2. A. ARTI KEBUDAYAAN Kata kebudayaan berasal dari kata sansekerta “buddayah” yang artinya “daya dari
budi” yang berupa cipta, karsa dan rasa. Dalam konsep antropologi tidak ada perbedaan antara kata
“kebudayaan” dengan kata “budaya” karena hanyalah hasil dari imbuhan ke- dan akhiran – an yang tak berefek

makna lain. Sedangkan kata “culture” sebagai bahasa asing dari “kebudayaan” berasal dari kata latin “colere”
dengan makna “mengolah, mengerjakan” (khususnya tanah, pertanian). Dari makna ini, kemudian berkembanglah

makna “culture” sebagai segala daya upaya dan tindakan manusia untuk mengolah tanah dan mengubah alam.
Seiring berjalannya waktu, pendapat mengenai definisi kata kebudayaan ini pun mengalami berbagai perbedaan

pendapat dari para ahli antropologi yang begitu kompleks, namun pendapat Al Kroeber dan C. Kluckholn lah yang
sering dijadikan acuan. Mereka menyebutkan bahwa kebudayaan merupakan suatu pola, eksplisit, perilaku yang
dipelajari dan diwariskan melalui symbol-simbol yang merupakan prestasi khas manusia, termasuk
perwujudannya dalam benda-benda budaya. Definisi ini bukanlah definisi mutlak yang digunakan dalam

memaknai kata kebudayaan, namun berbagai pendapat masih begitu menumpuk dari berbagai ahli antropologi
yang sangatlah abstrak. Secara garis besar, dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kebudayaan adalah
hasil dari proses belajar. Dan hanya minimum saja tindakan masyarakat yang tidak perlu dibiasakan dengan
belajar. Disamping itu, perlu disadari bahwa kebudayaan merupakan suatu nilai yang dimiliki bersama dalam

suatu komunitas, bukan milik individu.B. BUDAYA SEBAGAI SISTEM GAGASAN Terdapat dua kategori penilaian

kebudayaan yang marak digunakan, yakni kebudayaan yang merujuk pada benda-benda material dan merujuk
pada system gagasan. Pada ketegori pertama disebut kebudayaan sebagai “pola dari perilaku”. Kelompok ini

berpendapat bahwa kebudayaan ini dihasilkan dari perilaku. Dengan kata lain, kebudayaan adalah benda-benda

atau materi-materi yang dihasilkan dari perilaku. Juga kelompok berpandangan bahwa kebudayaan ini merupakan
suatu system pengetahuan dan kepercayaan yang disusun sebagai pedoman manusia dalam menentukan dan

memilih alternative yang ada. Sedangkan kelompok lain yang berpandangan kebudayaan merupakan suatu
system gagasan juga meletakkan kebudayaan sebagai pedoman manusia dalam berperilaku dan bersikap. Jadi,

budaya berupa rancangan hidup, maka budaya terdahulu itu merupakan gagasan prima yang diwariskan melalui

proses belajar sehingga membangun sifat manusia tersebut yang dikenal dengan “nilai budaya”. Sebuah nilai

yang dapat dilihat, dirasakan dan diwujudkan dalam bentuk adat istiadat masyarakat.C. PERWUJUDAN
KEBUDAYAAN Koentjaraningrat (1990) menggolongkan wujud kebudayaan menjadi: 1. Sebagai suatu kompleks

dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya,


3. 2. Sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan 3. Sebagai

benda-benda hasil karya manusia. Sedangkan J. J. Honingmann (1959) membagi budaya dalam tiga wujud, yakni

Ideas, Activities, dan Artifacs. Berdasar penggolongan ini, maka pengelompokan kebudayaan dapat disimpulkan

sebagai berikut: 1. Budaya yang bersifat abstrak Dalam hal ini, budaya dinilai abstrak, tidak dapat diraba dan
dilihat. Namun, pada hakekatnya telah berada pada masing-masing jiwa dan fikiran manusia. Ide-ide, gagasan,

nilai-nilai dan pemikiran merupakan salah satu contoh dari pada keabstrakan budaya tersebut. 2. Budaya yang

bersifat konkret Sifat konkret merupakan lawan dari abstrak, dimana jika dikatakan budaya bersifat konkret berarti

budaya dapat dilihat, diraba dan diamati pada setiap pola tindakan aktivitas manusia dalam kehidupan
bermasyarakat. Sifat konkret budaya ini terdiri dari perilaku, bahasa dan materi/artefak.D. PENGERTIAN
PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA Istilah ini sesungguhnya berasal dari dua konsep yang berbeda, pertama

perubahan social yang dilihat dengan kaca mata sosiologi dan kedua perubahan kebudayaan yang dilihat
menggunakan kaca mata antropologi. Sebelum penguraian masing-masing sumber, tidak ada salahnya jika

terlebih dahulu kita pelajari makna umum masing-masing. Menurut Soedjono Dirdjosiswojo (1985), memberikan
definisi bahwa perubahan social adalah perubahan fundamental yang terjadi dalam struktur social, system social

dan organisasi social. Kemudian, Koentaraningrat (1989), menyatakan bahwa perubahan budaya adalah

perubahan-perubahan yang mencakup unsur-unsur kebudayaan, yakni mencakup perubahan system

pengetahuan, organisasi social, system mata pencaharian, system teknologi, religi, bahasa dan kesenian.

