ASSALAMUALAIKUM WR.WB
Nama Kelompok:
Neng Indah Awwaliyah P (G2A016075)
Luthfina Dewi Silfiyani (G2A016076)
Fitri Zulia Ulfa (G2A016077)
Chantika Chincinati (G2A016078)
Nela Mafaza (G2A016079)
Siti Dyah Harum Mawarsih (G2A016081)
Rosa Isnaini Putri (G2A016082)
Riski Marzeli (G2A016083)
ASUHAN KEPERAWATAN CHF (CONGISTIVE
HEART FAILURE)
Saat ini, congestive heart failure (CHF) atau yang disebut
gagal jantung kongestif merupakan satu-satunya penyakit
kardiovaskuler yang insiden dan angka kejadiannya terus
meningkat. Resiko kematian akibat gagal jantung berkisar
antara 5 - 10% per tahun pada kasus gagal jantung ringan,
yang akan meningkat menjadi 30 - 40% pada gagal jantung
berat.
Di indonesia sendiri penyakit jantung dan pembuluh darah
terus meningkat tiap tahunnya dan ini akan memberikan
beban kesakitan, kecacatan, dan beban sosial ekonomi bagi
keluarga penderita, masyarakat dan negara. Prevalansi
penyakit gagal jantung di indonesia tahun 2013 berdasarkan
diagnosis dokter sebesar 0,13 % (Depkes RI).
PENGERTIAN
Gagal jantung merupakan ketidakmampuan
jantung untuk memompa darah ke seluruh
tubuh, sehingga tidak memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh atau terjadinya defisit
penyaluran oksigen ke organ tubuh.
KLASIFIKASI GAGAL JANTUNG
a.Gagal jantung kiri (gagal jantung kongestif), dibagi menjadi
2 jenis yang dapat terjadi secara sendiri atau bersamaan.
Diantaranya :
1) Gagal jantung sistolik, yaitu ketidakmampuan
jantung untuk menghasilkan output jantung yang cukup
untuk perfusi organ vital.
2) Gagal jantung diastolik, yaitu kongesti paru meskipun
curah jantung dan output jantung normal.
b.Gagal jantung kanan, merupakan ketidakmampuan ventrikel
kanan untuk memberikan aliran darah yang cukup ke
sirkulasi paru pada tekanan vena sentral normal.
STADIUM
Kelas 1 : Tidak terdapat batasan dalam melakukan aktifitas
fisik sehari-hari tidak menimbulkan kelelahan,
palpitasi atau sesak nafas.
Kelas 2 :Terdapat batasan aktifitas ringan. Tidak terdapat
keluhan saat istirahat, namun aktifitas fisik sehari-
hari menimbulkan kelelahan, palpitasi atau sesak
nafas.
Kelas 3 :Terdapat batasan aktifitas fisik bermakna. Tidak
terdapat keluhan saat beristirahat, tetapi
beraktifitas fisik ringan menyebabkan
kelelahan, palpitasi atau sesak nafas.
Kelas 4 :Tidak dapat melakukan aktifitas fisik tanpa
keluhan. Terdapat gejala saat istirahat. Keluhan
meningkat saat melakukan aktifitas.
FAKTOR – FAKTOR YANG MENYEBABKAN
TERJADINYA DISCOMPENSASI CORDIS
1.Faktor predisposisi (penyakit yang menimbulkan
penurunan fungsi ventrikel)
a.Penyakit arteri koroner
b.Hipertensi
c.Kardimiopati
d.Penyakit pembuluh darah
2.Faktor pencetus
Meningkatnya asupan garam, ketidakpatuhan pasien
dalam menjalani pengobatan anti gagal jantung. Infark
miokard akut (mungkin yang tersembunyi), serangan
hipertensi, aritmia akut, infeksi atau demam, emboli
paru, anemia, tirotoksikosis, kehamilan, dan
endokarditis infektif.
PATOFISIOLOGI
Menurut (Asikin, 2016) Gagal jantung kronis disebabkan interaksi
yang kompleks antara faktor yang mempengaruhi kontraktilitas,
yaitu
1. Preload, yaitu derajat regangan miokardium tepat sebelum
kontraksi.
2. Afterload, yaitu resistensi ejeksi darah dari ventrikel kiri.
3. Respon kompensasi neurohumoral dan hemodinamika
selanjutnya dari penurunan output jantung.
Penurunan afterload (tekanan aorta yang lebih rendah)
mempercepat kontraktilitas jantung. Tekanan yang tinggi atau
peningkatan afterload, mengurangi kontraktilitas dan
menyebabkan beban kerja jantung yang lebih tinggi.
Volume curah jantung ditentukan oleh preload, kontraktilitas dan
afterload. Peningkatan preload dapat meregangkan serat
miokardium dan meningkatkan kekuatan kontraktilitas.
Namun,meregangkan yang berlebihan menyebabkan penurunan
kontraktilitas. Peningkatan kontraktilitas meningkatkan volume
curah jantung. Namun,jika berlebihan maka kebutuhan oksigen
menyebabkan penurunan kontraktilitas, Peningkatan afterload
dapat mengurangi volume curah jantung.
Sejumlah mekanisme kompensasi untuk mengurangi output jantung
teraktivasi. Pada awalnya, sistem saraf simpatis akan terstimulasi
yang menyebabkan peningkatan ndenyut jantung, kontraksi
jantung, vasokontriksi, dan sekresi hormon antideuretik.
Kontriksi vena dan hormon anti deuritik meningkatkan preload.
Mekanisme ini membantu mengembalikan output jantung
hingga melebihi batas, kemudian kebutuhan oksigen
miokard dan preload yang berlebihan menyebabkan
penurunan kontraktilitas dan dekompensasi.
Penurunan output jantung dengan penurunan perfusi
jantung berikutnya juga mengaktivasi sistem renin-
angiotensin-aldosteron, yang menyebabkan vasokontriksi
dan retensi cairan. Kondisi ini meningkatkan preload dan
output jantung hingga preload berlebihan hingga menjadi
dekompensasi.
MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala jantung dapat dihubungkan dengan
ventrikel yang mengalami gangguan. Gagal jantung kiri
memiliki manifestasi yang berbeda dari gagal jantung
kanan. Pada gagal jantung kronik, pasien bisa
menunjukkan tanda dan gejala dari kedua tipe gagal
jantung tersebut.
GAGAL JANTUNG KIRI
a. Kongesti pulmonal: dispnea, batuk,
krekels paru, kadar saturasi oksigen
yang rendah, adanya bunyi jantung
tambahan bunyi jantung S3 atau
“gallop ventrikel” bisa dideteksi
melalui auskultasi.
b. Dispnea saat beraktivitas
(DOE),ortopnea, dispnea nokturnal
paroksimal (PND).
c. Batuk kering dan tidak berdahak di
awal, lama kelamaan dapat berubah
menjadi dahak berdahak.
d. Sputum berbusa, banyak, dan
berwarna pink (berdarah).
e. Krekels pada kedua basal paru dan
dapat berkembang menjadi krekels di
seluruh area paru.
f. Perfusi jaringan yang tidak memadai.
g. Oliguria dan nokturia.
h. Dengan berkembangnya gagal jantung
akan timbul gejala-gejala seperti:
gangguan pencernaan, pusing, sakit
kepala, konfusi, gelisah, ansietas; kulit
pucat atau dingin dan lemba
i. Takikardia, lemah, pulsasi lemah;
keletihan.
GAGAL JANTUNG KANAN
a.Kongesti pada jaringan viseral dan perifer.
b.Edema ekstermitas bawah (edema dependen),
hepatomegali, asites (akumulasi cairan pada rongga
peritoneum), kehilangan nafsu makan, mual, kelemahan,
dan peningkatan berat badan akibat penumpukan cairan.
KOMPLIKASI
1.Syok Kardiogenik, stadium akhir disfungsi ventrikel kiri atau gagal
jantung kongestif. Terjadi bila vebtrikel kiri mengalami kerusakan
yang luas. Otot jantung kehilangan kekuatan kontrktilitasnya,
menimbulkan penurunan curah jantung dengan perfusi jaringan
yang tidak adekuat ke organ vital.
