan
sehat. Tujuan fase ini ialah menentukan besarnya dosis
tunggal yang dapat diterima, artinya yang tidak menimbulkan
efek samping serius. Dosis oral (lewat mulut) yang diberikan
pertama kali pada manusia biasanya 1/50 x dosis minimal yang
menimbulkan efek pada hewan. Tergantung dari data yang
diperoleh pada hewan, dosis berikutnya ditingkatkan sedikit-
sedikit atau dengan kelipatan dua sampai diperoleh efek
farmakologik atau sampai timbul efek yang tidak diinginkan. 45
46. MENENTUKAN JUMLAH SUBJEK EKSPERIMENTAL (KLINIS)
UJI KLINIK FASE I
Uji klinik fase I ini dilaksanakan secara terbuka, artinya
tanpa pembanding dan tidak tersamar, pada sejumlah kecil
subjek dengan pengamatan intensif oleh orang-orang ahli
dibidangnya, dan dikerjakan di tempat yang sarananya cukup
lengkap. Total jumlah subjek pada fase ini bervariasi antara
20-50 orang.
46
47. MENENTUKAN JUMLAH SUBJEK EKSPERIMENTAL (KLINIS)
UJI KLINIK FASE II
Pada fase ini obat dicobakan untuk pertama kalinya pada
sekelompok kecil penderita yang kelak akan diobati dengan
calon obat. Tujuannya ialah melihat apakah efek
farmakologik yang tampak pada fase I berguna atau tidak
untuk pengobatan. Fase II ini dilaksanakan oleh orangorang
yang ahli dalam masing-masing bidang yang terlibat. Mereka
harus ikut berperan dalam membuat protokol penelitian yang
harus dinilai terlebih dulu oleh panitia kode etik lokal.
Protokol penelitian harus diikuti dengan dengan ketat, seleksi
penderita harus cermat, dan setiap penderita harus dimonitor
dengan intensif. 47
48. MENENTUKAN JUMLAH SUBJEK EKSPERIMENTAL (KLINIS)
UJI KLINIK FASE II
Pada fase II awal, pengujian efek terapi obat dikerjakan secara
terbuka karena masih merupakan penelitian eksploratif. Pada
tahap ini biasanya belum dapat diambil kesimpulan yang
definitif mengenai efek obat yang bersangkutan karena
terdapat berbagai factor yang mempengaruhi hasil pengobatan,
misalnya perjalanan klinik penyakit, keparahannya, efek
placebo dan lainlain. (2) Untuk membuktikan bahwa suatu
obat berkhasiat, perlu dilakukan uji klinik komparatif yang
membandingkannya dengan placebo, atau bila penggunaan
plasebo tidak memenuhi syarat etik, obat dibandingkan dengan
obat standard yang telah dikenal. 48
49. MENENTUKAN JUMLAH SUBJEK EKSPERIMENTAL (KLINIS)
UJI KLINIK FASE II
Ini dilakukan pada akhir fase II atau awal fase III,
tergantung dari siapa yang melakukan, seleksi penderita, dan
monitoring penderitanya. Untuk menjamin validitas uji klinik
komparatif ini, alokasi penderita harus acak dan pemberian
obat dilakukan secara tersamar ganda. Ini disebut uji klinik
acak tersamar ganda berpembanding. (2) Pada fase II ini
tercakup juga penelitian dosis-efek untuk menentukan dosis
optimal yang akan digunakan selanjutnya, serta penelitian
lebih lanjut mengenai eliminasi obat, terutama
metabolismenya. Jumlah subjek yang mendapat obat baru
pada fase ini antara 100-200 penderita. 49
50. MENENTUKAN JUMLAH SUBJEK EKSPERIMENTAL (KLINIS)
UJI KLINIK FASE III
Uji klinik fase III dilakukan untuk memastikan bahwa suatu obat-
baru benar-benar berkhasiat (sama dengan penelitian pada akhit
fase II) dan untuk mengetahui kedudukannya dibandingkan
dengan obat standar. Penelitian ini sekaligus akan menjawab
pertanyaan-pertanyaan tentang (1) efeknya bila digunakan secara
luas dan diberikan oleh para dokter yang „kurang ahli ; (2) efek
‟
samping lain yang belum terlihat pada fase II; (3) dan dampak
penggunaannya pada penderita yang tidak diseleksi secara ketat.