Perubahan ini terjadi akibat ketidaksesuaian di antara unsure-unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga

menghasilkan suatu keadaan yang harmonis bagi kehidupan. Selain kedua definisi diatas, sebenanya masih
terdapat beberapa kolaborasi definisi yang dilahirkan oleh tokoh-tokoh sosiologi dan antropologi yang lain. Namun

secara singkat, dapat diambil ibrah bahwa perubahan social budaya adalah perubahan yang mencakup hampir
semua aspek kehidupan social dan budaya dari suatu masyarakat atau komunitas. Pada hakekatnya, proses ini
lebih cenderung pada proses penerimaan perubahan baru yang dilakukan oleh masyarakat tersebut guna
meningkatkan taraf hidup dan kualitas kehidupannya. Meskipun demikian, perubahan social budaya tidaklah lepas

dari penilaian tentang akibat positif dan negative dari responden yang mengalami proses ini secara langsung.
Terdapat pihak masyarakat yang dapat menikmati aroma positif dari perubahan ini, namun juga tidak


4. terlepas dari aroma negative yang dinilai merugikan dan menghambat suatu pihak akibat keadaan baru yang

datang pada komunitas mereka.E. TEORI-TEORI YANG MENDASARI PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA

Beberapa teori yang mendasari perubahan social budaya dalam suatu kehidupan masyarakat, diantaranya: a.
Teori evolusi Inti aliran ini menyatakan bahwa masyarakat akan berkembang dari masyarakat sederhana
(primitive) menuju masyarakat modern (complex) dan memerlukan proses jangka panjang fase demi fase.

Penganut faham ini berpendapat bahwa perubahan menuju masyarakat modern ini akan mengalami perubahan

secara linear (garis lurus) dari masyarakat primitive menuju masyarakat tradisional hingga masyarakat modern.
Beberapa tokoh penganut aliran ini, antara lain: a) Auguste Comte, berpendapat bahwa masyarakat akan

mengalami tiga tahap perkembangan, yakni (1) Tahap teologis, diwarnai nilai-nilai supranatural, (2) Tahap

metafisik, tahap peralihan dari tahap telogis menuju prinsip-prinsip abstrak sebagai dasar perkembanngan
budaya, dan (3) Tahap ilmiah, didukung dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. b) Herbert Spencer,
menurutnya manusia akan melalui serangkaian tahap yang berawal dari tahap kelompok suku bangsa yang

homogeny dan sederhana men uju tahap masyarakat modern yang kompleks. Juga, teori siapa yang kuat dan

energik, maka dialah yang menang dan tetap bertahan, merupakan teori hasil pemikiran yang dilahirkannya. c)

Karl Marx, berpendapat bahwa adanya proses perubahan masyarakat primif menuju masyarakat modern seiring

perkembangan iptek, sehingga ia mencetuskan teori bahwa suatu saat masyarakat modern kapitalistis akan
mengalami keruntuhan, digantikan dengan masyarakat komunistis. b. Teori siklus Menurut teori ini, berpendapat

bahwa perubahan social merupakan sesuatu yang tidak bisa direncanakan atau diarahkan kepada suatu titik
tertentu, akan tetapi akan berputar melingkar sebagai sesuatu yang berulang-ulang. Dengan kata lain, tidak ada
titik terakhir yang sempurna dari suatu perubahan social, namun akan kembali ke tahap awal untuk peralihan ke

tahap selanjutnya. Sehingga dikatakan tidak ada batas yang jelas antara pola kehidupan masyarakat primitive,

tradisional dan modern. c. Teori fungsionalisme Teori berpendapat bahwa masyarakat tak ubahnya seperti suatu

struktur organ tubuh manusia yang bagiannya memiliki hubungan keterkaitan antara satu sama lain. Selain
hubungan keterkaitan, organ manusia pun memiliki tugas dan fungsi jelas dan berbeda yang saling melngkapi

antara satu sama lain. Maka begitu pula dalam


5. masyarakat setiap bentuk kelembagaan dapat melaksanakan tugas dan fungsi tertentu guna kestabilan dan