2.Trombosis vena dalam, karena pembentukan bekuan vena
karena statis darah.
3.Efusi pleura, karena peningkatan tekanan pleura.
4.Aritmia, pembesaran ruang jantung menyebabkan gangguan
jalur elektrik normal.
5.Trombus ventrikel kiri.
6.Hepatomegali, pada gagal ventrikel kanan kongesti vena
merusak sel hepar, terjadi fibrosis dan sirosis hepar.
PENATALAKSANAAN
Untuk menurunkan kerja jantung, meningkatkan
curah jantung dan kontraktilitas miokard serta
menurunkan retensi garam dan air.
TERAPI FARMAKOLOGI
a. Digitalis, untuk meningkatkan kekuatan kontraksi jantung dan
memperlambat peningkatan diuretic yang mengeluarkan cairan
dan mengurangi edema. Digitalis diberikan dengan dosis yang
sangat besar dan dengan cepat diulang.
b.Diuretik, untuk menurunkan preload dan kerja jantung.
Memiliki efek antihipertensi dengan meningkatkan pelepasan
air dan garam natrium. Hal ini menyebabkan penurunan
volume cairan dan merendahkan tekanan darah.
c. Vasodilator, untuk mengurangi impedansi (tekanan) terhadap
penyemburan darah oleh ventrikel, memperbaiki pengosongan
vetrikel dan peningkatan kapasitas vena. Sehingga tekanan
pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan dan dapat dicapai
penurunan kongesti paru dengan cepat.
d. Inotropik positif, obatnya seperti dopamin. Dopamin
digunakan untuk meningkatkan denyut jantung pada keadaan
bradikardi. Dopamin bekerja sesuai dosisnya. misal dosis kecil
dopamin mendilatasi pembuluh darah ginjal sehingga
menghasilkan peningkatan pengeluaran urine. Dopamin juga
meningkatkan curah jantung melalui kontraktilitas jantung
(efek beta) dan meningkatkan tekanan darah
melaluivasokontriksi (efek alfa adrenergik).
e. Sedatif, pada gagal jantung berat pemberian sedatif untuk
mengurangi kegelisahan dapat diberikan. Dosis phenaorbital
15-30 mg empat kali sehari dengan tujuan mengistirahatkan
klien dan memberi relaksasi pada klien.
NON FARMAKOLOGI
a.Pemberian oksigen
Pada klien gagal jantung disertai dengan edema paru, pemenuhan oksigen akan
mengurangi kebutuhan miokardium dan membantu memenuhi kebutuhan
oksigen tubuh.
b.Diet
untuk mengatur diet sehingga kerja dan ketegangan otot jantung minimal, dan
status nutrisi terpelihara sesuai dengan selera dan pola makan klien.
c. Pembatasan natrium, untuk mencegah, mengatur, dan mengurangi edema. Klien
yang menjalani diet rendah natrium harus dianjurkan untuk jangan membeli
khususnya makanan kaleng. Diet yang memerlukan kadar natrium kurang dari
1000 mg seperti susu rendah lemak, roti rendah garam, mentega bebas garam.
Klien yang dibatasi diet natriumnya juga harus diingatkan utntuk tidak
meminum obat-obat tanpa resep seperti antasida, sirup obat batuk, pencahar,
penenang dan pengganti garam. Bila diet sangat dibatasi terhadap lemak dan
natrium, klien pasti merasa makanan menjadi tidak enak dan menolak makan.
Berbagai penyedap makanan seperti jus lemon dan rempah-rempah dapat
digunakan untuk menambah selera makan dan menerima diet yang dianjurkan.
PENGKAJIAN
1)Identitas Klien
meliputi : nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, suku,
dan agama.
2)Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh sesak nafas, batuk, sesak terus bertambah
bila melakukan aktivitas, walaupun aktivitas yang
dilakukan saat ringan misal duduk.
3)Riwayat penyakit dahulu
Mengkaji apakah sebelumnya klien menderita nyeri dada
khas infark miokard, hipertensi, DM, dan hyperlipidemia.
4)Penyakit Keluarga
Menanyakan tentang penyakit yang pernah di alami
keluarga berhubungan dengan kasus yng dialami
5)Riwayat psikososial
Kegelisahan dan kecemasan terjadi akibat gangguan
oksigenasi jaringan dan pengetahuan bahwa jantung
tidak berfungsi dengan baik
Pengkajian Pola Fungsi Gordon
a)Pola Aktifitas/ istirahat
b)Pola Sirkulasi
c)Pola Integritas Ego
d)Pola Eliminasi
e)Pola makanan/cairan
f)Pola Higiene
g)Pola Neurosensor
h)Pola Nyeri/Keamanan
i)Pola Pernapasan
j)Pola Keamanan
k)Pola interaksi sosial
PEMERIKSAAN FISIK
 Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
1.Pemeriksaan Nadi
Pemeriksaan nadi secara komprehensif pada sistem kardiovaskuler dapat membantu perawat
dalam menegakkan diagnosis masalah keperawatan yang timbul. Pemeriksaan nadi dilakukan
dengan pemeriksaan arteri perifer, penilaian terdiri atas irama, frekuensi, jenis, dan ciri
denyutan, isi nadi, konfigurasi nadi, serta keadaan pembuluh darah.
2.Pemeriksaan Tekanan Darah
Pemeriksaan tekanan darah juga berpengaruh dalam penegakan diagnosis keperawatan. Teknik
pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan teknik palpasi dan auskultasi.
3.Pemeriksaan Suhu Tubuh
Pemeriksaan dilakukan agar dapat mengetahui kondisi suhu tubuh klien. Apakah klien
mengalami hipertermia atau hipotermia.
B1 (Breathing)
Crackles secara umum terdengar pada dasar paru. Hal ini dikenali sebagai bukti gagal
ventrikel kiri. Sebelum crackles dianggap sebagai kegagalan pompa, klien harus di intruksikan
untuk batuk
B2 (Bleeding)
a)Inspeksi (Parut pasca oprasi)
Lihat adanya dampak penurunan curah
jantung.
b)JVP
Peningkatan tekanan pada diastolit akhir
ventrikel kanan tahanan untuk mengisi
ventrikel dan peningkatan laju pada tekanan
atrium kanan. Peningkatan tekanan ini dapat
diketahui dengan peningkatan pada vena
jugularis.
c)Edema
Edema sering dipertimbangkan sebagai tanda
gagal jantung yang dapat dipercaya. Edema
dimulai pada kaki dan tumit (edema
dependen dan secara bertahap bertambah ke
atas tungkai yang pada akirnya ke genetalia
eksternal serta tubuh bagian bawah.)
1. Palpasi
irama lain yang berhubungan dengan
kegagalan pompa meliputi : kontraksi atrium
premature, takikardia atrium proksimal, dan
denyut ventrikel premature.
2. perubahan nadi
Pemeriksaan denyut arteri selama gagal
jantung menunjukan denyut yang cepat dan
lemah.mencerminkan respon terhadap
rangsangan saraf simpatis. Pada gagal
jantung kiri yang berat dapat timbul pulsus
alternans (suatu perubahan kekuatan denyut
arteri).
3. auskultasi
Tanda fisik yang berkaitan dengan
kegagalan ventrikel kiri dapat dikenali
dengan mudah dibagian yang meliputi :
bunyi jantung ke 3 dan ke 4 (S3,S4) serta
crackles pada paru paru.
4. perkusi
Batas jantung ada pergeseran yang
menandakan adanya hipertropi jantung,
(kardiomegali).
B3 (Brain)
Kesadaran biasanya compos mentis, didapatkan sianosis perifer
apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pengkajian objektif klien:
wajah meringis, menangis, merintih, meregang, menggeliat.
B4 (Bladder)
Pengukuran volume keluaran urine berhubungan dengan asupan
cairan, karena itu perawat perlu memantau adanya oliguria karena
merupakan tanda awal dari syok kardiogenik. Adanya edema
ekstermitas menandakan adanya retensi cairan yang parah.