(2) Uji klinik fase III dilakukan pada sejumlah besar penderita
yang tidak terseleksi ketat dan dikerjakan oleh orang-orang yang
tidak terlalu ahli, sehingga menyerupai keadaan sebenarnya
dalam penggunaan sehari-hari di masyarakat.
50
51. MENENTUKAN JUMLAH SUBJEK EKSPERIMENTAL (KLINIS)
UJI KLINIK FASE III
Pada uji klinik fase III ini biasanya pembandingan dilakukan
dengan plasebo, obat yang sama tapi dosis berbeda, obat
standard dengan dosis ekuiefektif, atau obat lain yang
indikasinya sama dengan dosis yang ekuiefektif. Pengujian
dilakukan secara acak dan tersamar ganda. (1,4) Bila hasil uji
klinik fase III menunjukkan bahwa obat baru ini cukup aman
dan efektif, maka obat dapat diizinkan untuk dipasarkan.
Jumlah penderita yang diikut sertakan pada fase III ini
paling sedikit 500 orang.
51
52. MENENTUKAN JUMLAH SUBJEK EKSPERIMENTAL (KLINIS)
UJI KLINIK FASE IV
Fase ini sering disebut post marketing drug surveillance
karena merupakan pengamatan terhadap obat yang telah
dipasarkan. Fase ini bertujuan menentukan pola penggunaan
obat di masyarakat serta pola efektifitas dan keamanannya
pada penggunaan yang sebenarnya. Survei ini tidak tidak
terikat pada protokol penelitian; tidak ada ketentuan tentang
pemilihan penderita, besarnya dosis, dan lamanya pemberian
obat. Pada fase ini kepatuhan penderita makan obat
merupakan masalah. (1,2) Penelitian fase IV merupakan
survei epidemiologi menyangkut efek samping maupun
efektifitas obat. 52
53. MENENTUKAN JUMLAH SUBJEK EKSPERIMENTAL (KLINIS)
UJI KLINIK FASE IV
Pada fase IV ini dapat diamati (1) efek samping yang
frekuensinya rendah atau yang timbul setelah pemakaian
obat bertahun-tahun lamanya, (2) efektifitas obat pada
penderita berpenyakit berat atau berpenyakit ganda,
penderita anak atau usia lanjut, atau setelah penggunaan
berulangkali dalam jangka panjang, dan (3) masalah
penggunaan berlebihan, penyalahgunaan, dan lainlain. Studi
fase IV dapat juga berupa uji klinik jangka panjang dalam
skala besar untuk menentukan efek obat terhadap morbiditas
dan mortalitas sehingga datanya menentukan status obat
yang bersangkutan dalam terapi. 53
54. KOMPONEN UJI KLINIK
Bukti ilmiah adanya kemanfaatan klinik suatu obat tidak saja
didasarkan pada hasil yang diperoleh dari uji klinik, tetapi juga perlu
mengingat faktor - faktor lain yang secara objektif dapat
mempengaruhi pelaksanaan suatu uji klinik. Idealnya, suatu uji klinik
hendaknya mencakup beberapa komponen berikut :
1. Seleksi/pemilihan subjek
2. Rancangan
3. Perlakuan pengobatan yang diteliti dan pembandingnya
4. Pengacakan perlakuan
5. Besar sampel
6. Penyamaran (blinding)
7. Penilaian respons
8. Analisis data
9. Protokol uji klinik
10. Etika uji klinik
54