kemajuan suatu masyarakat.F. BENTUK-BENTUK PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA Menurut Soerjono Soekanto
(1990) berpendapat bahwa perubahan social dan kebudayaan dapat dibedakan dalam beberapa bentuk,

diantaranya: 1. Perubahan lambat dan perubahan cepat Perubahan lambat adalah perubahan social budaya yang

memerlukan waktu lama, cenderung tidak direncanakan dan berlangsung alamiah, tetapi biasanya menuju ke
tahap perkembangan masyarakat yang lebih sempurna atau lebih baik dari perkembangan sebelumnya. Salah

satu contoh ialah Teori Evolusi yang membutuhkan waktu panjang dan lama tersebut. Sedangkan, perubahan
cepat merupakan kebalikan dari perubahan lambat, yakni perubahan social budaya yang tidak memerlukan waktu

lama, cenderung direncanakan dan memiliki hasil yang tidak se-kongkret perubahan lambat. Hal ini serinng kita
kenal dengan istilah Revolusi, sebagai contoh Revolusi Industri, yang terencana dan tidak membutuhkan waktu

panjang. Beberapa syarat untuk terjadinya revolusi, antara lain: a) Keinginan yang kuat, b) Pemimpin yang
berdedikasi tinggi, c) Program kerja yang jelas, d) Pemimpin mampu menyamakan tujuan bersama, dan e)

Adanya momentum yang tepat. 2. Perubahan kecil dan perubahan besar Pada dasarnya, perbedaan antara
keduanya sangatlah relative. Namun, tetap terdapat perbedaan jika dilihat definisi masing-masing yang

menjelaskan bahwa perubahan kecil merupakan perubahan yang terjadi pada unsure-unsur struktur social atau

kebudayaan yang tidak membawa pengaruh langsung dan sangat berarti dalam sendi-sendi kemasyarakatan.

Sebaliknya, perubahan besar sangatlah membawa pengaruh (positif atau negative) pada kehidupan masyarakat.

Misalnya, perubahan busana, pola makan, music, dll yang masih termasuk dalam perubahan kecil. Namun,
perubahan dalam suatu lembaga masyarakat (ekonomi, social, dll) pastilah akan membawa pengaruh dalam
masyarakat. Misal, krisis moneter, kenaikan harga BBM, penurunan nilai harga jual hasil tani, dsb. 3. Perubahan
yang direncanakan dan perubahan yang tidak direncanakan Perubahan yang direncanakan merupakan suatu

bentuk perubahan yang telah diperkirakan atau direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang akan
melakukan perubahan (agent of chance). Tentunya setelah melewati proses panjang, melalui klarifikasi, verifikasi,

observasi, dsb diakhiri dengan keputusan perubahan yang terorganisir. Misal, REPELITA yang sempat digulirkan
di masa Orde Baru.


6. Sedangkan sebaliknya, perubahan yang tidak direncanakan merupakan bentuk suatu perubahan yang tidak
didesain terlebih dahulu akan tetapi tetap akan berpengaruh pada kehidupan masyarakat. Perubahan ini tidaklah
melalui agent of chance, melainkan berjalan alamiah dan seringkali dapat terjadi akibat efek ikutan dari perubahan

yang direncanakan. Misalnya, perubahan pola makan, pola pakaian, perubahan moral dan pergeseran nilai-nilai

budaya khususnya terhadap masyarakat Indonesia.G. FAKTOR-FAKTOR PENDORONG DAN PENGHAMBAT
PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA 1. Faktor Pendorong 1.1. Factor Internal a. Factor Manusia Manusia diletakkan

sebagai factor yang paling terpenting dalam perubahan ini, selain memiliki potensi biologis, manusia juga memiliki

potensi psikologis yang sangat dahsyat dalam mengatasi dan memecahkan berbagai persoalan yang
dihadapinya. Terlebih manusia menupakan satu-satunya subjek dalam proyek perubahan sosiologi budaya ini,
jadi tanpa keberadaannya niscaya tak kan pernah ada perubahan yang diinginkan. b. Factor Lingkungan

Lingkungan memberikan sumbangsih yang cukup besar dalam pencapaian perubahan yang diharapkan. Karena

disadari ataukah tidak, manusia sebagai subjek tidak akan pernah terlepas dari lingkungan, baik masyarakat

primitive, tradisional maupun modern. Sehingga, keberadaannya yang kondusif sangatlah diharapkan untuk

mendorong target perubahan tersebut. c. Adanya Penemuan-penemuan Baru Factor manusia yang berkualitas
dan lingkungan yang kondusif menjadi modal berharga untuk mengeluarkan imajinasi dan gagasan baru sebagai