B5 (Bowel)
Klien biasanya didapatkan mual dan muntah, penurunan nafsu
makan akibat pembesaran vena dan stasis vena didalam rongga
abdomen, serta penurunan berat badan.
B6 (Bond)
a)Kulit dingin
Kulit yang pucat dan dingin diakibat kan oleh vasokontriksi perifer, penurunan
lebih lanjut dari curah jantung dan meningkatnya kadar hemoglobin peredupsi
mengakibatkan sianosis. Vasokontriksi kulit menghambat kemampuan tubuh
untuk melepaskan panas. Oleh karena itu, demam ringan dan keringat yang
berlebih ditemukan.
b)Mudah lelah
Mudah leleh terjadi akibat curah jantung yang kurang, sehingga menghambat
jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa
hasil metabolisme. Perfusi yang kurang pada otot-otot rangka menyebabkan
kelemahan dan keletihan.
c)Haluan urine
Yang perlu dikaji adalah :
Oliguria (< 100 – 400 ml/24 jam).
Anuria (< 100 ml/24 jam).
Inta ke dan output haluaran urine.
Berat badan ditimbang pada waktu dan timbangan yang sama.
pemeriksaan penunjang
a)Ekokardiografi
Digunakan sebagai alat dalam diagnosis dan
manajemen gagal jantung. Pemeriksaan
ekokardiografi dapat digunakan untuk
memperkirakan ukurn dan fungsi fentrikel kiri.
b)Rontgen torax
Foto sinar X dada posterior anterior dapat
menunjukan adanya hipertensi vena, adema paru,
atau kardiomegali. Pengukuran jantung dengan
sinar X kurang akurat, sehingga ukuran jantung
mungkin dapat saja normal pada klien yang sudah
didiagnosa gagal jantung. Sinar X dada juga dapat
menunjukan kelainan katup mitral dengan adanya
pembesaran atrium kiri.
c)Elekrokardiografi (EKG)
EKG memberikan informasi yang berkaitan
dengan penyebab, EKG tidak dapat menunjukkan
gambaran yang spesifik. EKG normal
menimbulkan kecurigaan akan adanya diagnosis
yang salah.
ada pemeriksaan EKG pada klien dengan gagal
jantung dapat ditemukan kelainan EKG
seperti dibawah ini:
1.Left bundle branch block, kelainan ST/T
menunjukan difusi ventrikel kiri kronis.
2.Gelombang Q menunjukkan infark
sebelumnya dan kelainan segmen ST,
menunjukkan penyakit jantung iskemik
3.Hipertrofi ventrikel kiri dan gelombang T
terbalik menunjukkan stenosis aorta dan
penyakit jantung hipertensi
4.Aritmia: defiasi aksis ke kanan, right bundle
branch block, dan hipertrofi ventrikel kanan
menunjukka disfusi ventrikel kanan.
ASUHAN KEPERAWATAN SESUAI
SKENARIO
Seorang laki – laki 65 tahun, saat dirawat di ruang penyakit dalam RSUP Dokter Kariyadi
Semarang. Pasien mengeluh sesak nafas, batuk, sesak terus bertambah bila melakukan
aktivitas, walaupun aktivitas yang dilakukan saat ringan misal duduk. Tanpak adanya
edema pada tungkai kaki, JVP meningkat. TD 160/100 mmHg, RR 32 x/menit, suhu
37o
C. Pada pemeriksaan auskultasi dada, terdengar suara cracles di kedua lapang paru.
Therapi Furosemid 40 mg 1x1, Digoxin 3x1, terpasang oksigen nasal kanul 3 liter/menit.
1.Identitas Klien
Nama : Tn. N
Usia : 65 tahun
Jenis kelamin : laki – laki
2.Keluhan Utama
Pasien mengeluh sesak nafas, batuk, sesak terus bertambah bila melakukan aktivitas
3.TTV
TD : 160/100 mmHg
RR : 32x/menit
Suhu : 37o
C
ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI PPROBLEM
DS: - pasien meneluh
sesak nafas
-Sesak terus bertambah bila
melakukan aktivitas ringan (misal:
duduk)
DO: TTV
- TD:160/100
mmHg
-RR: 32x/mnt
kontraktilitas miokardial menurun Penurunan curah jantung
DS: - Pasien mengeluh
sesak nafas
-Sesak terus bertambah bila
melakukan aktivitas ringan (misal:
duduk)
DO: Pasien terpasang oksigen
nasal kanul 3 liter/menit.
Ketidak seimbangan antara suplai
O2 atau kebutuhan umum,
kelemahan umum dan imobilitas.
Intoleransi aktivitas
DS:-
DO: Tampak adanya edema
pada tungkai kaki, JVP
meningkat. T
D 160/100 mmHg, RR 32
x/menit
Menurunya laju filtrasi
glomerolus (menurunnya curah
jantung) atau meningkatnya
produksi ADH dan retensi
natrium atau air.
Kelebihan volume cairan
DS: - Pasien mengeluh
sesak nafas
-Sesak terus bertambah bila
melakukan aktivitas ringan
(misal: duduk)
DO: Pada pemeriksaan
auskultasi dada, terdengar suara
cracles di kedua lapang paru
Penurunan ekspansi paru Gangguan pola napas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Penurunan curah jantung berhubungan dengan kontaktilitas miokardial
2.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai
O2 atau kebutuhan umum, kelemahan umum dan imobilitas.
3.Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunya laju filtrasi
glomerolus (menurunnya curah jantung) atau meningkatnya produksi ADH
dan retensi natrium atau air.
4.Gangguan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
5,Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan (takut akan
kematian).
FOKUS INTERVIEW DAN RASIONAL
DIAGNOSIS: Penurunan curah jantung b.d gagal jantung kanan dan gagal jantung kiri
karena kontraktilitas miokardial
Tujuan & Kriteria Hasil
(NOC)
Intervensi
(NIC)
Rasional
Tujuan :
KH :
TTV
TD : 120/80 mmHg
N : 100
x/mnt
-Dapat mentoleransi
aktivitas, tidak ada
kelelahan
-Tidak ada edema paru,
perifer, dan tidak ada asites
-Tidak ada penurunan
kesadaran
1. Auskultasi nadi
apical,kaji frekuensi,irama
jantung (dokumentasikan
disritmia)
2. Catat bunyi jantung
3. Palpitasi nadi perifer
4. Pantau Tekanan Darah
5. Kaji kulit terhadap pucat
dan sianosis
6. Pantau haluaran urin,
catat haluaran dan
kepekatan/konsentrasi urin
7. Berikan istirahat semi
rekumben pada tempat
tidur/kursi. Kaji dengan
1. Biasanya terjadi
takikardi,untuk
mengompensasi penurunan
kontraktilitas
2. S1 dan S2 mungkin lemah
karena menurunnya kerja
pompa,irama gallop umum
(S3 dan S4) dihasilkan sbg
aliran darah ke dalam
serambi yang distensi
3. Penurunan curah jantung
dapat menunjukkan
menurunnya nadi. Nadi
mungkin cepat hilang atau
tidak teratur
8. Berikan istirahat psikolog
dengan lingkungan tenang
9. Berikan O2 tambahan
sesuai indikasi
10. Beri obat sesuai indikasi
4. Pada CHF dini,
sedang/kronis TD dapat
meningkat.
5. Pucat menunjukkan
penurunan perfusi perifer
sekunder terhadap tidak
adekuatnya curah jantung,
vasokonstriksi dan anemia
6. Ginjal berespon untuk
menurunkan curah jantung
dengan menahan cairan dan
natrium
7. Istirahat fisik harus
dipertahankan untuk
memperbaiki efisiensi kontraksi
jantung.
8. Stress emosi dapat
menghasilkan vasokontriksi
yang meningkatkn tekanan
darah dan frekuensi / kerja
jantung
9. Menaikkan sediaan O2
untuk kebutuhan miokard.