proses sebuah perubahan untuk menemukan hal-hal baru dalam lingkungan internal masyarakat tersebut. dan
penemuan-penemuan baru inilah yang banyak berperan sebagai pendorong terjadinya perubahan social budaya
di lingkungan masyarakat. Penemuan dapat dibedakan menjadi discovery, yakni penemuan unsure kebudayaan

baru dalam bentuk apapun atau berupa gagasan yang diciptakan seseorang maupun kelompok individu yang

memang belum pernah ada sebelumnya. Dan Invention, yakni pengakuan masyarakat untuk menerima, menganut

dan menerapkan penemuan dalam praktek sehari-hari. 1.2. Factor Eksternal a. Kontak Budaya dan Komunikasi
Sosial b. Adanya Intervensi untuk Menerima nilai-nilai Baru c. Peperangan atau Terjadinya Revolusi


7. 2. Faktor Penghambat Menurut Soerjono Soekanto, terdapat 9 faktor penghambat terjadinya perubahan social

budaya, antara lain: a. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain, b. Lambatnya perkembangan ilmu

pengetahuan, c. Sikap masyarakat yang tradisional, d. Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam
sangat kuat, e. Rasa khawatir akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan, f. Prasangka terhadap hal-

hal asing atau sikap yang tertutup, g. Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis, dan h. Adat atau

kebiasaan.Referensi:Suhanadji, M.Si. Drs. 2011. Sosiologi Antropoli Pendidikan Edisi Revisi. UNESA University
Press Surabaya.

More Related Content

PPTX
DESA SADU
PPT
Konsep Masyarakat dan Dinamika Masyarakat
PPT
Dinamika masyarakat dan kebudayaan
PDF
ANTROPOLOGI DINAMIKA MASYARAKAT (DIFUSI, AKULTURASI, ASIMILASI DAN INOVASI
DOC
dinamika masyarakat
PPTX
Dinamika kebudayaan. iv
PPTX
sample
DESA SADU
Konsep Masyarakat dan Dinamika Masyarakat
Dinamika masyarakat dan kebudayaan
ANTROPOLOGI DINAMIKA MASYARAKAT (DIFUSI, AKULTURASI, ASIMILASI DAN INOVASI
dinamika masyarakat
Dinamika kebudayaan. iv
sample

What's hot (20)

DOCX
Makalah Teori difusionisme
PPT
pandangan tentang perubahan kebudayaan dan masyarakat
PPTX
Kebudayaan (Pengsos)
PPTX
Dinamika masyarakat dan kebudayaan (bagian pertama)
DOCX
M. romli, s.ag, s.hi
PPTX
Bab 5 KEBUDAYAAN
PPTX
Manusia dan peradaban
PPTX
Kebudayaan
PPTX
Dinamika masyarakat dan kebudayaan
PPTX
Manusia peradaban
DOCX
TEORI DIFUSI KEBUDAYAAN (F.GRAEBNER DAN W.SCHMIDT)
PPTX
Antropologi -Dinamika Kebudayaan-
PPT
Ilmu Sosial dan Budaya BAB III Manusia dan peradaban
DOCX
Kel 4 makalah konsep dasar ips sejarah (baru)
PPT
Ppt isbd venny
PPTX
Presentasi sistem sosial budaya indonesia
PPT
kebudayaan prasejarah akhir
PPTX
Manusia dan peradaban
PPT
Faktor kebudayaan-2 ik1-b (1)
DOCX
modul UT (MAKALAH IPS)
Makalah Teori difusionisme
pandangan tentang perubahan kebudayaan dan masyarakat
Kebudayaan (Pengsos)
Dinamika masyarakat dan kebudayaan (bagian pertama)
M. romli, s.ag, s.hi
Bab 5 KEBUDAYAAN
Manusia dan peradaban
Kebudayaan
Dinamika masyarakat dan kebudayaan
Manusia peradaban
TEORI DIFUSI KEBUDAYAAN (F.GRAEBNER DAN W.SCHMIDT)
Antropologi -Dinamika Kebudayaan-
Ilmu Sosial dan Budaya BAB III Manusia dan peradaban
Kel 4 makalah konsep dasar ips sejarah (baru)
Ppt isbd venny
Presentasi sistem sosial budaya indonesia
kebudayaan prasejarah akhir
Manusia dan peradaban
Faktor kebudayaan-2 ik1-b (1)
modul UT (MAKALAH IPS)
Ad

Similar to Perubahan Sosial (20)