10. Untuk menaikkan
volume sekuncup dan
menurunkan kongesti.
DIAGNOSIS : Intoleransi aktivitas b.d ketidak seimbangan antara suplai O2 atau
kebutuhan umum, kelemahan umum dan imobilitas.
Tujuan & Kriteria Hasil
(NOC)
Intervensi
(NIC)
Rasional
Tujuan : Berpartisipasi pada
aktivitas yang diinginkan
memenuhi kebutuhan
perawatan diri sendiri.
KH :
TTV normal
TD : 120/80 mmHg
N : 100 x/mnt
RR : 20 x/mnt
-Mampu melakukan aktivitas
sehari hari (ADLs) secara
mandiri
-Status respirasi: pertukaran gas
dan ventilasi adekuat.
1. Periksa tanda vital
sebelum dan sesudah
aktivitas.
2. Catat respon
kardiopulmonal terhadap
aktivitas takikardi,
distritmia, dispnea,
berkeringat, pucat.
3. Kaji penyebab kelemahan
4. Evaluasi peningkatan
intolertan aktivitas
5. Bantu dengan aktivitas
fisik secara teratur
(misalnya, ambulasi,
transfer/berpindah, berputar
dan kebersihan diri), sesuai
dengan kebutuhan.
6. Implementasi program
rehabilitasi jantung/aktivitas
1. Hipotensi ortostatik dapat
terjadi dengan aktivitas karena
efek obat
2. Penurunan/ketidakmampuan
miokardium untuk
meningkatkan sekuncup selama
aktivitas.
3. Kelemahan adalah efek
samping beberapa obat.
4. Dapat menunjukkan
peningkatan dekompensasi
jantung.
5. Pemenuhan kebutuhan
perawatan diri pasien tanpa
mempengaruhi stressmiokard
6. Peningkatan bertahap pada
aktivitas menghindari kerja
jantung berlebihan
DIAGNOSIS : Kelebihan volume cairan b.d menurunya laju filtrasi glomerolus
(menurunnya curah jantung) atau meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium
atau air.
Tujuan & Kriteria Hasil
(NOC) I
Intervensi
(NIC)
Rasional
Tujuan :
KH :
TTV normal
TD: 120/80 mmHg
N : 100 x/mnt
-volume cairan stabil
dengan keseimbangan input
& output
-bunyi nafas bersih/ jelas
1. Pantau haluaran urin,
catat jumlah dan warna saat
terjadi dieresis.
2. Pantau / hitung balance
cairan.
3. Pertahankan duduk /
tirah baring dgn posisi semi
fowler selama fase akut.
4. Monitor makanan atau
cairan yang di konsumsi
dan hitung asupan kalori
harian
1. Haluaran urin mungkin
sedikit dan pekat
(khususnya selama 1hari)
karena penurunan perfusi
ginjal
2. Terapi diuretic dapat
disebabkan oleh kehilangan
cairan tiba-tiba.
3. Posisi supinasi
menaikkan filtrasi ginjal &
menurunkan produksi ADH
sehingga menaikkan
dieresis
4. Mengontrol dlm
pembatasan agar tidak
berlebihan.
5. Timbang BB tiap hari.
6. Kaji distensi leher dan
pembuluh perifer, serta
adanya odeme tubuh
umum (anasarka).
7. Pantau CVP dan tekanan
darah.
8. Dorong untuk
menyatakan perasaan
sehubungan dgn
pembatasan
9. Pemberian obat diuretic
sesuai indikasi
10. Pertahankan cairan /
pembatasan natrium sesuai
indikasi.
5. Catat perubahan ada
atau hilangnya odema
sebagai respon terhadap
terapi peningkatan 2,5kg
menunjukkan 2L cairan.
6. Retensi cairan
berlebihan dapat
dimanifestasikan oleh
pembendungan vena dan
pembentukan odema,
peningkatan kongesti
vaskuler secara nyata
mengakibatkan edema
jaringn sistemik.
7. Hipertensi dan
peningkatan CVP
menunjukkan kelebihan
volume cairan
DIAGNOSIS : Gangguan pola nafas b.d penurunan ekspansi paru
Tujuan & Kriteria Hasil
(NOC)
Intervensi
(NIC)
Rasional
Tujuan : setelah di lakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam pola nafas
pasien menjadi efektif
KH :
TTV normal
RR : 16-20 x/mnt
Menunjukkan jalan nafas
yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama
nafas, frekuansi pernafasan
dalam renta normal, tidak
ada suara nafas abnormal)
1.auskultasi suara nafas,
catat area yang ventilasinya
menurun atau tidak ada dan
adanya suara tambahan
2. posisikan untuk
meringankan sesak nafas
3. monitor status pernafasan
dan oksigenasi
4. Pemberian terapi
oksigenasi dan pemasangan
nasal kanul
1. Untuk mengetahui
penurunan ventilasi dan ada
tidaknya suara tambahan
2. Untuk meringankan sesak
nafas pada pasien.
3. Untuk memantau status
pernafasan dan oksigenasi
pada pasien.
4. Pemenuhan kebutuhan
oksigen terpenuhi.
DIAGNOSIS : Cemas b.d perubahan status kesehatan (takut akan kematian).
Tujuan & Kriteria Hasil
(NOC)
Intervensi
(NIC)
RASIONAL
Tujuan :
KH :
-Klien mampu
mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala
cemas
-Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan
menunjukkan teknik untuk
mengontrol cemas
-Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh, dan
tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya
kecemasan.
1. Kaji utuk tanda verbal
dan non verbal kecemasan.
2. Identifikasi tingkat rasa
cemas.
3. catat ekspresi yang
menandakan kecemasan
tinggi.
4. berikan informasi factual
terkait diagnosis,
perawatan dan prognosis.
5. kolaborasi pasien dengan
kunjungan rohaniwan atau
spiritual.
1.Untuk mengetahui
adanya kecemasan
2. Untuk mengetahui
tingkat kecemasan pasien
3. Untuk mengetahui
seberapa tinggi kecemasan
pasien
4. Agar pasien percaya dan
mengurangi rasa cemasnya
5. Pemenuhan jiwa spiritual
pasien.