PDF
Perubahan sosial budaya (resume)
DOCX
Pengaruh penemuan baru (discovery)
PPTX
Perubahan sosial budaya
PDF
perubahansosial budaya budaya dan globalisasi
PPTX
Budaya dan kebudayaan kelompok 4 agb a
DOCX
Perubahan sosial budaya
PPTX
Budaya dan kebudayaan kelompok 4 agb a
DOCX
Asdfghjkl
PPT
Riantika nur h [recovered]
PPTX
PERUBAHAN SOSIAL,BUDAYA DAN KOMUNIKASI ANTAR BANGSA
PPTX
Perubahan sosial budaya
PPTX
Perubahan sosial budaya
PPTX
Perubahan sosial budaya
DOC
faktor penghambat perubahan sosial budaya
PPT
Perubahan sosial
PPT
Perubahan sosial
PPTX
Modernisasi, globalisasi, perubahan sosial dan budaya
PPTX
PERUBAHAN SOSIAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN KEL 2.pptx
DOCX
Makalah perubahan sosial masyarakat terhadap pendidikan
DOCX
Makalah perubahan sosial masyarakat terhadap pendidikan
Perubahan sosial budaya (resume)
Pengaruh penemuan baru (discovery)
Perubahan sosial budaya
perubahansosial budaya budaya dan globalisasi
Budaya dan kebudayaan kelompok 4 agb a
Perubahan sosial budaya
Budaya dan kebudayaan kelompok 4 agb a
Asdfghjkl
Riantika nur h [recovered]
PERUBAHAN SOSIAL,BUDAYA DAN KOMUNIKASI ANTAR BANGSA
Perubahan sosial budaya
Perubahan sosial budaya
Perubahan sosial budaya
faktor penghambat perubahan sosial budaya
Perubahan sosial
Perubahan sosial
Modernisasi, globalisasi, perubahan sosial dan budaya
PERUBAHAN SOSIAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN KEL 2.pptx
Makalah perubahan sosial masyarakat terhadap pendidikan
Makalah perubahan sosial masyarakat terhadap pendidikan
Ad

More from Haidar Bashofi (20)

DOCX
Konsep peringatan hut kemerdekaan ri tahun 2008 yang mendidik
PPTX
08 deret berkala & peramalan 12
PPTX
07 angka indeks 12
PPTX
05 ukuran penyebaran 12 jadi
PPTX
04 ukuran letak 13
PPTX
03 ukuran pemusatan 13
PPTX
02 penyajian data 13
PPTX
01 statistika 12
DOCX
Sap statistik bisnis 2013
PPT
Perencanaan dan persiapan bisnis.2013
PDF
Kumpulan makalah pkmk pimnas xix 2006 umm malang
DOC
Rencana bisnis utk sukses
PPTX
Konsep masyarakat madani
PPTX
9. wawasan nusantara
PPTX
8. penegakan hak asasi manusia
PPTX
7. ekonomi kerakyatan dan etos ekonomi seb agai basis kekuatan nasional
PPTX
6. tata dunia baru globalisasi
PPTX
5. membangun identitas nasional
PPTX
4. transformasi nilai demokrasi dalam keluarga dan masyarakat
PPTX
3. pemerintah yang bersih dan demokratis
Konsep peringatan hut kemerdekaan ri tahun 2008 yang mendidik
08 deret berkala & peramalan 12
07 angka indeks 12
05 ukuran penyebaran 12 jadi
04 ukuran letak 13
03 ukuran pemusatan 13
02 penyajian data 13
01 statistika 12
Sap statistik bisnis 2013
Perencanaan dan persiapan bisnis.2013
Kumpulan makalah pkmk pimnas xix 2006 umm malang
Rencana bisnis utk sukses
Konsep masyarakat madani
9. wawasan nusantara
8. penegakan hak asasi manusia
7. ekonomi kerakyatan dan etos ekonomi seb agai basis kekuatan nasional
6. tata dunia baru globalisasi
5. membangun identitas nasional
4. transformasi nilai demokrasi dalam keluarga dan masyarakat
3. pemerintah yang bersih dan demokratis

Perubahan Sosial

  • 1. 2. A. ARTI KEBUDAYAAN Kata kebudayaan berasal dari kata sansekerta “buddayah” yang artinya “daya dari budi” yang berupa cipta, karsa dan rasa. Dalam konsep antropologi tidak ada perbedaan antara kata “kebudayaan” dengan kata “budaya” karena hanyalah hasil dari imbuhan ke- dan akhiran – an yang tak berefek makna lain. Sedangkan kata “culture” sebagai bahasa asing dari “kebudayaan” berasal dari kata latin “colere” dengan makna “mengolah, mengerjakan” (khususnya tanah, pertanian). Dari makna ini, kemudian berkembanglah makna “culture” sebagai segala daya upaya dan tindakan manusia untuk mengolah tanah dan mengubah alam. Seiring berjalannya waktu, pendapat mengenai definisi kata kebudayaan ini pun mengalami berbagai perbedaan pendapat dari para ahli antropologi yang begitu kompleks, namun pendapat Al Kroeber dan C. Kluckholn lah yang sering dijadikan acuan. Mereka menyebutkan bahwa kebudayaan merupakan suatu pola, eksplisit, perilaku yang dipelajari dan diwariskan melalui symbol-simbol yang merupakan prestasi khas manusia, termasuk perwujudannya dalam benda-benda budaya. Definisi ini bukanlah definisi mutlak yang digunakan dalam memaknai kata kebudayaan, namun berbagai pendapat masih begitu menumpuk dari berbagai ahli antropologi yang sangatlah abstrak. Secara garis besar, dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kebudayaan adalah hasil dari proses belajar. Dan hanya minimum saja tindakan masyarakat yang tidak perlu dibiasakan dengan belajar. Disamping itu, perlu disadari bahwa kebudayaan merupakan suatu nilai yang dimiliki bersama dalam suatu komunitas, bukan milik individu.B. BUDAYA SEBAGAI SISTEM GAGASAN Terdapat dua kategori penilaian kebudayaan yang marak digunakan, yakni kebudayaan yang merujuk pada benda-benda material dan merujuk pada system gagasan. Pada ketegori pertama disebut kebudayaan sebagai “pola dari perilaku”. Kelompok ini berpendapat bahwa kebudayaan ini dihasilkan dari perilaku. Dengan kata lain, kebudayaan adalah benda-benda atau materi-materi yang dihasilkan dari perilaku. Juga kelompok berpandangan bahwa kebudayaan ini merupakan suatu system pengetahuan dan kepercayaan yang disusun sebagai pedoman manusia dalam menentukan dan memilih alternative yang ada. Sedangkan kelompok lain yang berpandangan kebudayaan merupakan suatu system gagasan juga meletakkan kebudayaan sebagai pedoman manusia dalam berperilaku dan bersikap. Jadi, budaya berupa rancangan hidup, maka budaya terdahulu itu merupakan gagasan prima yang diwariskan melalui proses belajar sehingga membangun sifat manusia tersebut yang dikenal dengan “nilai budaya”. Sebuah nilai yang dapat dilihat, dirasakan dan diwujudkan dalam bentuk adat istiadat masyarakat.C. PERWUJUDAN KEBUDAYAAN Koentjaraningrat (1990) menggolongkan wujud kebudayaan menjadi: 1. Sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya, 3. 2. Sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan 3. Sebagai benda-benda hasil karya manusia. Sedangkan J. J. Honingmann (1959) membagi budaya dalam tiga wujud, yakni Ideas, Activities, dan Artifacs. Berdasar penggolongan ini, maka pengelompokan kebudayaan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Budaya yang bersifat abstrak Dalam hal ini, budaya dinilai abstrak, tidak dapat diraba dan dilihat. Namun, pada hakekatnya telah berada pada masing-masing jiwa dan fikiran manusia. Ide-ide, gagasan, nilai-nilai dan pemikiran merupakan salah satu contoh dari pada keabstrakan budaya tersebut. 2. Budaya yang bersifat konkret Sifat konkret merupakan lawan dari abstrak, dimana jika dikatakan budaya bersifat konkret berarti budaya dapat dilihat, diraba dan diamati pada setiap pola tindakan aktivitas manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Sifat konkret budaya ini terdiri dari perilaku, bahasa dan materi/artefak.D. PENGERTIAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA Istilah ini sesungguhnya berasal dari dua konsep yang berbeda, pertama perubahan social yang dilihat dengan kaca mata sosiologi dan kedua perubahan kebudayaan yang dilihat menggunakan kaca mata antropologi. Sebelum penguraian masing-masing sumber, tidak ada salahnya jika terlebih dahulu kita pelajari makna umum masing-masing. Menurut Soedjono Dirdjosiswojo (1985), memberikan definisi bahwa perubahan social adalah perubahan fundamental yang terjadi dalam struktur social, system social dan organisasi social. Kemudian, Koentaraningrat (1989), menyatakan bahwa perubahan budaya adalah perubahan-perubahan yang mencakup unsur-unsur kebudayaan, yakni mencakup perubahan system pengetahuan, organisasi social, system mata pencaharian, system teknologi, religi, bahasa dan kesenian. Perubahan ini terjadi akibat ketidaksesuaian di antara unsure-unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga menghasilkan suatu keadaan yang harmonis bagi kehidupan. Selain kedua definisi diatas, sebenanya masih terdapat beberapa kolaborasi definisi yang dilahirkan oleh tokoh-tokoh sosiologi dan antropologi yang lain. Namun secara singkat, dapat diambil ibrah bahwa perubahan social budaya adalah perubahan yang mencakup hampir