TERIMAKASIH

More Related Content

PPTX
GAGAL JANTUNG AKUT PPT.pptx
DOCX
Laporan pendahuluan chf
PPTX
Epidemiologi Hipertensi dan Penyakit Jantung_Kelompok 7.pptx
DOCX
Laporan pendahuluan chf
PPT
tugas CHF.ppt ,keperawatan gawat darurat
DOC
Lp hipertensi
DOC
LP CHF.doc
DOCX
Syok kardiogenik
GAGAL JANTUNG AKUT PPT.pptx
Laporan pendahuluan chf
Epidemiologi Hipertensi dan Penyakit Jantung_Kelompok 7.pptx
Laporan pendahuluan chf
tugas CHF.ppt ,keperawatan gawat darurat
Lp hipertensi
LP CHF.doc
Syok kardiogenik

Similar to Power point apa itu penyakit CHF/jantung .ppt (20)

DOCX
Portofolio hipertensi
DOCX
Askep gagal jantung kongesti
DOCX
Askep gagal jantung kongesti
DOCX
Konsep medis chf
DOCX
DOCX
LP CHF KMB 1.docxc schhhhhhhhhhhhhhhhhhhhekjm
PPTX
Cardiovaskuler Disorder for Biological Issue on Common Employee
PPTX
Hipertension dan Pengertianya pada masyarakat.pptx
PPTX
Hipertension , pengertian, pengobatan & pencegahan.pptx
PPTX
Hipertension & Prevention on people .pptx
DOCX
Penyakit jantung koroner
DOCX
Penyakit jantung koroner
DOCX
Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA
DOCX
Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA
DOCX
Askep penyakit jantung koroner AKPER PEMKAB MUNA
DOCX
Askep decompensasi cordis
PPTX
Epidemiologi Penyakit Tidak Menular Hipertensi
DOC
Referat syok interne
DOCX
Portofolio hipertensi
Askep gagal jantung kongesti
Askep gagal jantung kongesti
Konsep medis chf
LP CHF KMB 1.docxc schhhhhhhhhhhhhhhhhhhhekjm
Cardiovaskuler Disorder for Biological Issue on Common Employee
Hipertension dan Pengertianya pada masyarakat.pptx
Hipertension , pengertian, pengobatan & pencegahan.pptx
Hipertension & Prevention on people .pptx
Penyakit jantung koroner
Penyakit jantung koroner
Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA
Hipertensi 1 AKPER PEMKAB MUNA
Askep penyakit jantung koroner AKPER PEMKAB MUNA
Askep decompensasi cordis
Epidemiologi Penyakit Tidak Menular Hipertensi
Referat syok interne
Ad

Recently uploaded (20)

PPTX
Pembahasan Lengkap Trigonometri_ppt.pptx
PDF
Modul Ajar Deep Learning Matematika Kelas 1 Kurikulum Merdeka
PPTX
Pola Pikir Bertumbuh Pembelajaran Mendalam.pptx
PDF
Buku Teks KSSM Sains Sukan Tingkatan Empat
PDF
Panduan Praktikum Administrasi Sistem Jaringan Edisi 3 (Proxmox VE 9.0).pdf
DOCX
Power poit Rubrik Penilaian LK 8 KP 6.docx
PPTX
Mengkritisi Informasi tentang Tokoh.pptx
DOCX
Download Modul Ajar Kurikulum Berbasis Cinta ( KBC ) SKI Kelas 7 MTs
PDF
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Indonesia Kelas 1 Kurikulum Merdeka
PPTX
Penguatan Pertemuan1 OJT koding dan kecerdasan artificial
DOCX
Download Modul Ajar Kurikulum Berbasis Cinta ( KBC ) Fiqih Kelas 10 Terbaru 2025
PPTX
Digital Marketing Dasar Untuk Pemula.pptx
PPTX
Rekayasa-Prompt-untuk-Kreasi-Konten bahan peer teaching.pptx
PDF
Aminullah Assagaf_Ch3&4_Statistik Ekonometrika_PLS SPSS.pdf
PPTX
PPT MODUL 3 PENYELARASAN VISI MISI DENGAN OEMBELAJARAN MENDALAM
PDF
Modul Ajar Deep Learning Seni Budaya Kelas 1 Kurikulum Merdeka
PDF
Materi Pendidikan Agama Islam - Kelas 12 SMA - Cabang Iman: Keterkaitan antar...
PPTX
8-Bahan Paparan Smart ASN Latsar CPNS agenda III
PDF
Materi Pendidikan Agama Islam - Kelas 11 SMA - Berpikir Kritis dan Mengembang...
PPTX
pedoman tes kompetensi akademik deep learning
Pembahasan Lengkap Trigonometri_ppt.pptx
Modul Ajar Deep Learning Matematika Kelas 1 Kurikulum Merdeka
Pola Pikir Bertumbuh Pembelajaran Mendalam.pptx
Buku Teks KSSM Sains Sukan Tingkatan Empat
Panduan Praktikum Administrasi Sistem Jaringan Edisi 3 (Proxmox VE 9.0).pdf
Power poit Rubrik Penilaian LK 8 KP 6.docx
Mengkritisi Informasi tentang Tokoh.pptx
Download Modul Ajar Kurikulum Berbasis Cinta ( KBC ) SKI Kelas 7 MTs
Modul Ajar Deep Learning Bahasa Indonesia Kelas 1 Kurikulum Merdeka
Penguatan Pertemuan1 OJT koding dan kecerdasan artificial
Download Modul Ajar Kurikulum Berbasis Cinta ( KBC ) Fiqih Kelas 10 Terbaru 2025
Digital Marketing Dasar Untuk Pemula.pptx
Rekayasa-Prompt-untuk-Kreasi-Konten bahan peer teaching.pptx
Aminullah Assagaf_Ch3&4_Statistik Ekonometrika_PLS SPSS.pdf
PPT MODUL 3 PENYELARASAN VISI MISI DENGAN OEMBELAJARAN MENDALAM
Modul Ajar Deep Learning Seni Budaya Kelas 1 Kurikulum Merdeka
Materi Pendidikan Agama Islam - Kelas 12 SMA - Cabang Iman: Keterkaitan antar...
8-Bahan Paparan Smart ASN Latsar CPNS agenda III
Materi Pendidikan Agama Islam - Kelas 11 SMA - Berpikir Kritis dan Mengembang...
pedoman tes kompetensi akademik deep learning
Ad

Power point apa itu penyakit CHF/jantung .ppt

  • 2. Nama Kelompok: Neng Indah Awwaliyah P (G2A016075) Luthfina Dewi Silfiyani (G2A016076) Fitri Zulia Ulfa (G2A016077) Chantika Chincinati (G2A016078) Nela Mafaza (G2A016079) Siti Dyah Harum Mawarsih (G2A016081) Rosa Isnaini Putri (G2A016082) Riski Marzeli (G2A016083)
  • 3. ASUHAN KEPERAWATAN CHF (CONGISTIVE HEART FAILURE)
  • 4. Saat ini, congestive heart failure (CHF) atau yang disebut gagal jantung kongestif merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang insiden dan angka kejadiannya terus meningkat. Resiko kematian akibat gagal jantung berkisar antara 5 - 10% per tahun pada kasus gagal jantung ringan, yang akan meningkat menjadi 30 - 40% pada gagal jantung berat. Di indonesia sendiri penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat tiap tahunnya dan ini akan memberikan beban kesakitan, kecacatan, dan beban sosial ekonomi bagi keluarga penderita, masyarakat dan negara. Prevalansi penyakit gagal jantung di indonesia tahun 2013 berdasarkan diagnosis dokter sebesar 0,13 % (Depkes RI).
  • 5. PENGERTIAN Gagal jantung merupakan ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh, sehingga tidak memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh atau terjadinya defisit penyaluran oksigen ke organ tubuh.
  • 6. KLASIFIKASI GAGAL JANTUNG a.Gagal jantung kiri (gagal jantung kongestif), dibagi menjadi 2 jenis yang dapat terjadi secara sendiri atau bersamaan. Diantaranya : 1) Gagal jantung sistolik, yaitu ketidakmampuan jantung untuk menghasilkan output jantung yang cukup untuk perfusi organ vital. 2) Gagal jantung diastolik, yaitu kongesti paru meskipun curah jantung dan output jantung normal. b.Gagal jantung kanan, merupakan ketidakmampuan ventrikel kanan untuk memberikan aliran darah yang cukup ke sirkulasi paru pada tekanan vena sentral normal.
  • 7. STADIUM Kelas 1 : Tidak terdapat batasan dalam melakukan aktifitas fisik sehari-hari tidak menimbulkan kelelahan, palpitasi atau sesak nafas. Kelas 2 :Terdapat batasan aktifitas ringan. Tidak terdapat keluhan saat istirahat, namun aktifitas fisik sehari- hari menimbulkan kelelahan, palpitasi atau sesak nafas. Kelas 3 :Terdapat batasan aktifitas fisik bermakna. Tidak terdapat keluhan saat beristirahat, tetapi beraktifitas fisik ringan menyebabkan kelelahan, palpitasi atau sesak nafas. Kelas 4 :Tidak dapat melakukan aktifitas fisik tanpa keluhan. Terdapat gejala saat istirahat. Keluhan meningkat saat melakukan aktifitas.
  • 8. FAKTOR – FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA DISCOMPENSASI CORDIS 1.Faktor predisposisi (penyakit yang menimbulkan penurunan fungsi ventrikel) a.Penyakit arteri koroner b.Hipertensi c.Kardimiopati d.Penyakit pembuluh darah 2.Faktor pencetus Meningkatnya asupan garam, ketidakpatuhan pasien dalam menjalani pengobatan anti gagal jantung. Infark miokard akut (mungkin yang tersembunyi), serangan hipertensi, aritmia akut, infeksi atau demam, emboli paru, anemia, tirotoksikosis, kehamilan, dan endokarditis infektif.
  • 9. PATOFISIOLOGI Menurut (Asikin, 2016) Gagal jantung kronis disebabkan interaksi yang kompleks antara faktor yang mempengaruhi kontraktilitas, yaitu 1. Preload, yaitu derajat regangan miokardium tepat sebelum kontraksi. 2. Afterload, yaitu resistensi ejeksi darah dari ventrikel kiri. 3. Respon kompensasi neurohumoral dan hemodinamika selanjutnya dari penurunan output jantung. Penurunan afterload (tekanan aorta yang lebih rendah) mempercepat kontraktilitas jantung. Tekanan yang tinggi atau peningkatan afterload, mengurangi kontraktilitas dan menyebabkan beban kerja jantung yang lebih tinggi.
  • 10. Volume curah jantung ditentukan oleh preload, kontraktilitas dan afterload. Peningkatan preload dapat meregangkan serat miokardium dan meningkatkan kekuatan kontraktilitas. Namun,meregangkan yang berlebihan menyebabkan penurunan kontraktilitas. Peningkatan kontraktilitas meningkatkan volume curah jantung. Namun,jika berlebihan maka kebutuhan oksigen menyebabkan penurunan kontraktilitas, Peningkatan afterload dapat mengurangi volume curah jantung. Sejumlah mekanisme kompensasi untuk mengurangi output jantung teraktivasi. Pada awalnya, sistem saraf simpatis akan terstimulasi yang menyebabkan peningkatan ndenyut jantung, kontraksi jantung, vasokontriksi, dan sekresi hormon antideuretik. Kontriksi vena dan hormon anti deuritik meningkatkan preload. Mekanisme ini membantu mengembalikan output jantung hingga melebihi batas, kemudian kebutuhan oksigen miokard dan preload yang berlebihan menyebabkan penurunan kontraktilitas dan dekompensasi.
  • 11. Penurunan output jantung dengan penurunan perfusi jantung berikutnya juga mengaktivasi sistem renin- angiotensin-aldosteron, yang menyebabkan vasokontriksi dan retensi cairan. Kondisi ini meningkatkan preload dan output jantung hingga preload berlebihan hingga menjadi dekompensasi.
  • 12. MANIFESTASI KLINIK Tanda dan gejala jantung dapat dihubungkan dengan ventrikel yang mengalami gangguan. Gagal jantung kiri memiliki manifestasi yang berbeda dari gagal jantung kanan. Pada gagal jantung kronik, pasien bisa menunjukkan tanda dan gejala dari kedua tipe gagal jantung tersebut.
  • 13. GAGAL JANTUNG KIRI a. Kongesti pulmonal: dispnea, batuk, krekels paru, kadar saturasi oksigen yang rendah, adanya bunyi jantung tambahan bunyi jantung S3 atau “gallop ventrikel” bisa dideteksi melalui auskultasi. b. Dispnea saat beraktivitas (DOE),ortopnea, dispnea nokturnal paroksimal (PND). c. Batuk kering dan tidak berdahak di awal, lama kelamaan dapat berubah menjadi dahak berdahak. d. Sputum berbusa, banyak, dan berwarna pink (berdarah). e. Krekels pada kedua basal paru dan dapat berkembang menjadi krekels di seluruh area paru. f. Perfusi jaringan yang tidak memadai. g. Oliguria dan nokturia. h. Dengan berkembangnya gagal jantung akan timbul gejala-gejala seperti: gangguan pencernaan, pusing, sakit kepala, konfusi, gelisah, ansietas; kulit pucat atau dingin dan lemba i. Takikardia, lemah, pulsasi lemah; keletihan.
  • 14. GAGAL JANTUNG KANAN a.Kongesti pada jaringan viseral dan perifer. b.Edema ekstermitas bawah (edema dependen), hepatomegali, asites (akumulasi cairan pada rongga peritoneum), kehilangan nafsu makan, mual, kelemahan, dan peningkatan berat badan akibat penumpukan cairan.
  • 15. KOMPLIKASI 1.Syok Kardiogenik, stadium akhir disfungsi ventrikel kiri atau gagal jantung kongestif. Terjadi bila vebtrikel kiri mengalami kerusakan yang luas. Otot jantung kehilangan kekuatan kontrktilitasnya, menimbulkan penurunan curah jantung dengan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ vital. 2.Trombosis vena dalam, karena pembentukan bekuan vena karena statis darah. 3.Efusi pleura, karena peningkatan tekanan pleura. 4.Aritmia, pembesaran ruang jantung menyebabkan gangguan jalur elektrik normal. 5.Trombus ventrikel kiri. 6.Hepatomegali, pada gagal ventrikel kanan kongesti vena merusak sel hepar, terjadi fibrosis dan sirosis hepar.
  • 16. PENATALAKSANAAN Untuk menurunkan kerja jantung, meningkatkan curah jantung dan kontraktilitas miokard serta menurunkan retensi garam dan air.
  • 17. TERAPI FARMAKOLOGI a. Digitalis, untuk meningkatkan kekuatan kontraksi jantung dan memperlambat peningkatan diuretic yang mengeluarkan cairan dan mengurangi edema. Digitalis diberikan dengan dosis yang sangat besar dan dengan cepat diulang. b.Diuretik, untuk menurunkan preload dan kerja jantung. Memiliki efek antihipertensi dengan meningkatkan pelepasan air dan garam natrium. Hal ini menyebabkan penurunan volume cairan dan merendahkan tekanan darah. c. Vasodilator, untuk mengurangi impedansi (tekanan) terhadap penyemburan darah oleh ventrikel, memperbaiki pengosongan vetrikel dan peningkatan kapasitas vena. Sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan dan dapat dicapai penurunan kongesti paru dengan cepat.
  • 18. d. Inotropik positif, obatnya seperti dopamin. Dopamin digunakan untuk meningkatkan denyut jantung pada keadaan bradikardi. Dopamin bekerja sesuai dosisnya. misal dosis kecil dopamin mendilatasi pembuluh darah ginjal sehingga menghasilkan peningkatan pengeluaran urine. Dopamin juga meningkatkan curah jantung melalui kontraktilitas jantung (efek beta) dan meningkatkan tekanan darah melaluivasokontriksi (efek alfa adrenergik). e. Sedatif, pada gagal jantung berat pemberian sedatif untuk mengurangi kegelisahan dapat diberikan. Dosis phenaorbital 15-30 mg empat kali sehari dengan tujuan mengistirahatkan klien dan memberi relaksasi pada klien.
  • 19. NON FARMAKOLOGI a.Pemberian oksigen Pada klien gagal jantung disertai dengan edema paru, pemenuhan oksigen akan mengurangi kebutuhan miokardium dan membantu memenuhi kebutuhan oksigen tubuh. b.Diet untuk mengatur diet sehingga kerja dan ketegangan otot jantung minimal, dan status nutrisi terpelihara sesuai dengan selera dan pola makan klien. c. Pembatasan natrium, untuk mencegah, mengatur, dan mengurangi edema. Klien yang menjalani diet rendah natrium harus dianjurkan untuk jangan membeli khususnya makanan kaleng. Diet yang memerlukan kadar natrium kurang dari 1000 mg seperti susu rendah lemak, roti rendah garam, mentega bebas garam. Klien yang dibatasi diet natriumnya juga harus diingatkan utntuk tidak meminum obat-obat tanpa resep seperti antasida, sirup obat batuk, pencahar, penenang dan pengganti garam. Bila diet sangat dibatasi terhadap lemak dan natrium, klien pasti merasa makanan menjadi tidak enak dan menolak makan. Berbagai penyedap makanan seperti jus lemon dan rempah-rempah dapat digunakan untuk menambah selera makan dan menerima diet yang dianjurkan.
  • 20. PENGKAJIAN 1)Identitas Klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, suku, dan agama. 2)Riwayat Penyakit Sekarang Pasien mengeluh sesak nafas, batuk, sesak terus bertambah bila melakukan aktivitas, walaupun aktivitas yang dilakukan saat ringan misal duduk. 3)Riwayat penyakit dahulu Mengkaji apakah sebelumnya klien menderita nyeri dada khas infark miokard, hipertensi, DM, dan hyperlipidemia.