  • 2. semua aspek kehidupan social dan budaya dari suatu masyarakat atau komunitas. Pada hakekatnya, proses ini lebih cenderung pada proses penerimaan perubahan baru yang dilakukan oleh masyarakat tersebut guna meningkatkan taraf hidup dan kualitas kehidupannya. Meskipun demikian, perubahan social budaya tidaklah lepas dari penilaian tentang akibat positif dan negative dari responden yang mengalami proses ini secara langsung. Terdapat pihak masyarakat yang dapat menikmati aroma positif dari perubahan ini, namun juga tidak 4. terlepas dari aroma negative yang dinilai merugikan dan menghambat suatu pihak akibat keadaan baru yang datang pada komunitas mereka.E. TEORI-TEORI YANG MENDASARI PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA Beberapa teori yang mendasari perubahan social budaya dalam suatu kehidupan masyarakat, diantaranya: a. Teori evolusi Inti aliran ini menyatakan bahwa masyarakat akan berkembang dari masyarakat sederhana (primitive) menuju masyarakat modern (complex) dan memerlukan proses jangka panjang fase demi fase. Penganut faham ini berpendapat bahwa perubahan menuju masyarakat modern ini akan mengalami perubahan secara linear (garis lurus) dari masyarakat primitive menuju masyarakat tradisional hingga masyarakat modern. Beberapa tokoh penganut aliran ini, antara lain: a) Auguste Comte, berpendapat bahwa masyarakat akan mengalami tiga tahap perkembangan, yakni (1) Tahap teologis, diwarnai nilai-nilai supranatural, (2) Tahap metafisik, tahap peralihan dari tahap telogis menuju prinsip-prinsip abstrak sebagai dasar perkembanngan budaya, dan (3) Tahap ilmiah, didukung dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. b) Herbert Spencer, menurutnya manusia akan melalui serangkaian tahap yang berawal dari tahap kelompok suku bangsa yang homogeny dan sederhana men uju tahap masyarakat modern yang kompleks. Juga, teori siapa yang kuat dan energik, maka dialah yang menang dan tetap bertahan, merupakan teori hasil pemikiran yang dilahirkannya. c) Karl Marx, berpendapat bahwa adanya proses perubahan masyarakat primif menuju masyarakat modern seiring perkembangan iptek, sehingga ia mencetuskan teori bahwa suatu saat masyarakat modern kapitalistis akan mengalami keruntuhan, digantikan dengan masyarakat komunistis. b. Teori siklus Menurut teori ini, berpendapat bahwa perubahan social merupakan sesuatu yang tidak bisa direncanakan atau diarahkan kepada suatu titik tertentu, akan tetapi akan berputar melingkar sebagai sesuatu yang berulang-ulang. Dengan kata lain, tidak ada titik terakhir yang sempurna dari suatu perubahan social, namun akan kembali ke tahap awal untuk peralihan ke tahap selanjutnya. Sehingga dikatakan tidak ada batas yang jelas antara pola kehidupan masyarakat primitive, tradisional dan modern. c. Teori fungsionalisme Teori berpendapat bahwa masyarakat tak ubahnya seperti suatu struktur organ tubuh manusia yang bagiannya memiliki hubungan keterkaitan antara satu sama lain. Selain hubungan keterkaitan, organ manusia pun memiliki tugas dan fungsi jelas dan berbeda yang saling melngkapi antara satu sama lain. Maka begitu pula dalam 5. masyarakat setiap bentuk kelembagaan dapat melaksanakan tugas dan fungsi tertentu guna kestabilan dan kemajuan suatu masyarakat.F. BENTUK-BENTUK PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA Menurut Soerjono Soekanto (1990) berpendapat bahwa perubahan social dan kebudayaan dapat dibedakan dalam beberapa bentuk, diantaranya: 1. Perubahan lambat dan perubahan cepat Perubahan lambat adalah perubahan social budaya yang memerlukan waktu lama, cenderung tidak direncanakan dan berlangsung alamiah, tetapi biasanya menuju ke tahap perkembangan masyarakat yang lebih sempurna atau lebih baik dari perkembangan sebelumnya. Salah satu contoh ialah Teori Evolusi yang membutuhkan waktu panjang dan lama tersebut. Sedangkan, perubahan cepat merupakan kebalikan dari perubahan lambat, yakni perubahan social budaya yang tidak memerlukan waktu lama, cenderung direncanakan dan memiliki hasil yang tidak se-kongkret perubahan lambat. Hal ini serinng kita kenal dengan istilah Revolusi, sebagai contoh Revolusi Industri, yang terencana dan tidak membutuhkan waktu panjang. Beberapa syarat untuk terjadinya revolusi, antara lain: a) Keinginan yang kuat, b) Pemimpin yang berdedikasi tinggi, c) Program kerja yang jelas, d) Pemimpin mampu menyamakan tujuan bersama, dan e) Adanya momentum yang tepat. 