  • 21. 4)Penyakit Keluarga Menanyakan tentang penyakit yang pernah di alami keluarga berhubungan dengan kasus yng dialami 5)Riwayat psikososial Kegelisahan dan kecemasan terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik
  • 22. Pengkajian Pola Fungsi Gordon a)Pola Aktifitas/ istirahat b)Pola Sirkulasi c)Pola Integritas Ego d)Pola Eliminasi e)Pola makanan/cairan f)Pola Higiene g)Pola Neurosensor h)Pola Nyeri/Keamanan i)Pola Pernapasan j)Pola Keamanan k)Pola interaksi sosial
  • 23. PEMERIKSAAN FISIK  Pemeriksaan Tanda-tanda Vital 1.Pemeriksaan Nadi Pemeriksaan nadi secara komprehensif pada sistem kardiovaskuler dapat membantu perawat dalam menegakkan diagnosis masalah keperawatan yang timbul. Pemeriksaan nadi dilakukan dengan pemeriksaan arteri perifer, penilaian terdiri atas irama, frekuensi, jenis, dan ciri denyutan, isi nadi, konfigurasi nadi, serta keadaan pembuluh darah. 2.Pemeriksaan Tekanan Darah Pemeriksaan tekanan darah juga berpengaruh dalam penegakan diagnosis keperawatan. Teknik pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan teknik palpasi dan auskultasi. 3.Pemeriksaan Suhu Tubuh Pemeriksaan dilakukan agar dapat mengetahui kondisi suhu tubuh klien. Apakah klien mengalami hipertermia atau hipotermia. B1 (Breathing) Crackles secara umum terdengar pada dasar paru. Hal ini dikenali sebagai bukti gagal ventrikel kiri. Sebelum crackles dianggap sebagai kegagalan pompa, klien harus di intruksikan untuk batuk
  • 24. B2 (Bleeding) a)Inspeksi (Parut pasca oprasi) Lihat adanya dampak penurunan curah jantung. b)JVP Peningkatan tekanan pada diastolit akhir ventrikel kanan tahanan untuk mengisi ventrikel dan peningkatan laju pada tekanan atrium kanan. Peningkatan tekanan ini dapat diketahui dengan peningkatan pada vena jugularis. c)Edema Edema sering dipertimbangkan sebagai tanda gagal jantung yang dapat dipercaya. Edema dimulai pada kaki dan tumit (edema dependen dan secara bertahap bertambah ke atas tungkai yang pada akirnya ke genetalia eksternal serta tubuh bagian bawah.) 1. Palpasi irama lain yang berhubungan dengan kegagalan pompa meliputi : kontraksi atrium premature, takikardia atrium proksimal, dan denyut ventrikel premature. 2. perubahan nadi Pemeriksaan denyut arteri selama gagal jantung menunjukan denyut yang cepat dan lemah.mencerminkan respon terhadap rangsangan saraf simpatis. Pada gagal jantung kiri yang berat dapat timbul pulsus alternans (suatu perubahan kekuatan denyut arteri). 3. auskultasi Tanda fisik yang berkaitan dengan kegagalan ventrikel kiri dapat dikenali dengan mudah dibagian yang meliputi : bunyi jantung ke 3 dan ke 4 (S3,S4) serta crackles pada paru paru. 4. perkusi Batas jantung ada pergeseran yang menandakan adanya hipertropi jantung, (kardiomegali).
  • 25. B3 (Brain) Kesadaran biasanya compos mentis, didapatkan sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat. Pengkajian objektif klien: wajah meringis, menangis, merintih, meregang, menggeliat. B4 (Bladder) Pengukuran volume keluaran urine berhubungan dengan asupan cairan, karena itu perawat perlu memantau adanya oliguria karena merupakan tanda awal dari syok kardiogenik. Adanya edema ekstermitas menandakan adanya retensi cairan yang parah. B5 (Bowel) Klien biasanya didapatkan mual dan muntah, penurunan nafsu makan akibat pembesaran vena dan stasis vena didalam rongga abdomen, serta penurunan berat badan.
  • 26. B6 (Bond) a)Kulit dingin Kulit yang pucat dan dingin diakibat kan oleh vasokontriksi perifer, penurunan lebih lanjut dari curah jantung dan meningkatnya kadar hemoglobin peredupsi mengakibatkan sianosis. Vasokontriksi kulit menghambat kemampuan tubuh untuk melepaskan panas. Oleh karena itu, demam ringan dan keringat yang berlebih ditemukan. b)Mudah lelah Mudah leleh terjadi akibat curah jantung yang kurang, sehingga menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil metabolisme. Perfusi yang kurang pada otot-otot rangka menyebabkan kelemahan dan keletihan. c)Haluan urine Yang perlu dikaji adalah : Oliguria (< 100 – 400 ml/24 jam). Anuria (< 100 ml/24 jam). Inta ke dan output haluaran urine. Berat badan ditimbang pada waktu dan timbangan yang sama.
  • 27. pemeriksaan penunjang a)Ekokardiografi Digunakan sebagai alat dalam diagnosis dan manajemen gagal jantung. Pemeriksaan ekokardiografi dapat digunakan untuk memperkirakan ukurn dan fungsi fentrikel kiri. b)Rontgen torax Foto sinar X dada posterior anterior dapat menunjukan adanya hipertensi vena, adema paru, atau kardiomegali. Pengukuran jantung dengan sinar X kurang akurat, sehingga ukuran jantung mungkin dapat saja normal pada klien yang sudah didiagnosa gagal jantung. Sinar X dada juga dapat menunjukan kelainan katup mitral dengan adanya pembesaran atrium kiri. c)Elekrokardiografi (EKG) EKG memberikan informasi yang berkaitan dengan penyebab, EKG tidak dapat menunjukkan gambaran yang spesifik. EKG normal menimbulkan kecurigaan akan adanya diagnosis yang salah. ada pemeriksaan EKG pada klien dengan gagal jantung dapat ditemukan kelainan EKG seperti dibawah ini: 1.Left bundle branch block, kelainan ST/T menunjukan difusi ventrikel kiri kronis. 2.Gelombang Q menunjukkan infark sebelumnya dan kelainan segmen ST, menunjukkan penyakit jantung iskemik 3.Hipertrofi ventrikel kiri dan gelombang T terbalik menunjukkan stenosis aorta dan penyakit jantung hipertensi 4.Aritmia: defiasi aksis ke kanan, right bundle branch block, dan hipertrofi ventrikel kanan menunjukka disfusi ventrikel kanan.
  • 28. ASUHAN KEPERAWATAN SESUAI SKENARIO Seorang laki – laki 65 tahun, saat dirawat di ruang penyakit dalam RSUP Dokter Kariyadi Semarang. Pasien mengeluh sesak nafas, batuk, sesak terus bertambah bila melakukan aktivitas, walaupun aktivitas yang dilakukan saat ringan misal duduk. Tanpak adanya edema pada tungkai kaki, JVP meningkat. TD 160/100 mmHg, RR 32 x/menit, suhu 37o C. Pada pemeriksaan auskultasi dada, terdengar suara cracles di kedua lapang paru. Therapi Furosemid 40 mg 1x1, Digoxin 3x1, terpasang oksigen nasal kanul 3 liter/menit. 1.Identitas Klien Nama : Tn. N Usia : 65 tahun Jenis kelamin : laki – laki 2.Keluhan Utama Pasien mengeluh sesak nafas, batuk, sesak terus bertambah bila melakukan aktivitas 3.TTV TD : 160/100 mmHg RR : 32x/menit Suhu : 37o C
  • 29. ANALISA DATA DATA ETIOLOGI PPROBLEM DS: - pasien meneluh sesak nafas -Sesak terus bertambah bila melakukan aktivitas ringan (misal: duduk) DO: TTV - TD:160/100 mmHg -RR: 32x/mnt kontraktilitas miokardial menurun Penurunan curah jantung DS: - Pasien mengeluh sesak nafas -Sesak terus bertambah bila melakukan aktivitas ringan (misal: duduk) DO: Pasien terpasang oksigen nasal kanul 3 liter/menit. Ketidak seimbangan antara suplai O2 atau kebutuhan umum, kelemahan umum dan imobilitas. Intoleransi aktivitas
  • 30. DS:- DO: Tampak adanya edema pada tungkai kaki, JVP meningkat. T D 160/100 mmHg, RR 32 x/menit Menurunya laju filtrasi glomerolus (menurunnya curah jantung) atau meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium atau air. Kelebihan volume cairan DS: - Pasien mengeluh sesak nafas -Sesak terus bertambah bila melakukan aktivitas ringan (misal: duduk) DO: Pada pemeriksaan auskultasi dada, terdengar suara cracles di kedua lapang paru Penurunan ekspansi paru Gangguan pola napas
  • 31. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1.Penurunan curah jantung berhubungan dengan kontaktilitas miokardial 2.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai O2 atau kebutuhan umum, kelemahan umum dan imobilitas. 3.Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunya laju filtrasi glomerolus (menurunnya curah jantung) atau meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium atau air. 4.Gangguan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru 5,Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan (takut akan kematian).
  • 32. FOKUS INTERVIEW DAN RASIONAL DIAGNOSIS: Penurunan curah jantung b.d gagal jantung kanan dan gagal jantung kiri karena kontraktilitas miokardial Tujuan & Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC) Rasional Tujuan : KH : TTV TD : 120/80 mmHg N : 100 x/mnt -Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan -Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites -Tidak ada penurunan kesadaran 1. Auskultasi nadi apical,kaji frekuensi,irama jantung (dokumentasikan disritmia) 2. Catat bunyi jantung 3. Palpitasi nadi perifer 4. Pantau Tekanan Darah 5. Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis 6. Pantau haluaran urin, catat haluaran dan kepekatan/konsentrasi urin 7. Berikan istirahat semi rekumben pada tempat tidur/kursi. Kaji dengan 1. Biasanya terjadi takikardi,untuk mengompensasi penurunan kontraktilitas 2. S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa,irama gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sbg aliran darah ke dalam serambi yang distensi 3. Penurunan curah jantung dapat menunjukkan menurunnya nadi. Nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur
  • 33. 8. Berikan istirahat psikolog dengan lingkungan tenang 9. Berikan O2 tambahan sesuai indikasi 10. Beri obat sesuai indikasi 4. Pada CHF dini, sedang/kronis TD dapat meningkat. 5. Pucat menunjukkan penurunan perfusi perifer sekunder terhadap tidak adekuatnya curah jantung, vasokonstriksi dan anemia 6. Ginjal berespon untuk menurunkan curah jantung dengan menahan cairan dan natrium 7. Istirahat fisik harus dipertahankan untuk memperbaiki efisiensi kontraksi jantung.
  • 34. 8. Stress emosi dapat menghasilkan vasokontriksi yang meningkatkn tekanan darah dan frekuensi / kerja jantung 9. Menaikkan sediaan O2 untuk kebutuhan miokard. 10. Untuk menaikkan volume sekuncup dan menurunkan kongesti.
  • 35. DIAGNOSIS : Intoleransi aktivitas b.d ketidak seimbangan antara suplai O2 atau kebutuhan umum, kelemahan umum dan imobilitas. Tujuan & Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC) Rasional Tujuan : Berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan memenuhi kebutuhan perawatan diri sendiri. KH : TTV normal TD : 120/80 mmHg N : 100 x/mnt RR : 20 x/mnt -Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri -Status respirasi: pertukaran gas dan ventilasi adekuat. 1. Periksa tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas. 2. Catat respon kardiopulmonal terhadap aktivitas takikardi, distritmia, dispnea, berkeringat, pucat. 3. Kaji penyebab kelemahan 4. Evaluasi peningkatan intolertan aktivitas 5. Bantu dengan aktivitas fisik secara teratur (misalnya, ambulasi, transfer/berpindah, berputar dan kebersihan diri), sesuai dengan kebutuhan. 6. Implementasi program rehabilitasi jantung/aktivitas 1. Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat 2. Penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan sekuncup selama aktivitas. 3. Kelemahan adalah efek samping beberapa obat. 4. Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung. 5. Pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tanpa mempengaruhi stressmiokard 6. Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja jantung berlebihan
  • 36. DIAGNOSIS : Kelebihan volume cairan b.d menurunya laju filtrasi glomerolus (menurunnya curah jantung) atau meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium atau air. Tujuan & Kriteria Hasil (NOC) I Intervensi (NIC) Rasional Tujuan : KH : TTV normal TD: 120/80 mmHg N : 100 x/mnt -volume cairan stabil dengan keseimbangan input & output -bunyi nafas bersih/ jelas 1. Pantau haluaran urin, catat jumlah dan warna saat terjadi dieresis. 2. Pantau / hitung balance cairan. 3. Pertahankan duduk / tirah baring dgn posisi semi fowler selama fase akut. 4. Monitor makanan atau cairan yang di konsumsi dan hitung asupan kalori harian 1. Haluaran urin mungkin sedikit dan pekat (khususnya selama 1hari) karena penurunan perfusi ginjal 2. Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tiba-tiba. 3. Posisi supinasi menaikkan filtrasi ginjal & menurunkan produksi ADH sehingga menaikkan dieresis 4. Mengontrol dlm pembatasan agar tidak berlebihan.
  • 37. 5. Timbang BB tiap hari. 6. Kaji distensi leher dan pembuluh perifer, serta adanya odeme tubuh umum (anasarka). 7. Pantau CVP dan tekanan darah. 8. Dorong untuk menyatakan perasaan sehubungan dgn pembatasan 9. Pemberian obat diuretic sesuai indikasi 10. Pertahankan cairan / pembatasan natrium sesuai indikasi. 5. Catat perubahan ada atau hilangnya odema sebagai respon terhadap terapi peningkatan 2,5kg menunjukkan 2L cairan. 6. Retensi cairan berlebihan dapat dimanifestasikan oleh pembendungan vena dan pembentukan odema, peningkatan kongesti vaskuler secara nyata mengakibatkan edema jaringn sistemik. 7. Hipertensi dan peningkatan CVP menunjukkan kelebihan volume cairan
  • 38. DIAGNOSIS : Gangguan pola nafas b.d penurunan ekspansi paru Tujuan & Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC) Rasional Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pola nafas pasien menjadi efektif KH : TTV normal RR : 16-20 x/mnt Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuansi pernafasan dalam renta normal, tidak ada suara nafas abnormal) 1.auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak ada dan adanya suara tambahan 2. posisikan untuk meringankan sesak nafas 3. monitor status pernafasan dan oksigenasi 4. Pemberian terapi oksigenasi dan pemasangan nasal kanul 1. Untuk mengetahui penurunan ventilasi dan ada tidaknya suara tambahan 2. Untuk meringankan sesak nafas pada pasien. 3. Untuk memantau status pernafasan dan oksigenasi pada pasien. 4. Pemenuhan kebutuhan oksigen terpenuhi.
  • 39. DIAGNOSIS : Cemas b.d perubahan status kesehatan (takut akan kematian). Tujuan & Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC) RASIONAL Tujuan : KH : -Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas -Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas -Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan. 1. Kaji utuk tanda verbal dan non verbal kecemasan. 2. Identifikasi tingkat rasa cemas. 3. catat ekspresi yang menandakan kecemasan tinggi. 4. berikan informasi factual terkait diagnosis, perawatan dan prognosis. 5. kolaborasi pasien dengan kunjungan rohaniwan atau spiritual. 1.Untuk mengetahui adanya kecemasan 2. Untuk mengetahui tingkat kecemasan pasien 3. Untuk mengetahui seberapa tinggi kecemasan pasien 4. Agar pasien percaya dan mengurangi rasa cemasnya 5. Pemenuhan jiwa spiritual pasien.