2. Perubahan kecil dan perubahan besar Pada dasarnya, perbedaan antara keduanya sangatlah relative. Namun, tetap terdapat perbedaan jika dilihat definisi masing-masing yang menjelaskan bahwa perubahan kecil merupakan perubahan yang terjadi pada unsure-unsur struktur social atau kebudayaan yang tidak membawa pengaruh langsung dan sangat berarti dalam sendi-sendi kemasyarakatan. Sebaliknya, perubahan besar sangatlah membawa pengaruh (positif atau negative) pada kehidupan masyarakat. Misalnya, perubahan busana, pola makan, music, dll yang masih termasuk dalam perubahan kecil. Namun,
  • 3. perubahan dalam suatu lembaga masyarakat (ekonomi, social, dll) pastilah akan membawa pengaruh dalam masyarakat. Misal, krisis moneter, kenaikan harga BBM, penurunan nilai harga jual hasil tani, dsb. 3. Perubahan yang direncanakan dan perubahan yang tidak direncanakan Perubahan yang direncanakan merupakan suatu bentuk perubahan yang telah diperkirakan atau direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang akan melakukan perubahan (agent of chance). Tentunya setelah melewati proses panjang, melalui klarifikasi, verifikasi, observasi, dsb diakhiri dengan keputusan perubahan yang terorganisir. Misal, REPELITA yang sempat digulirkan di masa Orde Baru. 6. Sedangkan sebaliknya, perubahan yang tidak direncanakan merupakan bentuk suatu perubahan yang tidak didesain terlebih dahulu akan tetapi tetap akan berpengaruh pada kehidupan masyarakat. Perubahan ini tidaklah melalui agent of chance, melainkan berjalan alamiah dan seringkali dapat terjadi akibat efek ikutan dari perubahan yang direncanakan. Misalnya, perubahan pola makan, pola pakaian, perubahan moral dan pergeseran nilai-nilai budaya khususnya terhadap masyarakat Indonesia.G. FAKTOR-FAKTOR PENDORONG DAN PENGHAMBAT PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA 1. Faktor Pendorong 1.1. Factor Internal a. Factor Manusia Manusia diletakkan sebagai factor yang paling terpenting dalam perubahan ini, selain memiliki potensi biologis, manusia juga memiliki potensi psikologis yang sangat dahsyat dalam mengatasi dan memecahkan berbagai persoalan yang dihadapinya. Terlebih manusia menupakan satu-satunya subjek dalam proyek perubahan sosiologi budaya ini, jadi tanpa keberadaannya niscaya tak kan pernah ada perubahan yang diinginkan. b. Factor Lingkungan Lingkungan memberikan sumbangsih yang cukup besar dalam pencapaian perubahan yang diharapkan. Karena disadari ataukah tidak, manusia sebagai subjek tidak akan pernah terlepas dari lingkungan, baik masyarakat primitive, tradisional maupun modern. Sehingga, keberadaannya yang kondusif sangatlah diharapkan untuk mendorong target perubahan tersebut. c. Adanya Penemuan-penemuan Baru Factor manusia yang berkualitas dan lingkungan yang kondusif menjadi modal berharga untuk mengeluarkan imajinasi dan gagasan baru sebagai proses sebuah perubahan untuk menemukan hal-hal baru dalam lingkungan internal masyarakat tersebut. dan penemuan-penemuan baru inilah yang banyak berperan sebagai pendorong terjadinya perubahan social budaya di lingkungan masyarakat. Penemuan dapat dibedakan menjadi discovery, yakni penemuan unsure kebudayaan baru dalam bentuk apapun atau berupa gagasan yang diciptakan seseorang maupun kelompok individu yang memang belum pernah ada sebelumnya. Dan Invention, yakni pengakuan masyarakat untuk menerima, menganut dan menerapkan penemuan dalam praktek sehari-hari. 1.2. Factor Eksternal a. Kontak Budaya dan Komunikasi Sosial b. Adanya Intervensi untuk Menerima nilai-nilai Baru c. Peperangan atau Terjadinya Revolusi 7. 2. Faktor Penghambat Menurut Soerjono Soekanto, terdapat 9 faktor penghambat terjadinya perubahan social budaya, antara lain: a. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain, b. Lambatnya perkembangan ilmu pengetahuan, c. Sikap masyarakat yang tradisional, d. Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam sangat kuat, e. Rasa khawatir akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan, f. Prasangka terhadap hal- hal asing atau sikap yang tertutup, g. Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis, dan h. Adat atau kebiasaan.Referensi:Suhanadji, M.Si. Drs. 2011. Sosiologi Antropoli Pendidikan Edisi Revisi. UNESA University Press Surabaya.